You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHALUAN

A. Latar Belakang
Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh
lingkungan luar (milieu exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam
milieu interior yang berupa darah dan cairan tubuh lainnya. Cairan
dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total
berat badan laki-laki dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat
makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk hidup,
berkembang dan menjalankan tugasnya.
Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat
dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Semua pengaturan
fisiologis untuk mempertahankan keadaan normal disebut
homeostasis. Homeostasis ini bergantung pada kemampuan tubuh
mempertahankan keseimbangan antara subtansi-subtansi yang ada
di milieu interior.
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua
parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas
cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas
cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan.
Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur
keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi
asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan
keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen
dan ion karbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang
turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru
dengan mengekskresikan ion hidrogen dan CO2, dan sistem dapar
(buffer) kimi dalam cairan tubuh.

1
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana seorang bidan mengetahui tentang pemenuhan cairan dan
elektrolit dan cara mengatasinya.

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi


tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan pada jurusan D3 Kebidanan
Semester II di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Tri Mandiri Sakti
Bengkulu

2
BAB II
PEMBAHASAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

A. Pengertian

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga


kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di
dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi
homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan
komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh
adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-
partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui
makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke
seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti
adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke
dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu
terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan


intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah
cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan
akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari
tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan
interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma)
adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah
cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler
adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan
intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

3
B. Komposisi Cairan Tubuh

Telah disampaikan pada pendahuluan di atas bahwa cairan


dalam tubuh meliputi lebih kurang 60% total berat badan laki-laki
dewasa. Prosentase cairan tubuh ini bervariasi antara individu,
sesuai dengan jenis kelamin dan umur individu tersebut. Pada
wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dari total berat badan.
Pada bayi dan anak-anak, prosentase ini relatif lebih besar
dibandingkan orang dewasa dan lansia.

Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel.


2/3 bagian dari cairan tubuh berada di dalam sel (cairan
intrasel/CIS) dan 1/3 bagian berada di luar sel (cairan
ekstrasel/CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma darah
yang meliputi 20% CES atau 15% dari total berat badan; dan cairan
intersisial yang mencapai 80% CES atau 5% dari total berat badan.
Selain kedua kompatmen tersebut, ada kompartmen lain yang
ditempati oleh cairan tubuh, yaitu cairan transel. Namun volumenya
diabaikan karena kecil, yaitu cairan sendi, cairan otak, cairan
perikard, liur pencernaan, dll. Ion Na+ dan Cl- terutama terdapat
pada cairan ektrasel, sedangkan ion K+ di cairan intrasel. Anion
protein tidak tampak dalam cairan intersisial karena jumlahnya
paling sedikit dibandingkan dengan intrasel dan plasma.

Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen


terjadi karena adanya barier yang memisahkan mereka. Membran
sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan intersisial, sedangkan
dinding kapiler memisahkan cairan intersisial dengan plasma.
Dalam keadaan normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume
cairan antar kompartmen. Bila terjadi perubahan konsentrasi atau
tekanan di salah satu kompartmen, maka akan terjadi perpindahan
cairan atau ion antar kompartemen sehingga terjadi keseimbangan
kembali

4
C. Proses Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Cairan dan elektrolit sangat berguna dalam mempertahankan


fungsi tubuh manusia. Kebutuhan dasar elektrolit dan cairan bagi
manusia berbeda-beda sesuai dengan tingkat usia seseorang,
seperti bayi mempunyai kebutuhan cairan yang berbeda dengan
usia dewasa.

Kebutuhan cairan sangat diperlukan tubuh dalam mengangkut


zat makanan ke dalam sel, sisa metabolism sebagai pelarut
elektrolit dan elektrolit, memelihara suhu tubuh, mempermudah
eliminasi dan membantu pencernaan. Disamping kebutuhan cairan,
elektrolit (natrium, kalium, kalsium, klorida dan fosfat) sangat
penting untuk menjaga kesetimbangan asam-basa, konduksi saraf,
dan elektrolit dapat mempengaruhi system organ tubuh terutama
ginjal. Untuk mempertahankan kondisi cairan dan elektrolit dalam
keadaan seimbang, maka pemasukan harus cukup sesuai dengan
kebutuhan. Prosedur pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
dalam pelayanan keperawatan dapat dilakukan melalui per oral
atau intravena.

