You are on page 1of 38

Referensi Artikel

PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI PADA KEHAMILAN NORMAL

Disusun Oleh:
Dahniar Rizki Fahriani G99152032
Katherine Gowary Sugiarto G99152044
Rahmi Syuadzah G99152042

Pembimbing:
dr. Prasetyo Sarwono Putro Sp.Rad

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN RADIOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

Pemeriksaan ultrasonografi (USG) saat ini telah dipandang sebagai standard baku
yang tidak dapat dipisahkan dari pelayanan obstetrik ginekologi modern. Pada beberapa
negara, diperkirakan 90-100% wanita hamil yang memeriksakan diri, minimal satu kali
pernah menajalani pemeriksaan USG obstetri. Di Jerman, pemeriksaan obstetri dilakukan
sebanyak tiga kali yaitu kehamilan 9-12 minggu, 19-22 minggu, dan 29-32 minggu. Di
Indonesia, beberapa pusat pendidikan menganjurkan pemeriksaan USG rutin satu kali yaitu
kehamilan 18-20 minggu (Callen,2000)
Di RSPA Gatot Soebroto Jakarta, dilakukan penapisan kelainan bawaan (screening)
USG sebanyak dua kali, yaitu pada usia kehamilan 10-14 minggu (screening pertama) dan
18-22 minggu (screening kedua). Pemeriksaan tambahan dilakukan atas indikasi medias
misalnya pemantauan pertumbuhan janin pada kasus intra uterine growth restriction (IUGR),
pemantauan letak plasenta pada kasus plasenta previa, pemantauan indeks cairan amnion
pada kasus ketuban pecah atau mencari kausa perdarahan dalam kehamilan. Pada pasien yang
baru diketahui hamil atau baru memeriksakan diri ke RSPAD Gatot Soebroto, juga dilakukan
USG.
Salah satu tujuan utama dari USG di bidang obstetir adalah untuk menentukan usia
gestasi secara lebih tepat, memantau pertumbuhan janin dan melakukan deteksi dini adanya
kelainan janin pada massa antenatal. Oleh karena itu pada setiap pemeriksaan USG obstetri
kehamilan harus diperiksa dengan cermat dan sistematis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Organ Reproduksi


Organ reproduksi perempuan terbagi atas organ genitalia eksterna dan organ genitalia
interna. Organ genitalia eksterna adalah bagian untuk sanggama, sedangkan organ genitalia
interna adalah bagian untuk ovulasi tempat pembuahan sel telur, transportasi blastokis,
implantasi, dan tumbuh kembang janin.

Organ genitalia eksterna, atau disebut juga vulva, meliputi seluruh struktur eksternal
yang dapat dilihat mulai dari pubis sampai perineum, yaitu mons veneris, labia mayora dan
labia minora, klitoris, selaput darah (hymen), vestibulum, muara uretra, berbagai kelenjar dan
struktur vaskular.

Mons veneris (mons pubis)


Mons veneris (mons pubis) adalah bagian yang menonjol di atas simfisis dan pada
perempuan setelah pubertas ditutup oleh rambut kemaluan.

Labia mayora
Labia mayora terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil ke bawah, terisi oleh
jaringan lemak yang serupa dengan yang ada di mons veneris. Ke bawah dan ke
belakang kedua labia mayora bertemu dan membentuk kommisura posterior. Labia
mayora analog dengan skrotum pada pria.

Labia minora (nymphae)


Labia minora (nymphae) adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar.
Ke depan kedua bibir kecil bertemu yang di atas klitoris membentuk preputium
klitoridis dan yang di bawah klitoris membentuk frenulum klitoridis. Ke belakang
kedua bibir kecil juga bersatu dan membentuk fossa navikulare. Kulit yang meliputi
labia minora mengandung banyak glandula sebasea dan juga ujung-ujung saraf yang
menyebabkan bibir kecil sangat sensistif.

Klitoris
Klitoris kira-kira sebesar biji kacang ijo, tertutup oleh preputium klitoridis dan terdiri
atas glans klitoridis, korpus klitoridis dan dua krura yang menggantungkan klitoris ke
os pubis. Glans klitoridis terdiri atas jaringan yang dapat mengembang, penuh dengan
ujung saraf, sehingga sangat sensitif.

Gambar 1. Anatomi Genitalia Eksterna Wanita (Netter, 2010)

Vestibulum
Vestibulum berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan ke belakang dan
dibatasi di depan oleh klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil dan di belakang
oleh perineum (fourchette).

Introitus Vagina
Introitus vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Introitus vagina
ditutupi oleh selaput darah.

Perineum
Perineum terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm. Jaringan yang
mendukung perineum terutama ialah diafragma pelvis dan diafragma urogenitalis.
Diafragma pelvis terdiri atas otot levator ani dan otot koksigis posterior serta fasia yang
menutupi kedua otot ini. Diafragma urogenitalis terletak eksternal dari diafragma
pelvis, yaitu di daerah segitiga antara tuber isiadika dan simfisis pubis. Diafragma
urogenitalis meliputi muskulus transverses perinea profunda, otot konstriktor uretra dan
fasia internal maupun eksternal yang menutupinya.
Organ genitalia interna terdiri dari:

Gambar 2. Anatomi Genitalia Interna Wanita (Sobotta, )

Vagina (Liang Sanggama)


Vagina merupakan penghubung antara introitus vagina dan uterus. Dinding depan dan
belakang vagina berdekatan satu sama lain, masing-masing panjangnya berkisar antara
6-8 cm dan 7-10 cm. Bentuk vagina sebelah dalam yang berlipat-lipat dinamakan
rugae. Di tengah-tengahnya ada bagian yang lebih keras disebut kolumna rugarum.
Lipatan ini memungkinkan vagina dalam persalinan melebar sesuai dengan fungsinya
sebagai bagian lunak jalan-lahir. Di vagina tidak didapatkan kelenjar bersekresi.

Uterus
Berbentuk advokat atau buah pir yang sedikit gepeng ke arah depan belakang.
Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri dari otot-otot
polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar di 5,25 cm, tebal dinding 1,25 cm.
Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio (serviks ke depan dan
membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke depan dan membentuk
sudut dengan serviks uteri). Uterus terdiri atas (1) fundus uteri; (2) korpus uteri dan (3)
serviks uteri.
Tuba Fallopi
Tuba Fallopi terdiri atas (1) pars interstisialis, yaitu bagian yang terdapat di dinding
uterus (2) pars ismikia, merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya; (3) pars
ampularis, yaitu bagian yang berbentuk sebagai saluran agak lebar, tempat konsepsi
terjadi; dan (4) infundibulum, yaitu bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen
dan mempunyai fimbria.

Ovarium (indung telur)


Perempuan pada umumnya mempunyai 2 indung telur kanan dan kiri. Mesovarium
menggantung ovarium di bagian belakang ligamentum latum kiri dan kanan. Ovarium
berukuran kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-kira 4 cm,
lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm

(Prawirohardjo, 2010).

