Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Dahniar Rizki Fahriani G99152032
Katherine Gowary Sugiarto G99152044
Rahmi Syuadzah G99152042
Pembimbing:
dr. Prasetyo Sarwono Putro Sp.Rad
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) saat ini telah dipandang sebagai standard baku
yang tidak dapat dipisahkan dari pelayanan obstetrik ginekologi modern. Pada beberapa
negara, diperkirakan 90-100% wanita hamil yang memeriksakan diri, minimal satu kali
pernah menajalani pemeriksaan USG obstetri. Di Jerman, pemeriksaan obstetri dilakukan
sebanyak tiga kali yaitu kehamilan 9-12 minggu, 19-22 minggu, dan 29-32 minggu. Di
Indonesia, beberapa pusat pendidikan menganjurkan pemeriksaan USG rutin satu kali yaitu
kehamilan 18-20 minggu (Callen,2000)
Di RSPA Gatot Soebroto Jakarta, dilakukan penapisan kelainan bawaan (screening)
USG sebanyak dua kali, yaitu pada usia kehamilan 10-14 minggu (screening pertama) dan
18-22 minggu (screening kedua). Pemeriksaan tambahan dilakukan atas indikasi medias
misalnya pemantauan pertumbuhan janin pada kasus intra uterine growth restriction (IUGR),
pemantauan letak plasenta pada kasus plasenta previa, pemantauan indeks cairan amnion
pada kasus ketuban pecah atau mencari kausa perdarahan dalam kehamilan. Pada pasien yang
baru diketahui hamil atau baru memeriksakan diri ke RSPAD Gatot Soebroto, juga dilakukan
USG.
Salah satu tujuan utama dari USG di bidang obstetir adalah untuk menentukan usia
gestasi secara lebih tepat, memantau pertumbuhan janin dan melakukan deteksi dini adanya
kelainan janin pada massa antenatal. Oleh karena itu pada setiap pemeriksaan USG obstetri
kehamilan harus diperiksa dengan cermat dan sistematis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Organ genitalia eksterna, atau disebut juga vulva, meliputi seluruh struktur eksternal
yang dapat dilihat mulai dari pubis sampai perineum, yaitu mons veneris, labia mayora dan
labia minora, klitoris, selaput darah (hymen), vestibulum, muara uretra, berbagai kelenjar dan
struktur vaskular.
Labia mayora
Labia mayora terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil ke bawah, terisi oleh
jaringan lemak yang serupa dengan yang ada di mons veneris. Ke bawah dan ke
belakang kedua labia mayora bertemu dan membentuk kommisura posterior. Labia
mayora analog dengan skrotum pada pria.
Klitoris
Klitoris kira-kira sebesar biji kacang ijo, tertutup oleh preputium klitoridis dan terdiri
atas glans klitoridis, korpus klitoridis dan dua krura yang menggantungkan klitoris ke
os pubis. Glans klitoridis terdiri atas jaringan yang dapat mengembang, penuh dengan
ujung saraf, sehingga sangat sensitif.
Vestibulum
Vestibulum berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan ke belakang dan
dibatasi di depan oleh klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil dan di belakang
oleh perineum (fourchette).
Introitus Vagina
Introitus vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Introitus vagina
ditutupi oleh selaput darah.
Perineum
Perineum terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm. Jaringan yang
mendukung perineum terutama ialah diafragma pelvis dan diafragma urogenitalis.
Diafragma pelvis terdiri atas otot levator ani dan otot koksigis posterior serta fasia yang
menutupi kedua otot ini. Diafragma urogenitalis terletak eksternal dari diafragma
pelvis, yaitu di daerah segitiga antara tuber isiadika dan simfisis pubis. Diafragma
urogenitalis meliputi muskulus transverses perinea profunda, otot konstriktor uretra dan
fasia internal maupun eksternal yang menutupinya.
Organ genitalia interna terdiri dari:
Uterus
Berbentuk advokat atau buah pir yang sedikit gepeng ke arah depan belakang.
Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri dari otot-otot
polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar di 5,25 cm, tebal dinding 1,25 cm.
Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio (serviks ke depan dan
membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke depan dan membentuk
sudut dengan serviks uteri). Uterus terdiri atas (1) fundus uteri; (2) korpus uteri dan (3)
serviks uteri.
Tuba Fallopi
Tuba Fallopi terdiri atas (1) pars interstisialis, yaitu bagian yang terdapat di dinding
uterus (2) pars ismikia, merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya; (3) pars
ampularis, yaitu bagian yang berbentuk sebagai saluran agak lebar, tempat konsepsi
terjadi; dan (4) infundibulum, yaitu bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen
dan mempunyai fimbria.
(Prawirohardjo, 2010).
B. Fisiologi Kehamilan
1. Definisi Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan
sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum, dilanjutkan dengan nidasi
atau implantasi. Dihitung dari saat fertilisasi sampai kelahiran bayi, kehamilan normal
biasanya berlangsung dalam waktu 40 minggu. Usia kehamilan tersebut dibagi menjadi 3
trimester yang masing-masing berlangsung dalam beberapa minggu. Trimester 1 selama
12 minggu, trimester 2 selama 15 minggu (minggu ke-13 sampai minggu ke-27), dan
trimester 3 selama 13 minggu (minggu ke-28 sampai minggu ke-40).
2. Diagnosis
Banyak manifestasi dari adaptasi fisiologis ibu terhadap kehamilan yang mudah
dikenali dan dapat menjadi petunjuk bagi diagnosis dan evaluasi kemajuan kehamilan.
Perubahan endokrinologis, fisiologis, dan anatomis yang menyertai kehamilan
menimbulkan gejala dan tanda yang memberikan bukti adanya kehamilan. Gejala dan
tanda tersebut dibagi menjadi tiga kelompok, antara lain :
a. Bukti presumtif (tidak pasti)
Gejalanya :
Mual dengan atau tanpa muntah.
