You are on page 1of 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tinjauan Pustaka

II.1.1 Pneumonia

II.1.1.1 Definisi

Pneumonia merupakan sakit yang terbentuk dari infeksi akut dari daerah

saluran pernafasan bagian bawah yang secara spesifik mempengaruhi paru-paru. 13

Pneumonia adalah peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme

seperti bakteri, virus, jamur atau parasit. Proses peradangan akan menyebabkan

jaringan paru yang berupa alveolus dapat dipenuhi cairan ataupun nanah. Akibatnya

kemampuan paru sebagai tempat pertukaran gas akan terganggu. Kekurangan oksigen

dalam sel-sel tubuh akan mengganggu proses metabolisme tubuh. Namun pneumonia

juga dapat disebabkan oleh bahan kimia ataupun karena paparan fisik seperti suhu

atau radiasi. Peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh peyebab selain

mikroorganisme (fisik, kimiawi, alergi) sering disebut pneumonitis.14,15

Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) bagian bawah

yang mengenai parenkin paru, dari bronkiolus terminalis yang mencangkup

bronkiolus respiratori dan alveolus, serta menimbulkan konsolidasi jarigan paru dan

gangguan pertukaran gas setempat, yang dapat terjadi pada semua umur. Pneumonia

juga merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai dengan gejala demam, batuk,

sesak nafas, adanya ronki basah kasar , dan gambaran infiltrat pada foto polos

dada.16,17,18
II.1.1.2 Etiologi Pneumonia

Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme baik virus

maupun bakteri. Sebagian kecil dapat juga disebabkan oleh bahan kimia

(Hidrokarbon, substansi lipoid) ataupun benda asing yang teraspirasi. 18 Penelitian di

berbagai Negara menunjukkan bahwa Streptococcus pneumonia dan Haemophylus

influenza merupakan bakteri yang selalu ditemukan pada penilitin tentang etiologi

pneumonia di Negara berkembang. Jenis-jenis bakteri ini ditemukan pada dua pertiga

dari hasil isolasi, yaitu 73,9% aspirat paru dan 69,1% hasil isolasi dari specimen

darah.19

Pneumonia juga dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya, antara lain:

1. Bakteri

Pneumonia bakteri dapat disebabkan oleh Streptococcus pneumonia,

Haemophyllus influenza dan Staphylococcus aureus.20

a. Streptococcus pneumonia

Streptococcus pneumoniae adalah diplokokus gram-positif.

Bakteri ini, yang sering berbentuk lanset atau tersusun dalam bentuk

rantai, mempunyai simpai polisakarida yang mempermudah penentuan

tipe dengan antiserum spesifik. Organisme ini adalah penghuni normal

pada saluran pernapasan bagian atas manusia dan dapat menyebabkan

pneumonia, sinusitis, otitis, bronkitis, bakteremia, meningitis, dan proses

infeksi lainnya. Pada orang dewasa, tipe 1-8 menyebabkan kira-kira 75%
kasus pneumonia pneumokokus dan lebih dari setengah kasus bakteremia

pneumokokus yang fatal; pada anak-anak, tipe 6, 14, 19, dan 23

merupakan penyebab yang paling sering. Pneumokokus menyebabkan

penyakit melalui kemampuannya berbiak dalam jaringan. Bakteri ini

tidak menghasilkan toksin yang bermakna. Virulensi organisme

disebabkan oleh fungsi simpainya yang mencegah atau menghambat

penghancuran sel yang bersimpai oleh fagosit. Serum yang mengandung

antibodi terhadap polisakarida tipe spesifik akan melindungi terhadap

infeksi. Bila serum ini diabsorbsi dengan polisakarida tipe spesifik, serum

tersebut akan kehilangan daya pelindungnya. Hewan atau manusia yang

diimunisasi dengan polisakarida pneumokokus tipe tertentu selanjutnya

imun terhadap tipe pneumokokus itu dan mempunyai antibodi presipitasi

dan opsonisasi untuk tipe polisakarida tersebut.21

Pada suatu saat tertentu, 40-70% manusia adalah pembawa

pneumokokus virulen, selaput mukosa pernapasan normal harus

mempunyai imunitas alami yang kuat terhadap pneumokokus. Infeksi

pneumokokus menyebabkan melimpahnya cairan edema fibrinosa ke

dalam alveoli, diikuti oleh sel-sel darah merah dan leukosit, yang

mengakibatkan konsolidasi beberapa bagian paru-paru. Banyak

pneumokokus ditemukan di seluruh eksudat, dan bakteri ini mencapai

aliran darah melalui drainase getah bening paru-paru. Dinding alveoli

tetap normal selama infeksi. Selanjutnya, sel-sel mononukleus secara


aktif memfagositosis sisa-sisa, dan fase cair ini lambat-laun diabsorbsi

kembali. Pneumokokus diambil oleh sel fagosit dan dicerna di dalam

sel.21

Pneumonia yang disertai bakteremia selalu menyebabkan

angka kematian yang paling tinggi. Pneumonia pneumokokus kira-kira

merupakan 60-80% dari semua kasus pneumonia oleh bakteri. Penyakit

ini adalah endemik dengan jumlah pembawa bakteri yang tinggi.

