You are on page 1of 12

Hubungan Jantung Berdebar dengan Emosi

PBL E5

Anna Gracia 102013189


Ayu Rianti Paduai 102015194
Singgih 102016020
Florentina Luisa 102016065
Sonia Dwi Reina T 102016118
Eggy Fherdyansa 102016148
Larin Laudita 102016172
Thevedharrshine A/P Mogan Kumar 102016272

Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna utara No.6 Jakarta Barat 11470

Pendahuluan

Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan interaksi dengan


manusia lainnya dan interaksi tersebut juga berhubungan dengan emosi. Selain itu, manusia
juga pasti pernah mengalami perasaan seperti sedih, senang, khawatir, dan takut, dan
perasaan-perasaan tersebut merupakan bentuk dari emosi.

Emosi ditandai dengan perasaan yang kuat dan biasanya menimbulkan dorongan
(motivasi) menuju bentuk nyata dari suatu tingkah laku. Dengan demikian ada hubungan
yang sangat erat antara emosi dan motivasi. Emosi dan motivasi dapat terbentuk karena ada
mekanisme khusus dalam otak manusia. Emosi dapat mempengaruhi kinerja tubuh kita,
misalnya jantung kita dapat berdetak lebih kencang. Ada tiga bagian otak yang berperan
penting dalam mekanisme emosi dan motivasi, yaitu korteks serebri, sistem limbik, dan
hipotalamus.

Dengan demikian, tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar pembaca dapat
memahami mengenai hal-hal yang berkaitan dengan emosi serta mekanismenya.

1
Skenario

Seorang Perempuan berusia 55 tahun datang ke klinik dengan keluhan berdebar sejak
seminggu yang lalu. Dari anamnesa diketahui bahwa ia baru saja kehilangan suaminya yang
meninggal tiba-tiba karena serangan jantung. Pada pemeriksaan fisik dokter tidak
menemukan apa-apa, jantung dan paru-paru dalam keadaan baik.

Identifikasi yang Tidak Diketahui

- TIDAK ADA

Rumusan Masalah

Seorang perempuan (55) dengan keluhan berdebar sejak 1 minggu yang lalu.

Mind Map
J
a
F
r
p
u
H
iS
M
e
o
b
s
k
n
u
e
t
n
a
o
r
is
a
r
g
im
s
"
g
n
a
s
k
y
n
a
S
m
p
o
e
N
p
n
E
ir
u
e
g
m
a
K
s
r
m
a
h
s
f
r
e
J
t
o
m
e
in
jO
a
r
p
m
t
r
a
u
p
r
a
e
d
o
iS
s
n
a
n
o
S
g
m
g
m
O
n
a
it
(
ir
n
t
5
u
m
S
e
)
5
h
u
ip
s
a
r
l
s
a
d
E
s
t
f
o
s
m
e
n
s
a
a
ig
r
s
n
f
r
a
a
k
f
l
e
o
u
t
h
n
o
a
o
n
m
b
e
r
e
d
b
a
r
s
e
j
a
k
s
e
m
i
g
n
g
u

y
a
n
g

l
a
l
u

Hipotesis

Perempuan (55) mengeluh berdebar karena adanya gangguan pada jaras emosi, dan
atau adanya gangguan pada system saraf otonom.

2
PEMBAHASAN

Emosi

Emosi merupakan suatu reaksi terhadap rangsangan baik dari luar maupun dari dalam
diri manusia. Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi
merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat berlaku
sebagai motivator perilaku dalam arti mengingatkan, tetapi juga dapat mengganggu perilaku
intensional manusia. 1

Emosi juga merupakan suatu aspek psikis berkaitan dengan perasaan dan merasakan.
Misalnya, merasa sedih, marah, senang, tegang, takut, dan sebagainya. Emosi pada diri
seseorang berhubungan erat dengan keadaan psikis tertentu yang distimulasi baik oleh faktor
dari dalam (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).

Gejolak emosi dapat bervariasi dari skala yang paling menyenangkan, seperti
kegembiraan yang meluap-luap, sampai pada skala yang paling tidak menyenangkan,
misalnya kemarahan atau kesedihan yang mendalam. Kegembiraan dan kemarahan dapat
berlangsung hanya sementara, tetapi dapat berlangsung lama. Namun demikian, gejolak
emosi berupa kesedihan atau kekecewaan biasanya cenderung berlangsung lama.