Gangguan berkemih.
Fatigue atau rasa mudah lelah.
Persepsi adanya gerakan janin.
Tanda :
Terhentinya menstruasi.
Perubahan pada payudara.
Perubahan warna mukosa vagina.
Meningkatnya pigmentasi kulit dan timbulnya striae pada abdomen.
b. Bukti kemungkinan kehamilan
Pembesaran abdomen.
Perubahan bentuk, ukuran, dan konsistensi uterus.
Perubahan anatomis pada serviks.
Kontraksi Braxton Hicks.
Ballotement.
Kontur fisik janin.
Adanya gonadotropin korionik di urin atau serum.
c. Tanda Positif Kehamilan
Identifikasi kerja jantung janin yang terpisah dan tersendiri dari kerja jantung
ibu.
Persepsi gerakan janin aktif oleh pemeriksa.
Pengenalan mudigah dan janin setiap saat selama kehamilan dengan USG atau
pengenalan janin yang lebih tua secara radiografis pada paruh kedua kehamilan.
3. Perubahan Fisik Selama Kehamilan
Seiring berkembangnya janin, tubuh sang ibu juga mengalami perubahan-
perubahan yang dimaksudkan untuk keperluan tumbuh dan kembang sang bayi.
Perubahan tersebut difasilitasi oleh adanya perubahan kadar hormon estrogen dan
progesteron selama kehamilan. Baik dari segi anatomis maupun fisiologis, perubahan
yang ditimbulkan terjadi secara menyeluruh pada organ tubuh ibu yang berjalan seiring
dengan usia kehamilan dalam trimester. Perubahan-perubahan tersebut meliputi :
a. Sistem Reproduksi
1) Trimester 1
Terdapat tanda Chadwick, yaitu perubahan warna pada vulva, vagina dan
serviks menjadi lebih merah agak kebiruan/keunguan. pH vulva dan vagina
mengalami peningkatan dari 4 menjadi 6,5 yang membuat wanita hamil lebih
rentan terhadap infeksi vagina. Tanda Goodell yaitu perubahan konsistensi
serviks menjadi lebih lunak dan kenyal.2
Pembesaran dan penebalan uterus disebabkan adanya peningkatan
vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah, hyperplasia dan hipertropi otot, dan
perkembangan desidua. Dinding-dinding otot menjadi kuat dan elastis, fundus
pada serviks mudah fleksi disebut tanda Mc Donald. Pada kehamilan 8 minggu
uterus membesar sebesar telur bebek dan pada kehamilan 12 minggu kira-kira
sebesar telur angsa. Pada minggu-minggu pertama, terjadi hipertrofi pada istmus
uteri membuat istmus menjadi panjang dan lebih lunak yang disebut tanda
Hegar. Sejak trimester satu kehamilan, uterus juga mengalami kontraksi yang
tidak teratur dan umumnya tidak nyeri.
Proses ovulasi pada ovarium akan terhenti selama kehamilan.
Pematangan folikel baru juga ditunda. Tetapi pada awal kehamilan, masih
terdapat satu corpus luteum gravidarum yang menghasilkan hormon estrogen
dan progesteron. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu,
kemudian mengecil setelah plasenta terbentuk.
2) Trimester 2
Hormon estrogen dan progesteron terus meningkat dan terjadi
hipervaskularisasi mengakibatkan pembuluh-pembuluh darah alat genetalia
membesar. Peningkatan sensivitas ini dapat meningkatkan keinginan dan
bangkitan seksual, khususnya selama trimester dua kehamilan. Peningkatan
kongesti yang berat ditambah relaksasi dinding pembuluh darah dan uterus
dapat menyebabkan timbulnya edema dan varises vulva. Edema dan varises ini
biasanya membaik selama periode pasca partum.
Pada akhir minggu ke 12 uterus yang terus mengalami pembesaran tidak
lagi cukup tertampung dalam rongga pelvis sehingga uterus akan naik ke rongga
abdomen. Pada trimester kedua ini, kontraksi uterus dapat dideteksi dengan
pemeriksaan bimanual. Kontraksi yang tidak teratur dan biasanya tidak nyeri ini
dikenal sebagai kontraksi Braxton Hicks, muncul tiba-tiba secara sporadik
dengan intensitas antara 5-25 mmHg. Pada usia kehamilan 16 minggu, plasenta
mulai terbentuk dan menggantikan fungsi corpus luteum gravidarum.
3) Trimester 3
Dinding vagina mengalami banyak perubahan sebagai persiapan untuk
persalinan yang seringnya melibatkan peregangan vagina. Ketebalan mukosa
bertambah, jaringan ikat mengendor, dan sel otot polos mengalami hipertrofi.
Juga terjadi peningkatan volume sekresi vagina yang berwarna keputihan dan
lebih kental.
Pada minggu-minggu akhir kehamilan, prostaglandin mempengaruhi
penurunan konsentrasi serabut kolagen pada serviks. Serviks menjadi lunak dan
lebih mudah berdilatasi pada waktu persalinan.
Istsmus uteri akan berkembang menjadi segmen bawah uterus pada
trimester akhir. Otot-otot uterus bagian atas akan berkontraksi sehingga segmen
bawah uterus akan melebar dan menipis, hal itu terjadi pada masa-masa akhir
kehamilan menjelang persalinan. Batas antara segmen atas yang tebal dan
segmen bawah yang tipis disebut lingkaran retraksi fisiologis.
b. Payudara / mammae
1) Trimester
Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon somatomamotropin,
estrogen dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan ASI. Vena-vena di
bawah kulit juga akan lebih terlihat. Areola mammae akan bertambah besar pula
dan kehitaman. Kelenjar sebasea dari areola akan membesar dan cenderung
menonjol keluar dinamakan tuberkel Montgomery.