B. Fisiologi Kehamilan
1. Definisi Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan
sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum, dilanjutkan dengan nidasi
atau implantasi. Dihitung dari saat fertilisasi sampai kelahiran bayi, kehamilan normal
biasanya berlangsung dalam waktu 40 minggu. Usia kehamilan tersebut dibagi menjadi 3
trimester yang masing-masing berlangsung dalam beberapa minggu. Trimester 1 selama
12 minggu, trimester 2 selama 15 minggu (minggu ke-13 sampai minggu ke-27), dan
trimester 3 selama 13 minggu (minggu ke-28 sampai minggu ke-40).
2. Diagnosis
Banyak manifestasi dari adaptasi fisiologis ibu terhadap kehamilan yang mudah
dikenali dan dapat menjadi petunjuk bagi diagnosis dan evaluasi kemajuan kehamilan.
Perubahan endokrinologis, fisiologis, dan anatomis yang menyertai kehamilan
menimbulkan gejala dan tanda yang memberikan bukti adanya kehamilan. Gejala dan
tanda tersebut dibagi menjadi tiga kelompok, antara lain :
a. Bukti presumtif (tidak pasti)
Gejalanya :
Mual dengan atau tanpa muntah.
Gangguan berkemih.
Fatigue atau rasa mudah lelah.
Persepsi adanya gerakan janin.
Tanda :
Terhentinya menstruasi.
Perubahan pada payudara.
Perubahan warna mukosa vagina.
Meningkatnya pigmentasi kulit dan timbulnya striae pada abdomen.
b. Bukti kemungkinan kehamilan
Pembesaran abdomen.
Perubahan bentuk, ukuran, dan konsistensi uterus.
Perubahan anatomis pada serviks.
Kontraksi Braxton Hicks.
Ballotement.
Kontur fisik janin.
Adanya gonadotropin korionik di urin atau serum.
c. Tanda Positif Kehamilan
Identifikasi kerja jantung janin yang terpisah dan tersendiri dari kerja jantung
ibu.
Persepsi gerakan janin aktif oleh pemeriksa.
Pengenalan mudigah dan janin setiap saat selama kehamilan dengan USG atau
pengenalan janin yang lebih tua secara radiografis pada paruh kedua kehamilan.
3. Perubahan Fisik Selama Kehamilan
Seiring berkembangnya janin, tubuh sang ibu juga mengalami perubahan-
perubahan yang dimaksudkan untuk keperluan tumbuh dan kembang sang bayi.
Perubahan tersebut difasilitasi oleh adanya perubahan kadar hormon estrogen dan
progesteron selama kehamilan. Baik dari segi anatomis maupun fisiologis, perubahan
yang ditimbulkan terjadi secara menyeluruh pada organ tubuh ibu yang berjalan seiring
dengan usia kehamilan dalam trimester. Perubahan-perubahan tersebut meliputi :
a. Sistem Reproduksi
1) Trimester 1
Terdapat tanda Chadwick, yaitu perubahan warna pada vulva, vagina dan
serviks menjadi lebih merah agak kebiruan/keunguan. pH vulva dan vagina
mengalami peningkatan dari 4 menjadi 6,5 yang membuat wanita hamil lebih
rentan terhadap infeksi vagina. Tanda Goodell yaitu perubahan konsistensi
serviks menjadi lebih lunak dan kenyal.2
Pembesaran dan penebalan uterus disebabkan adanya peningkatan
vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah, hyperplasia dan hipertropi otot, dan
perkembangan desidua. Dinding-dinding otot menjadi kuat dan elastis, fundus
pada serviks mudah fleksi disebut tanda Mc Donald. Pada kehamilan 8 minggu
uterus membesar sebesar telur bebek dan pada kehamilan 12 minggu kira-kira
sebesar telur angsa. Pada minggu-minggu pertama, terjadi hipertrofi pada istmus
uteri membuat istmus menjadi panjang dan lebih lunak yang disebut tanda
Hegar. Sejak trimester satu kehamilan, uterus juga mengalami kontraksi yang
tidak teratur dan umumnya tidak nyeri.
Proses ovulasi pada ovarium akan terhenti selama kehamilan.
Pematangan folikel baru juga ditunda. Tetapi pada awal kehamilan, masih
terdapat satu corpus luteum gravidarum yang menghasilkan hormon estrogen
dan progesteron. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu,
kemudian mengecil setelah plasenta terbentuk.
2) Trimester 2
Hormon estrogen dan progesteron terus meningkat dan terjadi
hipervaskularisasi mengakibatkan pembuluh-pembuluh darah alat genetalia
membesar. Peningkatan sensivitas ini dapat meningkatkan keinginan dan
bangkitan seksual, khususnya selama trimester dua kehamilan. Peningkatan
kongesti yang berat ditambah relaksasi dinding pembuluh darah dan uterus
dapat menyebabkan timbulnya edema dan varises vulva. Edema dan varises ini
biasanya membaik selama periode pasca partum.
Pada akhir minggu ke 12 uterus yang terus mengalami pembesaran tidak
lagi cukup tertampung dalam rongga pelvis sehingga uterus akan naik ke rongga
abdomen. Pada trimester kedua ini, kontraksi uterus dapat dideteksi dengan
pemeriksaan bimanual. Kontraksi yang tidak teratur dan biasanya tidak nyeri ini
dikenal sebagai kontraksi Braxton Hicks, muncul tiba-tiba secara sporadik
dengan intensitas antara 5-25 mmHg. Pada usia kehamilan 16 minggu, plasenta
mulai terbentuk dan menggantikan fungsi corpus luteum gravidarum.
3) Trimester 3
Dinding vagina mengalami banyak perubahan sebagai persiapan untuk
persalinan yang seringnya melibatkan peregangan vagina. Ketebalan mukosa
bertambah, jaringan ikat mengendor, dan sel otot polos mengalami hipertrofi.
Juga terjadi peningkatan volume sekresi vagina yang berwarna keputihan dan
lebih kental.
Pada minggu-minggu akhir kehamilan, prostaglandin mempengaruhi
penurunan konsentrasi serabut kolagen pada serviks. Serviks menjadi lunak dan
lebih mudah berdilatasi pada waktu persalinan.
Istsmus uteri akan berkembang menjadi segmen bawah uterus pada
trimester akhir. Otot-otot uterus bagian atas akan berkontraksi sehingga segmen
bawah uterus akan melebar dan menipis, hal itu terjadi pada masa-masa akhir
kehamilan menjelang persalinan. Batas antara segmen atas yang tebal dan
segmen bawah yang tipis disebut lingkaran retraksi fisiologis.
b. Payudara / mammae
1) Trimester
Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon somatomamotropin,
estrogen dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan ASI. Vena-vena di
bawah kulit juga akan lebih terlihat. Areola mammae akan bertambah besar pula
dan kehitaman. Kelenjar sebasea dari areola akan membesar dan cenderung
menonjol keluar dinamakan tuberkel Montgomery.
2) Trimester 2
Pada kehamilan 12 minggu ke atas dari puting susu dapat keluar cairan
kental kekuning-kuningan yang disebut Kolustrum. Kolustrum ini berasal dari
asinus yang mulai bersekresi. Selama trimester dua, pertumbuhan kelenjar
mammae membuat ukuran payudara meningkat secara progresif. Bila
pertambahan ukuran tersebut sangat besar, dapat timbul stria-stria seperti pada
abdomen. Walaupun perkembangan kelenjar mammae secara fungsional
lengkap pada pertengahan masa hamil, tetapi laktasi terlambat sampai kadar
estrogen menurun, yakni setelah janin dan plasenta lahir.
3) Trimester 3
Pembentukan lobules dan alveoli memproduksi dan mensekresi cairan
yang kental kekuningan yang disebut Kolostrum. Pada trimester 3 aliran darah
di dalamnya lambat dan payudara menjadi semakin besar.
c. Kulit
1) Trimester 1
Diketahui bahwa terjadi peningkatan suatu hormon perangsang
melanosit sejak akhir bulan kedua kehamilan sampai aterm yang menyebabkan
timbulnya pigmentasi pada kulit. Linea nigra adalah pigmentasi berwarna hitam
kecoklatan yang muncul pada garis tengah kulit abdomen. Bercak kecoklatan
kadang muncul di daerah wajah dan leher membentuk kloasma atau melasma
gravidarum (topeng kehamilan). Aksentuasi pigmen juga muncul pada areola
dan kulit genital. Pigmentasi ini biasanya akan menghilang atau berkurang
setelah melahirkan.
Angioma atau spider naevi berupa bintik-bintik penonjolan kecil dan
merah pada kulit wajah, leher, dada atas, dan lengan. Kondisi ini sering disebut
sebagai nevus angioma atau teleangiektasis. Eritema palmaris terkadang juga
dapat ditemukan. Kedua kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh
hiperestrogenemia kehamilan.
2) Trimester 2
Peningkatan melanocyte stimulating hormone (MSH) pada masa ini
menyebabkan perubahan cadangan melanin pada daerah epidermal dan dermal.
3) Trimester 3
Pada bulan-bulan akhir kehamilan umumnya dapat muncul garis-garis
kemerahan, kusam pada kulit dinding abdomen dan kadang kadang juga muncul
pada daerah payudara dan paha. Perubahan warna tersebut sering disebut
sebagai striae gavidarum. Pada wanita multipara, selain striae kemerahan itu
seringkali ditemukan garis garis mengkilat keperakan yang merupakan sikatrik
dari striae kehamilan sebelumnya.
d. Perubahan metabolik dan kenaikan berat badan
1) Trimester 1
Terjadi pertambahan berat badan selama kehamilan yang sebagian besar
diakibatkan oleh uterus dan isinya payudara, dan peningkatan volume darah
serta cairan ekstraseluler. Sebagian kecil pertambahan berat badan terebut
diakibatkan oleh perubahan metabolik yang menyebabkan pertambahan air
selular dan penumpukan lemak serta protein baru, yang disebut cadangan ibu.
Pada awal kehamilan, terjadi peningkatan berat badan ibu kurang lebih 1 kg.
2) Trimester 2
Kenaikan berat badan ibu terus bertambah terutama oleh karena
perkembangan janin dalam uterus.
3) Trimester 3
Pertambahan berat badan ibu pada masa ini dapat mencapai 2 kali lipat
bahkan lebih dari berat badan pada awal kehamilan. Pitting edema dapat timbul
pada pergelangan kaki dan tungkai bawah akibat akumulasi cairan tubuh ibu.
Akumulasi cairan ini juga disebabkan oleh peningkatan tekanan vena di bagian
yang lebih rendah dari uterus akibat oklusi parsial vena kava. Penurunan
tekanan osmotik koloid interstisial juga cenderung menimbulkan edema pada
akhir kehamilan.
e. Perubahan Hematologis
1) Trimester 1
Volume darah ibu meningkat secara nyata selama kehamilan.
Konsentrasi hemoglobin dan hematokrit sedikit menurun sejak trimester awal
kehamilan. Sedangkan konsentrasi dan kebutuhan zat besi selama kehamilan
juga cenderung meningkat untuk mencukupi kebutuhan janin.
2) Trimester 2
Peningkatan volume darah disebabkan oleh meningkatnya plasma dan
eritrosit. Terjadi hiperplasia eritroid sedang dalam sumsum tulang dan
peningkatan ringan pada hitung retikulosit. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya kadar eritropoetin plasma ibu setelah usia gestasi 20 minggu,
sesuai dengan saat produksi eritrosit paling tinggi.
3) Trimester 3
Konsentrasi hematokrit dan hemoglobin yang sedikit menurun selama
kehamilan menyebabkan viskositas darah menurun pula. Perlu diperhatikan
kadar hemoglobin ibu terutama pada masa akhir kehamilan, bila konsentrasi Hb
< 11,0 g/dl, hal itu dianggap abnormal dan biasanya disebabkan oleh defisiensi
besi.
f. Sistem Kardiovaskuler
1) Trimester 1
Perubahan terpenting pada fungsi jantung terjadi pada 8 minggu pertama
kehamilan. Pada awal minggu kelima curah jantung mengalami peningkatan
yang merupakan fungsi dari penurunan resistensi vaskuler sistemik serta
peningkatan frekuensi denyut jantung. Preload meningkat sebagai akibat
bertambahnya volume plasma yang terjadi pada minggu ke 10-20.
2) Trimester 2
Sejak pertengahan kehamilan, pembesaran uterus akan menekan vena
cava inferior dan aorta bawah saat ibu berada pada posisi terlentang. Hal itu
akan berdampak pada pengurangan darah balik vena ke jantung hingga terjadi
penurunan preload dan cardiac output yang kemudian dapat menyebabkan
hipotensi arterial.
3) Trimester 3
Selama trimester terakhir, kelanjutan penekanan aorta pada pembesaran
uterus juga akan mengurangi aliran darah uteroplasenta ke ginjal. Pada posisi
terlentang ini akan membuat fungsi ginjal menurun jika dibandingkan dengan
posisi miring.
g. Sistem pernafasan
1) Trimester 1
Kesadaran untuk mengambil nafas sering meningkat pada awal
kehamilan yang mungkin diinterpretasikan sebagai dispneu. Hal itu sering
mengesankan adanya kelainan paru atau jantung padahal sebenarnya tidak ada
apa-apa. Peningkatan usaha nafas selama kehamilan kemungkinan diinduksi
terutama oleh progesteron dan sisanya oleh estrogen. Usaha nafas yang
meningkat tersebut mengakibatkan PCO2 atau tekanan karbokdioksida
berkurang.
2) Trimester 2
Selama kehamilan, sirkumferensia thorax akan bertambah kurang lebih 6
cm dan diafragma akan naik kurang lebih 4 cm karena penekanan uterus pada
rongga abdomen. Pada kehamilan lanjut, volume tidal, volume ventilasi per
menit, dan pengambilan oksigen per menit akan bertambah secara signifikan.
3) Trimester 3
Pergerakan difragma semakin terbatas seiring pertambahan ukuran
uterus dalam rongga abdomen. Setelah minggu ke 30, peningkatan volume tidal,
volume ventilasi per menit, dan pengambilan oksigen per menit akan mencapai
puncaknya pada minggu ke 37. Wanita hamil akan bernafas lebih dalam
sehingga memungkinkan pencampuran gas meningkat dan konsumsi oksigen
meningkat 20%. Diperkirakan efek ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi
progesteron.
h. Sistem Urinaria
1) Trimester 1
Pada bulan-bulan awal kehamilan, vesika urinaria tertekan oleh uterus
sehingga sering timbul keinginan berkemih. Hal itu menghilang seiring usia
kehamilan karena uterus yang telah membesar keluar dari rongga pelvis dan
naik ke abdomen. Ukuran ginjal sedikit bertambah besar selama kehamilan.
Laju filtrasi glomerulus (GFR) dan aliran plasma ginjal (RPF) meningkat pada
awal kehamilan.
2) Trimester 2
Uterus yang membesar mulai keluar dari rongga pelvis sehingga
penekanan pada vesica urinaria pun berkurang. Selain itu, adanya peningkatan
vaskularisasi dari vesica urinaria menyebabkan mukosanya hiperemia dan
menjadi mudah berdarah bila terluka.
3) Trimester 3
Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul
menyebabkan penekanan uterus pada vesica urinaria. Keluhan sering berkemih
pun dapat muncul kembali. Selain itu, terjadi peningkatan sirkulasi darah di
ginjal yang kemudian berpengaruh pada peningkatan laju filtrasi glomerulus dan
renal plasma flow sehingga timbul gejala poliuria. Pada ekskresi akan dijumpai
kadar asam amino dan vitamin yang larut air lebih banyak.
i. Sistem Muskuloskeletal
1) Trimester 1
Pada trimester pertama tidak banyak perubahan pada musuloskeletal.
Akibat peningkatan kadar hormone estrogen dan progesterone, terjadi relaksasi
dari jaringan ikat, kartilago dan ligament juga meningkatkan jumlah cairan
synovial. Bersamaan dua keadaan tersebut meningkatkan fleksibilitas dan
mobilitas persendian. Keseimbangan kadar kalsium selama kehamilan biasanya
normal apabila asupan nutrisinya khususnya produk terpenuhi.
2) Trimester 2
Tidak seperti pada trimester 1, selama trimester 2 ini mobilitas
persendian sedikit berkurang. Hal ini dipicu oleh peningkatan retensi cairan
pada connective tissue, terutama di daerah siku dan pergelangan tangan.
3) Trimester 3
Akibar pembesaran uterus ke posisi anterior, umumnya wanita hamil
memiliki bentuk punggung cenderung lordosis. Sendi sacroiliaca, sacrococcigis,
dan pubis akan meningkat mobilitasnya diperkirakan karena pengaruh
hormonal. Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan perubahan sikap pada wanita
hamil dan menimbulkan perasaan tidak nyaman pada bagian bawah punggung.
j. Sistem Persarafan
1) Trimester 1
Wanita hamil sering melaporkan adanya masalah pemusatan perhatian,
konsentrasi dan memori selama kehamilan dan masa nifas awal. Namun,
penelitian yang sistematis tentang memori pada kehamilan tidak terbatas dan
seringkali bersifat anekdot.
2) Trimester 2
Sejak awal usia gestasi 12 minggu, dan terus berlanjut hingga 2 bulan
pertama pascapartum, wanita mengalami kesulitan untuk mulai tidur, sering
terbangun, jam tidur malam yang lebih sedikit serta efisiensi tidur yang
berkurang.
3) Trimester 3
Penurunan memori disebabkan oleh depresi, kecemasan, kurang tidur
atau perubahan fisik lain yang dikaitkan dengan kehamilan. Penurunan memori
yang diketahui hanyalah sementara dan cepat pulih setelah kelahiran.
k. Sistem Pencernaan
1) Trimester 1
Timbulnya rasa tidak enak di ulu hati disebabkan karena perubahan
posisi lambung dan aliran asam lambung ke esophagus bagian bawah. Produksi
asam lambung menurun. Sering terjadi nausea dan muntah karena pengaruh
human Chorionic Gonadotropin (HCG), tonus otot-otot traktus digestivus juga
berkurang. Saliva atau pengeluaran air liur berlebihan dari biasa. Pada beberapa
wanita ditemukan adanya ngidam makanan yang mungkin berkaitan dengan
persepsi individu wanita tersebut mengenai apa yang bisa mengurangi rasa
mual.
2) Trimester 2
Seiring dengan pembesaran uterus, lambung dan usus akan tergeser.
Demikian juga dengan organ lain seperti appendiks yang akan bergeser ke arah
atas dan lateral. Perubahan lainnya akan lebih bermakna pada kehamilan
trimester 3.
3) Trimester 3
Perubahan yang paling nyata adalah adanya penurunan motilitas otot
polos pada organ digestif dan penurunan sekresi asam lambung. Akibatnya,
tonus sphincter esofagus bagian bawah menurun dan dapat menyebabkan
refluks dari lambung ke esofagus sehingga menimbulkan keluhan seperti
heartburn. Penurunan motilitas usus juga memungkinkan penyerapan nutrisi
lebih banyak, tetapi dapat muncul juga keluhan seperti konstipasi. Sedangkan
mual dapat terjadi akibat penurunan asam lambung.