Imunisasi dengan polisakarida tipe-spesifik dapat memberikan

perlindungan 90% terhadap bakteremia pneumonia.21

b. Haemophyllus influenza
Hemophylus influenzae ditemukan pada selaput mukosa

saluran napas bagian atas pada manusia. Bakteri ini merupakan penyebab

meningitis yang penting pada anak-anak dan kadang-kadang

menyebabkan infeksi saluran napas pada anak-anak dan orang dewasa.

Hemophylus influenzae bersimpai dapat digolongkan dengan tes

pembengkakan simpai menggunakan antiserum spesifik. Kebanyakan

Hemophylus influenzae pada flora normal saluran napas bagian atas tidak

bersimpai. Pneumonitis akibat Hemophylus influenzae dapat terjadi

setelah infeksi saluran pernapasan bagian atas pada anak-anak kecil dan

pada orang tua atau orang yang lemah. Orang dewasa dapat menderita

bronkitis atau pneumonia akibat influenza. Hemophylus influenzae tidak

menghasilkan eksotoksin. Organisme yang tidak bersimpai adalah


anggota tetap flora normal saluran napas manusia. Simpai bersifat

antifagositik bila tidak ada antibodi antisimpai khusus. Bentuk

Hemophylus influenzae yang bersimpai, khususnya tipe b, menyebabkan

infeksi pernapasan supuratif (sinusitis, laringotrakeitis, epiglotitis, otitis)

dan, pada anak-anak kecil, meningitis. Darah dari kebanyakan orang yang

berumur lebih dari 3-5 tahun mempunyai daya bakterisidal kuat terhadap

Hemophylus influenzae, dan infeksi klinik lebih jarang terjadi.

Hemophylus influenzae tipe b masuk melalui saluran pernapasan. Tipe

lain jarang menimbulkan penyakit. Mungkin terjadi perluasan lokal yang

mengenai sinus-sinus atau telinga tengah. Hemophylus influenzae tipe b

dan pneumokokus merupakan dua bakteri penyebab paling sering pada

otitis media bakterial dan sinusitis akut. Organisme ini dapat mencapai

aliran darah dan dibawa ke selaput otak atau, jarang, dapat menetap dalam

sendi-sendi dan menyebabkan artritis septik.21


Hemophylus influenzae tipe b dengan toksoid difteri (yang

tidak bersifat imunogenik pada anak-anak yang lebih muda). Vaksin tidak

mencegah timbulnya pembawa untuk Hemophylus influenzae.

Pemanfaatan vaksin Hemophylus influenzae tipe b secara luas telah sangat

menurunkan kejadian meningitis Hemophylus influenzae pada anak-anak.

Kontak dengan pasien yang menderita infeksi klinik Hemophylus

influenzae memberi risiko kecil bagi orang dewasa, tetapi member risiko
nyata bagi saudara kandung yang nonimun dan anak-anak nonimun lain

yang berusia di bawah 4 tahun yang berkontak erat.21


2. Virus
Pneumonia virus disebabkan oleh influenza virus, parainfleunza virus,

rhinovirus dan Respiratory syncytial virus.20 Infeksi Saluran Pernafasan Bawah

Akut (ISPBA) pneumonia diperkirakan sebagian besar disebabkan oleh virus.

Meski virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernafasan bagian atas,

terutama pada anak-anak. Gangguan ini bias memicu pneumonia. Sebagian besar

pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat. Namun bila

infeksi terjadi bersamaan dengan virus influenza, gangguan bisa menjadi berat

dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Virus yang akan menginfeksi paru

akan berkembang biak walau tidak terlihat pada paru yang dipenuhi cairan.

Gejala pneumonia oleh virus sama saja dengan influenza, yaitu demam, batuk

kering, sakit kepala, nyeri di seluruh tubuh dan letih, lesu, selama 12-13 jam,

nafas jadi sesak, batuk hebat dan menghasilkan sejumlah lendir.16


3. Mikoplasma

Mikoplasma yang dapat menyebabkan pneumonia antara lain Clamydia

pneumonia dan Mycoplasma pneumonia.20 Jenis penyebab pneumonia ini berbeda

gejala dan tanda-tanda fisiknya bila dibandingkan pneumonia pada umumnya.

Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit

pada manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun

bakteri, meski memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia jenis ini biasanya

tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia. Angka kematian yang
sangat rendah, bahkan juga ada yang tidak diobati. Gejala yang paling sering

muncul adalah batuk berat, namun sedikit berlendir. Demam dan menggigil hany

muncul di awal, dan pada beberapa pasien biasanya mual dan muntah. Rasa

lemah baru hilang dalam waktu lama.16

4. Protozoa

Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia

pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah Pneumocysititis Carinii Pneumonia

(PCP). Pneumonia pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang prematur.

Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa

bulan, tetapi juga dapat cepat dalam hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan

jika ditemukan P. Carinii pada jaringan paru atau specimen yang berasal dari

paru.16

5. Jamur
Candida, Aspergillus dan Crytococcus merupakan jamur yang dapat

menyebabkan pneumonia.20 Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis

menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya

ditemukan pada kotoran burung, atau tanah seperti kompos.22


II.1.1.3 Patogenesis Pneumonia

Patogenesis pneumonia terjadi apabila mikroorganisme memasuki saluran

napas bagian bawah. Sistem pernapasan manusia memiliki berbagai mekanisme

pertahanan tubuh seperti barier anatomi, refleks batuk, sistem imunitas humoral dan

seluler yang diperantarai oleh sel seperti fagosit, baik itu makrofag alveolar maupun

neutrofil. Interaksi antara faktor host dan faktor risiko akan menyebabkan kolonisasi
bakteri patogen di saluran napas bagian atas atau di lambung. Kolonisasi

mikroorganisme pada saluran napas bagian atas sebagai titik awal yang berperanan

penting dalam terjadinya pneumonia. Apabila bakteri dalam jumlah besar berhasil

masuk ke dalam saluran napas bagian bawah yang steril, maka pertahanan host yang

gagal membersihkan inokulum dapat menimbulkan proliferasi dan inflamasi sehingga

terjadi pneumonia. Mikroorganisme yang berasal dari tubuh (endogen) maupun

mikroorganisme yang berasal dari luar tubuh (eksogen) merupakan penyebab utama

pneumonia. Mikroorganisme endogen merupakan penyebab tersering pneumonia

dibandingkan dengan mikroorganisme eksogen.22

Patogenesis pneumonia sering diawali dengan kolonisasi mikroorganisme

terutama bakteri gram negatif di saluran pernapasan bagian atas yaitu (orofaring,

nasal, dan sinus) atau di lambung dan selanjutnya bakteri tersebut akan teraspirasi ke

dalam saluran napas bagian bawah. Kolonisasi diawali dengan perlekatan

mikroorganisme pada sel-sel epitel kerana pengaruh virulensi bakteri (vili, silia,

kapsul, atau produksi elastase atau musinase), ataupun pengaruh faktor host

(gangguan mekanisme pembersihan mukosilier akibat gizi buruk, penurunan

kesadaran, atau penyakit kritis), dan juga akibat pengaruh faktor lingkungan

(peningkatan pH lambung dan terdapat musin dalam sekresi pernapasan).22

Pertahanan tubuh orang normal yang baik juga dapat ditemukan bakteri gram

negatif dalam jumlah yang sedikit sehingga mekanisme tubuh dapat mengeliminasi

bakteri tersebut. Pada orang dengan penyakit kritis akibat disfungsi barrier
pertahanan lokal ataupun adanya penurunan kesadaran maka akan terjadi peningkatan

kolonisasi mikroorganisme tersebut .22 Mekanisme patogeneis pneumonia antara

lain:23

Tabel 1. Mekanisme patogenesis pneumonia.23

NO Mekanisme Frekuensi
1. Inhalasi partikel infeksius Sering
2. Aspirasi isi ofofaring atau gaster Sering
3. Penyebaran hematogen Tidak Sering
4. Invasi dari infeksi di struktur di sekitarnya Jarang
5. Inokulasi langsung Kurang Sering
6. Reaktivasi Lebih sering daripada individu
immunokompromais

Proses radang pneumonia dapat dibagi atas empat stadium yaitu:24


a.
Stadium kongesti
Pada stadium ini kapiler melebar dan kongesti serta di dalam alveolus

terdapat eksudat jernih, bakteri dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil dan

makrofag.
b.
Stadium hepatisasi merah
Pada stadium ini lobus dan lobules yang terkena menjadi padat dan tidak

mengandung udara, warna menjadi merah dan perabaan seperti hepar. Dalam

alveolus didapatkan fibrin, leukosit neutrofil, eksudat dan banyak sekali eritrosit

dan kuman. Stadium ini berlangsung sangat pendek.