Gejolak emosi apapun itu, dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiologis tubuh,
sehingga mempengaruhi keseimbangan psiko-fisiologis. Karena adanya kesatuan antara
aspek psikis dan aspek fisik, maka terkadang emosi yang berlebihan dapat memicu pengaruh
pada aspek-aspek fisiologis. Misalnya, kegembiraan yang berlebihan dapat membuat
perubahan fisiologis seperti mengeluarkan air mata. Begitu pula sebaliknya, bila seseorang
mengalami emosi negatif seperti marah, kecewa atau sedih yang mendalam, maka
berpengaruh juga terhadap fisiologis tubuh, misalnya detak jantung yang meningkat,
berkeringat, dan sebagainya.1

Sistem Saraf Otonom

Sistem saraf otonom mengatur kerja jaringan dan organ tubuh yang tidak disadari atau
yang tidak dipengaruhi oleh kehendak kita. Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf
yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang
bersangkutan, misalnya pembuluh darah, jantung, sistem endokrin, dan sebagainya. Dalam
sistem ini tedapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang
kompleks dan juga membentuk ganglion. Serabut saraf yang terdapat pada pangkal ganglion
disebut serabut saraf praganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut serabut saraf
pascaganglion. Sistem saraf otonom terdiri dari dua divisi, yaitu sistem simpatis dan sistem
parasimpatis.2

Serat-serat simpatis berasal dari daerah torakal dan lumbal korda spinalis. Sebagian
besar serat praganglion simpatis berukuran sangat pendek, bersinaps dengan badan sel neuron
pascaganglion di dalam ganglion yang terdapat di rantai ganglion simpatis yang terletak di

3
kedua sisi korda spinalis. Serat pascaganglion panjang berasal dari rantai ganglion tersebut
berakhir di organ-organ efektor. Sebagian serat praganglion melewati rantai ganglion tanpa
membentuk sinaps dan kemudian berakhir di ganglion kolateral simpatis yang terletak sekitar
separuh jalan antara SSP dan organ-organ yang dipersarafi, dengan serat pascaganglion
menjalani jarak sisanya.

Serat-serat praganglion parasimpatis berasal dari daerah cranial dan sacral SSP
(sebagian saraf cranialis mengandung serat parasimpatis). Serat-serat ini berukuran lebih
panjang dibandingkan dengan serat praganglion simpatis karena serat-serat itu tidak terputus
sampai mencapai ganglion terminal yang terletak di dalam atau dekat dengan organ efektor.
Serat-serat pascaganglion yang sangat pendek berakhir di sel-sel organ yang bersangkutan itu
sendiri. 3,4

Serat-serat praganglion simpatis dan parasimpatis mengeluarkan neurotransmitter


yang sama, yaitu asetilkolin (Ach) tetapi ujung-ujung pascaganglion kedua sistem ini
mengeluarkan neurotransmitter yang berlainan (neurotransmitter yang mempengaruhi organ
efektor). Serat pascaganglion parasimpatis mengeluarkan asetilkolin, dimana nantinya serat-
serat itu akan bergabung dengan semua serat praganglion otonom dan disebut serat
koligernik. Sebaliknya, sebagian besar serat pascaganglion simpatis disebut serat adregenik,
karena mengeluarkan noradrenalin yang lebih umum dikenal sebagai norepinefrin. Baik
asetilkolin maupun norepinefrin juga berfungsi sebagai zat perantara kimiawi di bagian tubuh
lainnya.

Serat-serat otonom pascaganglion tidak berakhir di sebuah tonjolan seperti kepala


sinaps, namun cabang-cabang terminal dari serat otonom mengandung banyak tonjolan yang
secara simultan mengeluarkan neurotransmitter ke daerah luas pada organ yang dipersarafi
dan bukan ke sebuah sel. Pelepasan neurotransmitter yang bersifat difus ini disertai kenyataan
bahwa di otot polos atau jantung setiap perubahan aktivitas listrik akan disebarkan melalui
gap junction, dimana berarti bahwa keseluruhan organ biasanya dipengaruhi aktivitas
otonom, bukan sel satu persatu. Selain itu, cara kerja saraf simpatis dan saraf parasimpatis
juga berlainan atau dengan kata lain kerja yang bersifat antagonis.

