You are on page 1of 32

MAKALAH

HORMON KORTEKS ADRENAL


Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu nilai dan tugas mata kuliah
Farmakologi
Dosen : Dra. Refdanita, M.Si, Apt.

Disusun Oleh :
Iis Istikomah (14330130)
Kelas : B

FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
2016
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim ..
Puji rasa syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunianya saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Hormon Korteks Adrenal. Tidak lupa
Sholawat serta Salam kita ucapkan kepada Nabi Besar Muhamad SAW yang telah
membawa umatnya dari zaman jahiliah menuju zaman Islamiah.
Bergema seiring nada mengalunkan kata hati yang senantiasa mengungkapkan
getaran jiwa, penyusun dengan penuh kesadaran diri bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, hal ini dengan keterbatasan
kemampuan dan kedangkalan ilmu yang kami miliki. Dalam kesempatan ini penyusun
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan pihak yang turut membantu
terselesainya makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya dan dapat diterima oleh
Ibu Dra. Refdanita, M.Si, Apt. selaku dosen pengampu mata kuliah Farmakologi ini.

Jakarta, April 2016


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Adrenalin (bahasa Inggris: adrenaline, epinephrine) adalah sebuah hormon
yang memicu reaksi terhadap tekanan dan kecepatan gerak tubuh. Kelenjar
adrenal (kelenjar suprarenal) adalah dua masa triangular pipih yang berwarna
kuning yang tertanam pada jaringan adipose. Kelenjar adrenal, yang dikenal juga
dengan kelenjar suprarenal, adalah kelenjar kecil dan berbentuk triangular yang
terletak pada bagian atas ginjal. Kelenjar adrenal dibagi menjadi dua bagian,
bagian luar dinamakan korteks adrenal sedangkan bagian dalam disebut medulla
adrenal (Sabra, 2008). Organ ini berada di kutub atas ginjal. Masing masing
kelenjar ini terdiri dari korteks di bagian luar dan medulla di bagian dalam
kelenjar adrenal. Korteks adrenal diperlukan bagi kehidupan. Sekresi
edrenokortikal memungkinkan tubuh untuk beradaptasi terhadap segala jenis
stress. Tanpa korteks adrenal, keadaan stress yang berat dapat mengakibatkan
kegagalan sirkulasi perifer, syok, dan kematian. Kehidupan hanya dapat
dipertahankan dengan terapi nutrisi, elektrolit, serta cairan dan preparat hormone
adrenokortikal. ( Syaifullah Noer, 1996).
Korteks adrenal merupakan bagian luar dari kelenjar yang menghasilkan
hormon yang sangat penting untuk kehidupan, seperti kortisol (yang membantu
mengatur metabolisme dan membantu merespon tubuh Anda stres) dan aldosteron
(yang membantu mengontrol tekanan darah).
Sel-sel korteks adrenal dapat mensintesis kolesterol dan juga mengambilnya
dari sirkulasi. Kolesterol diubah menjadi 5-pregnenoian yang merupakan bahan
dasar semua kortikosteroid. Banyak steroid telah diisolasi dari korteks adrenal
tetapi ada tiga yang paling penting yaitu kortisol (hidrokortison), dehidro
epionndesteron (DHEA) dan aldosteron. Pelepasan kortikosteroid kedalam aliran
darah berlangsung secara intermiten, menghasilkan fase lonjakan mendadak
dalam plasma dan fase penurunan. Histologi korteks adrenal terdiri dari 3 lapisan
yaitu: zona glumerulosa (lapisan luar), zona fasciculate (lapisan tengah), dan zona
retikularis (lapisan dalam). Kelainan pada kelenjar adrenal menyebabkan
endokrinopati yang klasik seperti sindroma Cushing, penyakit Addison,
hiperaldosteronisme dan sindroma pada hiperplasia adrenal kongenital. Kemajuan
dalam prosedur diagnosis telah memudahkan evaluasi kelainan adrenokortikal,
terutama penentuan plasma glukokortikoid, androgen dan ACTH telah
memungkinkan diagnosis yang lebih cepat dan tepat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu hormone korteks adrenal ?
2. Apa fungsi dari hormone korteks adrenal ?
3. Apa yang dimaksud dengan mineralokortikoid dan glukokortikoid ?
4. Apa saja kelainan yang disebabkan oleh hormone korteks adrenal ?
5. Obat obat apa saja yang berkaitan dengan hormone korteks adrenal ?
6. Bagaimana mekanisme kerja, efek samping dari obat tersebut ?