5
D. Tujuan Prosedur Pemenuhan Cairan dan Elektrolit

1. Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit

2. Infus pengobatan dan pemberian nutrisi

E. Presentase Total Cairan dan Elektrolit

Presentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan


individu dan tergantung pada beberapa hal antara lain :

a. Umur

b. Kondisi lemak tubuh

c. Sex

Perhatikan Uraian berikut ini :

1. Bayi (baru lahir) 75 %

2. Dewasa :

a. Pria (20-40 tahun) 60 %

b. Wanita (20-40 tahun) 50 %

3. Usia Lanjut 45-50 %

Pada orang dewasa kira-kira 40 % baerat badannya atau


2/3 dari TBW-nya berada di dalam sel (cairan
intraseluler/ICF), sisanya atau 1/3 dari TBW atau 20 % dari
berat badannya berada di luar sel (ekstraseluler) yaig
terbagi dalam 15 % cairan interstitial, 5 % cairan
intavaskuler dan 1-2 % transeluler.

F. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

6
Kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh dipengaruhi oleh faktor-
faktor:
Usia perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh serta
aktivitas organ, sehingga dapat mempengaruhi jumlah
kebutuhan cairan dan elektrolit.
Temperatur yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran cairan
melalui keringat cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak
kehilangan cairan.
Diet apabila tubuh kekurangan zat gizi, maka tubuh akan
memecah cadangan makanan yang tersimpan dalam tubuh
sehingga terjadi pergeerakan cairan dari interstisial ke
interseluler, yang dapat berpengaruh pada jumlah pe:menuhan
kebutiuhan cairan.
Stres dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit, melalui proses peningkatan produksi ADH, karena pada
proses ini dapat meningkatkan metabolisme sehingga
mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat
menimbulkan retensi natrium dan air.
Sakit pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak,
sehingga untuk

HC03 plasma pH Plasma paC02 Plasma Gangguan Asam-Basa, Seperti:


Meningkat dan menurunnya asidosis respiratorik,menurun menurun
menurun asidodsis metabolik,menurun meningkat menurun alkalosis
respiratorik,meningkat meningkat meningkat alkalosis metabolik.
memperbaikinya sel membutuhkan proses pemenuhan kebutuhan cairan
yang cukup. Keadaan sakit menimbulkan ketidakscimbangan sistem
dalam tubuh seperti ketidakseimbangan hormonal yang dapat
mengganggu keseimbangan keebutuhan cairan
G. Jenis - Jenis Cairan Infus
Cairan hipotonik: osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan
serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum),
sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum.
Maka cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan
sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke

7
osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju.
Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi, misalnya pada
pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien
hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis
diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-
tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps
kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak)
pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa
2,5%.
Cairan Isotonik: osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya
mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga
terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien
yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga
tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload
(kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung
kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat
(RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
Cairan hipertonik: osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan
serum, sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan
sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah,
meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak).
Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya
Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate,
Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.
Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:
Kristaloid: bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah
volume cairan (volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam
waktu yang singkat, dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan
segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis.
Koloid: ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak
akan keluar dari membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh
darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar
pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan steroid.
Asering

8
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis
akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik,
dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Setiap1 liter asering mengandung:
Na 130 mEq
K 4 mEq
Cl 109 mEq
Ca 3 mEq
Asetat (garam) 28 mEq

Keunggulan:
Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien
yang mengalami gangguan hati
Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis
laktat lebih baik dibanding RL pada neonatus
Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh
sentral pada anestesi dengan isofluran
Mempunyai efek vasodilator
Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml
pada 1000 ml RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga
memperkecil risiko memperburuk edema serebral

9
KA-EN 1B
Indikasi:
Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui,
misal pada kasus emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak
memadai, demam)
Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV.
Kecepatan sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam
pada anak-anak
Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih
dari 100 ml/jam
KA-EN 3A & KA-EN 3B
Indikasi:
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air
dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti
ekskresi harian, pada keadaan supan oral terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
KA-EN MG3
Indikasi :
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air
dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti
ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium 20 mEq/L
Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L
KA-EN 4A
Indikasi :
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien
dengan berbagai kadar konsentrasi kalium serum normal
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):
Na 30 mEq/L
K 0 mEq/L
Cl 20 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 40 gr/L
KA-EN 4B
Indikasi:

10
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang
3 tahun
Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan
risiko hipokalemia
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi:
Na 30 mEq/L
K 8 mEq/L
Cl 28 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 37,5 gr/L
Otsu-NS
Indikasi:
Untuk resusitasi
Kehilangan Na > Cl, misal diare
Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis
diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)

Otsu-RL
Indikasi:
Resusitasi
Suplai ion bikarbonat
Asidosis metabolik

MARTOS-10
Indikasi:
Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita
diabetik
Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti
tumor, infeksi berat, stres berat dan defisiensi protein
Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
Mengandung 400 kcal/L