c.
Stadium hepatisasi kelabu
Pada stadium ini lobus masih tetap padat dan warna merah menjadi pucat

kelabu. Permukaan pleura suram karena diliputi oleh fibrin sedangkan alveolus
terisi fibrin dan leukosit yang menjadi tempat fagositosis serta kapiler yang tidak

lagi kongestif.
d.
Stadium resolusi
Pada stadium ini eksudat mulai berkurang. Di dalam alveolus makrofag

bertambah dan leukosit mengalami nekrosis dan degenerasi lemak sedangkan

fibrin diresorbsi dan menghilang. Secara anatomi bronkopneumonia berbeda dari

pneumonia lobaris dalam hal lokasi sebagai bercak-bercak dengan distribusi yang

tidak teratur. Pengobatan dengan antibiotik yang tepat maka akan mencegah

penderita sampai pada stadium ini.

Daerah perifer yang terinfeksi dibagi menjadi Red hepatization dan gray

hepatization. Red hepatization adalah daerah perifer yang terdapat edema dan

pendarahan. Sedangkan gray hepatization adalah konsolidasi yang luas. Setelah

terjadi proses inflamasi maka akan tampak 4 zona pada aerah yang terinfeksi, yaitu:25

a. Zona luar: alveoli yang terisi dengan bakteri dan cairan edema.
b. Zona permulaan konsolidasi: terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel darah

merah.
c. Zona konsolidasi yang luas: daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan

jumlah PMN yang banyak.


d. Zona resolusi: daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang mati,

leukosit dan alveolar makrofag.

Mekanisme bagaimana sebuah pathogen dapat menyebabkan pneumonia

mungkin berbeda dengan pathogen lainnya. Salah satu contohnya adalah

Streptococcus pneumonia, yang memiliki Pneumolysin. Pneumolysin bersifat

sitotoksik terhadap epitel respiratorius dan endotel dengan cara mengganggu barrier
jaringan pulmoner. Faktor ini menginhibisi sel-sel inflamasi dan mengaktivasi

komplemen secara langsng, sehingga menurunkan pengeluaran bakteri dari paru.26

II.1.1.4 Patofisiologi Pneumonia

Saluran pernafasan mempunyai mekanisme yang efektif untuk melindungi diri

dari infeksi oleh bakteri atau mikroba lain. Partikel besar pertama kali disaring di

jalan nafas. Ketika partikel kecil terhirup, sensor sepanjang saluran nafas terpicu

adanya refleks batuk atau berin yang melawan partikel tersebut untuk keluar lagi.

Partikel lebih kecil lagi yang dapat mencapai bronkial, akan terperangkap oleh mucus

dan dikeluarkan dari paru-paru melalui mekanisme mucicilary escalator (melalui

rambut-rambut silia), bakteri dan agen infeksi lain dilawan kantung alveoli oleh

sistem imun tubuh, makrofag dan sel darah putih. Sistem pertahanan ini pada keadaan

normal menjaga paru-paru agar tetap steril, tetapi jika sistem ini lemah atau rusak

makabakteri, virus dan organisme lain penyebab pneumonia akan masuk,

menginfeksi, menyebabkan terjadinya inflamasi bagian dalam paru-paru.27

Rute yang dilalui oleh agen infeksi berbeda-beda untuk dapat sampai ke paru-

paru dan menyebabkan pneumonia. Agen infeksi ini paling sering masuk ke paru-

paru dengan cara terhirup. Penyebab tersering infeksi saluran pernafasan adalah virus.

Infeksi virus primer menyebabkan mukosa membengkak dan menghasilkan banyak

lendir sehingga bakteri dapat berkembang dengan mudah dalam mukosa.28 Pneumonia

biasanya mulai pada lobus kanan bawah, kanan tengah atau kiri bawah, karena gaya

gravitasi daerah-daerah tersebut maka kemungkinan terbesar untuk membawa sekresi

saluran nafas bagian atas yang diaspirasi pada waktu tidur. Refleks batuk yang
menjadi gejala klinik pneumonia dirangsang oleh material-material yang melalui

barrier-barier, yaitu glottis dan laring yang berfungsu melindungi saluran nafas bagian

bawah.29

Gambaran patologis tertentu dapat ditunjukkan oleh beberapa bakteri tertentu

bila dibandingkan dengan bakteri lain. Infeksi Streptococcus pneumonia biasanya

bermanisfestasi sebagai bercak-bercak konsolidasi merata di seluruh lapangan paru

(bronkopneumonia), dan pada remaja dapat berupa konsolidasi pada satu lobus

(pneumonia lobaris). Pneumotokel atau abses-abses kecil sering disebabkan oleh

Staphylococcus aureus pada neonates, karena Staphylococcus aureus menghasilkan

berbagai toksin dan enzim seperti hemolisin, lekosidin, stafilokinase, dan koagulase.