4. Perubahan hormonal selama kehamilan


Perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan terutama meliputi perubahan
konsentrasi hormon seks yaitu progesteron dan estrogen. Pada awal kehamilan, terjadi
peningkatan hormon hCG dari sel-sel trofoblas. Juga terdapat perubahan dari korpus
luteum menjadi korpus luteum gravidarum yang memproduksi estrogen dan progesteron.
Pada pertengahan trimester satu, produksi hCG menurun, fungsi korpus luteum
gravidarum untuk menghasilkan estrogen dan progesteron pun digantikan oleh plasenta.
Pada trimester dua dan tiga, produksi estrogen dan progesteron terus megalami
peningkatan hingga mencapai puncaknya pada akhir trimester tiga. Kadar puncak
progesteron dapat mencapai 400 g/hari dan estrogen 20g/hari.

5. Tahap Organogenesis Pada Janin


Proses organogenesis merupakan suatu proses pembentukan macam-macam organ
yang berasal dari tiga lapisan germ layer yang telah terbentuk terlebih dahulu pada tahap
gastrulasi. Masing- masing lapisan yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm akan
membentuk suatu bumbung yang nantinya akan berkembang menjadi jaringan atau sistem
organ tertentu yang berbeda namun berkaitan satu dengan yang lain. Pada organogenesis juga
terjadi tahap pertumbuhan akhir embrio yaitu penyelesaian secara halus bentuk definitif
menjadi ciri suatu individu.