1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian korteks adrenal.
2. Dapat mengetahui penyakit atau kelainan hormon korteks adrenal.
3. Dapat membedakan mineralokortikoid dan glukokortikoid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Korteks Adrenal


Korteks adrenal adalah bagian kelenjar adrenal yang terhubung ke medula.
Bagian dari kelenjar adrenal bertanggung jawab untuk produksi androgen,
mineralokortikoid dan glukokortikoid. Pada glukokortikoid bertanggung jawab untuk
meningkatkan kadar glukosa dalam darah. Androgen adalah mirip dengan hormon,
testosteron yang dihasilkan oleh testis.
Kelompok hormon korteks adrenal dikenal untuk efek masculinizing mereka.
Mempertahankan tingkat elektrolit dalam cairan ekstraselular adalah tugas
mineralokortikoid. Setelah mendapatkan gambaran tentang apa adalah hormon dari
korteks adrenal, mari kita memahami lebih lanjut tentang bagaimana mereka
berfungsi.
Korteks adrenal mensintesis dan mensekresi 4 jenis hormone yaitu :
Hormon adrenokortikal dibagi menjadi 3 kelompok: mineralokortikoid,
glukokortikoid, dan hormone seks.
Mineralokortikoid berkenaan dengan retensi natrium serta air dan ekskresi
kalium. Contohnya aldosteron, dan desoksi kortikosteron.
Kerja utama mineralokortikoid terdapat pada metabolisme elektrolit.
Mineralokortikoid pada dasarnya bekerja pada tubulus renal dan epitel
gastrointestinal untuk meningkatkan absorpsi ion natrium dalam proses
pertukaran untuk mengekskresikan ion kalium atau hidrogen. Sekresi
aldosteron hanya sedikit dipengaruhi oleh ACTH. Hormon ini terutama
disekresikan sebagai respons terhadap adanya angiotensin II dalam aliran
darah. Angiotensin II merupakan substansi yang berfungsi menaikkan
tekanan darah dengan menimbulkan konstriksi arteriol. Konsentrasinya
meningkat kalau ginjal melepas renin sebagai respons terhadap penurunan
tekanan perfusi. Kenaikan kadar aldosteron menyebabkan peningkatan
reabsorpsi natrium oleh ginjal dan traktus gastrointestinal yang cenderung
memulihkan tekanan darah untuk kembali normal. Pelepasan aldosteron
juga ditingkatkan oleh hiperkalemia. Aldosteron merupakan hormon
primer untuk mengatur keseimbangan natrium jangka panjang.

Glukokortikoid berhubungan dengan efek metabolic yang mencakup


metabolosme karbohidrat. Contohnya kortisol dan kortikosteron.
Glukokortikoid meningkatkan penguraian protein dan lemak tubuh
melalui proses metabolisme untuk memberikan sumber energi selama
masa puasa. Kedua hormon ini bekerja melawan kerja insulin,
meningkatkan katabolisme protein dan menghambat sintesis protein.
Glukokortikoid mempengaruhi mekanisme pertahanan tubuh dan fungsi
emosional baik langsung maupun tidak langsung. Kelompok hormon ini
juga menekan inflamasi dan menghambat pembentukan jaringan parut.
Glukokortikoid dapat menimbulkan efek melalui reseptor glukokortikoid.
Kortisol merupakan glukokortikoid utama. Kortisol sangat penting untuk
metabolisme karbohidrat dan protein dan untuk mengontrol sistem imun.
Dan ia juga mengontrol sekresi kortikotropin, kortikotropin releasing
hormon, dan vasopressin dengan penghambatan umpan balik negatif
melalui reseptor glukokortikoid. Kortikotropin juga memicu sekresi
androgen adrenal dan juga aldosterone
Hormon seks yang diekskresikan oleh korteks adrenal adalah androgen
dan estrogen.
Androgen yang merupakan hormon steroid utama ketiga, dihasilkan
oleh korteks adrenal; kelompok homon androgen ini memberikan efek
yang serupa dengan hormon seks pria. Kelenjar adrenal dapat pula
menyekresikan sejumlah kecil estrogen atau hormon seks wanita sekresi
androgen adrenal dikendalikan oleh ACTH. Apabila disekresikan dalam
jumlah yang normal, androgen adrenal mungkin hanya memberikan sedikit
efek; tetapi bila disekresikan secara berlebihan, maskulinisasi dapat terjadi
seperti terlihat pada kelainan bawaan defisiensi enzim tertentu. Keadaan
ini disebut sindrom adrenogenital.

2.2 Bagian-bagian Kelenjar Adrenal

Kelenjar adrenal dibagi menjadi dua bagian yaitu luar dan dalam.
1. Bagian luar dikenal sebagai korteks adrenal, yang selanjutnya dibagi
menjadi tiga zona: zona glomerulosa, lapisan terluar; zona fasciculata,
lapisan tengah; dan zona reticularis, lapisan paling dalam.
- Lapisan luar zona glomerulosa, merupakan tempat dihasilkannya
mineralokortikoid (aldosterone), yang terutama diatur oleh angiotensin II,
kalium, dan ACTH. Juga dipengaruhi oleh dopamine, atrial
natriureticpeptide (ANP) dan neuropeptides.
- Zona fasciculata pada lapisan tengah, dengan tugas utama sintesis
glukokortikoid, terutama diatur oleh ACTH. Juga dipengaruhi oleh
beberapa sitokin (IL-1, IL-6, TNF) dan neuropeptide.
- Lapisan terdalam zona reticularis, tempat sekresi androgen adrenal
(terutama dehydroepiandrostenedion [DHEA], DHEA sulfat
danandrostenedion) juga glukokortikoid (kortisol and corticosteron). Tidak
terdapat perbedaan yang jelas secara anatomi antara korteks dan medula
yang menghasilkan katekholamin oleh sel chromafin. Bukti terakhir hal ini
memungkinkan adanya interaksi parakrin diantara keduanya.
2. Sedang bagian dalam kelenjar adrenal disebut sebagai medula adrenal yang
dikelilingi oleh korteks.