Struktur Saraf

Jaringan saraf tersusun atas sel-sel saraf atau neuron. Tiap neuron / sel saraf terdiri
atas badan sel saraf, cabang dendrit dan cabang akson. Cabang-cabang inilah yang
menghubungkan tiap-tiap sel saraf sehingga membentuk jaringan saraf.

Terdapat 3 macam sel saraf, yaitu :

1. Sel saraf sensorik


Berfungsi menghantarkan rangsangan dari reseptor (penerima rangsangan) ke
sumsum tulang belakang.
2. Sel saraf motorik
Berfungsi menghantarkan impuls motorik dari susunan saraf pusat ke efektor.

4
3. Sel saraf penghubung
Merupakan penghubung sel saraf yang satu dengan sel saraf yang lain.

Masing-masing sel saraf memiliki bentuk dan ukuran serabut saraf yang berbeda.
Akson pada sel saraf konektor lebih pendek daripada sel saraf sensorik dan motorik.
Sel saraf mempunyai kemampuan iritabilitas dan konduktivitas. Iritabilitas artinya
kemampuan sel saraf untuk bereaksi terhadap perubahan lingkungan. Konduktivitas
merupakan sifat sel saraf yang dapat menghantarkan impuls. Beberapa sel saraf berkumpul
membentuk urat saraf.

Struktur Mikroskopis Saraf

Neuron adalah unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan
perpanjangan sitoplasma.

1. Badan sel atau perikarion yang merupakan bagian neuron yang berfungsi
mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron. Bagian ini tersusun dari komponen
berikut :
Satu nukleus tunggal, nukleolus yang menonjol dan organel lain seperti
kompleks golgi dan mitokondria, tetapi nukleus ini tidak memiliki sentriol dan
tidak dapat bereplikasi.
Badan Nissl, terdiri dari retikulum endoplasma kasar dan ribosom-ribosom
bebas serta berperan dalam sintesis protein.
Neurofibril, yaitu neurofilamen dan neurotubulus yang dapat dilihat melalui
mikroskop cahaya bila menggunakan pewarnaan perak.
2. Dendrit yang merupakan perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan
pendek, serta berfungsi untuk menghantar impuls ke sel tubuh. Permukaan dendrit
penuh dengan spina dendrit yang dikhususkan untuk berhubungan dengan neuron
lain.
3. Akson yang merupakan suatu processus tunggal yang lebih tipis dan lebih panjang
dari dendrit. Bagian ini menghantarkan impuls menjauhi badan sel ke neuron lain, ke
sel lain (sel otot atau kelenjar), atau ke badan sel neuron yang menjadi asal akson.
Origo akson. Akson berasal dari badan sel pada hillock akson, yaitu regio yang
tidak mengandung badan Nissl.
Ukuran akson. Panjang akson berkisar antara kurang dari 1 mm sampai
dengan 1 mm lebih. Dibagian ujungnya, sebuah akson dapat bercabang
banyak. Percabangan akhir memiliki suatu pembesaran yang disebut terminal
presinaprik atau terminal button. Sisi percabangan (kolateral) yang berujung
pada akhir yang sama dengan pembesaran dapat terjadi pada bagian distal.
Pembungkus akson. Semua akson dalam sistem saraf perifer dibungkus oleh
lapisan Schwann yang disebut juga neurolema yang dihasilkan dalam sel-sel
Schwann.

5
Akson besar memiliki lapisan dalam yang disebut mielin yang merupakan
suatu kompleks lipoprotein yang dibentuk oleh membran plasma sel-sel
Schwann. Akson ini yang tampak berwarna putih disebut serabut
termielinisasi.
Pada saraf perifer, sel-sel Schwann memielinisasi akson dengan cara
melingkarinya dalam bentuk gulungan jelly. Mielin berfungsi sebagai insulator
listrik dan mempercepat hantaran impuls saraf. Adapun nodus Ranvier
menunjukkan celah antara sel-sel Schwann yang berdekatan. Celah ini
merupakan tempat pada akson dimana mielin dan lapisan Schwann terputus,
sehingga hanya melapisi bagian akson.
Akson yang berdiameter kecil biasanya tidak termielinisasi dan tertanam pada
sitoplasma sel Schwann. Akson dalam SSP tidak memiliki neurolema. Serabut
termielinisasi tanpa neurolema terdapat di bagian putih otak dan medula
spinalis dalam SSP.
Mielin dihasilkan dari oligodendrosit bukan dari sel Schwann. Mielin
bertanggungjawab untuk tampilan putih pada substansi putih. Terminasi akhir
dari semua serabut saraf tidak memiliki neurolema dan mielin.
Neuron tidak dapat membelah secara mitosis, tetapi serabut dapat beregenerasi
jika badan selnya masih utuh. Jika akson mengalami kerusakan berat, maka
neurolema (lapisan sel-sel Schwann) yang melapisinya akan melakukan
pembelahan mitosis untuk menutup luka. Jika bagian distal akson rusak,
bagian akson terdekat dengan badan sel akan membuat percabangan baru.
Lapisan neurolema yang kosong menjadi semacam tubulus seluler untuk
mengarahkan akson yang teregenerasi, dimana setiap percabangan akson
tambahan yang masuk lapisan celah akan terdisintegrasi.