Toksin dan enzim ini menyebabkan nekrosis pendarahan, dan kavitasi. Koagulase

berinteraksi dengan faktor plasma dan menghasilkan bahan aktif yang mengkonversi

fibrinogen menjadi fibrin, sehingga terjadi eksudat fibrinopurulen. Terdapat korelasi

antara produksi koagulase dan virulensi kuman. Staphylococcus yang tidak

menghasilkan koagulase jarang menimbulkan penyakit yang serius. Pneumotokel

dapat menetap hingga berbulan-bulan, tetapi biasanya tidak memerlukan terapi lebih

lanjut.30

II.1.1.5 Diagnosis Pneumonia

1. Anamnesis
Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam, menggigil, suhu

tubuh meningkat dapat >40C, batuk dengan dahak mukoid atau purulent

kadang-kadang disertai darah, sesak napas dan nyeri dada.31


2. Pemeriksaan fisik
Penemuan pemeriksaan fisik tergantung dari luas lesi di paru. Hasil

yang dapat ditemukan adalah sebagai berikut:31

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan fisik pada pneumonia31

Bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas


Inspeksi Limfadenopati
Palpasi Fremitus mengeras

Perkusi Redup/dullness
Suara napas bronkovesikuler hinga bronkial
dengan intensitas menurun
Ronki basah halus
Auskultasi
Ronki basag kasar (pada stadium resolusi)
Suara nafas tabahan: rales atau wheezing
Pleural friction rub

3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan adalah:32

a. Gambaran radiologis
Foto toraks merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk

menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat

sampai konsolidasi dengan air broncogram (udara yang terdapat pada

percabangan bronkus), penyebab bronkogenik dan interstisial serta

gambaran kaviti. Foto toraks saja tidak dapat secara khas menentukan

penyebab pneumonia, tetapi merupakan petunjuk ke arah diagnosis

etiologi. Misalnya gambaran pneumonia lobaris sering disebabkan oleh

Streptococcus pneumoniae, dan Pseudomonas aeruginosa. Pneumonia

lobaris sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran


bronkopneumonia, sedangkan pneumonia yang disebabkan oleh

Klebsilla pneumonia sering menunjukkan konsolidasi yang terjadi

pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus.


b. Pemeriksaan labolatorium
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah

leukosit, biasanya lebih dari 10.000/mm hingga mencapai 30.000/mm,

dan terjadi peningkatan laju endapan darah (LED). Untuk menentukan

diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan

serologi. Pemeriksaan kultur darah menunjukkan hasil yang positif

pada 20 - 25% penderita yang tidak melakukan pengobatan sejak dini.

Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, pada

stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.

II.1.1.6 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yang biasa ditemukan pada pneumonia adalah sebagai

berikut:25

Tabel 3. Tanda dan gejala yang ditemukan pada pneumonia25

No Tanda Gejala
1. Batuk Demam
2. Dyspneu Takipneu
3. Sputum Takikardi
4. Nyeri pleuritik Penemuan fisik paru (dari ronchi suara bronchial
Onset gejala yang tiba-tiba dan progresi penyakit yang cepat biasanya

menandakan pneumonia bacterial. Gejala batuk, terutama batuk produktif sputum

adalah gejala yang paling konsisten. Pertunis sering ditandai dengan batuk yang

panjang pada dewasa dan adanya whooping sound atau muntah setelah batuk

(posttussive vomiting) pada anak-anak.26

II.1.1.7 Klasifikasi Pneumonia

1. Klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemiologi dapat dibedakan

menjadi 3 kategori, yaitu:


a. Community Acquired Pneumonia (CAP) atau pneumonia komunitas

merupakan salah satu penyakit infeksius ini sering di sebabkan oleh

bakteri yaitu Streptococcus pneumonia (Penicillin sensitive and resistant

strains), Haemophilus influenza (ampicillin sensitive and resistant

strains) and Moraxella catarrhalis (all strains penicillin resistant). Ketiga

bakteri tersebut dijumpai hampir 85% kasus CAP. CAP biasanya menular

karena masuk melalui inhalasi atau aspirasi organisme patogen ke segmen

paru atau lobus paru-paru. Pada pemeriksaan fisik sputum yang purulen

merupakan karakteristik penyebab dari tipikal bakteri, jarang terjadi

mengenai lobus atau segmen paru. Tetapi apabila terjadi konsolidasi akan

terjadi peningkatan taktil fremitus, nafas bronkial. Komplikasi berupa

efusi pleura yang dapat terjadi akibat infeksi H. Influenza , emphyema

terjadi akibat infeksi Klebsiella , Streptococcus grup A, S. Pneumonia.