2.3 Hormon dari Korteks Adrenal


Hormon-hormon korteks adrenal dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori /
kelompok, yaitu, glukokortikoid, androgen dan mineralokortikoid. Hormon-hormon
yang berbeda yang datang di bawah kategori ini disajikan di bawah.
Glukokortikoid: Nama glukokortikoid terbentuk dari tiga kata yaitu glukosa, korteks
dan steroid.
Kortisol: hormon korteks adrenal dilepaskan oleh kelenjar adrenal dalam
respon terhadap perasaan stres. Untuk meningkatkan kadar glukosa dalam
darah, melakukan metabolisme lemak, karbohidrat & protein dan menekan
sistem kekebalan tubuh adalah fungsi penting kortisol.
Kortikosteron: Hal ini dihasilkan dalam zona wilayah fasciculata dari korteks
adrenal. Hormon kortikosteron diproduksi sebagai unsur perantara dalam
proses konversi pregnenolon ke aldosteron.
Kortison: Ini adalah hormon steroid yang diproduksi di korteks adrenal. Hal
ini memainkan peran menekan sistem kekebalan tubuh. Rasa sakit yang
dialami petugas dan peradangan di situs dari cedera demikian, berkurang
karena kortison.

Mineralokortikoid: Informasi tentang berbagai jenis mineralokortikoid disediakan di


bawah ini.

Aldosteron: Ini hormon korteks adrenal dilepaskan sebagai konsentrasi


natrium dalam darah turun ke bawah atau jika kenaikan kadar kalium.
Peningkatan tekanan darah juga menyebabkan kelenjar adrenal untuk
mengeluarkan aldosteron.
Progesteron: progesteron adalah hormon steroid C-21. Proses di mana
progesteron memainkan peran penting adalah embriogenesis, kehamilan dan
siklus menstruasi.
Deoxycorticosterone: Ini adalah hormon steroid yang diproduksi di kelenjar
adrenal dan merupakan prekursor untuk aldosteron.

Androgen: Kata androgen merupakan istilah umum yang digunakan untuk hormon
yang berbeda bertanggung jawab untuk pengembangan karakteristik laki-laki.
Hormon androgen yang berbeda dijelaskan di bawah ini.

Dehidroepiandrosteron: Para dehidroepiandrosteron (DHEA) merupakan


prohormon untuk steroid seks. Aktivitas adrenal Kelebihan diamati dalam
kasus hiperplasia dan kanker adrenal terdeteksi dengan bantuan pengukuran
darah DHEA.
Androstenediol: Ada dua bentuk androstenediols yaitu 4-androstenediol dan
5-androstenediol. Sebuah metabolit DHEA, 5-androstenediol diproduksi
berlimpah. Hormon ini melakukan pekerjaan merangsang sistem kekebalan
tubuh. Ini 4-androstenediol adalah bentuk androstenediol yang akan
dikonversi menjadi 5-androstenediol.
Androstenedion: Hormon ini diproduksi sebagai bahan kimia antara dalam
proses yang menghasilkan testosteron. Ini adalah hormon steroid 19-karbon.
Dihidrotestosteron: Pengurangan ikatan rangkap 4,5 hormon testosteron
menyebabkan produksi dihidrotestosteron. Hormon meskipun diproduksi pada
pria dan wanita, hal ini terutama bertanggung jawab untuk pengembangan
karakteristik sekunder pada laki-laki. Sekresi hiper Hormon Korteks adrenal.
Efek dari sekresi hormon hiper ini beberapa. Jika kortisol diproduksi secara
berlebihan, hasilnya adalah bahwa dari penurunan penggunaan glukosa oleh jaringan.
Perincian protein meningkat dan tingkat protein plasma juga meningkat. Untuk
mendapatkan informasi lebih lanjut tentang fungsi korteks adrenal.

2.4 Struktur Kelenjar Adrenal


Bagian luar dari kelenjar adrenal, korteks adrenal, merupakan 90 persen dari
kelenjar. Korteks memiliki tiga zona. Zona glomerulosa adalah zona terluar dan
membuat hormon aldosteron dari kolesterol. Yang berikutnya adalah zona
fasikulata, yang membuat hormon kortisol, juga kolesterol. Zona retikularis adalah
daerah ketiga dan di mana androgen, atau hormon laki-laki, terbuat dari kolesterol.
Bagian dalam dari kelenjar adrenal disebut medula adrenal. Itu membuat zat
yang disebut epinefrin dan norepinefrin.