AMIPAREN
Indikasi:
Stres metabolik berat
Luka bakar
Infeksi berat
Kwasiokor
Pasca operasi
Total Parenteral Nutrition

11
Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit

AMINOVEL-600
Indikasi:
Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
Penderita GI yang dipuasakan
Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma
dan pasca operasi)
Stres metabolik sedang
Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)

PAN-AMIN G
Indikasi:
Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan
Nitrisi dini pasca operasi
Tifoid

H) Tindakan untuk mengatasi masalah/gangguan kebutuhan


cairan dan elektrolit

Pemberian Cairan Melalui Per-Oral atau Intravena (infus)


Tindakan keperawatan ini dilakukan pada klien yang memerlukan
masukan cairan melalui intravena (infus). Pemberian infus dapat
diberikan pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan/nutrisi
yang berat. Tindakan ini memerlukan kesterilan mengingat langsung
berhubungan dengan pembuluh darah.
Pemberian cairan melalui infus dengan memasukkan ke dalam vena
(pembuluh darah pasien) diantaranya vena lengan (vena cefalisa
basilica dan medianan cubitti) atau vena yang ada di kepala seperti
vena temporalis frontalis (kusus untuk anak-anak). Selain pemberian
infus pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan juga dapat
dilaukan pada pasien yang shock, Intoksikasi berat, pra dan pasca

12
bedah, sebelum tranfusi darah atau pasien yang membutuhkan
pengobatan tertentu.

I) Langkah/Prosedur

a. Alat
Baki yang telah dialasi
Perlak dan pengalasnya
Pengalas (handuk kecil)
Bengkok
Tiang infus
Sarung tangan
Tourniquet
Kapas alcohol
Cairan infus sesuai dengan program akademik
Infus set
Abocat
Plaster
Kassa steril
Gunting plaster
Betadine
b. Persiapan Pasien
Identifikasi pasien
Memberitahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
Menyiapkan lingkungan
Mengobeservasi reaksi pasien
Pasang penutup tirai
Atur posisi pasien senyaman mungkin
Pasang perlak dan pengalasnya dibawah daerah yang akan
dipasang infus

c. Langkah Langkah
Mencuci tangan
Pakai sarung tangan
Gantungkan flatboth pada tiang infus
Buka kemasan steril infus set
Atur klem rol sekitar 2-4 cm dibawah bilik drip dan tutup klem
yang ada pada saluran infus

13
Tusukkan pipa sauran infus kedalam botol cairan dan tabung
tetesan diisi setengan dengan cara memencet tabung tetesan
infus.
Buka klem dan alirkan cairan keluar sehingga tidak ada udara
pada slang infus lalu tutup kembali/klem.
Cari dn pilih vena yang akan dipasang infus
Letakkan tourniquet 10-12 cm diatas tempat yang akan ditusuk
Disinfeksi daerah pemasangan dengan kapas alcohol 70%
secara sirkular.
Tusukkan jarum abocath ke vena dengan lubang jarum
mengahadap keatas (bila berhasil darah akan keluar dan dapat
dilihat pada pipa abocath)
Dorong prlan-pelan abocath masuk kedalam vena sambil
menarik pelan-pelan jarum abocath sehingga senua plastic
abocath masuk semua ke dalam vena.
Sambungkan segera abocath dengan selang infus
Lepaskan tourniquet dan longgarkan tourniquet untuk melihat
kelancaran tetesan.
Bila tetesan sudah lancer, pangkal jarum direkatkan pada kulit
dengan plaster.
Atur tetsan sesuai kebutuhan
Tutup tempat tusukan dengan kassa steril dan kasih plester
Bereskan alat dan lepas sarung tangan
Cuci tangan
Dokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan.

Rumus Menghitung Tetes Infus


MACRO = 1 cc = 20 tts/mnt

Tetes Infus Macro


tts/mnt = jmlh cairan X 20 / lama infus X 60
Lama Infus Macro
lama infus = (jmlh cairan X 20) / (tts/mnt X 60)

MICRO = 1 cc = 60 tts/mnt

14
Tetes Infus Micro
tts/mnt = (jmlh cairan X 60) / (lama Infus X 60)
Lama Infus Micro
lama infus = (jmlh cairan X 60) / (tts/mnt X 60)

J) Asuhan Keperawatan Untuk Kekurangan Volume Cairan

Diagnosa keperawatan = kekurangan volume cairan yang berhubungan


dengan kehilangan aktif cairan gastrointestinal melalui muntah.
TUJUAN HASIL YANG DIHARAPKAN INTERVENSI
Klien memiliki
Tanda-tanda vital normal
keseimbangan
dalam 24 jam
cairan elektrolit dan
Berat badan kembali Dorong dan ukur sejumlah
asam basa dalam
stabil kecil asupan cairan yang
48 jam Keluaran urine
mengandung elektrolit.
meningkat (70ml/jam).
Berat jenis urine
menurun (1,030).