Angka kesakitan dan kematian infeksi CAP tertinggi pada lanjut usia dan
pasien dengan imunokompromis. Resiko kematian akan meningkat pada

CAP apabila ditemukan faktor komorbid berupa peningkatan respiratory

rate, hipotensi, demam, multilobar involvementanemia dan hipoksia.33


b. Hospital Acquired Pneumonia (HAP). Berdasarkan America Thoracic

Society (ATS) , pneumonia nosokomial ( lebih dikenal sebagai Hospital-

acquired pneumonia atau Health care-associated pneumonia)

didefinisikan sebagai pneumonia yang muncul setelah lebih dari 48 jam di

rawat di rumah sakit tanpa pemberian intubasi endotrakeal. Terjadinya

pneumonia nosokomial akibat tidak seimbangnya pertahanan inang dan

kemampuan kolonisasi bakteri sehingga menginvasi traktus respiratorius

bagian bawah. Bakteria yang berperan dalam pneumonia nosokomial

adalah P. Aeruginosa , Klebsiella sp, S. Aureus, S.pneumonia. Penyakit ini

secara signifikan akan mempengaruhi biaya rawat di rumah sakit dan

lama rawat di rumah sakit. ATS membagi pneumonia nosokomial menjadi

early onset (biasanya muncul selama 4 hari perawatan di rumah sakit) dan

late onset (biasanya muncul setelah lebih dari 5 hari perawatan di rumah

sakit). Pada early onset pneumonia nosokomial memili prognosis baik

dibandingkan late onset pneumonia nosokomial; hal ini dipengaruhi pada

multidrug-resistant organism sehingga mempengaruhi peningkatan

mortalitas. Pada banyak kasus, diagnosis pneumonia nosokomial dapat

diketahui secara klinis, serta dibantu dengan kultur bakteri; termasuk

kultur semikuantitatif dari sample bronchoalveolar lavange (BAL).34


c. Ventilator Associated Pneumonia (VAP) yaitu pneumonia yang terjadi

setelah 48-72 jam intubasi tracheal atau menggunakan ventilasi mekanik

di ICU.34 Ventilator adalah alat yang dimasukan melalui mulut atau

hidung, atau melali lubang di depan leher. Infeksi dapat muncul jika

bakteri masuk melalui lubang intubasi dan masuk ke paru-paru.35


2. Klasifikasi pneumonia berdasarkan bakteri penyebab:31
a. Pneumonia bacterial/tipikal. Dapat terjadi pada semua usia.
b. Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia.
c. Pneumonia virus
d. Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama

pada pasien dengan daya tahan tubuh lemah (immuncompromised).


3. Klasifikasi berdasarkan predileksi infeksi:31
a. Pneumonia lobaris. Sering pada pneumonia bacterial, jrang pada bayi dan

orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen

kemungkinan sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus.


b. Bronkopneumonia. Ditandai dengan bercak-bercak infiltrate pada

lapangan paru. Dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus. Sering pada

bayidan orang tua. Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus.


c. Pneumonia interstisial.

II.1.1.8 Skoring Derajat Keparahan Pneumonia

1. Pneumonia Severity Indeks (PSI)


Skor prediksi PSI mengklasifikasikan pasien ke dalam 5 kelas

mortalitas dan keunggulan skor ini untuk memprediksi angka mortalitas telah

dikonfirmasi melalui berbagai penelitian. Kriteria PSI terdiri dari 20 variabel

yang berbeda oleh karena itu sangat tergantung dari kelengkapan lembar

penilaian, sehingga sulit diterapkan pada situasi pelayanan gawat darurat yang
sibuk. Akan tetapi, skor ini sangat baik untuk mengkaji penderita dengan

risiko mortalitas rendah yang sesuai untuk mendapat penanganan rawat jalan

daripada penderita dengan pneumonia berat yang membutuhkan perawatan

rumah sakit.36 Berdasarkan tingkat mortalitasnya maka pasien dibagi menjadi:

kelas risiko I dan II dirawat jalan(outpatients) , pasien kelas risiko III dirawat

inap singkat atau dalam unit pengawasan, dan pasien kelas risiko IV dan V

dirawat inap (inpatients). Berdasarkan pedoman ATS, pasien dengan kelas

risiko III mungkin untuk dirawat jalan atau dirawat inap singkat.37
Tabel 4. Skor Prediksi Pneumonia Severity Index (PSI)38