2.5 Fungsi Kelenjar Adrenal


Kedua kelenjar adrenal juga disebut kelenjar suprarenal, karena masing-masing
duduk di atas ginjal. Kelenjar tersebut akan disusun dalam bagian yang berbeda,
yang masing-masing bertanggung jawab untuk membuat zat yang mempengaruhi
berbagai fungsi dalam tubuh. Terlalu banyak atau terlalu sedikit zat ini dapat
menyebabkan penyakit.
Kelenjar adrenal mengeluarkan berbagai hormon yang mempengaruhi berbagai
bagian tubuh. Beberapa diperlukan untuk kelangsungan hidup, catatan Frederic
Martini, Ph.D., dalam Fundamentals of Anatomy & Physiology. ini hipofisis
anterior dari otak mengatur bagian dari kelenjar, mengatakan hal itu ketika
hormon tertentu perlu dibuat. Bagian dari sistem saraf dan ginjal merangsang
produksi hormon adrenal lainnya.

2.6 Kelainan pada Korteks Adrenal


Kelainan pada korteks adrenal terjadi akibat hiposekrsi atau hipersekresi
hormon adrenokortikal. Kelainan yang berhubungan dengan hipersekresi hormon
adrenokortikal yaitu, sindrom adrenogenital, sindrom cushing, dan aldosteronisme
primer (Sindrom Conn). Sedangkan kelainan yang berhubungan dengan
hiposekresi hormon adrenokortikal adalah insufisiensi adrenal.
A. Hipersekresi Hormon Adrenkortikal
1. Sindrom Cushing
Sindrom Cushing adalah suatu gangguan klinik dan metabolik
yang disebabkan oleh kelebihan glukokortikoid. Dampak
kelebihan ini menimbulkan gambaran klinis tersendiri dan
menempatkan pasien pada risiko untuk mengalami banyak
proses patologis, termasuk hipertensi dan diabetes melitus.
Istilah penyakit Cushing digunakan untuk penyakit dengan
kadar glukokortikoid yang sangat tinggi akibat kelebihan
hormon adrenokortikoid (ACTH) oleh hipofisis. Sebab yang
paling sering dari sindroma cushing adalah hiperplasia adrenal
bilateral terinduksi oleh kortikotropin yang dipengaruhi
hipofisis, yaitu penyakit Cushing (Lancet editorial,1981).
2. Aldosteronisme primer/sindrom Conn
Aldosteronisme primer adalah keadaan klinis yang disebabkan
oleh produksi aldosteron yang berlebihan, suatu hormon steroid
minneralokortikoid korteks adrenal. Kelebihan aldosteron
(aldosteronisme) merupakan suatu keadaan yang
mempengaruhi kadar kalium, natrium, bikarbonat dan klorida
dalam darah, yang menyebabkan tekanan darah tinggi,
kelemahan dan kadang kelumpuhan periodik. Price dan Wilson
(2006:1243) menyatakan bahwa pada aldosteronisme primer
(sindrom Conn), kelebihan produksi aldosteron terjadi akibat
adanya tumor atau hiperplasia korteks adrenal. Kebanyakan
tumor yang menyekresi aldosteron adalah tumor jinak yang
berukuran kecil 0,5 sampai 2 cm. Aldosteronisme primer
merupakan bentuk hipertensi endokrin dan mungkin terdapat
pada 1 sampai 2% penderita hipertensi.
Aldosteron adalah hormon yang dihasilkan dan dilepaskan oleh
kelenjar adrenal, memberikan sinyal kepada ginjal untuk
membuang lebih sedikit natrium dan lebih banyak kalium.
Pembentukan aldosteron sebagian diatur oleh kortikotropin
pada hipofisa dan sebagian lagi oleh mekanisme kontrol pada
ginjal (sistem renin-angiotensin-aldosteron). Renin adalah
enzim yang dihasilkan didalam ginjal dan bertugas
mengendalikan pengaktifan hormon angiotensi, yang
merangsang pembentukan aldosteron oleh kelenjar adrenal.
Hiperaldosteronisme bisa disebabkan oleh suatu tumor
(biasanya jinak) pada kelenjar adrenal (suatu keadaan yang
disebut sindrom conn). Kadang hiperaldosteronisme merupakan
respon dari penyakit tertentu. Misalkan kelenjar adrenal
melepaskan sejumlah besar aldosteron jika tekanan darah
sangat tinggi atau jika arteri yang membawa darah keginjal
menyempit.
3. Sindrom adrenogenital
Sebagian besar bayi dengan sindroma adrenogenital menderita
defisiensi sebagian atau total enzim 21 hidroksilase yang
diperlukan untuk sintesis kortisol. Karena penurunan kadar
kortisol, maka sekresi ACTH hipofisis menyebabkan
hiperplasia korteks adrenalis. Pada pasien defisiensi enzim
sebagian, peningkatan ACTH menghasilkan kadar kortisol yang
normal, tetapi kadar adrenostedion sangat meningkat
disekresikan oleh adrenalis hiperplastik. Kemudian dia
dimetabolis ke testosteron yang menyebabkan virilisasi dalam
wanita serta hipertrofi genetalia pada pria. Jika sama sekali
tidak ada enzim 21 hidroksilase, maka tidak ada produksi
kortisol, sehingga bayi yang lahir dengan masalah ini menderita
insufisiensi adrenalis maupun virilisasi (Sabiston, 1995).
Ini adalah keadaan yang sangat jarang yang timbul pada masa
bayi atau kanak-kanak akibat defek enzim kongenital (biasanya
enzim 21-hidroksilase) pada sinstesis kortisol. Penurunan kadar
kortisol di sirkulasi sebagai akibatnya menstimulasi produksi
ACTH berlebihan, yang pada gilirannya menstimulasi adrenal
untuk menghasilkan steroid androgenik berlebihan. Pada
wanita timbul virilisasi pada tahap awal kehidupan dan bisa
diobati dengan kortisol. Pada pria lebih jarang terdiagnosis dan
bisa meninggal dunia akibat insufisiensi adrenal akut namun
jika selamat semasa bayi, terjadi pertumbuhan berlebihan dan
menyebabkan pubertas prekoks dan tinggi badan akhir menjadi
pendek. (Rubenstein dkk, 2005:173-174)
B. Hiposekresi Hormon Adrenokortikal
Hiposekresi hormon adrenokortikal menyebabkan insufisiensi
adrenal/Penyakit Addison. Penyakit addison merupakan penyakit
kegagalan primer kelenjar adrenal. Penyebabnya adalah peningkatan
hormon adrenokortikotropik (ACTH) yang mempunyai efek
merangsang melanosit. Kalau kegagalan kelenjar adrenal disebabkan
oleh kegagaln hipofisis, tentu saja tidak terjadi peningkatan
pigmentasi.
BAB III
PEMBAHASAN
Kortikosteroid dan hormon kelamin (androgen dan estrogen) dihasilkan oleh
kelenjar anak ginjal (adrenal) bagian korteks (kulit). Sedangkan kelenjar adrenal
bagian medulla (sumsum) menghasilkan adrenalin dan noradrenalin.
Kelenjar adrenal mensekresi 2 hormon kortikosteroid yaitu Glukokortikoid dan
Mineralokortikoid. Kedua kortikosteroid ini lazim disebut adrenokortikoid.
Glukokortikoid utama pada manusia adalah kortisol dan mineralokortikoid utama
adalah aldosteron. Kedua kortikosteroid ini disintesis dari kholesterol.
Perbedaaan kedua kortikosteroid ini disajikan pada tabel berikut :
Glukokortikoid Perbedaan Mineralokortikoid
Kortisol Aldosteron
Senyawa Utama
Metabolisme : Metabolisme :
Efek utama
Karbohidrat, Protein dan Mineral dengan mengatur
Lemak retensi Na dan Sekresi K,
Mineral dengan mengatur H
retensi Na dan K
ACTH (Adreno Kadar Mineral (Na dan K)
Sekresi dipengaruhi
Corticotropin Hormon) dan Volume Plasma.
oleh