Dudek (2011) menguraikan perkembangan manusia diawali dari tahap prefertilisasi,


periode mingguan, periode embrionik dan organogenesis. Uraian lengkapnya sebagai berikut.
1. Prafertilisasi, meliputi perkembangan organ reproduksi seksual, perkembangan organ
reproduksi seksual, perkembangan kromosom, meiosis, organogenesis,
spermatogenesis.
2. Perkembangan minggu 1 (hari ke 1-7), meliputi fertilisasi, pembelahan, blastocyst dan
implantasi.
3. Perkembangan minggu ke-2 (hari ke 8-14), meliputi pembentukan embrioblast
lanjutan, trophoblast lanjutan dan mesoderm ekstraembrio.
4. Periode embrionik, meliputi pembentukan embrioblast lanjutan, vasculogenesis dan
plasentasi.
5. Periode bulan 3 sampai lahir, disebut juga organogenesis sampai parturisi, terjadi
perkembangan organ dan sistem tubuh dan proses kelahiran.

Gambar Tahapan perkembangan manusia hari 1-18 (Sadler, 2012)


Gambar Tahapan perkembangan manusia hari 22-46 (Sadler, 2012)
Gambar Tahapan perkembangan manusia minggu 1-3 (Sadler, 2012)
Gambar Tahapan perkembangan manusiaminggu 4-7 (Sadler, 2012)

C. USG pada Kehamilan


1. Definisi Ultrasonografi
Ultrasonografi adalah visualisasi struktur dalam tubuh yang bekerja merekam
pantulan (gema) denyutan gelombang ultrasonik yang diarahkan ke jaringan tubuh
(Dorland, 2002).
2. Komponen Ultrasonografi
a. Transduser
Transduser adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh
yang akan diperiksa, seperti dinding perut atau dinding poros usus besar pada
pemeriksaan prostat. Di dalam transduser terdapat kristal yang digunakan untuk
menangkap pantulan gelombang yang disalurkan oleh transduser. Gelombang yang
diterima masih dalam bentuk gelombang akusitik (gelombang pantulan) sehingga
fungsi kristal di sini adalah untuk mengubah gelombang tersebut menjadi gelombang
elektronik yang dapat dibaca oleh komputer sehingga dapat diterjemahkan dalam
bentuk gambar.
b. Monitor
Berupa layar sebagai visualisasi gambar yang dihasilkan dari pengolahan
data mesin USG.
c. Mesin USG
Mesin USG merupakan bagian dari USG di mana fungsinya untuk mengolah
data yang diterima dalam bentuk gelombang. Mesin USG kalau dimisalkan, seperti
CPU dari USG sehingga di dalamnya terdapat komponen-komponen yang sama
seperti pada CPU pada PC.
3. Jenis-jenis Ultrasonografi
Adapun jenis pemeriksaan USG ada 4 jenis yaitu sebagai berikut:
a. USG 2 Dimensi
Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas
gambar yang baik sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan.
b. USG 3 Dimensi
Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut
koronal. Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda (dalam
hal ini tubuh janin) dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi
yang berbeda. Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya
yang diputar).
c. USG 4 Dimensi
Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang
dapat bergerak (live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis,
sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat bergerak. Jadi pasien
dapat melihat lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam rahim.
d. USG Doppler
Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama
aliran tali pusat. Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan janin.
4. Cara Pemeriksaan
Pemeriksaan USG dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
a. Pervaginam
- Memasukkan probe USG transvaginal/seperti melakukan pemeriksaan dalam.
- Dilakukan pada kehamilan di bawah 8 minggu.
- Lebih mudah dan ibu tidak perlu menahan kencing.
- Lebih jelas karena bisa lebih dekat pada rahim.
- Daya tembusnya 8-10 cm dengan resolusi tinggi.
- Tidak menyebabkan keguguran.
b. Perabdominan
- Probe USG di atas perut.
- Biasa dilakukan pada kehamilan lebih dari 12 minggu.
- Karena dari atas perut maka daya tembusnya akan melewati otot perut, lemak
baru menembus rahim.
5. Prinsip USG
Ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekuensi lebih tinggi daripada
kemampuan pendengaran telinga manusia, sehingga kita tidak bisa mendengarnya sama
sekali. Suara yang dapat didengar manusia mempunyai frekuensi antara 20 20.000 Cpd
(Cicles per detik = Hz). Pemeriksaan USG ini menggunakan gelombang suara yang
frekuensinya 1 10 MHz ( 1 10 juta Hz )(Boer, 2005).
Gelombang suara frekuensi tinggi tersebut dihasilkan dari kristal-kristal yang
terdapat dalam suatu alat yang disebut transduser. Perubahan bentuk akibat gaya mekanis
pada kristal, akan menimbulkan tegangan listrik. Fenomena ini disebut efek piezo-
electric, yang merupakan dasar perkembangan USG selanjutnya. Bentuk kristal juga
akan berubah bila dipengaruhi oleh medan listrik. Sesuai dengan polaritas medan listrik
yang melaluinya, kristal akan mengembang dan mengkerut, maka akan dihasilkan
gelombang suara frekuensi tinggi (Boer, 2005).
6. Cara Kerja Alat Ultrasonografi
Transduser bekerja sebagai pemancar dan sekaligus penerima gelombang suara.
Pulsa listrik yang dihasilkan oleh generator diubah menjadi energi akustik oleh
transduser, yang dipancarkan dengan arah tertentu pada bagian tubuh yang akan
dipelajari. Sebagian akan dipantulkan dan sebagian lagi akan merambat terus menembus
jaringan yang akan menimbulkan bermacam-macam eko sesuai dengan jaringan yang
dilaluinya (Rasad, 2005).
Pantulan eko yang berasal dari jaringan-jaringan tersebut akan membentur
transduser, dan kemudian diubah menjadi pulsa listrik lalu diperkuat dan selanjutnya
diperlihatkan dalam bentuk cahaya pada layar osiloskop. Dengan demikian bila
transduser digerakkan seolah-olah kita melakukan irisan-irisan pada bagian tubuh yang
diinginkan, dan gambaran irisan-irisan tersebut akan dapat dilihat di layar monitor
(Rasad, 2005).
Masing-masing jaringan tubuh mempunyai impedance acustic tertentu. Dalam
jaringan yang heterogen akan ditimbulkan bermacam- macam eko, jaringan tersebut
dikatakan echogenic. Sedang pada jaringan yang homogen hanya sedikit atau sama sekali
tidak ada eko, disebut anechoic atau echofree atau bebas eko. Suatu rongga berisi cairan
bersifat anechoic, misalnya: kista, asites, pembuluh darah besar, perikardial atau pleural
effusion. Dengan demikian kista dan suatu massa solid akan dapat dibedakan (Rasad,
2005).
7. Indikasi Pemeriksaan USG Obstetri
Menurut Wiknjosastro (2007) sebenarnya belum ada keseragaman mengenai
indikasi pemeriksaan USG dalam kehamilan. Di beberapa negara Eropa, pemeriksaan
USG dikerjakan secara rutin sedikitnya 1-2 kali selama masa kehamilan. Di Amerika
Serikat pemeriksaan USG tidak dikerjakan secara rutin, melainkan atas indikasi klinis,
yaitu bila dalam pemeriksaan klinis dijumpai keadaan yang meragukan atau
mencurigakan adanya kelainan dalam kehamilan. Indikasi tersebut antara lain :
a. Usia kehamilan yang tidak jelas
b. Didapati kehamilan multipel
c. Perdarahan dalam kehamilan
d. Didapati kematian janin
e. Didapati kehamilan ektopik
f. Didapati kehamilan mola
g. Terdapat perbedaan tinggi fundus uteri dan lamanya amenorea
h. Presentase janin yang tidak jelas
i. Didapati pertumbuhan janin terhambat
j. Didapati janin besar
k. Didapati oligohidramnion atau polihidramnion
l. Penentuan profil biofisik janin
m. Evaluasi letak dan keadaan plasenta
n. Adanya risiko atau tersangka cacat bawaan
o. Sebagai alat bantu dalam tindakan obstetrik
p. Didapati kehamilan dengan IUD
q. Didapati kehamilan dengan kelainan bentuk uterus
r. Didapati kehamilan denagn tumor pelvik
s. Sebagai alat bantu dalam tindakan intervensi dalam kehamilan,seperti amniosentesis,
biopsi villi koriales, transfusi intrauterin, fetoskopi, dan sebagainya
8. Efek biologik gelombang ultrasonik
Pada peristiwa perambatan gelombang ultrasonik, di dalam medium terjadi
perubahan siklik berupa getaran partikel, perubahan tekanan, perubahan densitas, dan
perubahan suhu. Semua perubahan ini bersifat sementara dan reversibel, artinya bila
sumber getar dihentikan maka semua perubahan itu juga akan menghilang. Pengaruh
perubahan ini terhadap jaringan tubuh sangat kecil dan praktis dapat diabaikan.
Umumnya efek yang merusak dari gelombang ultrasonik baru terlihat bila
intensitasnya melebihi 100 mWatt/cm2. Pada intensitas yang tinggi, gelombang
ultrasonik dapat merusak DNA, kromosom, sel darah, permeabilitas dinding sel, dan
sebagainya. Tetapi secara epidemiologi, pengaruh yang merugikan pada manusia akibat
penggunaan alat diagnostik USG tidak terbukti. Alat diagnostik USG yang banyak
dipakai saat ini mempunyai intensitas di bawah 10 mW/cm2, sehingga aman untuk
digunakan (Suririnah, 2008).
Menurut Wiknjosastro (2007) ada beberapa faktor lain yang menambah segi
keamanan penggunaan alat USG, baik terhadap ibu maupun janin, yaitu:
a. Gelombang ultrasonik yang digunakan adalah jenis pulsa, sehingga efek kumulatif
di dalam jaringan sangat kecil.
b. Dinding abdomen ibu (pada pemeriksaan transabdominal) akan mengabsorpsi
sebagian intensitas gelombang ultrasonik.
c. Vaskularisasi pada dinding abdomen ibu dan tubuh janin akan menetralisir efek
panas dari gelombang ultrasonik.
d. Pemakaian USG jenis real-time (sering menggerakkan probe selama pemeriksaan)
dan adanya gerakan janin, akan menghindari terfokusnya intensitas gelombang
ultrasonik pada suatu organ terlalu lama.