Karakteristik Pasien Poin Skor


Faktor Demografi
Usia laki-laki Usia
Usia wanita Usia-10
Tinggal di rumah perawatan +10
Penyakit Komorbid
Keganasan +30
Penyakit liver +20
Gagal jantung kongesif +10
Penyakit serebrovaskuler +10
Penyakit ginjal +10
Temuan Pemeriksaan Fisik
Penurunan kesadaram +20
Laju pernapasan 30x per menit +20
Tekanan darah sistolik <90 mmHg +20
Suhu <35C / 40C +15
Nadi 125x per menit +10
Temuan Laboratorium
pH <7,35 +30
BUN >11mmol/L atau 30mg/dL +20
Natrium <130 mmol/L +20
Gula darah > 14 mmol/L atau 250mg/dL +10
Hematokrit <30% +10
p02 <60mmHg +10
Efusi pleura +10

Total skor PSI berdasarkan karakteristik pasien selanjutnya digunakan untuk

menentukan kelas resiko dan resiko mortalitas pasien.37

Tabel 5. Derajat Keparahan Pneumonia berdasarkan Skor PSI37

Total Skor PSI Kelas Resiko Resiko Mortalitas


<51 I Rendah
51-70 II
71-90 III
91-130 IV Sedang
>130 V Tinggi

2. CURB-65
CURB-65 merupakan model skor yang direkomendasikan oleh British

Thoracic Society (BTS) berdasarkan pad alima gambaran klinik utama yang

sangat praktis, mudah diingat dan dinilai. Skor ini juga telah divalidasi

walaupun dengan jumlah sampel yang lebih sedikit dibandingkan dengan

PSI.39 Kelebihan skor CURB-65 adalah penggunaannya yang mudah dan

dirancang untuk lebih menilai keparahan penyakit disbanding dengan PSI

yang menilai resiko mortalitas.40 Skor CURB-65 lebih baik dalam menilai
pasien pneumonia berat dengan resiko mortalitas tinggi. 36 Walaupun skor

CURB-65 mudah digunakan tetapi kurang dalam menilai tanda vital dan kadar

oksigen yang menjadi kekurangan mengingat pentingnya penilaian cepat

terhadap oksigenasi pada pasien saat dating ke ruang gawat darurat.41

III.1.1.9 Penatalaksanaan Pneumonia

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Pemberian

antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan

hasil uji kepekaannya, akan tetapi karena beberapa alas an, yaitu:31

1. Penyakit yang berat dapat mengancam jiwa.


2. Bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab

pneumonia.
3. Hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu.

maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris. Secara umum

pemilihan antibiotik berdasarkan bakteri penyebab pneumonia, adalah sebagai

berikut:31

Tabel 6. Kategori dan Jenis Obat yang Digunakan Secara Empiris31

Penisilin sensitive Streptococcus Golongan penisilin


pneumonia (PSSP) TMP-SMZ
Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus Betalaktam oral dosis tinggi (rawat jalan)


pneumonia (PRSP) Sefotaksim, Seftriakson dosis tinggi
Marolid baru dosis tinggi
Florokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa Aminoglikosid
Seftazidim, Sefoperason, Sefepim
Tikarsilin, Piperasilin
Karbapenem: Meropenem, Imipenem

Methicillin resisten Streptococcus Vankomisin


aureus (MRSA) Telkoplanin
Linezolid
Hemophilus influenzae TMP-SMZ
Azitromisin
Sefalosporin generasi 2 atau 3
Florokuinolon respirasi
Legionella Makrolid
Florokuinolon
Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae Doksisiklin
Makrolid
Florokuinolon
Chlamydia pneumoniae Doksisiklin
Makrolid
Florokuinolon

II.1.2 Farmakoekonomi

Farmakoekonomi adalah ilmu yang mengukur biaya dan hasil yang diperoleh

dihubungkan dengan penggunaan obat dalam perawatan kesehatan. Farmakoekonomi

juga didefenisikan sebagai deskripsi dan analisis dari biaya terapi dalam suatu sistem

pelayanan kesehatan, tentang proses identifikasi, mengukur, membandingkan biaya,

resiko dan keuntungan dari suatu program pelayanan terapi.42


Tujuan farmakoekonomi adalah membandingkan obat yang berbeda untuk

pengobatan pada kondisi yang sama. Selain itu juga dapat membandingkan

pengobatan yang berbeda pada kondisi yang berbeda. 42 Dimana hasilnya bisa

dijadikan informasi yang dapat membantu para pembuat kebijakan dalam

menentukan pilihan atas alternatif-alternatif pengobatan agar pelayanan kesehatan