2) Trimester 2
Pada kehamilan 12 minggu ke atas dari puting susu dapat keluar cairan
kental kekuning-kuningan yang disebut Kolustrum. Kolustrum ini berasal dari
asinus yang mulai bersekresi. Selama trimester dua, pertumbuhan kelenjar
mammae membuat ukuran payudara meningkat secara progresif. Bila
pertambahan ukuran tersebut sangat besar, dapat timbul stria-stria seperti pada
abdomen. Walaupun perkembangan kelenjar mammae secara fungsional
lengkap pada pertengahan masa hamil, tetapi laktasi terlambat sampai kadar
estrogen menurun, yakni setelah janin dan plasenta lahir.
3) Trimester 3
Pembentukan lobules dan alveoli memproduksi dan mensekresi cairan
yang kental kekuningan yang disebut Kolostrum. Pada trimester 3 aliran darah
di dalamnya lambat dan payudara menjadi semakin besar.
c. Kulit
1) Trimester 1
Diketahui bahwa terjadi peningkatan suatu hormon perangsang
melanosit sejak akhir bulan kedua kehamilan sampai aterm yang menyebabkan
timbulnya pigmentasi pada kulit. Linea nigra adalah pigmentasi berwarna hitam
kecoklatan yang muncul pada garis tengah kulit abdomen. Bercak kecoklatan
kadang muncul di daerah wajah dan leher membentuk kloasma atau melasma
gravidarum (topeng kehamilan). Aksentuasi pigmen juga muncul pada areola
dan kulit genital. Pigmentasi ini biasanya akan menghilang atau berkurang
setelah melahirkan.
Angioma atau spider naevi berupa bintik-bintik penonjolan kecil dan
merah pada kulit wajah, leher, dada atas, dan lengan. Kondisi ini sering disebut
sebagai nevus angioma atau teleangiektasis. Eritema palmaris terkadang juga
dapat ditemukan. Kedua kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh
hiperestrogenemia kehamilan.
2) Trimester 2
Peningkatan melanocyte stimulating hormone (MSH) pada masa ini
menyebabkan perubahan cadangan melanin pada daerah epidermal dan dermal.
3) Trimester 3
Pada bulan-bulan akhir kehamilan umumnya dapat muncul garis-garis
kemerahan, kusam pada kulit dinding abdomen dan kadang kadang juga muncul
pada daerah payudara dan paha. Perubahan warna tersebut sering disebut
sebagai striae gavidarum. Pada wanita multipara, selain striae kemerahan itu
seringkali ditemukan garis garis mengkilat keperakan yang merupakan sikatrik
dari striae kehamilan sebelumnya.
d. Perubahan metabolik dan kenaikan berat badan
1) Trimester 1
Terjadi pertambahan berat badan selama kehamilan yang sebagian besar
diakibatkan oleh uterus dan isinya payudara, dan peningkatan volume darah
serta cairan ekstraseluler. Sebagian kecil pertambahan berat badan terebut
diakibatkan oleh perubahan metabolik yang menyebabkan pertambahan air
selular dan penumpukan lemak serta protein baru, yang disebut cadangan ibu.
Pada awal kehamilan, terjadi peningkatan berat badan ibu kurang lebih 1 kg.
2) Trimester 2
Kenaikan berat badan ibu terus bertambah terutama oleh karena
perkembangan janin dalam uterus.
3) Trimester 3
Pertambahan berat badan ibu pada masa ini dapat mencapai 2 kali lipat
bahkan lebih dari berat badan pada awal kehamilan. Pitting edema dapat timbul
pada pergelangan kaki dan tungkai bawah akibat akumulasi cairan tubuh ibu.
Akumulasi cairan ini juga disebabkan oleh peningkatan tekanan vena di bagian
yang lebih rendah dari uterus akibat oklusi parsial vena kava. Penurunan
tekanan osmotik koloid interstisial juga cenderung menimbulkan edema pada
akhir kehamilan.
e. Perubahan Hematologis
1) Trimester 1
Volume darah ibu meningkat secara nyata selama kehamilan.
Konsentrasi hemoglobin dan hematokrit sedikit menurun sejak trimester awal
kehamilan. Sedangkan konsentrasi dan kebutuhan zat besi selama kehamilan
juga cenderung meningkat untuk mencukupi kebutuhan janin.
2) Trimester 2
Peningkatan volume darah disebabkan oleh meningkatnya plasma dan
eritrosit. Terjadi hiperplasia eritroid sedang dalam sumsum tulang dan
peningkatan ringan pada hitung retikulosit. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya kadar eritropoetin plasma ibu setelah usia gestasi 20 minggu,
sesuai dengan saat produksi eritrosit paling tinggi.
3) Trimester 3
Konsentrasi hematokrit dan hemoglobin yang sedikit menurun selama
kehamilan menyebabkan viskositas darah menurun pula. Perlu diperhatikan
kadar hemoglobin ibu terutama pada masa akhir kehamilan, bila konsentrasi Hb
< 11,0 g/dl, hal itu dianggap abnormal dan biasanya disebabkan oleh defisiensi
besi.
f. Sistem Kardiovaskuler
1) Trimester 1
Perubahan terpenting pada fungsi jantung terjadi pada 8 minggu pertama
kehamilan. Pada awal minggu kelima curah jantung mengalami peningkatan
yang merupakan fungsi dari penurunan resistensi vaskuler sistemik serta
peningkatan frekuensi denyut jantung. Preload meningkat sebagai akibat
bertambahnya volume plasma yang terjadi pada minggu ke 10-20.
