You are on page 1of 15

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I

PERCOBAAN VIII

PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR

DESTILASI DAN TITIK DIDIH

OLEH

NAMA : AMRIN

STAMBUK : F1C1 14 059

KELOMPOK : VIII (DELAPAN)

ASISTEN : JUMARDIN

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2015
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini sebagian besar senyawa kimia ditemukan di alam

dalam keadaan yang tidak murni. Biasanya, suatu senyawa kimia

berada dalam keadaan tercampur dengan senyawa lain. Untuk

beberapa keperluan seperti sintesis senyawa kimia yang

memerlukan bahan baku senyawa kimia dalam keadaan murni

atau proses produksi suatu senyawa kimia dengan kemurnian

tinggi, maka proses pemisahan perlu dilakukan.

Proses pemisahan suatu campuran dapat dilakukan

dengan berbagai metode. Metode pemisahan yang dipilih

bergantung pada fase komponen penyusun campuran. Suatu

campuran dapat berupa campuran homogen (satu fase) atau

campuran heterogen (lebih dari satu fase). Suatu campuran

heterogen dapat mengandung dua atau lebih fase: padat-padat,

padat-cair, padat-gas, cair-cair, cair-gas, gas-gas, campuran padat-

cair-gas, dan sebagainya. Pada berbagai kasus, dua atau lebih

proses pemisahan harus dikombinasikan untuk mendapatkan hasil

pemisahan yang diinginkan.

Suatu contoh pentingnya proses pemisahan adalah pada

proses pengolahan minyak bumi. Minyak bumi merupakan

campuran berbagai hidrokarbon. Pemanfaatan hidrokarbon-


hidrokarbon penyusun minyak bumi akan lebih berharga bila

memiliki kemurnian yang tinggi. Proses pemisahan minyak bumi

menjadi komponen-komponennya akan menghasilkan produk LPG,

solar, avtur, pelumas, dan aspal. Proses pemisahan pada

pengolahan minyak bumi dilakukan dengan metode destilasi.

Destilasi atau penyulingan adalah suatu proses pemisahan

komponen yang berdasarkan pada perbedaan titik didih dimana

komponen yang mempunyai titik didih yang rendah duluan keluar

dibanding titik didih yang tinggi. Berdasarkan uraian di atas maka

untuk mengetahui pemurnian dan pemisahan dengan destilasi dan

titik didih perlu dilakukan percobaan ini. Dimana dalam percobaan

ini akan dilakukan pemurnian dan pemisahan metanol (CH 3OH)

dalam campuran metanol-air. Destilasi yang akan digunakan

adalah destilasi sederhana.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang mendasari percobaan pemisahan

dan pemurnian dengan destlisasi dan titik didih, yaitu :

1. Bagaimana prinsip destilasi ?


2. Bagaimana melakukan destilasi untuk pemisahan dan

pemurnian ?
3. Bagaimana membedakan antara senyawa-senyawa dalam

campuran berdasarkan sifat reaksi kimia ?


C. Tujuan

Tujuan yang akan dicapai dalam percobaan ini , yaitu :

1. Dapat memahami prinsip destilasi.


2. Dapat melakukan destiliasi untuk pemisahan dan pemurnian.
3. Dapat membedakan senyawa-senyawa tersebut berdasarkan

sifat reaksi kimianya.


D. Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari percobaan ini, yaitu :

1. Mampu memahami prinsip destilasi.


2. Mampu melakukan pemisahan dan pemurnian dengan

menggunakan metode destilasi.


3. Mengetahui perbedaan metanol dan air berdarakan reaksi

kimianya.

II. LANDASAN TEORI


Suatu campuran dapat dipisahkan dengan destilasi biasa

ini untuk memperoleh senyawa murni. Senyawa yang terdapat

dalam campuran akan menguap saat mencapai titik didih

masing-masing. Penururnan suhu ruang sangat mempengaruhi

proses destilasi, karena jika suhu ruang terlalu dingin, proses

destilasi akan berlangsung lama. Berbanding terbalik dengan

keadaan saat naiknya suhu ruang, maka proses destilasi akan

berlangsung cepat (Walarange dkk., 2013).

Destilasi merupakan suatu perubahan cairan menjadi uap

dan uap tersebut didinginkan kembali menjadi cairan. Unit operasi

destilasi merupakan metode yang digunakan untuk memisahkan

komponen-komponen yang terdapat dalam suatu larutan atau

campuran dan tergantung pada distribusi komponen-komponen

tersebut antara fasa uap dan fasa air. Semua komponen tersebut

terdapat dalam fasa cairan dan uap. Fasa uap terbentuk dari fasa

cair melalui penguapan (evaporasi) pada titik didihnya. Syarat

utama dalam operasi pemisahan komponen-komponen dengan

cara destilasi adalah komposisi uap harus berbeda dari komposisi

cairan dengan terjadi keseimbangan larutan-larutan, dengan

komponen-komponennya cukup dapat menguap (Alimah, 2006).