menjadi lebih efisien dan ekonomis. Informasi farmakoekonomi saat ini dianggap

sama pentingnya dengan informasi khasiat dan keamanan obat dalam menentukan

pilihan obat mana yang akan digunakan.43

Farmakoekonomi diperlukan karena sumber daya yang terbatas dan

bagaimana memberikan obat yang efektif dengan dana yang tersedia, pengalokasian

sumber daya secara efisien, kebutuhan pasien dimana dari sudut pandang pasien

adalah biaya yang seminimal mungkin.42 Dengan keterbatasan sumber daya, maka

sudah sepantasnya farmakoekonomi dimanfaatkan dalam membantu membuat

keputusan.43

II.1.3 Biaya Playanan Kesehatan

Biaya pelayanan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi lima kategori:42

1. Biaya Langsung Medis (Direct Medical Cost)


Biaya langsung medis adalah biaya yang dikeluarkan oleh pasien terkait

dengan jasa pelayanan medis, yang digunakan untuk mencegah atau mendeteksi

suatu penyakit seperti kunjungan pasien, obat-obat yang diresepkan, lama

perawatan. Kategori biaya-biaya langsung medis antara lain pengobatan,


pelayanan untuk mengobati efek samping, pelayanan pencegahan dan

penanganan.
2. Biaya Langsung Nonmedis (Direct Nonmedical Cost)
Biaya langsung nonmedis adalah biaya yang dikeluarkan pasien yang tidak

terkait langsung dengan pelayanan medis, seperti transportasi pasien ke rumah

sakit, makanan, jasa pelayanan lainnya yang diberikan pihak rumah sakit.
3. Biaya Tidak Langsung

Biaya tidak langsung adalah sejumlah biaya yang terkait dengan hilangnya

produktivitas akibat menderita suatu penyakit, termasuk biaya transportasi, biaya

hilangnya produktivitas, biaya pendamping (anggota keluarga yang menemani

pasien).

4. Biaya Tak Terwujud (Intangible Cost)


Biaya tak terwujud adalah biaya-biaya yang sulit diukur dalam unit

moneter, namun sering kali terlihat dalam pengukuran kualitas hidup, misalnya

rasa sakit dan rasa cemas yang diderita pasien dan/atau keluarganya.44

II.2 Landasan Teori

Pneumonia adalah peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh

mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur atau parasit. Proses peradangan akan

menyebabkan jaringan paru yang berupa alveolus dapat dipenuhi cairan ataupun

nanah. Akibatnya kemampuan paru sebagai tempat pertukaran gas akan terganggu. 14

Terapi utama pneumonia yang digunakan pada penelitian Widasari 45 di RSUP dr.

Kariadi Semarang, antibiotik yang paling sering digunakan adalah ceftriaxone.

Sedangkan pada penelitian Rahman46 di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta,


antibiotik ceftriaxone merupakan antibiotik kedua yang paling sering digunakan

dengan presentase pemakaian sebesar 55,55%.

Penelitian yang dilakukan Nopa11 mengenai analisis farmakoekonomi

pengobatan pneumonia di RSUP H. Adam Malik Medan menunjukkan bahwa

pengobatan yang efektif digunakan adalah kombinasi injeksi ceftriaxone dengan

injeksi gentamisin, dengan total biaya langsung pada pengobatan sebesar Rp.

4.602.128. Sedangkan biaya pengobatan yang dalam penelitian tersebut berkisar Rp.

800.000 hingga Rp. 9.000.000, dengan biaya tertinggi adalah pasien yang

menggunakan kombinasi injeksi ciprofloxacin dan injeksi ceftriaxone.

II.3 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian berdasarkan landasan teori diatas, yaitu sebagai

berikut:

Pasien pneumonia dewasa di Gambaran pengobatan


Instalasi rawat inap RSUD dr dan biaya terapi
Soedarso tahun 2016 pneumonia dewasa

1. Jenis dan golongan obat


2. Biaya rata-rata medik langsung
(biaya obat, biaya tindakan,
biaya administrasi, biaya alat
kesehatan, biaya kamar, biaya
visite dokter dan biaya
penunjang)
3. Kelas perawatan
4. Lama perawatan
Gambar 1. Kerangka konsep Penelitian

II.4 Hipotesis

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Jenis obat yang paling banyak digunakan adalah Ceftriaxone golongan

Cefalosporin.

2. Total biaya rata-rata medik langsung pada terapi pengobatan pneumonia rawat

inap dewasa berkisar antara Rp. 500.000 hingga Rp. 9.000.000.

3. Komponen biaya tertinggi pada terapi pengobatan pneumonia yaitu terletak pada

biaya obat dan alat kesehatan.

You might also like