You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Di dalam suatu proses produksi, setiap tenaga kerja selain menanggung
beban kerja fisik dan mental juga berhadapan dengan berbagai potensi bahaya
(potensial hazard) di tempat kerja. Berbagai potensi bahaya tersebut sering disebut
sebagai faktor bahaya lingkungan kerja fisika, kimia, biologis, fisiologis/ergonomi
dan psikologis yang bersumber dari berbagai peralatan, bahan, proses kerja dan
kondisi lingkungan kerja. Beban kerja semakin berat apabila tenaga kerja juga
dituntut untuk bekerja dengan ritme pekerjaan yang lebih cepat dan target produksi
yang lebih tinggi. Sedangkan berat ringannya dampak potensi bahaya tergantung
dari jenis, besar potensi bahaya dan tingkat risikonya.
Dampak yang dapat ditimbulkan akibat adanya beban kerja dan potensi
bahaya yang dihadapi tenaga kerja antara lain berupa kecelakaan kerja, penyakit
akibat kerja dan gangguan kesehatan lainnya seperti kelelahan dan
ketidaknyamanan. Selain itu, tenaga kerja juga dapat menderita penyakit dan
gangguan kesehatan yang didapat dari lingkungan di luar tempat kerja sehingga
dapat diperberat atau memperberat penyakit atau gangguan kesehatan akibat kerja.
Apabila kondisi tersebut tidak diantisipasi maka kesehatan tenaga kerja sangat
terganggu sehingga produktifitas kerja akan menurun.
Untuk mengantisipasi keadaan tersebut di atas dan meminimalkan dampak
yang terjadi apabila tenaga kerja mengalami kecelakaan, penyakit akibat kerja dan
gangguan kesehatan lainnya, maka setiap perusahaan diwajibkan memberikan
pelayanan kesehatan kerja kepada semua tenaga kerjanya sebagaimana
diamanatkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per. 03/Men/1982
tentang Pelayanan Kesehatan Kerja.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per. 03/Men/1982
tersebut, penyelanggaraan pelayanan kesehatan kerja harus dilaksanakan secara
menyeluruh dan terpadu (komprehensif), meliputi upaya kesehatan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif yang hasilnya dilaporkan kepada instansi yang
membidangi ketenagakerjaan. Melalui upaya kesehatan preventif dan promotif
(pencegahan dan peningkatan), sebagian besar kasus kecelakaan dan penyakit
akibat kerja (PAK) serta gangguan kesehatan lainnya seperti kelelahan dan
1
ketidaknyamanan dapat dicegah. Dengan upaya kesehatan kuratif dan rehabilitatif
(pengobatan dan pemulihan), dampak yang ditimbulkan akibat kecelakaan dan
penyakit yang terjadi dapat ditekan seminimal mungkin. Pada akhirnya dengan
upaya kesehatan kerja yang komprehensif akan meningkatkan derajat kesehatan
tenaga kerja dan produktivitas kerjanya.

1.2 Dasar Hukum


Dengan alasan untuk melindungi para tenaga kerja dan pengembangan
usaha demi tercapainya tidak adanya kecelakaan dan penyakit akibat kerja maka
ada beberapa landasan yang digunakan oleh perusahaan, sebagai berikut :
A. UU No.I tahun 1970 tentang kesehatan dan keselamatan kerja
B. UU No 13 tahun 2003 pasal 86 dan 87 tentang ketenagakerjaan
C. UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan
D. UU No 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja
E. Permenakertrans No.03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan kerja
F. Kepres RI No.22 tahun 1993 tentang penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja
G. Kepmenakertrans No.68 tahun 2004 tentang pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja
H. Permenakertrans No.11/Men/VI/2005 tentang pencegahan penyalahgunaan
narkoba, psikotropika dan zat adiktif lainnya di tempat kerja
I. Permenakertrans No.01/Men/1976 tentang kewajiban pelatihan hiperkes
bagi dokter perusahaan
J. Permenakertrans No.01/Men/1979 tentang kewajiban pelatihan hiperkes
bagi paramedic perusahaan
K. Permenakertrans No.Per 02/Men/1980 tentang pemeriksaan kesehatan
tenaga kerja dalam penyelanggaraan keselamatan kerja
L. Permenakertrans No.Per 03/Men/1983 tentang pelayanan kesehatan kerja.
M. SE.Menakertrans No.SE.01/Men/1979 tentang pengadaan kantin dan ruang
makan
N. SE.Dirjen binawas No.SE.86/BW/1989 tentang perusahaan catering yang
mengelola makanan bagi tenaga kerja
O. Permenakertrans No.Per 05/MEN/VIII/2008 tentang pertolongan pertama
pada kecelakaan di tempat kerja.
1.3 Profil Perusahaan
Identitas Perusahaan
1. Nama : PT Zebra Asaba Industries
2. Sektor usaha : Pen, Ballpoint and Max staples
3. Unit Bisnis Utama : Stationary Manufacturing Unit