9. Persiapan Sebelum Pemeriksaan

Sebelum melakukan pemeriksaan, tentu kita harus memiliki persiapan yang cukup,
diantaranya adalah:

1. Pencegahan Infeksi
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak langsung dengan pasien, setelah kontak dengan
darah atau cairan tubuh lainnya, dan setelah melepas sarung tangan, telah terbukti dapat
mencegah penyebaran infeksi. Panduan di bawah ini dapat membantu mencegah
penyebaran infeksi :
a. Semua jeli yang terdapat pada transduser harus selalu dibersihkan.
b. Semua peralatan yang terkontaminasi atau mengandung kotoran harus dibersihka
dengan sabun dan air.
c. Transdusr kemudian dibersihakn dengan alkohol 70% atau direndam selama dua
menit dalam larutan yang mengandung sodium hypochlorite ( kadar 500 ppm dan
diganti setiap hari) kemudian di cuci dengan air mengalir dan selanjutnya
dikeringkan.
d. Transduser harus diberi pelapis sebelum dipakai untuk pemeriksaan USG
transvaginal, bisa memakai sarung tangan karet, atau kondom.
e. Pemeriksa harus memakai sarung tanga sekali pakai pada tangan yang akan
membuka labia sebelum transduser vagina dimasukan.
f. Setelah melakukan pemeriksaan, sarung tangan harus dimasukkan pada tempat
khusus untuk mencegah penyebaran infeksi, dan kemudian pemeriksa mencuci
tangan.
g. Pada pemeriksaan USG invasive, persiapan yang dilakukan sama seperti tindak
operasi.
2. Persiapan alat
Mesin USG diletakkan di sebelah kanan tempat tidur pasien, bila pemeriksa berangan
kiri, maka mesin diletakan di sisi kiri pasien. Hidupkan peralatan USG sesuai dengan
tatacara yang dianjurkan oleh pabrik pembuat peralatan tersebut. Panduan pengoperasian
alat sebaiknya diletakkan di dekat mesin USG, untuk mencegah kerusakan alat akibat
ketidaktahuan operator USG.
Perhatikan tegangan listrik pada kamar USG, karena tegangan yang terlalu naik turun
aka membuat peralatan elektronik mudah rusak. Bila perlu pasang stabilisator tegangan
listrik dan UPS.
Setiap kali selesai melakukan pemeriksaan USG, bersihkan semua peralatan dengan
hati-hati, terutama transduser yang mudah rusak. Bersihkan transduser dengan
menggunakan kain yang lebut dan cuci dengan larutan anti kuman yang tidak merusak
transduser.
Selanjutnya taruh transduser pada tempatnya, rapikan dan bersihkan kabel-kabel,
tutup mesin USG dengan plastik penutupnya.
3. Persiapan pasien
Memberi informasi pada pasien terkait harapan dari hasil pemeriksaan, akuransi
ketepatan diagnostik, perlu tidak nya pemeriksaan USG 3D, dan biaya
pemeriksaan.Terangkan secara benar dan penuh bahwa USG bukanlah suatu alat yang
dapat melihat seluruh tubuh janin atau organ kandungan, hal ini untuk menghilangkan
kesalahan harapan dari pasien.
4. Persiapan pemeriksaan
Periksa surat pengajuan pemeriksaan USG, apakah indikasi dan apakah didahulukan
karena bersifat darurat atau tidak. Periksa identitas pasien, keluhan klinis, dan
pemeriksaan fisik yang ada, beirkan penjelasan dan ajukan persetujuan terhadap tindakan
yang akan dllakukan, terutama USG transvaginal memerikan persetujuan tertulis. Setiap
pemeriksa juga harus menyesuaikan dengan peralatan yang dipakainya serta mengenal
semua lokasi dan fungsi tombol-tombol yang tersedia. Pemeriksa juga harus berlatih
dengan baik dan harus mengetahui program pencegahan infeksi universal.

D. Evaluasi USG
1. Evaluasi USG pada Trimester awal
a. Evaluasi uterus dan adneksa untuk menentukan adanya kehamilan
Jika kantung gestasi (KG) telah tampak, harus dilaporkan lokasi dan ukuran KG
tersebut serta ada tidaknya embrio. Bila ditemukan embrio, lakukan pengukuran
crown rump length (CRL). Bila gambaran embrio tidak dapat ditemukan, lakukan
pencarian yolk sac. Penentuan usia gestasi berdasarkan pada diameter rata-rata
KG atau morfologi dan isi KG. Ditemukannya embrio atau yolk sac merupakan
bukti pasti adanya kantung gestasi. Pada akhir trimester pertama dapat juga
dilakukan pemeriksaan diameter biparietal (DBP) atau parameter lainnya untuk
menentukan usia gestai, misalnya panjang femur
b. Evaluasi ada tidaknya denyut jantung mudigah/ janin
Melalui pemeriksaan USG Transvaginal, denyut jantung janin sudah dapat
dideteksi pada janin dengan CRL 5 MM. Bila embrio dengan CRL kurang dari 5
mm belum tampak DJJ, pemeriksaan USG harus diulangi pada minggu berikutnya
untuk memastikan ada tidaknya tanda-tanda kehidupan janin.
c. Menentukan jumlah janin
Adanya kehamilan ganda harus ditentukan berdasarkan ditemukannya gambaran
echo janin, bukan berdasarkan kantung gestasi. Kadang-kadang pada kehamilan
muda ditemukan lebih dari satu struktur yang menyerupai kantung gesatsi. Hal ini
dapat tampak sebelum terjadinya penyatuan selaput amnion dan khorion atau
sebagai akibat terangkatnya membrane khorion akibat perdarahan intra uteri
(perdarahan sub khorionik).
d. Evaluasi uterus, struktur adneksa, kavum Douglasi dan Retzii
Buat dokumentasi lokasi dan ukuran mioma uteri serta massa di adneksa. Kavum
Douglasi harus diperiksa untuk mencari ada tidaknya cairan bebas. Bila
ditemukan cauiran di KAVUM Douglasi, harus dilakukan pemeriksaan USG pada
daerah subdiafragma dan subhepar untuk mencari adanya cairan intra abdomen.
e. Pemeriksaan Embrio Secara Sonografi
1. Usia gestasi 4 minggu
Tampak kantong gestasi berdiameter 2-5 mm. Tertanam di dalam
endometrium, berbentuk sferis, tepi regular, dan terletak eksentris di daerah
fundus uteri. Kantong gestasi tersebut berada di tepat di bawah permukaan
endometrium dan dikelilingi oleh jaringan trofoblas yang memberikan
gambaran sonografi hiperekhoik. Bila pada periode ini Yolk Sac belum dapat
diidentifikasi, maka pemeriksaan diulang satu minggu kemudian.
2. Usia gestasi 5 minggu
Kantong gestasi (rongga khorion) tampak di dalam kavum uteri, dikelilingi
oleh endometrium yang menebal dan tepi yang ekhogenik (khorion
frondosum) berisi embrio yang tampak sebagai garis lurus menempel pada
Yolk Sac. Bila tanda ini tidak dijumpai, maka penumpukan cairan di dalam
kavum uteri dapat memberikan gambaran kantong gestasi palsu
(pseudogestational sac) seperti pada kehamilan ektopik. Bila diameter rata-
rata kantong gestasi >2 mm dan Yolk Sac belum tampak, kemungkinan
terdapat blighted ovum, dan sebaiknya pemeriksaan diulangi satu minggu
kemudian.
3. Usia gestasi 6 minggu
Bentuk embrio mulai berubah dari lurus menjadi sedikit fleksi. Duktus
vitellinus tampak menghubungkan embrio dengan Yolk Sac. Panjang embrio
sekitar 4-10 mm. Denyut jantung janin akan bertambah cepat pada kehamilan
6-9 minggu, kemudian sedikit menurun pada kehamilan 10 minggu, dan
selanjutnya menetap dengan frekuensi DJJ normal antara 120-160 dpm. Bila
pada CRL 5 mm belum dapat dideteksi DJJ, maka pemeriksaan USG
diulangi satu minggu. Bila terdapat abnormalitas DJJ dengn frekuensi < 85
dpm menunjukkan prognosis buruk karena angka kejadian abortus tinggi.
Keadaan ini harus dijelaskan ke pasien dan pada pemeriksaan berikutnya
harus dilakukan penapisan anomali kongenital pada kehamilan 10-14 minggu
dan 18-22 minggu.
4. Usia gestasi 7 minggu
Embrio tampak terpisah dari Yolk Sac dan di hubungkan melalui duktus
vitelinus, berbentuk huruf C dengan bagian kepala tampak dominan. Pada
saat ini sudah dapat dilihat tonjolan bakal ekstremitas (limb buds) pada sisi
lateral tubuh janin. Panjang CRL 12 mm sudah dapat dibedakan struktur
kepala dari bagian tubuh janin. Di daerah oksipital tampak struktur kistik
yang disebut rhombensefalon. Vertebrae juga mulai dapat dikenali sebagai
dua garis ekhogenik yang berjalan sejajar sepanjang daerah punggung janin.
Selaput dan rongga amnion sudah tampak, umbilicus juga sudah dapat
dikenali.
5. Usia gestasi 8 minggu
Jaringan otak berkembang dengan sangat cepat dan menempati sekitar 50%
dari seluruh panjang janin, hal ini sesuai dengan proses penyempurnaan
manusia dimulai dari daerah kepala (rostral) baru kemudian ke daerah genital
dan ekstremitas (kaudal). Pleksus khoroideus dapat dilihat sebagai struktur
hiperekhoik yang terletak simetris di ventral lateral. Rhombensefalon
bertambah jelas dan terletak di daerah oksipitalis. Jantung tampak sebagai
dua buah rongga yang berdenyut simetris yaitu rongga ventrikel yang
dipisahkan oleh septum interventrikulare. Gerakan tubuh juga mulai terlihat
dan bagian ekstremitas bertambah jelas.