Proses destilasi menghasilkan etanol yang telah terpisah

dengan solvent dan air kemudian solvent dapat digunakan

kembali untuk proses ekstraksi, tetapi sistem etanol-air akan

membentuk azeotrop pada 78,2oC dengan komposisi 89,4% mol

etanol dan 10,6% mol air sehingga dengan menggunakan

destilasi biasa, tidak dapat diperoleh etanol absolut. Agar

didapatkan etanol absolut diperlukan proses adsorpsi. Adsorpsi

bertujuan agar sisa air yang terdapat dalam etanol itu dapat

diserap oleh adsorbent sehingga dapat dihasilkan etanol absolut

(Ibrahim dkk., 2013).

Ditinjau dari metode destilasi, yaitu pada destilasi uap-air

dan destilasi air yang menggunakan ukuran bahan 1 cm dan

ukuran gilingan kasar terlihat bahwa tidak ada beda nyata nilai

viskositas minyak atsiri yang dihasilkan. Hal tersebut diduga

karena perbedaan metode destilasi (Yuliarto dkk., 2012)

Pengaruh variabel suhu terhadap rendemen yang dihasilkan

yaitu suhu yang menghasilkan rendemen paling banyak adalah

pada suhu 120C. Hal ini dikarenakan semakin tinggi suhu maka

volume minyak yang dihasilkan pada permulaan penyulingan juga

semakin banyak dan hal ini sesuai dengan literatur yang

menyebutkan bahwa suhu yang tinggi dan pergerakan air yang


disebabkan oleh kenaikan suhu dalam ketel penyulingan,

mempercepat proses difusi. Sehingga dalam keadaan seperti itu

seluruh minyak atsiri yang terdapat dalam jaringan tanaman akan

terekstrak dalam jumlah yang lebih besar lagi (Setya, 2012)

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Percobaan ini pada hari Senin, 28 September 2015, pada pukul 07.30 -

09.55 WITA dan bertempat di Laboratorium Kimia Anorganik, Jurusan Kimia,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah seperangkat alat

destilasi, gelas ukur 50 ml, termometer, statif , klem dan elektromantel.


2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah adalah

metanol 40 ml, aquades 40 ml , batu didih dan aluminium foil.

C. Prosedur Kerja

40 mL CH3OH 40 mL H2O

- dicampur
- dimasukan kedalam alas
bulat

80 mL
Campuran

- dipanaskan
- diamati dan dicatat suhu pada
tetesan pertama mulai jatuh
- dikontrol suhunya agar mendekati
suhu didih metanol
- diberhentikan pemanasan jika
metanol berhenti mendidih
Destilat

- diukur volume
- dihitung
rendemennya

Volume metanol :
11 ml
Rendemen : 36,25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan
1. Rangkaian Alat Destilasi

Keterangan :
1. Termometer
2. Konektor
3. Air keluar
4. Kondensor
1
5. Air masuk
2
6. Adaptor
3 7. Erlenmeyer
a 4 8. Statif dan klem
5 9. Labu alas bulat
6 10. Elektro mantel
7
8
9
10

2. Data pengamatan
No Perlakuan Hasil

.
1. 40 ml metanol +40 ml 80 ml campuran

aquades metanol-aquades

2. Dimasukan ke dalam labu Diperoleh destilat

alas bulat, dipanaskan


3. Diukur volume destilatnya 11 ml

3. Perhitungan
Diketahui :
Volume campuran (metanol-air) = 80 ml
Volume metanol awal = 40 ml
Volume destilat (metanol) = 11 ml
Ditanyakan : Rendemen = ...........?
Penyelesaian..

Volume Metanol AwalVolume Destilat


Rendemen = Volume Campuran x 100

40 ml11 ml
= 80 ml x 100 %

29ml
= 80 ml x 100 %

= 36,25 %

B. Pembahasan
Salah satu cara untuk mengerjakan destilasi yaitu dengan

cara mengurangi tekanan pada temperatur tetap. Tetapi yang

lebih umum adal mendestilasi pada tekana tetap dengan

menaikan temperatur. Jika dalam destilasi sederhana, uapnya

diambil dan dikondensasi, maka suatu metode destilasi terfraksi

dilakukan berulang-ulang secara berurutan.