2) Trimester 2
Sejak pertengahan kehamilan, pembesaran uterus akan menekan vena
cava inferior dan aorta bawah saat ibu berada pada posisi terlentang. Hal itu
akan berdampak pada pengurangan darah balik vena ke jantung hingga terjadi
penurunan preload dan cardiac output yang kemudian dapat menyebabkan
hipotensi arterial.
3) Trimester 3
Selama trimester terakhir, kelanjutan penekanan aorta pada pembesaran
uterus juga akan mengurangi aliran darah uteroplasenta ke ginjal. Pada posisi
terlentang ini akan membuat fungsi ginjal menurun jika dibandingkan dengan
posisi miring.
g. Sistem pernafasan
1) Trimester 1
Kesadaran untuk mengambil nafas sering meningkat pada awal
kehamilan yang mungkin diinterpretasikan sebagai dispneu. Hal itu sering
mengesankan adanya kelainan paru atau jantung padahal sebenarnya tidak ada
apa-apa. Peningkatan usaha nafas selama kehamilan kemungkinan diinduksi
terutama oleh progesteron dan sisanya oleh estrogen. Usaha nafas yang
meningkat tersebut mengakibatkan PCO2 atau tekanan karbokdioksida
berkurang.
2) Trimester 2
Selama kehamilan, sirkumferensia thorax akan bertambah kurang lebih 6
cm dan diafragma akan naik kurang lebih 4 cm karena penekanan uterus pada
rongga abdomen. Pada kehamilan lanjut, volume tidal, volume ventilasi per
menit, dan pengambilan oksigen per menit akan bertambah secara signifikan.
3) Trimester 3
Pergerakan difragma semakin terbatas seiring pertambahan ukuran
uterus dalam rongga abdomen. Setelah minggu ke 30, peningkatan volume tidal,
volume ventilasi per menit, dan pengambilan oksigen per menit akan mencapai
puncaknya pada minggu ke 37. Wanita hamil akan bernafas lebih dalam
sehingga memungkinkan pencampuran gas meningkat dan konsumsi oksigen
meningkat 20%. Diperkirakan efek ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi
progesteron.
h. Sistem Urinaria
1) Trimester 1
Pada bulan-bulan awal kehamilan, vesika urinaria tertekan oleh uterus
sehingga sering timbul keinginan berkemih. Hal itu menghilang seiring usia
kehamilan karena uterus yang telah membesar keluar dari rongga pelvis dan
naik ke abdomen. Ukuran ginjal sedikit bertambah besar selama kehamilan.
Laju filtrasi glomerulus (GFR) dan aliran plasma ginjal (RPF) meningkat pada
awal kehamilan.
2) Trimester 2
Uterus yang membesar mulai keluar dari rongga pelvis sehingga
penekanan pada vesica urinaria pun berkurang. Selain itu, adanya peningkatan
vaskularisasi dari vesica urinaria menyebabkan mukosanya hiperemia dan
menjadi mudah berdarah bila terluka.
3) Trimester 3
Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul
menyebabkan penekanan uterus pada vesica urinaria. Keluhan sering berkemih
pun dapat muncul kembali. Selain itu, terjadi peningkatan sirkulasi darah di
ginjal yang kemudian berpengaruh pada peningkatan laju filtrasi glomerulus dan
renal plasma flow sehingga timbul gejala poliuria. Pada ekskresi akan dijumpai
kadar asam amino dan vitamin yang larut air lebih banyak.
i. Sistem Muskuloskeletal
1) Trimester 1
Pada trimester pertama tidak banyak perubahan pada musuloskeletal.
Akibat peningkatan kadar hormone estrogen dan progesterone, terjadi relaksasi
dari jaringan ikat, kartilago dan ligament juga meningkatkan jumlah cairan
synovial. Bersamaan dua keadaan tersebut meningkatkan fleksibilitas dan
mobilitas persendian. Keseimbangan kadar kalsium selama kehamilan biasanya
normal apabila asupan nutrisinya khususnya produk terpenuhi.
2) Trimester 2
Tidak seperti pada trimester 1, selama trimester 2 ini mobilitas
persendian sedikit berkurang. Hal ini dipicu oleh peningkatan retensi cairan
pada connective tissue, terutama di daerah siku dan pergelangan tangan.
3) Trimester 3
Akibar pembesaran uterus ke posisi anterior, umumnya wanita hamil
memiliki bentuk punggung cenderung lordosis. Sendi sacroiliaca, sacrococcigis,
dan pubis akan meningkat mobilitasnya diperkirakan karena pengaruh
hormonal. Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan perubahan sikap pada wanita
hamil dan menimbulkan perasaan tidak nyaman pada bagian bawah punggung.
j. Sistem Persarafan
1) Trimester 1
Wanita hamil sering melaporkan adanya masalah pemusatan perhatian,
konsentrasi dan memori selama kehamilan dan masa nifas awal. Namun,
penelitian yang sistematis tentang memori pada kehamilan tidak terbatas dan
seringkali bersifat anekdot.
2) Trimester 2
Sejak awal usia gestasi 12 minggu, dan terus berlanjut hingga 2 bulan
pertama pascapartum, wanita mengalami kesulitan untuk mulai tidur, sering
terbangun, jam tidur malam yang lebih sedikit serta efisiensi tidur yang
berkurang.