Struktur Sistem Limbik dan Hipotalamus3

1. Sistem Limbik
Sistem limbik merupakan kombinasi sirkuit-sirkuit neuron yang mengontrol perilaku
emosional dan dorongan motivasional. Kompleks besar struktur ini terdiri dari komponen
subkorteks dan korteks. Kelompok subkorteks mencakup hipotalamus, septum, daerah
paraolfaktorius, epitalamus, hipokampus, amigdala, dan bagian-bagian ganglia basalis. Di
sekitar struktur-struktur subkorteks terdapat korteks limbik yang terdiri dari korteks
orbitofrontalis, girus subkalosus, girus singulata dan girus parahipokampus. Di antara
berbagai struktur subkorteks, hipotalamus adalah sumber output terpenting dimana struktur
ini berkomunikasi dengan nukleus-nukleus batang otak melalui berkas otak depan sebelah
medial yang menyalurkan sinyal dua arah, ke batang otak dan kembali ke otak depan.
Konsep emosi mencakup perasaan emosional subyektif dan suasana hati (misalnya
marah, sedih, takut dan rasa kebahagiaan) ditambah respons fisik yang nyata yang berkaitan
dengan perasaan tersebut. Respons-respons tersebut mencakup pola-pola perilaku spesifik,
misalnya persiapan menyerang atau bertahan bila dibuat marah oleh musuh, dan ekspresi
emosional yang dapat diamati, misalnya tertawa, menangis, atau tersipu.

6
Bukti menunjukkan bahwa sistem limbik berperan sentral dalam semua aspek emosi.
Stimulasi daerah-daerah tertentu di dalam sistem limbik manusia selama pembedahan otak
menimbulkan berbagai sensasi subjektif yang tidak jelas, yang diutarakan oleh pasien sebagai
rasa senang, kepuasan, atau kenikmatan disuatu daerah serta keputusasaaan, ketakutan, atau
kecemasan di bagian lain.

2. Hipotalamus
Struktur diensefalon terletak dalam diantara hemisfer serebri. Diensefalon mencakup
talamus, hipotalamus, dan ganglia basalis. Pada pembahasan ini lebih difokuskan pada bagian
yang berkaitan dengan hipotalamus.
Hipotalamus adalah kumpulan nukleus spesifik dan serat-serat terkait yang terletak
dibawah talamus. Daerah ini merupakan pusat integrasi untuk banyak fungsi homeostatik
(kestabilan lingkungan internal) dan berfungsi sebagai penghubung antara sistem saraf
otonom dan sistem endokrin.
Struktur hipotalamus pada bagian anterior adalah substansi abu-abu (substansi
grissea) yang menyelubungi chiasma optic, yang merupakan persilangan pada saraf optik.
Bagian tengah hipotalamus terdiri dari infundibulum (batang) kelenjar hipofisis posterior
tempat melekatnya kelenjar hipofisis.
Hipotalamus berperan penting dalam pengendalian aktivitas sistem saraf otonom yang
melakukan fungsi vegetatif, seperti pengaruh frekuensi jantung, tekanan darah, suhu tubuh,
keseimbangan cairan, nafsu makan, rasa haus, saluran pencernaan, dan aktivitas seksual.
Selain itu, hipotalamus juga berperan sebagai pusat otak untuk emosi, seperti kesenangan,
rasa nyeri, kegembiraan, dan kemarahan. Hipotalamus memproduksi hormon yang mengatur
pelepasan atau inhibisi hormon kelenjar hipofisis sehingga mempengaruhi keseluruhan sistem
endokrin.