Klien memiliki turgor


yang elastic.
Klien menyatakan bahwa
ia tidak merasa haus atau Anjurkan klien untuk tidak
lemah minum air murni.
Klien memiliki membran
mukosa yang lembap
Kilien tidak muntah

15
Beri antiematik parenteral per
program dokter

Modifikasi lingkungan untuk


meminimalkan stimulasi yang
dapat meangsang muntah(mis,
minimalkan aroma tak sedap)
Perbanyak tirah baring

Ukur jumlah muntah.

Ukur jumlah keluaran cairan


dan banyaknya dieresis.

16
Implementasikan program
yang telah ditetapkan oleh
dokter . untuk memberi cairan
parenteral yang mengandung
elektrolit jika klien muntah
dalam jangka waktu lama.
Ukur caiaran asupan ini.

17
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN INJEKSI INTRA VENA
DI RUANG FLAMBOYAN RS. M. YUNUS BENGKULU

DISUSUN OLEH :

NAMA : RAHMAWATI ISNAENI

TINDAKAN KEPERAWATAN
INJEKSI INTRA VENA

Nama : Ny. A
Umur : 57 tahun
Diagnose : Gangren

A) PROSES KEPERAWATAN
DS : - Klien mengatakan perutnya mual dan sering sakit kepala
- Nafsu makan berkurang

DO : - Pasien tampak lemah

- Pasien kurang minum


- Bibirnya kering

Input : 1000 ml/hari Output : 50 ml/hari

18
B) DIAGNOSA KEPERAWATAN

Gangguan cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang tidak


adekuat.

C) TUJUAN KHUSUS

a. Kebutuhan cairan terpenuhi


b. Klien tidak merasa mual lagi
c. Nafsu makan meningkat/kembali normal

D) TINDAKAN KEPERAWATAN

Injeksi intra Vena

19
PROSEDUR KERJA

1. Persiapan Alat
Baki berisi
- Kapas alkohol
- Kapas kering
- Spuit 3 cc/5 cc
- Obat
- Handskun
- Bengkok

2. Langkah Langkah
Cuci tangan
Inform Consent
Mengecek obat dan dosisnya
Memasukkan obat kedalam spuit
Gunakan handskun
Disinfeksi daerah yang akan ditusuk
Melakukan injeksi di karet selang infus
Klaim infus
Cuci tangan
Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

20
STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN PERAWATAN

A) Orientasi

Salam terapetik

Asssalamualaikum bu, saya Suharti Mahasiswa TMS, kita masukin obat


dulu ya, supaya ibu cepat sembuh. Agak sakit sedikit jadi mohon ditahan
ya bu.

B) Evaluasi Validasi

Bagaimana keadaan ibu sekarang? Bagaimana nafsu makannya dan


masih mual dak??
Kontak

- Topic : Pemberian obat melalui injeksi intra vena


- Waktu : 24.00/23-6-2011
- Tempat : Ruang Flamboyan

C) Kerja

Evaluasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan

Klien mendengar dan mengikuti instruksi perawat

Evaluasi Subjektif

Klien mengatakan setelah diberi obat dengan injeksi intra vena ia merasa
agak baikan.

21
Evaluasi Objektif

Kondisi pasien sedikit membaik

Tidak terjadi reaksi alergi setelah obat dimasukkan

Tindak lanjut pasien

Pasien mengikuti instruksi yang telah diberikan oleh perawat

Terminasi

Bu, obatnya sudah saya injeksikan, apabila ada keluhan, keluarga ibu bisa
panggil saya diruang perawat. Permisi bu, semoga lekas sembuh.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter
penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel.
Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan
keseimbangan garan dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan

22
keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine
sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan
abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam
mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran
ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain
ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-
paru dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2 dan sistem dapar
(buffer) kimia dalam cairan tubuh.

Daftar Pustaka

Alimul Hidayat, Azis. 2005. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC

Barbara Kozier, Fundamental Of Nursing Concept, Process and Practice,


Fifth Edition, Addison Wsley Nursing, California, 1995

Dolores F. Saxton, Comprehensive Review Of Nursing For NCLEK-RN,


Sixteenth Edition, Mosby, St. louis, Missouri, 1999.

Sylvia Anderson Price, Alih : Peter Anugerah, Pathofisiologi Konsep Klinis


Proses-proses Penyakit, Edisi kedua, EGC, Jakarta, 1995.

23

You might also like