3.1 Glukokortikoid
Hormon glukokortikoid adalah steroid yang memiliki 21 atom karbon dengan
fungsi utama meningkatkan glukoneogenesis. Glukokortikoid pada manusia biasa
disebut dengan kortisol yang dihasilkan pada zona fascikulata, dan zona
glomerulosa. Pada bagian berikut akan dibahas mekanisme dan pengaturan
hormon glukokortikoid pada manusia.
a. Biosintesis Glukokortikoid
Semua hormone steroid pada mamalia disintesis dari kolesterol via
pregnenolon melalui sederet reaksi yang terjadi di dalam mitokondria
maupun di dalam reticulum endoplasma sel korteks adrenal, dalam hal ini
diperlukan hidroksilase dan NADPH, dalam keadaan tertentu juga
diperlukan dehidrogenase, isomerase dan liase. Sintesis glukokortikoid
membutuhkan tiga hidroksilase yang beraksi secara beruntun pada posisi
C17, C21, dan C11. Dua reaksi hidroksilase yang pertama berlangsung
cepat, sedangkan hidroksilase pada C11 berlangsung lebih lambat.
Senyawa metirapon adalah penghambat efektif dari1 hidroksilase dan
digunakan untuk tes diagnostic cadangan hipotalamus-hipopisa. Tes ini
berguna untuk mengetahui bahwa glukokortikoid merupakan hormone
yang menghambat secara umpan balik pelepasan ACTH. Bila sintesis
glukokortikoiddihambat dengan memberi orang normal dosis metipan
balik pelepasan ACTH , metirapon secara oral pada tengah malam,
keesoakan harinya terjadi pelepasan ACTH berlebihan, pembentukan
steroid dirangsang dan 11 deoksikortisol menumpuk karena tidak terjadi
pembentukan glukokortikoid.
- Memerlukan 3 enzim hidroksilase pada posisi C17, C21 dan C11.
Enzimnya berturut-turut adalah 17a-hidroksilase, 21-hidroksilase dan 11b-
hidroksilase.
- 17a-hidroksilase merupakan enzim retikulum endoplasma halus yang
bekerja pada progesteron atau lebih sering pada pregnenolon.
- 17a-hidroksiprogesteron mengalami hidroksilasi sehingga membentuk 11-
deoksikortisol - 11-deoksikortisol mengalami hidroksilasi membentuk
kortisol.
- 21-hidroksilase merupakan enzim retikulum endoplasma halus sedangkan
11b-hidroksilase merupakan enzim mitokondria.
b. Sekresi, Transport dan Metabolisme Glukokortikoid
Sekresi
Hormon steroid adrenal akan dilepas ke dalam plasma setelah dibuat.
Kortisol dilepas secara berkala diatur oleh irama diurnal pelepasan ACTH.
Konsekuensinya kortisol akan mencapai nilai tertinggi pada pagi hari dan
terendah pada sore harinya atau awal malam harinya.
Transport Plasma
- Kortisol beredar dalam plasma dalam bentuk terikat protein dan dalam
bentuk bebas.
- Protein pengikat utama dalam plasma disebut trans-kortin atau globulin
pengikatkortikosteroid (CBG=Cortocosteroid-binding globulin), CBG
diproduksi di hati.
- CBG mengikat sebagian besar hormon tersebut bila kadarnya dalam
plasma berada pada kisaran normal. Kortisol dalam jumlah yang lebih
kecil akan akan terikat ke albumin.
- Kekuatan pengikatan membantu menentukan usia paruh biologik (t )
hormone glukokortikoid. Kortisol terikat erat pada CBG dan memiliki t
1,5-2 jam,sedangkan kortikosteron yang kurang terikat erat
mempunyai t kurang dari 1 jam.
- CBG tidak hanya berikatan dengan glukokortikoid tapi juga dengan
deoksikortikosteron dan progesteron. Mereka bersaing dalam berikatan
dengan CBG.
- Dalam bentuk bebas kortisol ditemukan sekitar 8% dari jumlah kortisol
dalam plasma dan merupakan fraksi kortisol yang biologik aktif.
Laju Metabolisme
- Kortisol dan metabolitnya membentuk sekitar 80% jumlah 17
hidroksikortikoid dalam plasma (setengahnya beredar dalam plasma
dalam bentuk metabolit dihidrodantetrahidro-), 20% sisanya terdiri atas
kortison dan 11-deoksikortisol.
- Semua senyawa tersebut dimodifikasi melalui proses konjugasi dengan
glukuronida dan sebagian kecil dengan sulfat.
- Modifikasi ini terutama terjadi di hati dan membuat molekul steroid
yang bersifat lipofilik bisa larut air dan dapat diekskresikan.
- Pada manusia sebagian besar steroid terkonjugasi yang memasuki
intestinum lewat ekskresi bilier akan diabsorbsi kembali melalui
sirkulasi enterohepatik.
- Sekitar 70% steroid terkonjugasi akan diekskresikan ke dalam urine,
20% keluar dalam bentuk feses dan sisanya keluar melalui kulit.