Impuls Saraf

Proses hantaran impuls pada saraf dimulai dengan terjadinya potensial aksi. Pada
awalnya, serabut saraf mendapat stimulus yang cukup sehingga mengakibatkan gerbang Na+
terbuka. Kemudian ion-ion Na+ yang bermuatan positif ini bergerak ke dalam sel dan
mengubah potensial istirahat (polarisasi) menjadi potensial aksi (depolarisasi). Hal ini
ditunjukkan dengan adanya pergeseran diferensial dari -65 mV ke puncak listrik (potensial
puncak) yang hampir mencapai +40 mV. Depolarisasi juga menyebabkan tebukanya lebih
banyak lagi gerbang natrium, yang kemudian akan mempercepat respons dalam siklus umpan
balik positif.

Setelah inisiasi, potensial aksi menjalar di sepanjang serabut saraf dengan kecepatan
dan amplitudo yang tetap. Arus listrik lokal menyebar ke area membran yang berdekatan. Hal
ini menyebabkan gerbang natrium membuka dan mengakibatkan gelombang depolarisasi
menjalar sepanjang saraf. Dengan cara ini, sinyal atau impuls saraf ditransmisi dari satu sisi

7
dalam sistem saraf ke sisi lain. Pada tahap inilah kita kenal dengan peristiwa sinaps (transmisi
sinaptik).2,5

Sinaps adalah sisi / penghubung / junction yang tidak berdekatan, tempat


berlangsungnya pemindahan impuls dari ujung akson suatu neuron ke neuron yang lain atau
ke otot atau ke kelenjar.
Pada transmisi dari neuron ke neuron, hubungannya dapat berasal dari akson suatu neuron ke
dendrit, ke badan sel atau ke akson neuron yang kedua. Neuron presinaptik membawa impuls
menuju sinaps, sedangkan neuron postsinaptik membawa impuls menjauhi sinaps. Terdapat
dua jenis sinaps, yaitu sinaps kimiawi dan sinaps listrik. 2,5

a. Sinaps kimiawi
Pada sinaps kimiawi, suatu neurotransmitter (zat kimia) dilepas dari terminal akson
presinaptik, mengalir menyeberangi celah sinaptik dan melekat pada reseptor membran
postsinaptik. Ujung akson presinaptik disebut terminal button. Ujung ini melepas
neurotransmitter dari vesikel sinaptik saat potensial aksi mencapai terminal, kemudian
saluran ion kalsium terbuka dan ion kalsium memasuki terminal button. Ion kalsium
memfasilitasi aliran neurotransmitter saat menyeberangi celah sinaptik dan melekat pada
reseptor postsinaptik. Transmisi zat kimia bersifat satu arah karena neurotransmitter hanya
dilepas dari neuron presinaptik. Ada dua jenis sinaps kimiawi yaitu sinaps eksitatoris dan
sinapa inhibitorik.

Pada sinaps eksitatoris, beberapa neurotransmitter mengeksitasi neuron postsinaptik,


menyebabkan depolarisasi dan mengakibatkan terbentuknya potensial postsinaptik
eksitatoris. Sedangkan pada sinaps inhibitorik, neurotransmitternya menyebabkan
peningkatan potensial istirahat neuron postsinaptik bersifat inhibitorik, dimana
neurotransmitter ini membuat postsinaptik lebih bermuatan negatif akibat penurunan
permeabilitas membran terhadap aliran masuk ion Na+ dan meningkatkan permeabilitas
membran terhadap aliran keluar ion K+. Peningkatan kenegatifan internal ini disebut
hiperpolarisasi dan mengakibatkan terbentuknya potensial postsinaptik inhibitorik.

Pada sinaps kimiawi ini juga terdapat suatu istilah, yaitu waktu tunda sinaptik. Waktu
tunda sinaptik adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyeberangi suatu sinaps kimiawi.
Dibutuhkan waktu lebih lama untuk pelepasan, difusi, penerimaan dan untuk melihat
pengaruh neurotransmitter terhadap sebuah sinaps dibandingkan waktu yang dibutuhkan
untuk perambatan potensial aksi di sepanjang serabut saraf tersebut. Selain itu, ada efek
transmisi kimia pada neuron postsinaptik berupa penambahan jumlah dan jenis
neurotransmitter yang mencapai membran postsinaptik yang disebut sebagai sumasi. Terdapat
tiga jenis sumasi, yaitu:

Sumasi temporal yang merupakan penambahan jumlah neurotransmitter


karena adanya peningkatan frekuensi stimulasi oleh satu atau beberapa
neuron postsinaptik.
Sumasi spasial yang merupakan stimulasi pada penambahan jumlah terminal
presinaptik eksitatoris untuk menambah jumlah neurotransmitter.