USG dapat mendeteksi pertama kali adanya tanda kehamilan intra uterinem
diperkirakan pada usia gestasi 3,5 miggu hingga 5 minggu (rata-rata 4 minggu). Bila
baru beberapa hari terlambat mungkin saja yang tampak adalah endometrium dengan
reaksi desidua yang tampak menebal belum tampak kantong gestasi. Pada kehamilan
4-5 minggu ini, epmeriksaan harus dilakukan secara cermat dan mencari dimana
lokasi kantong gestasi. Pada uterus bikornis, lkasi kehamilan dapat terletak di salah
satu kornu. USG transvaginal dapat mendeteksi kehamilan intrauterine paling cepat
pada kehamilan 4 minggu 3 hari. Pada saat itu kehamilan terlihat sebagai kantung
gestasi, berbentu bulat anekhoik, berdiameter 2-3 mm di daerah endometrium yang
dikelilingi oleh lapisan hiperekhoik agak tebal yang berasal dari vili korialis dikenal
juga sebagai gambaran double decidual sac sign. Pada waktu yang sama , kadar
hCG serum ibu berkisar antara 500-1500 IU/L. Kehamilan ektopik merupakan
kondisi yang harus segera didiagnosis dan ditatalaksana dengan cepat dan tepat
karena dapat berakibat fatal. Penentuan usia gestasi pada trimester pertama sangat
penting karena memiliki ketepatan yang paling tinggi dibandingkan trimester
berikutnya, kesalahannya sekitar 5-7 hari.

f. Pemeriksaan Biometri pada Trimester Pertama

Pemeriksaan biometri yang bisa dilakukan pada trimester pertama antara lain :
a. Ukuran Kantung Gestasi
Kantung gestasi seringkali berbentuk ovoid dan dapat diukur dengan dua cara
yaitu :
1. Mencari diameter rata-rata dari penjumlahan panjang longitudinal, transversal
dan antero-posterior kemudian dibagi tiga
2. Mengukur volume dengan cara menghitung panjang anteroposterior x
longitudinal x trasversal x 0,5223 mm 3.
Kecepatan tumbuh kantong gestasi sekitar 1 mm per hari. Bentuk
kantong gestasi menjadi semakin elips bila diameternya sudah lebih dari 10 mm.
Penentuan usia gestasi berdasarkan ukuran kantong gestasi hanya dilakukan bila
ekho janin belum tampak.
Kantong gestasi dapat dilihat sejak kehamilan 4 minggu melalui USG
transvaginal dan sekita 5-6 minggu melalui USG transabdominal. Dari hasil
pengukuran tersebut dibandingkan dengan tabel ada. Pengukuran dilakukan dari
tepi bagian dalam kantung gestasi ke tepi bagian dalam sisi lainnya. Kesalahan
pengukuran kantong gestasi dalam penentuan usia gestasi sekitar 1-2 minggu
Pada pemeriksaan transabdominal, kandung kencing tidak boleh terisi terlalu
penuh karena akan mempengaruhi bentuk dan hasil pengukuran kantong gestasi
Pada pemeriksaan transvaginal, jangan terlalu menekan uterus karena akan
membuat letak akntong gestasi menjauhi fokus gelombang suara atau juga dapat
menimbulkan distorsi bentuk kantong gestasi. Pada gambar volume kantong
gestasi tersebut adalah 8,7 x 5,3 x 7,0 mm x 0,52 mm3, belum tampak ekho janin,
tetapi sudah tampak yolk sac. Diameter rata-rata kantong gestasi adalah (8,7 + 5,3
+ 7,0 mm)/3 = 7 mm
b. Ukuran CRL
Periode embrio berlangsung dari kehamilan 0-8 minggu. Melalui pemeriksaan
USG transvaginal, embrio sudah dapat dideteksi pada kehamilan 37 hari,
berbentuk seperti gari lurus, panjang sekitar 2 mm, dengan ekho terang (bright
linier echo), terletak dekat dengan yolk sac dan duktus vitellinus. Kecepatan
pertumbuhan embrio sekitar 1 mm per hari. Panjang CRL diukur pada posisi
netral (mendatar) karena pada posisi ini panjang bayi mendekati ukuran
sebenarnya (tubuh bayi lebih lurus). Lakukan pengukuran dari kepala hingga
bokong secara cermat, hati-hati jangan sampai ekstremitas inferior atau yolk sac
ikut terukur. Panjang CRL sangat penting untuk diukur karena <50% wanita
hamil tidak yakin kapan hari pertama haid terakhir
Pengukuran CRL memiliki akurasi yang baik dengan kesalahan sekitar 5-7 hari,
sehingga parameter ini merupakan satu-satunya parameter tunggal dengan
kesalahan perhitungan usia gestasi kurang dari 1 minggu. Hasil pengukuran CRL
tidak dipengaruhi oleh usia ibu, tinggi badan, paritas atau ras. Bila dijumpai
perbedaan yang bermakna antara usia gestasi berdasarkan HPHT dengan ukuran
CRL, mungkin terdapat tanda awal pertumbuhan janin terhambat. Pengamatan
embrio dengan teknik potongan multislices memberikan gambaran embrio yang
lebih jelas. Pengukuran CRL hanya bisa dipakai sampai usia gestasi 12 minggu
karena pada usia gestasi selanjutnya bentuk tubuh janin akan melengkung,
sehingga pengukuran usia gestasi setelah 12 minggu akan memeliki kesalahan
lebih dari satu minggu. Waktu terbaik pengukuran CRL adalah pada usia 7-10
minggu
c. Ukuran yolk sac
Yolk sac normal berbentuk hampir bulat seperti cincin atau kue donat, tepi
hiperekoik dengan bagian tengahnya anekoik dengan diameter sekitar 4-6 mm.
Yolk sac mulai tampak secara sonografi pada usia 5-6 minggu, letaknya
berdekatan dengan embrio, berhubungan dengan embrio melalui duktus vetillinus
dan merupakan organ ekstra amniotik yang terletak diantara amnion dan khorin.
Semakin bertambah usia gestasi, semakin jauh jarak antara embrio dengan yolk
sac. Hal ini terjadi karena semakin banyak cairan amnion yang terbentuk.
Melalui pemeriksaan USG transvaginal, yolk sac pertama kali dapat diidentifikasi
pada usia 35 hari dengan diameter 3-4 mm. Yolk sac tumbuhnya lambat,
mencapai diameter maksimum 6 mm pada usia gestasi 10 minggu. Setelah
kehamilan 12 minggu, yolk sac sulit ditemukan karena amnion dan korion sudah
mulai bersatu.
Adanya yolk sac merupakan salah satu tanda kehamilan intrauterin. Bila yolk sac
atau embrio tidak ditemukan pada kantung gestasi dengan diameter lebih dari 25
mm (USG transabdominal) atau 15 mm (USG transvaginal), maka kemungkinan
kehamilan yang ada saat ini adalah suatu blighted ovum