c. Pengaturan Sintesis Glukokortikoid


Sekresi glukokortikoid tergantung pada ACTH yang selanjutnya diatur
oleh Corticotropin Releasing Hormone (CRH). Kadar glukokortikoid
bebas yang berlebihan melakukan control umpan balik negative
(penghambatan) cepat dan lambat pada hipofisa anterior, hipotalamus atau
kedua-duanya. Respon cepat kelihatan dengan diikuti tingginya kadar
glukokortikoid selanjutnya timbul aksi glukokortikoid pada membran sel
hipotalamus. Efek lambat tergantung pada kadar absolute glukokortikoid
dan diusahakan pada sel basofilik hipofisa anterior melalui penghambatan
produksi mRNA proopiomelanokortin (POMC).
Perangsangan adrenal dalam waktu cukup lama dengan ACTH
mengakibatkan peningkatan ukuran dan jumlah sel, serta dapat
menentukan besar respon steroidogenik terhadap rangsang ACTH yang
mendadak. Sebaliknya kekurangan ACTH dalam jangka lama
menyebabkan atrofi korteks adrenal, penurunan steroidogenesis dan respon
yang sangat lambat terhadap ACTH.
Pelepasan ACTH dan sekresi glukokortikoid terjadi melalui
pengontrolan oleh input saraf dari sejumlah tempat dalam sistem saraf.
Sekresi glukokortikoid juga dipengaruhi oleh stress fisik dan
emosional.Input dari nucleus amigdala menghambat respon ACTH
terhadap stress emosional, kekhawatiran, takut dan kecemasan sedangkan
serabut spinotalamik dan formasi ini dapat melampaui kedua sistem
umpan balik negatif dan irama diurnal.
- Sekresi kortisol diatur oleh ACTH yang dirangsang oleh CRH.
- Hormon-hormon ini berhubungan melalui lingkaran umpan balik