8
Jika potensial postsinaptik eksitatorik dan potensial postsinaptik inhibitorik
mengenai membran postsinaptik, maka hasilnya eksitasi atau inhibisi
ditentukan melalui penjumlahan aljabar efek eksitatoris dan inhibitoris,
sumasi temporal dan sumasi spasial.

Adapun molekul neurotransmitter yang dilepas ke dalam celah sinaptik harus segera
diinaktivasi agar repolarisasi neuron postsinaptik dapat terjadi untuk lintasan impuls
selanjutnya. Proses inaktivasi ini dilakukan oleh kerja enzim. Molekul neurotransmitter dapat
ditarik kembali ke dalam neuron yang melepaskannya dan diperbaharui untuk penggunaan
tambahan. Neurotransmitter dapat berdifusi secara pasif menjauhi celah sinaptik. Sebuah
sinaps merupakan subjek keletihan setelah stimulasi berulang dengan kecepatan tinggi.
Setelah beberapa milidetik, kecepatan output neuron postsinaptik berkurang walaupun neuron
presinaptik masih mengeluarkan ion. Di otak, keletihan sinaptik berperan sebagai mekanisme
presinaptik merupakan alasan utama dibalik keletihan sinaptik, tetapi inaktivasi pada reseptor
membran neuron postsinaptik dapat juga menjadi suatu penyebab. Pada sinaps kimiawi ini,
terdapat suatu bahan yang bernama neuromodulasi. Neuromodulasi adalah zat kimia seperti
hormon yang dapat meningkatkan atau mengurangi respons sinaptik. Zat ini dapat bekerja
pada sisi presinaptik atau postsinaptik.6

b. Sinaps listrik
Jika dua sel yang dapat tereksitasi berhubungan melalui aliran arus listrik langsung
pada suatu area dengan tahanan listrik rendah, maka sinaps tersebut dinamakan sinaps listrik.
Gap junction (sambungan celah) menghubungkan pasangan sel yang bermuatan listrik.
Sambungan ini dianggap memiliki tahanan listrik yang rendah. Sinaps listrik tidak memiliki
waktu tunda sinaptik yang terdapat pada sinaps kimiawi. Sinaps listrik ini ditemukan pada
otot polos, otot jantung dan otak. Pada umumnya sinaps listrik memungkinkan terjadinya
transmisi dua arah, bukan satu arah seperti pada sinaps kimiawi.6

Proses Biolistrik pada Saraf

Peristiwa biolistrik pada saraf diawali dengan tahap potensial istirahat (potensial
membran). Pada tahap ini, sel saraf yang sedang beristirahat, seperti pada sel lain di tubuh,
mempertahankan perbedaan potensial listrik (voltase) pada membran sel diantara bagian
dalam sel dan cairan ekstraselular di sekeliling sel. Voltase dalam sel relatif pada keadaan
istirahat berkisar -50 mV sampai -80 mV terhadap voltase di luar, bergantung pada kondisi
neuron dan ekstraseluler yang mengelilingi sel. Membran sel dalam keadaan istirahat
dianggap bermuatan listrik atau terpolarisasi. Keadaan terpolarisasi ini dapat dibuktikan
dengan menempatkan elektroda menit ke dalam dan di luar membran. Polarisasi (potensial
istirahat) disebabkan oleh konsentrasi ion natrium (Na+) dan kalium (K+) yang tidak
seimbang di dalam dan di luar sel, serta perbedaan permeabilitas membran terhadap ion ini
dan ion lainnya.

Membran neuron sangat permeabel terhadap ion K+ dan Chlor (Cl-), serta relatif
impermeabel terhadap ion Na+. Membran ini impermeabel terhadap molekul protein

9
intraseluler besar yang bermuatan negatif. Konsentrasi ion K+ di dalam membran sel lebih
tinggi daripada di luar membran sel, sedangkan konsentrasi ion Na+ diluar membran sel lebih
tinggi daripada di dalam membran sel.

Oleh karena tingkat permeabilitas membran terhadap ion K+ sekitar 75 kali lebih besar
terhadap ion Na+, maka difusi ion K+ keluar dari sel lebih cepat daripada difusi ion Na+ ke
dalam sel.