Percobaan ini menggunakan destilasi sederhana untuk

memisahkan metanol dari campuran metanol-air. Destilasi

sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia

untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki

perbedaan titik didih yang jauh. Metanol dan air keduanya

merupakan senyawa polar. Hal ini dikarenakan keduanya memiliki

titik didih yang tinggi. Titik didih metanol adalah 64,75C,

sedangkan titik didih air adalah 100C. Titik didih air lebih tinggi

dari pada metanol dikarenakana ikatan hidrogen air dapat

membentuk lebih banyak dibandingkan metanol.

Molekul air dapat membentuk tiga ikatan hidrogen dengan

molekul air lainnya. Dimana pada satu molekul air terdapat dua

atom H yang dapat mengikat dua atom O dari molekul air yang

lain dan terdapat satu atom O yang dapat mengikat satu atom H

dari molekul air lainnya. Semakin kuatnya ikatan hidrogen yang


terbentuk menyebabkan kenaikan titik didih. Ini disebabkan ikatan

hidrogen yang sangan kuat membutuhkan energi yang kuat pula

untuk bisa memutuskan ikatan hidrogen. Sehingga untuk bisa

membuat air mendidih dibutuhkan suhu yang lebih besar

dibandingkan suhu untuk mendidihkan metanol.

Memurnikan metanol dalam air syaratnya titik didih

metanol harus lebih rendah dari pada air. Sehingga pada proses

pemanasan campuran metanol akan lebih dulu menguap

dibandingkan air. Dimana pada suhi 58C tekanan uap metanol,

menjadi sama besar dengan tekanan uap sekelilingnya (1 atm)

maka molekul-molekul metanol disemua bagian cairan mulai

menguap. Hal tersebut dikarenakan peningkatan suhu dan

penururnan tekanan uapnya keadaan ini berlangsung disemua

bagian cairan. Sehingga pada suhu ini metanolakan mendidih.

Kemudian uap metanol tersebut bergerak menuju tekanan yang

lebih rendah. Pada bagian ujung adaptor terdapat penampung

destilat terdapat lubang sebagai pengurang tekanan. Sehigga uap

metanol akan mengarah ke arah lubang tersebut kemudian

menuju ke kondensor untuk kemudian ditampung dalam

erlenmeyer. Pada kondensor suhunya lebih rendah sehingga uap

metanol bersuhu tinggi ketika melewati kondensor akan


terkondensasi menjadi cair. Hal ini disebabkan karena tekanan

dan suhu konstan yang diberikan oleh aliran air dari celah masuk

dan celah keluar.

Skala suhu termometer tetap dijaga agar tidak mencapai

100C. Sehingga suhu campuran diperhatikan agar konstan di

59C-62C agar menghasilkan metanol yang murni. Hasil akhri dari

destilasi metanol ini dengan rendemen 36,25 % sebanyak 11 mL.

V. KESIMPULAN
Berdasarkan tujuan dan hasil pembahasan pada percobaan

ini maka dapat disimpulkan.:

1. Destilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia untuk

memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki

perbedaan titik didih yang jauh. Suatu campuran dapat

dipisahkan dengan destilasi biasa ini untuk memperoleh

senyawa murninya. Senyawa senyawa yang terdapat dalam

campuran akan menguap pada saat mencapai titik didih

masing masing.
2. Pemisahan dan pemurnian dengan metode destilasi tediri dari

berbagai bentuk, yaitu, destilasi biasa, destilasi bertingkat,

destilasi azeotrop, dan destilasi uap


3. Hasil akhir dari destilasi metanol ini dengan rendemen 36,25

% sebanyak 11 ml.
DAFTAR PUSTAKA

Alimah, Nur. 2006. Kimia Lingkungan : Organic Chemistry


Destilation. Makassar : UNHAS

Ibrahim, Sanusi, H. M., dan Sitorus, M. 2013. Teknik


Laboratorium Kimia Organik. Yogyakarta : Graha Ilmu

Setya, N. H., Aprilia dan Mahfud. 2012. Proses Pengambilan


Minyak Atsiri Dari Daun Nilam Dengan Pemanfaatan
Gelombang Mikro (Microwave). Jurnal Teknis ITS. 1(2)

Walangare, K. B. A., Lumenta, A. S. M., Wuwung J. O. dan


Sugiarso, B. A.. 2013. Rancang Bangun Alat Konversi Air
Laut Menjadi Air Minum Dengan Proses Destilasi
Menggunakan Pemanas Elektrik. e-Jurnal Teknik Elektro
dan Komputer. 1(1)

Yuliarto, F. T., Khasanah, L. U. dan Anandito, R. B. K. 2012.


Pengaruh Ukuran Bahan dan Metode Destilasi ( Destilasi
Air dan Destilasi Uap-Air) Terhadap Kualitas Minyak Atsiri
Kulit Kayu Manis (Cinnamomum burmanni). Jurnal
Tekno Sains Pangan. 1(1)

You might also like