3) Trimester 3
Penurunan memori disebabkan oleh depresi, kecemasan, kurang tidur
atau perubahan fisik lain yang dikaitkan dengan kehamilan. Penurunan memori
yang diketahui hanyalah sementara dan cepat pulih setelah kelahiran.
k. Sistem Pencernaan
1) Trimester 1
Timbulnya rasa tidak enak di ulu hati disebabkan karena perubahan
posisi lambung dan aliran asam lambung ke esophagus bagian bawah. Produksi
asam lambung menurun. Sering terjadi nausea dan muntah karena pengaruh
human Chorionic Gonadotropin (HCG), tonus otot-otot traktus digestivus juga
berkurang. Saliva atau pengeluaran air liur berlebihan dari biasa. Pada beberapa
wanita ditemukan adanya ngidam makanan yang mungkin berkaitan dengan
persepsi individu wanita tersebut mengenai apa yang bisa mengurangi rasa
mual.
2) Trimester 2
Seiring dengan pembesaran uterus, lambung dan usus akan tergeser.
Demikian juga dengan organ lain seperti appendiks yang akan bergeser ke arah
atas dan lateral. Perubahan lainnya akan lebih bermakna pada kehamilan
trimester 3.
3) Trimester 3
Perubahan yang paling nyata adalah adanya penurunan motilitas otot
polos pada organ digestif dan penurunan sekresi asam lambung. Akibatnya,
tonus sphincter esofagus bagian bawah menurun dan dapat menyebabkan
refluks dari lambung ke esofagus sehingga menimbulkan keluhan seperti
heartburn. Penurunan motilitas usus juga memungkinkan penyerapan nutrisi
lebih banyak, tetapi dapat muncul juga keluhan seperti konstipasi. Sedangkan
mual dapat terjadi akibat penurunan asam lambung.
Sebelum melakukan pemeriksaan, tentu kita harus memiliki persiapan yang cukup,
diantaranya adalah:
1. Pencegahan Infeksi
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak langsung dengan pasien, setelah kontak dengan
darah atau cairan tubuh lainnya, dan setelah melepas sarung tangan, telah terbukti dapat
mencegah penyebaran infeksi. Panduan di bawah ini dapat membantu mencegah
penyebaran infeksi :
a. Semua jeli yang terdapat pada transduser harus selalu dibersihkan.
b. Semua peralatan yang terkontaminasi atau mengandung kotoran harus dibersihka
dengan sabun dan air.
c. Transdusr kemudian dibersihakn dengan alkohol 70% atau direndam selama dua
menit dalam larutan yang mengandung sodium hypochlorite ( kadar 500 ppm dan
diganti setiap hari) kemudian di cuci dengan air mengalir dan selanjutnya
dikeringkan.
d. Transduser harus diberi pelapis sebelum dipakai untuk pemeriksaan USG
transvaginal, bisa memakai sarung tangan karet, atau kondom.
e. Pemeriksa harus memakai sarung tanga sekali pakai pada tangan yang akan
membuka labia sebelum transduser vagina dimasukan.
f. Setelah melakukan pemeriksaan, sarung tangan harus dimasukkan pada tempat
khusus untuk mencegah penyebaran infeksi, dan kemudian pemeriksa mencuci
tangan.
g. Pada pemeriksaan USG invasive, persiapan yang dilakukan sama seperti tindak
operasi.
2. Persiapan alat
Mesin USG diletakkan di sebelah kanan tempat tidur pasien, bila pemeriksa berangan
kiri, maka mesin diletakan di sisi kiri pasien. Hidupkan peralatan USG sesuai dengan
tatacara yang dianjurkan oleh pabrik pembuat peralatan tersebut. Panduan pengoperasian
alat sebaiknya diletakkan di dekat mesin USG, untuk mencegah kerusakan alat akibat
ketidaktahuan operator USG.
Perhatikan tegangan listrik pada kamar USG, karena tegangan yang terlalu naik turun
aka membuat peralatan elektronik mudah rusak. Bila perlu pasang stabilisator tegangan
listrik dan UPS.
Setiap kali selesai melakukan pemeriksaan USG, bersihkan semua peralatan dengan
hati-hati, terutama transduser yang mudah rusak. Bersihkan transduser dengan
menggunakan kain yang lebut dan cuci dengan larutan anti kuman yang tidak merusak
transduser.
Selanjutnya taruh transduser pada tempatnya, rapikan dan bersihkan kabel-kabel,
tutup mesin USG dengan plastik penutupnya.
3. Persiapan pasien
Memberi informasi pada pasien terkait harapan dari hasil pemeriksaan, akuransi
ketepatan diagnostik, perlu tidak nya pemeriksaan USG 3D, dan biaya
pemeriksaan.Terangkan secara benar dan penuh bahwa USG bukanlah suatu alat yang
dapat melihat seluruh tubuh janin atau organ kandungan, hal ini untuk menghilangkan
kesalahan harapan dari pasien.
4. Persiapan pemeriksaan
Periksa surat pengajuan pemeriksaan USG, apakah indikasi dan apakah didahulukan
karena bersifat darurat atau tidak. Periksa identitas pasien, keluhan klinis, dan
pemeriksaan fisik yang ada, beirkan penjelasan dan ajukan persetujuan terhadap tindakan
yang akan dllakukan, terutama USG transvaginal memerikan persetujuan tertulis. Setiap
pemeriksa juga harus menyesuaikan dengan peralatan yang dipakainya serta mengenal
semua lokasi dan fungsi tombol-tombol yang tersedia. Pemeriksa juga harus berlatih
dengan baik dan harus mengetahui program pencegahan infeksi universal.