negatif.
d. Fungsi Metabolik Glukokortikoid
Efek terhadap metabolisme
- Meningkatkan produksi glukosa di hati dengan cara:
1) meningkatkan pengangkutan asam amino dari jaringan perifer.
2) meningkatkan laju glukoneogenesis melalui peningkatan
jumlah (dan aktivitas) beberapa enzim penting.
3) memungkinkan berlangsungnya reaksi metabolik penting
lainnya pada laju reaksi optimal.
- Meningkatkan deposisi glikogen hepatik dengan meningkatkan
aktivasi enzim glikogen sintetase.
- Mendorong lipolisis (di ekstremitas) tapi dapat menimbulkan
lipogenesisi di tempat lain (muka dan badan) melebihi taraf
fisiologis.
- Mendorong metabolisme protein dan RNA, hal ini merupakan efek
anabolik pada tahap fisiologis, tapi pada keadaan tertentu dan pada
taraf yang melampaui taraf fisiologis dapat bersifat katabolik
Efek terhadap Respon Imun dan Antiradang
- Supresi respon imun. Hormon glukokortikoid menyebabkan
penghancuran (lisis) limfosit yang spesifk menurut tipe sel dan
spesiesnya.
- Supresi respon inflamasi dengan cara:
1) Menurunkan jumlah leukosit yang beredar dalam darah dan
migrasi leukosit jaringan.
2) Menghambat proliferasi fibroblast menumpulkan produksi
molekul-molekul anti inflamasi yaitu prostaglandin dan
leukotrien
Efek lain
- Penting untuk mempertahankan tekanan darah dan curah jantung
normal.
- Diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan air dan elektrolit
yang normal.
- Bersama dengan hormon medula adrenal penting untuk
memungkinkan organisme berespon terhadap stres.
e. Patofisiologi Glukokortikoid
Kekurangan
- Menyebabkan penyakit Addison, memperlihatkan hipoglikemia,
sensitivitas tinggi terhadap insulin, intoleransi terhadap stres,
anoreksia, penurunan berat badan, nausea dan gejala kelemahan
berat.
- Penderita addison mempunyai tekanan darah rendah, penurunan
laju filtrasi glomerulus, penurunan kemampuan mengekskresikan
kelebihan air.
- Kadar Na plasma rendah, K tinggi, punya riwayat ngidam garam.
- Bisa tampak pigmentasi pada kulit dan membran mukosa.
Kelebihan
- Menyebabkan sindrom Cushing, terjadi karena adanya adenoma
hipofisis yang mensekresi ACTH terjadi hiperglikemia atau
intoleransi glukosa atau keduanya, karena peningkatan
glukoneogenesis.
- Efek katabolik (pemecahan protein) berat menimbulkan penipisan
kulit, atrofi otot, osteoporosis, keseimbangan nitrogen negative.
- Redistribusi lemak yang aneh dengan obesitas batang tubuh dan
punuk kerbau (buffalo hump) resistensi terhadap infeksi dan
respon inflamasi terganggu, misalnya pada penyembuhan luka.
f. Kortisol
Fisiologis Kortisol
Banyak senyawa telah dihasilkan oleh korteks adrenal ( lebih kurang
40 macam) akan tetapi hanya sebagian yang dijumpai dalam darah vena
adrenal. Kerja fisiologis utama dari hormon-hormon adrenal khususnya
glukokortikoid adalah sebagai berikut :
1. Mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak dan protein,
yaitu memacu glikogeolisis, ketogenesis, dan katabolisme
protein.
2. Memiliki kerja anti insulin, dimana glukokortikoid menaikkan
glukosa, asam-asam lemak dan asam asam amino dalam
sirkulasi. Dalam jaringan perifer seperti otot, adipose dan
jaringan limfoid, steroid adalah katabolik dan cenderung
menghemat glukosa, pengambilan glukosa dan glikolisis ditekan.
3. Terhadap pembuluh darah meningkatkan respon terhadap
katekolamin.
4. Terhadap jantung memacu kekuatan kontraksi ( inotropik positif)
5. Terhadap saluran cerna meningkatkan sekresi asam lambung dan
absorbsi lemak, menyebabkan erosi selaput lendir.
6. Terhadap tulang menyebabkan terjadinya osteoporosis, oleh
karena menghambat aktifitas osteoblast dan absorbsi kalsium di
usus.
7. Meningkatkan aliran darah ginjal dan memacu eksresi air oleh
ginjal.
8. Pada dosis farmakologis menurunkan intensitas reaksi
peradangan, dimana pada konsentrasi tinggi glukokortikoid
menurunkan reaksi pertahanan seluler dan khususnya
memperlambat migrasi leukosit ke dalam daerah trauma.
9. Glukokortikoid menambah pembentukan surfaktan dalam paru-
paru dan telah digunakan untuk mencegah sindroma respiratory
distress pada bayi premature.
Biosintesis Kortisol
Sintesis steroid adrenal bermula dari asetat atau kolesterol dan bergerak
melalui beragam langkah-langkah enzimik ke pembentukan
glukokortikoid. Jalan reaksi menyangkut sintesis permulaan kolesterol
yang setelah terjadi pembelahan dan oksidasi serangkaian rantai samping,
diubah menjadi A5-pregnenolon. Kortek adrenal mengandung relatif
banyak kolesterol, sebagian besar sebagai ester kolesteril yang berasal dari
sintesis de novo dan sumber-sumber ekstra adrenal. Perubahan
esterkolesteril menjadi kolesterol merupakan langkah yang perlu dalam