Saat ion K+ bermuatan positif keluar dari sel, ion tersebut meninggalkan molekul
protein bermuatan negatif yang terlalu besar untuk dapat berdifusi melalui membran. Hal ini
mengakibatkan bagian dalam sel mengalami elektronegativitas. Selanjutnya, difusi dan
transpor aktif (pompa Na-K) bertanggungjawab untuk pergerakan ion melewati membran
plasma. Difusi terjadi melalui saluran dalam membran sel bergantung pada gradien
konsentrasi ion setiap unsur. Beberapa saluran bersifat pasif dan selalu terbuka sehingga
memungkinkan jalur bebas untuk beberapa ion. Beberapa saluran lain merupakan saluran
(gerbang) aktif, dikendalikan oleh gerbang ion, yang spesifik untuk masing-masing ion.
Saluran terbuka dan tertutup saat merespons berbagai stimulus serta bergantung pada
perubahan potensial membran. Gerbang ion diatur berdasarkan voltase. Semua saluran
bervoltase, tertutup saat keadaan membran potensial istirahat. Pengeluaran ion K+ melalui
saluran tanpa gerbang yang selalu terbuka mengakibatkan permeabilitas yang besar terhadap
K+ pada membran sel yang sedang istirahat.

Transpor ion Na+ dan K+ yang melawan gradien konsentrasinya dapat


mempertahankan kondisi potensial istirahat. Pompa Na-K dependen ATP mencegah
terjadinya kesetaraan ion Na+ dan K+ yang melewati membran plasma dan hanya terjadi
melalui difusi. Pompa ini terdiri dari protein yang berperan sebagai ion carrier dalam
membran sel. Protein ini membawa tiga ion Na+ keluar dari sel untuk setiap dua ion K+ yang
dipompa masuk, sehingga perbedaan konsentrasi dapat dipertahankan.

Potensial aksi terjadi sangat singkat, hanya bertahan kurang dari seperseribu detik.
Kemudian gerbang natrium akan menutup. Untuk menghentikan aliran deras ion Na+, maka
gerbang kalium membuka dan menyebabkan ion K+ keluar dari sel dengan deras.

Repolarisai (polaritas balik) adalah pemulihan daya potensial untuk kembali pada
keadaan istirahat. Pompa Na-K membantu pengembalian gradien konsentrasi ion asal yang
melewati membran sel. Pompa yang dijalankan dengan energi ini akan menghancurkan
kelebihan ion Na+ yang memasuki sel dan mengembalikan ion K+ yang telah berdifusi
keluar sel. Stimulus ambang untuk depolarisasi biasanya terjadi saat ada perubahan sekitar
15mV sampai 20mV dari keadaan potensial istirahat. Begitu ambang depolarisasi tercapai,
maka potensial aksi terbentuk. Inilah yang disebut respons all-or-none. Neuron akan
merespons secara keseluruhan atau tidak merespons sama sekali. Pada peristiwa ini dikenal
dua periode refraktori, yaitu periode refraktori absolut yang terjadi selama 1 milidetik yang
merupakan waktu selama gerbang ion Na+ tertutup dan ion K+ masih terbuka dan serabut
saraf sama sekali tidak responsif terhadap kekuatan stimulus lain. Dan yang kedua yaitu
periode refraktori relatif yang berlangsung selama kurang dari 2 milidetik yang terjadi setelah

10
masa refraktori absolut dan merupakan waktu dimana stimulus dengan kekuatan yang lebih
tinggi memicu potensial aksi yang kedua.7

Neurotransmitter

Bagian yang menghubungkan satu neuron (sel saraf) dengan neuron yang lain disebut
sinapsis. Sinapsis ini terdiri dari dua bagian, yaitu pre-sinapsis dan post-sinapsis.
Neurotransmitter adalah suatu zat kimia yang dilepaskan oleh bagian presinaps untuk
menghantarkan impuls dari satu neuron ke neuron yang lain. Ketika impuls mencapai bagian
sinapsis, maka gerbang kalsium akan terbuka dan ion-ion kalsium masuk ke dalam
presinapsis. Ion kalsium ini akan merangsang vesikel di dalam presinaps untuk mengeluarkan
neurotransmitter secara eksositosis. Setelah keluar, neurotransmitter akan menuju ke bagian
postsinaps dan akan menempel pada reseptornya sehingga gerbang ion akan terbuka di bagian
postsinaps. Dengan terbukanya gerbang ion tersebut, maka ion yang ada diluar serabut saraf
akan masuk sehingga terjadilah impuls pada serabut saraf selanjutnya.