D. Evaluasi USG
1. Evaluasi USG pada Trimester awal
a. Evaluasi uterus dan adneksa untuk menentukan adanya kehamilan
Jika kantung gestasi (KG) telah tampak, harus dilaporkan lokasi dan ukuran KG
tersebut serta ada tidaknya embrio. Bila ditemukan embrio, lakukan pengukuran
crown rump length (CRL). Bila gambaran embrio tidak dapat ditemukan, lakukan
pencarian yolk sac. Penentuan usia gestasi berdasarkan pada diameter rata-rata
KG atau morfologi dan isi KG. Ditemukannya embrio atau yolk sac merupakan
bukti pasti adanya kantung gestasi. Pada akhir trimester pertama dapat juga
dilakukan pemeriksaan diameter biparietal (DBP) atau parameter lainnya untuk
menentukan usia gestai, misalnya panjang femur
b. Evaluasi ada tidaknya denyut jantung mudigah/ janin
Melalui pemeriksaan USG Transvaginal, denyut jantung janin sudah dapat
dideteksi pada janin dengan CRL 5 MM. Bila embrio dengan CRL kurang dari 5
mm belum tampak DJJ, pemeriksaan USG harus diulangi pada minggu berikutnya
untuk memastikan ada tidaknya tanda-tanda kehidupan janin.
c. Menentukan jumlah janin
Adanya kehamilan ganda harus ditentukan berdasarkan ditemukannya gambaran
echo janin, bukan berdasarkan kantung gestasi. Kadang-kadang pada kehamilan
muda ditemukan lebih dari satu struktur yang menyerupai kantung gesatsi. Hal ini
dapat tampak sebelum terjadinya penyatuan selaput amnion dan khorion atau
sebagai akibat terangkatnya membrane khorion akibat perdarahan intra uteri
(perdarahan sub khorionik).
d. Evaluasi uterus, struktur adneksa, kavum Douglasi dan Retzii
Buat dokumentasi lokasi dan ukuran mioma uteri serta massa di adneksa. Kavum
Douglasi harus diperiksa untuk mencari ada tidaknya cairan bebas. Bila
ditemukan cauiran di KAVUM Douglasi, harus dilakukan pemeriksaan USG pada
daerah subdiafragma dan subhepar untuk mencari adanya cairan intra abdomen.
e. Pemeriksaan Embrio Secara Sonografi
1. Usia gestasi 4 minggu
Tampak kantong gestasi berdiameter 2-5 mm. Tertanam di dalam
endometrium, berbentuk sferis, tepi regular, dan terletak eksentris di daerah
fundus uteri. Kantong gestasi tersebut berada di tepat di bawah permukaan
endometrium dan dikelilingi oleh jaringan trofoblas yang memberikan
gambaran sonografi hiperekhoik. Bila pada periode ini Yolk Sac belum dapat
diidentifikasi, maka pemeriksaan diulang satu minggu kemudian.
2. Usia gestasi 5 minggu
Kantong gestasi (rongga khorion) tampak di dalam kavum uteri, dikelilingi
oleh endometrium yang menebal dan tepi yang ekhogenik (khorion
frondosum) berisi embrio yang tampak sebagai garis lurus menempel pada
Yolk Sac. Bila tanda ini tidak dijumpai, maka penumpukan cairan di dalam
kavum uteri dapat memberikan gambaran kantong gestasi palsu
(pseudogestational sac) seperti pada kehamilan ektopik. Bila diameter rata-
rata kantong gestasi >2 mm dan Yolk Sac belum tampak, kemungkinan
terdapat blighted ovum, dan sebaiknya pemeriksaan diulangi satu minggu
kemudian.
3. Usia gestasi 6 minggu
Bentuk embrio mulai berubah dari lurus menjadi sedikit fleksi. Duktus
vitellinus tampak menghubungkan embrio dengan Yolk Sac. Panjang embrio
sekitar 4-10 mm. Denyut jantung janin akan bertambah cepat pada kehamilan
6-9 minggu, kemudian sedikit menurun pada kehamilan 10 minggu, dan
selanjutnya menetap dengan frekuensi DJJ normal antara 120-160 dpm. Bila
pada CRL 5 mm belum dapat dideteksi DJJ, maka pemeriksaan USG
diulangi satu minggu. Bila terdapat abnormalitas DJJ dengn frekuensi < 85
dpm menunjukkan prognosis buruk karena angka kejadian abortus tinggi.
Keadaan ini harus dijelaskan ke pasien dan pada pemeriksaan berikutnya
harus dilakukan penapisan anomali kongenital pada kehamilan 10-14 minggu
dan 18-22 minggu.
4. Usia gestasi 7 minggu
Embrio tampak terpisah dari Yolk Sac dan di hubungkan melalui duktus
vitelinus, berbentuk huruf C dengan bagian kepala tampak dominan. Pada
saat ini sudah dapat dilihat tonjolan bakal ekstremitas (limb buds) pada sisi
lateral tubuh janin. Panjang CRL 12 mm sudah dapat dibedakan struktur
kepala dari bagian tubuh janin. Di daerah oksipital tampak struktur kistik
yang disebut rhombensefalon. Vertebrae juga mulai dapat dikenali sebagai
dua garis ekhogenik yang berjalan sejajar sepanjang daerah punggung janin.
Selaput dan rongga amnion sudah tampak, umbilicus juga sudah dapat
dikenali.
5. Usia gestasi 8 minggu
Jaringan otak berkembang dengan sangat cepat dan menempati sekitar 50%
dari seluruh panjang janin, hal ini sesuai dengan proses penyempurnaan
manusia dimulai dari daerah kepala (rostral) baru kemudian ke daerah genital
dan ekstremitas (kaudal). Pleksus khoroideus dapat dilihat sebagai struktur
hiperekhoik yang terletak simetris di ventral lateral. Rhombensefalon
bertambah jelas dan terletak di daerah oksipitalis. Jantung tampak sebagai
dua buah rongga yang berdenyut simetris yaitu rongga ventrikel yang
dipisahkan oleh septum interventrikulare. Gerakan tubuh juga mulai terlihat
dan bagian ekstremitas bertambah jelas.
