You are on page 1of 1

A.

Gastroenteritis akut
Gastroenteritis akut adalah peradangan mukosa lambung dan usus halus yang
ditandai dengan diare, muntah, demam, rasa tidak enak di perut dan menurunnya nafsu
makan. Pada pemeriksaan fisik ditandai dengan diare cair lebih dari 3x, menurunnya
tekanan darah, peningkatan denyut nadi, nyeri tekan abdomen, kualitas bising usus
meningkat (hiperperistaltik), dan penurunan kesadaran (Permenkes RI, 2014).
B. Tata laksana Apendisitis
1. Non medikamentosa (Permenkes RI, 2014)
a) Bed rest total
b) Pasien dengan dugaan apendisitis sebaiknya tidak diberikan apapun melalui
mulut.
c) Diberikan cairan intravena untuk mengoreksi jika ada dehidrasi.
d) Pemasangan pipa nasogastrik untuk mengosongkan lambung agar mengurasi
distensi abdomen dan mengurangi bahaya muntah saat induksi anastesi.
2. Medikamentosa (Permenkes RI, 2014)
a) Apendektomi
b) Pemberian antibiotik spektrum luas.
Antibiotik yang umum diberikan cephalosporin generasi 2/3 dan metronidazole.
Hal ini dapat mengurangi terjadinya komplikasi setelah operasi seperti luka dan
pembentukan abses intraabdominal. Pilihan antibiotik lainnya yaitu
aminoglikosida, ampicilin-asam klavulanat, ampicilin-sulbactam. Waktu
pemberian antibiotik pada apendisitis akut dalam waktu 48 jam saja dan pada
apendisitis dengan perforasi memerlukan antibiotik selama 7-10 hari (Brunicardi,
2006).
Dapus:
Brunicardi FC. 2006. Schwartzs Manual of Surgery. 8th edition. London: McGraw-Hill.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta: Permenkes RI.

You might also like