Ada beberapa neurotransmitter yang telah dikenal dan diidentifikasi hingga saat ini,
antara lain:

1. Asetilkolin : merupakan neurotransmitter yang dilepaskan oleh saraf-saraf


parasimpatis dan juga saraf-saraf preganglionik.
2. Norepinefrin : merupakan neurotransmitter yang hanya dikeluarkan oleh saraf-saraf
simpatis. Selain itu norepinefrin juga dihasilkan sebagai hormon pada kelenjar
adrenal.
3. Serotonin : merupakan neurotransmitter pada bagian otak yang fungsinya sebagai
penghambat nafsu makan dan menimbulkan rasa tenang.
4. Dopamin : terdapat di dalam otak, tetapi fungsinya berlawanan dengan serotonin.
Dopamin biasanya di sekresi ketika kita dalam keadaan stress, depresi, khawatir, dan
sebagainya.
5. GABA (Gamma Amino Butiric Acid) : merupakan inhibitor neurotransmitter, artinya
akan menghalangi penghantaran impuls di serabut saraf. GABA akan membuka
gerbang ion chlorine yang bermuatan negative sehingga serabut saraf akan bermuatan
sangat negative. Dengan begitu impuls sulit untuk dihantarkan melalui serabut saraf.

Hubungan Emosi dengan Persarafan Otonom

Secara sederhana peristiwa emosional dapat dijelaskan sebagai berikut. Yang pertama
tentu adalah adanya impuls sensorik yang diterima berupa rangsangan emosi. Selanjutnya
impuls tersebut diteruskan ke hipotalamus sebagai pusat pengatur sistem saraf otonom.
Kemudian dari hipotalamus, impuls tersebut diteruskan lagi ke sistem limbik dan korteks
serebri. Disini kemudian terjadi saling pengaruh-mempengaruhi sehingga dapat menimbulkan
respons. Repons yang timbul dapat bermacam-macam, seperti respons otonomik dan respons
perilaku.

11
Pada respons otonomik, yang berperan adalah saraf simpatik dimana kerjanya dalam
kondisi terancam dan dirumuskan dengan mekanisme fight or flight yang kemudian akan
mempengaruhi sistem endokrin untuk bekerja, yaitu berupa sekresi hormon yang berkaitan,
seperti hormon adrenalin.

Kemudian yang terakhir adalah respons perilaku. Respons perilaku ini terjadi jika ada
peningkatan emosi, sehingga kerja saraf simpatis meningkat. Bila sampai medula adrenal
terangsang, maka akan disekresi epinefrin dan norepinefrin dari medula adrenal tersebut ke
seluruh tubuh, terutama ke bagian ekstremitas untuk kemudian diteruskan sebagai respons. 7

Kesimpulan

Berdasarkan teori yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa jantung
berdebar dapat dipengaruhi oleh emosi yang merupakan suatu rangsangan yang terjadi
melalui persarafan otonom. Hal tersebut dapat terjadi karena, fungsi hipotalamus adalah pusat
dari emosi dan SSO sehingga SSO dapat distimulasi oleh emosi, misalnya marah, rasa takut,
dan gembira. Selain itu, fungsi saraf simpatis berhubungan erat dengan medulla adrenal yang
distimulasi oleh saraf simpatis. Sistem saraf ini membantu tubuh berespons terhadap emosi,
dimana kerja saraf-saraf simpatis pada SSO akan meningkat sehingga menghasilkan respons
berupa jantung yang berdetak lebih cepat.

Daftar Pustaka

1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2004.h.154-68.
2. Janqueira, Carlos L, Carneiro J. Histologi dasar, teks dan atlas. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran EGC; 2003.h.69-71.
3. R.Puts dan R.Pabst. Atlas anatomi manusia, sobotta, tabel otot dan saraf. Edisi 22.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006.h.183-5
4. Campbell, Jane B, Lawrence R. Biologi jilid 3. Edisi ke-5. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2004.h.204-10.
5. Guyton, Hall. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2007.h.145-6.
6. Sherwood L. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2001.h.103-96.
7. Gunarsa, Singgih D. Psikologi olahraga prestasi. Jakarta: Penerbit Gunung Mulia;
2008.h.62.

12

You might also like