2
4. Alamat : Jl. Kapuk Raya No.62, RT 02 / RW 03, Kapuk, Cengkareng, Daerah
Khusus Ibukota Jakarta 11720, Indonesia
5. Visi dan Misi Perusahaan:
VISI
Mampu menjadi perusahaan dengan pengelolaan terbaik dalam pembangunan
masyarakat serta infrastruktur yang canggih dengan mengembangkan semangat
kewirausahaan serta fokus terhadapkepuasan pelanggan.
MISI
Dengan menjadi mitra pilihan dalam memberikan distribusi nilai terbaik,
solusi, dan garis layanan, maka dapat memperluas serta mengembangkan
bisnis yang menguntungkan.
6. Profil Singkat:
Didirikan oleh Tokumatsu Ishikawa di jepang pada tahun 1889 yang
bergerak dalam bidang penyediaan alat-alat tulis seperti pulpen dan ballpoint,
usahanya berkembang sebagai Stationary Manufacturing Unit dan mulai
melebarkan sayap usahanya di negara lain, salah satunya adalah Indonesia yang
menjadi cabang industrinya, mulai bekerjasama dengan Indonesia pada taun
1994 dan saat ini PT Zebra Asaba juga mulai mengembangkan inovasi dibidang
alat tulisnya dengan market distribution yang luas seperti Mexico, Portugal dan
lainnya. PT Zebra Asaba juga telah mendapat sertifikat ISO 9001 (Quality
Management System), ISO 14000 (Environmental Managent Syste) dan OHSAS
18001 (Occupational Health and Safety Management System).

I.4 Landasan Teori


ERGONOMI
Ergonomi menurut Badan Buruh Internasional ILO (International Labor
Organization) adalah penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan ilmu
rekayasa untuk mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan dan manusia
secara optimum agar bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan. Pada prosesnya
dibutuhkan kerjasama antara lingkungan kerja (ahli hiperkes), manusia (dokter dan
paramedik) serta mesin perusahaan (ahli tehnik). Kerjasama ini disebut segitiga
ergonomi.
3
Tujuan dari ergonomi adalah efisiensi dan kesejahteraan yang berkaitan erat
dengan produktivitas dan kepuasan kerja.
Adapun sasaran dari ergonomi adalah seluruh tenaga kerja baik sektor formal,
informal dan tradisional.
Pendekatan ergonomi mengacu pada konsep total manusia, mesin dan
lingkungan yang bertujuan agar pekerjaan dalam industri dapat berjalan secara
efisien, selamat dan nyaman. Dengan demikian dalam penerapannya harus
memperhatikan beberapa hal yaitu: tempat kerja, posisi kerja, proses kerja.
Adapun tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, dengan meniadakan beban kerja
tambahan (fisik dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan
kepuasan kerja
2) Meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas
kerjasama sesama pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan
sistem kebersamaan dalam tempat kerja, 3) berkontribusi di dalam
keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik, ekonomi, antropologi dan
budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan meningkatkan efisiensi sistem
manusia-mesin.

Adapun manfaat pelaksanaan ergonomi adalah menurunnya angka kesakitan


akibat kerja, menurunnya kecelakaan kerja, biaya pengobatan dan kompensasi
berkurang, stress akibat kerja berkurang, produktivitas membaik, alur kerja
bertambah baik, rasa aman karena bebas dari gangguan cedera, kepuasan kerja
meningkat.

Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :


1. Teknik
2. Fisik
3. Pengalaman psikis
4. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan
persendian
5. Anthropometri
6. Sosiologi

4
7. Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up take
dan aktivitas otot.
8. Desain, dll.

Aplikasi/penerapan Ergonomik pada tenaga kerja:


1. Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak
terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi
berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara
seimbang pada dua kaki.

2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu
bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran
anthropometri barat dan timur.

3. Tata Letak Tempat Kerja


Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja.
Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan
daripada kata-kata.

4. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala,
bahu, tangan, punggung, dll. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera
tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.

Penyakit-penyakit di tempat Kerja yang Berkaitan dengan Ergonomi semua


pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur. Supervisi medis
yang biasanya dilakukan terhadap pekerja antara lain :
5
1. Pemeriksaan sebelum bekerja
Bertujuan untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya.
2. Pemeriksaan berkala
Bertujuan untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya
danmendeteksibila ada kelainan.
3. Nasehat
Harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita muda
danyang sudah berumur.