2. Evaluasi USG trimester kedua dan ketiga


a. Evaluasi tanda kehidupan, jumlah, presentasi, dan aktivitas janin
Laporkan adanya gangguan irama atau frekuensi DJJ yang abnormal. Adanya
abnormalitas DJJ harus dilanjutkan dengan mencari penyebabnya dan bila
mungkin memberikan terapi pada janin melalui ibunya (misalnya pada aritmia
kordis). Bila ditemukan kehamilan ganda, cantumkan keterangan jumlah KG,
jumlah plasenta, ada tidaknya sekat amnion-khorion, jenis kelamin (bila tampak),
perbandingan berat janin, dan perbandingan volume cairan ketuban pada masing-
masing janin.
b. Evaluasi prakiraan volume cairan amnion
Penentuan volume aminon dapat memakai pernilaian subjektif, indeks cairan
amnion menurut Phelan (normal, banyak, sedikit), atau pengukuran diameter
terbesar pada satu kantung amnion (Single pocket). Fisiologis jumlah cairan
ketuban bervairasi sesuai usia gestasi.
c. Evaluasi lokasi plasenta, gambaran plasenta (derajat maturasi), dan
hubungan plasenta dengan ostium uteri internum (OUI) serta pemeriksaan
keadaan tali pusat
Lokasi plasenta pada kehamilan dapat saja berbeda dari kehamilan trimester
ketiga, hal ini berhubungan dengan adanya proses migrasi plasenta akibat
pembesaran uterus dan pembentuka segmen bawah uterus atau adanya kontraksi
segmen bawah uterus dapat membuat salah diagnosis adanya plasenta previa atau
mioma uteri.
d. Penentuan usia gestasi berdasarkan pemeriksaan awal biometri janin pada
trimester pertama

Setelah kehamilan 12 minggu, parameter yang dapat dipakai dalam pemeriksaan


biometri janin yaitu diameter, lingkar kepala, diameter oksipito-frontalis, diameter
transserebral, panjang humerus, panjang femur, lingakr perut dan taksiran berat janin.
Pemeriksaan biometri janin paad trimester kedua dan ketiga adalah untuk memantau
pertumbuhan janin, deteksi cacat bawaan, penentuan usia gestasi dalam kehamilan
lanjut, dan taksiran berat janin

a. Diameter biparietal (DBP)


Pengukuran diameter biparietal dikenal dengan dua cara yaitu melalui bidan potong
ventrikel lateral dan melalui bidang potong thalamus. Hingga saat ini, tidak ada
kesepakatan cara mana yang harus dipilih. Merz melakukan pengukuran DBP dan
DOF dari luar ke luar (dari outer ke outer), sedangkan peneliti lain memakai cara dari
luar ke dalam (outer to inner). Waktu terbaik untuk menetuka usia gestasi berdasarkan
diameter biparietal adalah 15-24 minggu, tetapi DBP sudah dapat diukur sejak
kehamilan 12 minggu. Setelah usia 24 minggu, terdapat variasi individu janin dalam
hal ukuran biometr dan kecepatan tumbuh sehingga penentuan usia gestasi
berdasarkan DBP menjadi tidak akurat
b. Lingkar kepala (LK)
Pengukuran lingkar kepala dilakukan melalui bidang potong yang sama dengan
pengukuran DBP. Cara pengukurannya dapat memakai rumus LK= 3,14
(DBP+DOF)/2 atau memakai pengukuran otomatis yang ada didalam program
komputer mesin USG. Pada pengukuran otomatis, kapiler pertama diletakkan pada
anterio tepat diujung posterior garis tengah kepala, kemudia tombol set atau enter
dietkan sehingga terlihat gambaran elips berbentuk titik-titik. Gerakkan trick-ball
hingga gambaran elips tersebut mencapai tabula eksterna, simetris atas bawah. Hasil
perhitungan akan ditampilkan pada layar secara otomatis
c. Diameter oksipito-frontalis (DOF)
Pengukuran DOF dilakukan melalui bidang potong yang sama dengan pengukuran
DBP. Cara pengukurannya sebagai berikut : tempatkan kapiler pertama di kepala
bagian anterior kemudia gerakkan kapiler kedua sehingga mencapai bagian posterior
kepala, keduanya pada sisi luar kepala (outer to outer). Garis DOF melalui falks
serebri atau garis tengah kepala. Hasil perhitungan akan ditampilkan secara otomatis
pada layar monitor dan report hasil pemeriksaan
d. Diameter transserebellar
Pengukuran diameter transserebellar dilakukan dari outer ke outer. Pengukuran dalam
milimeter hingga usia gestasi 24 minggu menunjukkan kesamaan dengan diameter
serebellum, misalnya diameter transserebellar 20 mm, sama dengan usia gestasi 20
minggu
e. Panjang humerus
Humerus dicari melalui potongan transversal rongga dada bagian atas, akan tampak
sebagian bonggol hiperekoik didaerah bahu, kemudian transduser diputar perlahan-
lahan sampai diperoleh keseluruhan panjang humerus. Penentuan usia gestasi panjang
humerus dapat dilihat pada tabel referensi
f. Panjang radius
Setelah dapat gambaran humerus yang memanjang, transduser digerakkan kearah
distal lengan sampai tampak dua buah tulang yang berjalan sejajar, tulang bagian
lateral adalah os radius dan tulang bagian medial adalah os ulna. Penentuan usia
gestasi panjang humerus dapat dilihat pada tabel referensi
g. Panjang ulna
Cara pengukuran panjang ulna sama seperti pengukuran panjang radius, penting
diperhatikan bahwa os ulna terletak lebih medialdan tampak sedikit lebih panjang.
Gambaran ini terjadi karena pusat osifikasi ulna terletak lebih proksimal dibanding
radius
h. Lingkar perut
Cara mencari lingkar perut adalah sebagai berikut : ambil potongan longitudinal tubuh
janin sehingga tampak gambaran vertebrae, jantung dan vesica urinaria. Setelah
tampak jantung, putarlah transduser ke 90 derajat sehingga tampak gambaran
transversal jantung. Kemudian gerakkan transduser ke arah inferior sehingga tampak
gambaran vertebrae, gaster dan vena umbilikalis dalam satu bidang transversal. Pada
potonga ini tidak boleh tampak jantung dan vesica urinaria dan bentuk perutharus
sebundar mungkin. Lingkar perut berguna untuk menilai pertumbuhan janin, evaluasi
disproporsional kepala dan perut, dan evaluasi pertumbuhan janin setelah periode
tertentu
i. Panjang femur
Agar lebih mudah mencari femur, pertama-tama tentukan letak kepala janin. Lakukan
rotasi sampai tampak vertebra, kemudian susuri sepanjang vertebrae sampai ke daerah
lumbal atau sakrum untuk lakukan rotasi 45 derajat ke kiri atau kanan untuk mencari
gambaran femur yang baik. Bila femur tampak sejajar dengna transduser dan kedua
tepinya jelas terlihat, maka gambaran femur yang baik telah diperoleh dan dapat
dilakukan pengukuran. Pada usia gestasi 12 minggu, panjang femur sudah bisa
dipakai untuk menentukan usia gestasi
e. Penghitungan taksiran berat janin (TBJ)
Pengukuran TBJ harus dilakuka pada akhir trimester kedua dan trimester
ketiga berdasarkan perbandingan lingkap perut (LP) dengan DBP dan PF. LP
diukur pada potingan transversal abdomen setinggi daerah pertemuan vena porta
kiri dan kanan. Pengukuran LP penting dalam diagnosis pertumbuhan jain
terhambat dan makrosomia.
f. Evaluasi keadaan uterus (termasuk serviks uteri) dan struktur adneksa
Pemeriksaan ini berguna untuk memperoleh temuan tambahan yang mempunyai
arti klinis penting sepeti mioma uteri dan massa di adneksa yang kemudian dicatat
lokasi dan ukurannya. Ovarium sulit diidentifikasi pada kehamilan trimester
kedua dan ketiga sehingga sering kali sulit ditemukan. Pemeriksaan transvaginal
atau transperineal dapat membantu meilai keadaan serviks. Pengukuran serviks
dilakukan melalui tiga bidang, yaitu ukuran longitudinal, anteroposterior, dan
transversal.
g. Evaluasi anatomi janin
Pemeriksaan USG meliputi penilaian anatomi janin seperti ventrikel serebri, fossa
posterior, Ifour chamber vein jantung, vertebra, gaster, ren, vesika urinaria,
insersi umbilicus, dan keutuhan dinding depan abdomen. Jika posisi janin
memungkinkan, sebaiknya dilakukan juga pemeriksan bagian-bagian janin
lainnya.
E. Pemeriksaan USG Obstetri Tingkat II

Pemeriksaan USG tTingkat II dilakukan oleh sinologist yang berpengalaman.

Pemeriksaan daerah kranio-fasial

1. Osifikasi, kesinambungan, bentuk, dan ukuran cranium;


2. Pemeriksaan struktur oarenkhim otak, misalnya thalamus, pendunkulus serebri,
kavum septum pellusidum, hemisfer serebri, tentorium, hemisfer serebellum, vermis,
dan sisterna magna;
3. Ukuran dan bentuk ventrikel ventrikel serebri, pleksus khoroideus serta bentuk
ependima;
4. Profil muka dan pemeriksaan ukuran, bentuk dan letak mata, hidung, telinga. Dan
dagu;
5. Ukuran lidah dan mulut serta integritas bibir atas dan palatum durum;
6. Pemeriksaan daerah leher dan identifikasi adanya massa di daerah leher

Beberapa kelaianan bawaan yang dapat terjadi pada daerah kranio-fasial antara lain :

1. Susunana Saraf Pusat


Hidrosefalus, anensefalus, mikrosefalus, meningokel, ensefalokel, makrosefalus,
sebosefalus
2. Kraniofasial
Kraniostenosis, mikrognathia, atresia khoanal, hipertelorisme, hipotelorisme, dahi
menonjol, beak-like nose, agenesis ramus mandibula, labioskizis atau palatoskizis,
low nasal bridge, broad nasal bridge, prognatisme, makroglossia, dan asimetris
kranium
3. Mata
Katarak atau kekeruhan kornea, kolomba iris, mikrophathalmia, myopia, blue sclera.
Mikrokornea, dysplasia retina, anopthalmos, siklopia, anirdia
4. Telinga
Low set ear, low set canal, dan malformasi berat.