USG dapat mendeteksi pertama kali adanya tanda kehamilan intra uterinem
diperkirakan pada usia gestasi 3,5 miggu hingga 5 minggu (rata-rata 4 minggu). Bila
baru beberapa hari terlambat mungkin saja yang tampak adalah endometrium dengan
reaksi desidua yang tampak menebal belum tampak kantong gestasi. Pada kehamilan
4-5 minggu ini, epmeriksaan harus dilakukan secara cermat dan mencari dimana
lokasi kantong gestasi. Pada uterus bikornis, lkasi kehamilan dapat terletak di salah
satu kornu. USG transvaginal dapat mendeteksi kehamilan intrauterine paling cepat
pada kehamilan 4 minggu 3 hari. Pada saat itu kehamilan terlihat sebagai kantung
gestasi, berbentu bulat anekhoik, berdiameter 2-3 mm di daerah endometrium yang
dikelilingi oleh lapisan hiperekhoik agak tebal yang berasal dari vili korialis dikenal
juga sebagai gambaran double decidual sac sign. Pada waktu yang sama , kadar
hCG serum ibu berkisar antara 500-1500 IU/L. Kehamilan ektopik merupakan
kondisi yang harus segera didiagnosis dan ditatalaksana dengan cepat dan tepat
karena dapat berakibat fatal. Penentuan usia gestasi pada trimester pertama sangat
penting karena memiliki ketepatan yang paling tinggi dibandingkan trimester
berikutnya, kesalahannya sekitar 5-7 hari.
Pemeriksaan biometri yang bisa dilakukan pada trimester pertama antara lain :
a. Ukuran Kantung Gestasi
Kantung gestasi seringkali berbentuk ovoid dan dapat diukur dengan dua cara
yaitu :
1. Mencari diameter rata-rata dari penjumlahan panjang longitudinal, transversal
dan antero-posterior kemudian dibagi tiga
2. Mengukur volume dengan cara menghitung panjang anteroposterior x
longitudinal x trasversal x 0,5223 mm 3.
Kecepatan tumbuh kantong gestasi sekitar 1 mm per hari. Bentuk
kantong gestasi menjadi semakin elips bila diameternya sudah lebih dari 10 mm.
Penentuan usia gestasi berdasarkan ukuran kantong gestasi hanya dilakukan bila
ekho janin belum tampak.
Kantong gestasi dapat dilihat sejak kehamilan 4 minggu melalui USG
transvaginal dan sekita 5-6 minggu melalui USG transabdominal. Dari hasil
pengukuran tersebut dibandingkan dengan tabel ada. Pengukuran dilakukan dari
tepi bagian dalam kantung gestasi ke tepi bagian dalam sisi lainnya. Kesalahan
pengukuran kantong gestasi dalam penentuan usia gestasi sekitar 1-2 minggu
Pada pemeriksaan transabdominal, kandung kencing tidak boleh terisi terlalu
penuh karena akan mempengaruhi bentuk dan hasil pengukuran kantong gestasi
Pada pemeriksaan transvaginal, jangan terlalu menekan uterus karena akan
membuat letak akntong gestasi menjauhi fokus gelombang suara atau juga dapat
menimbulkan distorsi bentuk kantong gestasi. Pada gambar volume kantong
gestasi tersebut adalah 8,7 x 5,3 x 7,0 mm x 0,52 mm3, belum tampak ekho janin,
tetapi sudah tampak yolk sac. Diameter rata-rata kantong gestasi adalah (8,7 + 5,3
+ 7,0 mm)/3 = 7 mm
b. Ukuran CRL
Periode embrio berlangsung dari kehamilan 0-8 minggu. Melalui pemeriksaan
USG transvaginal, embrio sudah dapat dideteksi pada kehamilan 37 hari,
berbentuk seperti gari lurus, panjang sekitar 2 mm, dengan ekho terang (bright
linier echo), terletak dekat dengan yolk sac dan duktus vitellinus. Kecepatan
pertumbuhan embrio sekitar 1 mm per hari. Panjang CRL diukur pada posisi
netral (mendatar) karena pada posisi ini panjang bayi mendekati ukuran
sebenarnya (tubuh bayi lebih lurus). Lakukan pengukuran dari kepala hingga
bokong secara cermat, hati-hati jangan sampai ekstremitas inferior atau yolk sac
ikut terukur. Panjang CRL sangat penting untuk diukur karena <50% wanita
hamil tidak yakin kapan hari pertama haid terakhir
Pengukuran CRL memiliki akurasi yang baik dengan kesalahan sekitar 5-7 hari,
sehingga parameter ini merupakan satu-satunya parameter tunggal dengan
kesalahan perhitungan usia gestasi kurang dari 1 minggu. Hasil pengukuran CRL
tidak dipengaruhi oleh usia ibu, tinggi badan, paritas atau ras. Bila dijumpai
perbedaan yang bermakna antara usia gestasi berdasarkan HPHT dengan ukuran
CRL, mungkin terdapat tanda awal pertumbuhan janin terhambat. Pengamatan
embrio dengan teknik potongan multislices memberikan gambaran embrio yang
lebih jelas. Pengukuran CRL hanya bisa dipakai sampai usia gestasi 12 minggu
karena pada usia gestasi selanjutnya bentuk tubuh janin akan melengkung,
sehingga pengukuran usia gestasi setelah 12 minggu akan memeliki kesalahan
lebih dari satu minggu. Waktu terbaik pengukuran CRL adalah pada usia 7-10
minggu
c. Ukuran yolk sac
Yolk sac normal berbentuk hampir bulat seperti cincin atau kue donat, tepi
hiperekoik dengan bagian tengahnya anekoik dengan diameter sekitar 4-6 mm.
Yolk sac mulai tampak secara sonografi pada usia 5-6 minggu, letaknya
berdekatan dengan embrio, berhubungan dengan embrio melalui duktus vetillinus
dan merupakan organ ekstra amniotik yang terletak diantara amnion dan khorin.