KESEHATAN KERJA
Kesehatan kerja adalah upaya penyeserasian antara kapasitas kerja, beban
kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh
produktivitas kerja yang optimal (UU Kesehatan 1992 Pasal 23). Kesehatan kerja
bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi tingginya, baik
fisik, mental dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat yang berada di
lingkungan perusahaan. Aplikasi kesehatan kerja berupa upaya promotif, preventif,
kuratif, rehabilitatif.
Promosi kesehatan merupakan ilmu pengetahuan dan seni yang membantu
seseorang untuk mengubah gaya hidup menuju kesehatan yang optimal, yaitu
terjadinya keseimbangan kesehatan fisik, emosi, spiritual dan intelektual. Tujuan
promosi kesehatan di tempat kerja adalah terciptanya perilaku dan lingkungan kerja
sehat juga produktivitas yang tinggi. Tujuan dari promosi kesehatan adalah:
Mengembangkan perilaku kerja sehat
Menumbuhkan lingkungan kerja sehat
Menurunkan angka absensi sakit
Meningkatkan produktivitas kerja
Menurunnya biaya kesehatan
Meningkatnya semangat kerja
Upaya preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja
yang disebabkan oleh alat/ mesin dan masyarakat yang berada di sekitar
lingkungan kerja ataupun penyakit menular umumnya yang bisa terjangkit pada
saat melakukan pekerjaan yang diakibatkan oleh pekerja. Upaya preventif

6
diperlukan untuk menunjang kesehatan optimal pekerja agar didapat kepuasan
antara pihak pekerja dan perusahaan sehingga menimbulkan keuntungan bagi
kedua belah pihak.Aplikasi upaya preventif diantaranya pemakaian alat pelindung
diri dan pemberian gizi makanan bagi pekerja.
Salah satu aspek yang harus diimplementasikan dalam kesehatan kerja
adalah adanya pemeriksaan kesehatan bagi tenaga kerja, baik sejak awal sebelum
bekerja, selama bekerja, maupun sesudah bekerja. Tujuan dari pemeriksaan
kesehatan ini ditujukan agar selain tenaga kerja yang diterima di awal berada dalam
kondisi kesehatan setinggi-tingginya, juga untuk memantau status kesehatan
pekerja dan juga meminimalisir dan mendeteksi dini apakah ada penyakit akibat
kerja yang ditimbulkan akibat proses produksi.
Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh PT. Bridgestone Tire Indonesia,
a. Pemeriksaan Kesehatan Awal (Pre-Employment)
- PT. Bridgestone Tire Indonesia, melakukan pemeriksaan kesehatan awal
pada setiap calon tenaga kerja yang melamar pekerjaan ke perusahaan
tersebut.
- Pemeriksaan kesehatan ini juga dilakukan pada pekerja yang hendak
dipindahkan ke lokasi kerja yang lain dengan risiko yang berbeda
- Pada pemeriksaan kesehatan awal ini dilakukan pemeriksaan berupa
wawancara tentang riwayat kesehatan pekerja, pemeriksaan fisik umum,
rontgen toraks, laboratorium rutin ( kolesterol total, asam urat,
trigleserida) , dan pemeriksaan lain yang dianggap perlu.
b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
- PT. Bridgestone Tire Indonesia, melakukan pemeriksaan kesehatan
berkala menurut keterangan dokter perusahaan (1 kali setahun).
- Apabila ditemukan kelainan atau gangguan kesehatan pada para
pekerja, pihak manajemen akan menindak lanjut sesuai kebijakannya.

c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus


PT. Bridgestone Tire Indonesia akan melakukan pemeriksaan kesehatan
khusus terhadap tenaga kerja tertentu apabila dinilai memerlukan pemeriksaan
tersebut sesuai dengan keluhannya.
Pemeriksaan kesehatan khusus yang dilakukan terhadap tenaga kerja
antara lain:
Elektrokardiografi (EKG) Pemerikaan dilakukan untuk
pekerja yang berumur diatas 40 tahun.

7
Pemeriksaan mata Pemeriksaan dilakukan karena penyakit
rabun jauh merupakan salah satu penyakit terbanyak yang
dialami oleh tenaga kerja PT. Bridgestone Tire Indonesia
Audiometry
Spirometry

PT. Bridgestone Tire Indonesia memiliki unit pelayanan kesehatan yang


letaknya di belakang perusahaan dan cukup terjangkau oleh semua tenaga kerja,
juga terdapat klinik kerjasama yang letaknya didepan perusahaan, personil
kesehatan dokter umum, balai kesehatan tersebut melayani 24 jam.