Pemeriksaan vertebrae dan skeletal, meliputi :

1. Jaringan yang melapisi tulang belakang, dinilai untuk menentukan adanya spina bifida
pada daerah vertebrae tertentu
2. Pusat penulangan, termasuk tiga pusat penulangan vertebrae pada setiap tingkat;
3. Konfigurasi tulang belakang atau kelainan korpus vertebrae, paling baik dilihat pada
potongan longitudinal
Beberapa kelaiann bawaan yang dapat terjadi pada daerah vertebrae dan skeletal antara lain :
Radius tidak terbentuk, fibula tiak terbentuk, femur pendek, Malleable bones, dislokasi
panggul congenital, agenesis sacrum, sirenomella, hipoplasia klavikula, hipoplasia rongga
thoraks, defek tulang iga, skoliosis, kifosis, anggota gerak pendek, Elbow dysplasia, Narrow
pelvis, Joint imitation and/or contractures, absence of pubic rami, vertebrae malformation,
hemivertebrae, phokomelia, demineralisasi tulang

Pemeriksaan thoraks, meliputi :

1. Ukuran dan konfigurasi rongga thoraks


2. Ukuran, bentuk, dan ekogenitas massa intra thoraks atau adanya penimbunan cairan
(hidrothoraks, efusi pericardial)
3. Ekogenitas paru-pari
4. Ada tidaknya kompresi ekstratorakal dan gerak nafas janin

Beberapa kelaian yang dapat terjadi pada daerah thoraks antara lain

ASD, VSD, ToF, AV-defect, Hypoplasia left heart syndrome,.hypoplastic right ventricle,
complete TGA, correct TGA, Double outlet Right Ventricle, truncus arteriosus, coartratio
and tubular hypoplasia of the aortic arch, pulmonal stenosis, aortic stenosis, total anomalous
pulmonary venous return, ectopic cordis, tumors of the heart. Single ventricle, supravalvular
AS, asymmetrical septal hypertrophy, endocardial fibroelastosis

Pemeriksaan Jantung Sebagai berikut :

Pemeriksaan ekhokardiografi janin merupakan pemeriksaan yang khusus (spesialisasi), sulit,


seringkali dilakukan oleh subspesialis kardiologi anak, dan memerlukan waktu pemeriksaan
cukup lama, kira-kira 60-90 menit.

Pemeriksaan ekokardiografi janin terdiri dari M-mode untuk menilai ada tidaknya aritmia,
ekokardiografi sumbu panjang dan sumbu pendek jantung, pemeriksaan subkostal dan apeks
empat rongga jantung serta sumbu panjang oblik untuk melihat arkus aorta dan duktus
arkuatus.

Bila ditemukan abnormalitas pada ekhokardiografi, pemeriksaan dilanjutkan dengan Doppler


dupleks, berwarna atau pemeriksaan canggih lainnya. Pemeriksaan triplet vessels, four
chamber view, dan five chamber saat ini dianjurkan sebagai penapisan abnormalitas jantung.

Pemeriksaan abdomen, meliputi :


1. Ukuran dan lokasi gaster;
2. Ekhogenitas usus;
3. Lokasi, ukuran serta ekhogenitas vesika felea dan hepar;
4. Ukuran, bentuk, lokasi, dan ekhogenitas cairan abnormal intraperitoneal atau massa
intra abdomen
5. Lokasi, ukuran, dan isis defek dinding abdomen.

Beberapa kelainan bawaan yang mungkin terjadi pada traktur digestivus antara lain :

Interstinal atresia, imperforate anus, omphalocele, gastroschisis, hepatomegaly,


splenomegaly, biliary atresia. Pyloric stenosis, malrotation of colon, anal atresia with
rectovestibular-fistula., megacystic-microcolon-intestinal-hypoperistalsis syndrome.

Pemeriksaan Traktus Urinarius, meliputi :

1. Lokasi, ukuran, serta ekhogenitas ginjal dan vesika urinaria;


2. Lokasi, ukuran, dan ekhogenitas ginjal, juga periksa adanya kista ginjal atau perrenal,
pelveokaliektasis, ureterektasis, dan dilatasi atau penebalan vesika urinaria.

Beberapa kelainan bawaan yang mungkin terjadi pada traktus urinarius antara lain :

Polycystisc klidney, hydronephrosis, horseshoe kidney, duplicated ureters, bilateral renal


agenesis, multicystic kidney disease, mageureter, priune-belly syndrome, ureteropelvic
junction obstruction, posterior urethral valves.

Pemeriksaan ekstremitas, meliputi :

1. Ukuran tulang panjang, termasuk beratnya dan distribusi kelainan berupa tulang
pendek
2. Ekstremitas melengkung, angulus akut, atau hilangnya bagian tulang pada daerah
tertentu
3. Ada tidaknya polidaktili
4. Ada tidaknya kontraktur atau deformitas postural
5. Pembesaran, massa atau ekhogenitas abnormal ekstremitas

Beberapa kelainan bawaan yang mungkin terjadi ekstremitas antara lain :

Polydactilly, syndactily, clinodactily, complete cutaneous syndactily, absence of thumbs,


short hands, absence of all metacarpals, absence of distal phalnx, broad fingersm steeters
bands and deformity, ectrodactyly, oligodactyli, clubfoot, severe calcaneovalgus, absence of
nails.

Pemeriksaan Genitalia, meliputi :

1. Penentuan jenis kelamin


2. Pemeriksaan testis setelah kehamilan 30 minggu
3. Oemeriksaan kelainan yang berkaitan dengan sex linked disease

Beberapa kelaian bawaan yang mungkin terjadi pada organ genitalia antara lain :

Severe hypospadias, common cloaca, abnormal crytochidism, inguinal crptorchidism,


ambiguous genitalia, bifid scrotum, unicornuate uterus, absence of uterus, double vagina,
duplication or anomalous insertion of fallopian tubes, hypoplastic ovaries, uterine cysts,
vaginal atresia, ovarian cysts.

Pemeriksaan Umbilikus, meliputi :

1. Umbilikus normal terdiri dari dua arteri dan satu vena;


2. Ukuran, posisi, dan ekhogenitas massa abnormal dari umbilicus,
3. Evaluasi adanya segmen tali pusat di daerah leher (kecurigaan lilitan tali pusat) atau
simpul, terutama pada kehamilan ganda.

Pemeriksaan plasenta/ selaput ketuban meliputi :

1. Ekhogenitas, derajat maturasi, ketebalan dan anomaly plasenta


2. Lokasi, ekhotekstur, dan abnormalitas plasenta
3. Ukuran, ketebalan, dan lokasi selaput ketuban serta ada tidaknya kelainan yang
berhubungan dengan fetal cord entrapment atau entanglement

Pemeriksaan USG pada kehamilan 18-20 minggu

The Royal Australian College of Obstreticians and Gynecologists dan The Royal College of
Radiologist membuat pandunag dalam pemeriksaan USG Obstetri pada kehamilan 18-20
minggu. Panduan ini umum dilakukan pada kehamilan risiko rendah.

Dokter dan pasien harus memperhatikan dan menyadari adanya keterbatasan pada alat dan
pengaruh posisi janin serta faktor obesitas ibu sehingga tidak semua anomaly dapat dideteksi
dengan USG. Pemilihan waktu 18-20 minggu didasarkan pada hampir sebagian besar
anomaly mayor dapat dideteksi pada periode ini, sedangkan kelainan mayor lainnya
lebihjarang ditemukan sebelum 18 minggu.

Pada keadaan khusus, misalnya pemeriksaan Nuchal translusensi, profil muka, dan tulang
hidung untuk deteksi sindroma Down dapat dilakukan pada kehamilan 10-14 minggu.
Peralatan yang dipergunakan untuk penapisan cacat bawaan harus memiliki resolusi yang
baik (canggih) dan real time.

Setiap pemeriksaan USG harus mencantumkan keterangan tertulis dari hasil pemeriksaan
yang dilakukann pemeriksaan serta penilaian akhir dari pemeriksaan tersebut) serta membuat
foto dokumentasi yang dilengkapi dengan identitas pasien, tanggal pemeriksaan, dan
tempat/dokter pemeriksaan.

BAB III

KESIMPULAN

1. USG pada bidang obstetrik dapat digunakan sebagai screening untuk melihat adanya
kecacatan pada janin
2. USG pada trimester pertama dilakukan untuk evaluasi uterus dan adnexa untuk
diagnosis kehamilan, evaluasi denyut jantung janin, jumlah janin, evaluasi uterus,
adnexa dan kavum douglasi
3. USG pada trimester kedua dan ketiga dilakukan untuk melihat tanda kehidupan,
jumlah, presentasi dan aktivitas janin, volume cairan amnion, plasenta, serviks dan tali
pusat, usia gestasi, taksiran berat janin, uterus dan adneksa serta anatomi janin

You might also like