Semakin bertambah usia gestasi, semakin jauh jarak antara embrio dengan yolk
sac. Hal ini terjadi karena semakin banyak cairan amnion yang terbentuk.
Melalui pemeriksaan USG transvaginal, yolk sac pertama kali dapat diidentifikasi
pada usia 35 hari dengan diameter 3-4 mm. Yolk sac tumbuhnya lambat,
mencapai diameter maksimum 6 mm pada usia gestasi 10 minggu. Setelah
kehamilan 12 minggu, yolk sac sulit ditemukan karena amnion dan korion sudah
mulai bersatu.
Adanya yolk sac merupakan salah satu tanda kehamilan intrauterin. Bila yolk sac
atau embrio tidak ditemukan pada kantung gestasi dengan diameter lebih dari 25
mm (USG transabdominal) atau 15 mm (USG transvaginal), maka kemungkinan
kehamilan yang ada saat ini adalah suatu blighted ovum
Beberapa kelaianan bawaan yang dapat terjadi pada daerah kranio-fasial antara lain :
1. Jaringan yang melapisi tulang belakang, dinilai untuk menentukan adanya spina bifida
pada daerah vertebrae tertentu
2. Pusat penulangan, termasuk tiga pusat penulangan vertebrae pada setiap tingkat;
3. Konfigurasi tulang belakang atau kelainan korpus vertebrae, paling baik dilihat pada
potongan longitudinal
Beberapa kelaiann bawaan yang dapat terjadi pada daerah vertebrae dan skeletal antara lain :
Radius tidak terbentuk, fibula tiak terbentuk, femur pendek, Malleable bones, dislokasi
panggul congenital, agenesis sacrum, sirenomella, hipoplasia klavikula, hipoplasia rongga
thoraks, defek tulang iga, skoliosis, kifosis, anggota gerak pendek, Elbow dysplasia, Narrow
pelvis, Joint imitation and/or contractures, absence of pubic rami, vertebrae malformation,
hemivertebrae, phokomelia, demineralisasi tulang
Beberapa kelaian yang dapat terjadi pada daerah thoraks antara lain
ASD, VSD, ToF, AV-defect, Hypoplasia left heart syndrome,.hypoplastic right ventricle,
complete TGA, correct TGA, Double outlet Right Ventricle, truncus arteriosus, coartratio
and tubular hypoplasia of the aortic arch, pulmonal stenosis, aortic stenosis, total anomalous
pulmonary venous return, ectopic cordis, tumors of the heart. Single ventricle, supravalvular
AS, asymmetrical septal hypertrophy, endocardial fibroelastosis
Pemeriksaan ekokardiografi janin terdiri dari M-mode untuk menilai ada tidaknya aritmia,
ekokardiografi sumbu panjang dan sumbu pendek jantung, pemeriksaan subkostal dan apeks
empat rongga jantung serta sumbu panjang oblik untuk melihat arkus aorta dan duktus
arkuatus.
Beberapa kelainan bawaan yang mungkin terjadi pada traktur digestivus antara lain :
Beberapa kelainan bawaan yang mungkin terjadi pada traktus urinarius antara lain :
1. Ukuran tulang panjang, termasuk beratnya dan distribusi kelainan berupa tulang
pendek
2. Ekstremitas melengkung, angulus akut, atau hilangnya bagian tulang pada daerah
tertentu
3. Ada tidaknya polidaktili
4. Ada tidaknya kontraktur atau deformitas postural
5. Pembesaran, massa atau ekhogenitas abnormal ekstremitas
Beberapa kelaian bawaan yang mungkin terjadi pada organ genitalia antara lain :
The Royal Australian College of Obstreticians and Gynecologists dan The Royal College of
Radiologist membuat pandunag dalam pemeriksaan USG Obstetri pada kehamilan 18-20
minggu. Panduan ini umum dilakukan pada kehamilan risiko rendah.
Dokter dan pasien harus memperhatikan dan menyadari adanya keterbatasan pada alat dan
pengaruh posisi janin serta faktor obesitas ibu sehingga tidak semua anomaly dapat dideteksi
dengan USG. Pemilihan waktu 18-20 minggu didasarkan pada hampir sebagian besar
anomaly mayor dapat dideteksi pada periode ini, sedangkan kelainan mayor lainnya
lebihjarang ditemukan sebelum 18 minggu.
Pada keadaan khusus, misalnya pemeriksaan Nuchal translusensi, profil muka, dan tulang
hidung untuk deteksi sindroma Down dapat dilakukan pada kehamilan 10-14 minggu.
Peralatan yang dipergunakan untuk penapisan cacat bawaan harus memiliki resolusi yang
baik (canggih) dan real time.
Setiap pemeriksaan USG harus mencantumkan keterangan tertulis dari hasil pemeriksaan
yang dilakukann pemeriksaan serta penilaian akhir dari pemeriksaan tersebut) serta membuat
foto dokumentasi yang dilengkapi dengan identitas pasien, tanggal pemeriksaan, dan
tempat/dokter pemeriksaan.
BAB III
KESIMPULAN
1. USG pada bidang obstetrik dapat digunakan sebagai screening untuk melihat adanya
kecacatan pada janin
2. USG pada trimester pertama dilakukan untuk evaluasi uterus dan adnexa untuk
diagnosis kehamilan, evaluasi denyut jantung janin, jumlah janin, evaluasi uterus,
adnexa dan kavum douglasi
3. USG pada trimester kedua dan ketiga dilakukan untuk melihat tanda kehidupan,
jumlah, presentasi dan aktivitas janin, volume cairan amnion, plasenta, serviks dan tali
pusat, usia gestasi, taksiran berat janin, uterus dan adneksa serta anatomi janin