Sarana P3K terletak di perbatasan antara beberapa departemen dengan


letak yang terjangkau dan mudah dilihat, hal ini berkesinambungan dengan
kebijakan Permenakertrans RI No. 15/MEN/VIII/2008. Dalam Permenakertrans
tersebut, dijabarkan bahwa Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di tempat
kerja (P3K) adalah upaya memberikan pertolongan pertama secara cepat dan
tepat kepada pekerja/buruh/dan/atau orang lain yang berada di tempat kerja,
yang mengalami sakit atau cidera di tempat kerja.
Fasilitas P3K yang dimaksud dalam Permenakertrans ini meliputi ruang
P3K, kotak P3K dan isinya sesuai standar, alat evakuasi dan alat transportasi,
fasilitas tambahan berupa alat pelindung diri dan/atau peralatan khusus di
tempat kerja yang memiliki potensi bahaya yang bersifat khusus. Pengusaha
wajib menyediakan ruang P3K dalam hal proses produksi mempekerjakan
pekerja/buruh 100 orang atau lebih atau kurang dari 100 orang dengan potensi
bahaya tinggi.
Ruang P3K juga diatur standarnya, salah satunya meliputi lokasi yang
harus dekat dengan toilet/kamar mandi, jalan keluar, mudah dijangkau, dan
dekat dengan tempat parkir kendaraan.
Kotak P3K juga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut, yaitu
terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibawa, berwarna dasar putih dengan
lambang P3K berwarna putih dengan lambang P3K berwarna hijau dengan isi
kotak sesuai dengan Permenakertrans yang mengatur. Penempatan kotak P3K
juga harus pada tempat yang mudah dilihat dan dijangkau dengan diberi tanda

8
arah yang jelas dan cukup cahaya serta mudah diangkat apabila digunakan dan
disesuaikan dengan jumlah tenaga kerja yang ada, dan dalam hal tempat kerja
dengan unit kerja berjarak 500 meter atau lebih masing-masing unit kerja harus
menyediakan kotak P3K sesuai jumlah pekerja/buruh.

9
PT. Zebra Asaba menyediakan sarana P3K. Hanya saja, saat dilakukan
wawancara, dan pengecekan tidak dijabarkan berapa jumlah kotak P3K dan pada
saat dilakukan walkthrough survey terdapat kotak P3K namun tidak sesuai standar
yang ditetapkan permenaker, di tempat kami melakukan survey baik di ruang
produksi maupun barang jadi Petugas P3K ditangani oleh rekan tenaga kerja
sendiri lalu menghubungi dokter perusahaan.
Gizi kerja adalah gizi /nutrisi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja tambahan.
Gizi kerja menjadi masalah disebabkan beberapa hal yaitu rendahnya kebiasaan
makan pagi, kurangnya perhatian pengusaha, kurangnya pengetahuan tenaga kerja
tentang gizi, tidak mendapat uang makan, serta jumlah, kapan dan apa dimakan
tidak diketahui. Efek dari gizi kerja yang kurang bagi pekerja adalah :
Pekerja tidak bekerja dengan maksimal
Pertahanan tubuh terhadap penyakit berkurang
Kemampuan fisik pekerja yang berkurang
Berat badan pekerja yang berkurang atau berlebihan
Reaksi pekerja yang lamban dan apatis,
Pekerja tidak teliti
Efisiensi dan produktifitas kerja berkurang
Jenis pekerjaan dan gizi yang tidak sesuai akan menyebabkan timbulnya
berbagai penyakit seperti obesitas, penyakit jantung koroner, stroke, penyakit
degenerative, arteriosklerotik, hipertensi, kurang gizi dan mudah terserang infeksi
akut seperti gangguan saluran nafas. Ketersediaan makanan bergizi dan peran
perusahaan untuk memberikan informasi gizi makanan atau pelaksanaan
pemberian gizi kerja yang optimal akan meningkatkan kesehatan dan produktivitas
yang setinggi tingginya.
PT. Zebra Asaba menyediakan fasilitas kantin maupun ruang makan.
Tenaga kerja hanya diberikan uang makan yang sudah terliput dalam gaji bulanan.
Menurut keterangan, beberapa pekerja membawa bekal dari rumah atau membeli di
lingkungan sekitar perusahaan.

10
BAB II
PELAKSANAAN

2.1 Tanggal dan waktu pengamatan


Pengamatan tempat kerja (walkthrough survey) di PT. Zebra Asaba. ini dilakukan
pada hari Jumat, 19 Februari 2016 pada pukul 08.30 11.00 WIB

2.2 Lokasi Pengamatan


Pengamatan dilakukan di PT. Zebra Asaba yang beralamatkan di Jl. Kapuk Raya
No.62, RT 02 / RW 03, Kapuk, Cengkareng, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11720,
Indonesia

11

You might also like