sintesis steroid dan diatur oleh ACTH, dalam hal ini ACTH melakukannya
dengan meningkatkan cAMP, yang mengaktifkan protein kinase,
selanjutnya mengaktifkan protein-protein melalui fosforilasi untuk
mengkatalisis hidrolisis kolesteril ester. Kinase ini awalnya juga
meningkatkan 20-hidroksilasi kolesterol. Hasil akhir reaksi ini adalah C-27
steroid 20,22-dihidroksikolesterol dan 17,20-dihidroksikolesterol.
Senyawa ini diubah langsung menjadi pregnenolon atau 17-pregnenolon
dengan kehilangan bagian isokaproat aldehida yang terdapat pada rantai
samping.
Sekresi ACTH diatur secara umpan balik oleh steroid yang beredar, pada
manusia kortisol adalah regulator yang paling penting. Kortisol bebas di
dalam darah memiliki umpan balik negatif terhadap pelepasan hormon
pelepas kortikotropin ( corticotropin releasing hormone atau CRH) dari
hipotalamus dan terhadap kortikotrof hipofisis.
Transpor, Metabolisme Dan Eksresi Kortisol
A. Peredaran dan transpor kortisol
Kortisol dalam jumlah yang cukup besar lebih kurang 75% terikat
pada - globulin yang disebut traskortin atau globulin pengikat
kortikostroid (corticosteroid binding globulin). Sebanyak 15% lainnya
terikat lebih lemah pada albumin, dan 10 % sisanya yang aktif secara
matabolik beredar dalam bentuk bebas. Kortisol yang terikat
tampaknya secara fisiologis tidak aktif. Karena terikat dengan protein,
maka dalam urin relatif sedikit terdapat kortisol bebas dan
kortikosteron. Kortisol yang terikat mungkin berfungsi sebagai
cadangan hormon dalam sirkulasi yang mempertahankan suplai
kortisol bebas ke jaringan.
B. Metabolisme dan eksresi kortisol
Kortisol dimetabolisme dalam hati yang merupakan tempat utama
katabolisme glukokortikoid, sebagian besar kortisol direduksi menjadi
dihidrokortisol yang selanjutnya menjadi tetrahidrokortisol yang
dikonjugasikan dengan asam glukuronat sehingga mudah larut, dan
karena glukuronida ini tidak terikat oleh protein maka senyawa
tersebut mudah dieksresi oleh ginjal bersama urin. Kira-kira 5-10 %
kortisol dipecah menjadi 11-hidroksi-17ketosteroid dan selanjutnya
menjadi 11-ketoetiokolanolon dan 11-beta-hidroksiandrosteron.
Eksresi kortisol bebas hanya sebesar 10% jumlahnya dalam darah,
dan hanya 10% jumlah yang difiltrasi lalu dikeluarkan bersama urin,
karena telah terlebih dahulu direabsorbsi di tubuli ginjal.
3.2 Mineralokortikoid
Mineralokortikoid adalah hormon steroid yang bertanggung jawab untuk
melestarikan natrium, dan menjaga keseimbangan garam dan air dalam tubuh.
Mineralokortikoid primer dikenal sebagai aldosteron, dan disekresikan oleh
zona glomerulosa (lapisan terluar) dari korteks adrenal.
Hormon steroid ini merupakan bagian dari sistem renin-angiotensin (RAS)
atau renin angiotensin aldosteron-sistem (Raas). Ini adalah sistem hormon yang
mengatur tekanan darah dan keseimbangan cairan dalam tubuh. Umumnya,
renin diproduksi oleh ginjal ketika kelebihan garam dan air akan dihilangkan
dari tubuh. Renin memicu produksi angiotensin, yang pada akhirnya
merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon aldosteron. Penurunan
tekanan darah arteri juga merangsang sekresi renin.
Kerja utama hormon ini adalah untuk meningkatkan retensi Na+ dan ekskresi
K+ serta H+ khususnya dalam ginjal.
a. Sintesis Mineralokortikoid (Aldosteron)
- terjadi di zona glomerulosa.
- pregnenolon diubah menjadi progesteron oleh 2 enzim yaitu 3b-
hidroksisteroid dehidrogenase (3b-OHSD) dan D5,4 isomerase.
- progesteron mengalami hidroksilasi membentuk 11-deoksikortikosteron
(DOC) yang merupakan mineralokortikoid aktif (yang menahan ion Na+).
- terjadi hidroksilasi berikutnya membentuk kortikosteron yang mempunyai
aktivitas glukokortikoid dan merupakan mineralokortikoid lemah.
- Kortikosteron diubah menjadi 18-hidroksikortikosteron dengan bantuan
enzim 18-hidroksilase (aldosteron sintase).
- 18-hidroksikortikosteron diubah menjadi aldosteron (konversi 18-alkohol
menjadi aldehid).
b. Sekresi, Transport dan Metabolisme Mineralokortikoid
Transport Plasma
- Aldosteron tidak memiliki protein pengikat spesifik dalam plasma tapi
membentuk suatu ikatan yang lemah dengan albumin. Kortikosteron
dan 11- deoksikortikosteron, yaitu hormon steroid lainnya dengan efek
mineralokortikoid, terikat pada CBG.
Laju Metabolisme
- Aldosteron dengan cepat akan dibersihkan dari plasma oleh hati,
terjadi karena hormon ini kurang memiliki protein pembawa dalam
plasma darah.
- Hati kemudian membentuk tetrahidroaldosteron 3-glukoronida yang
diekskresikan ke dalam urine.

c. Pengaturan Sintesis Mineralokortikoid


Zat pengatur utama adalah sistem renin-angiotensin dan kalium. Didukung
oleh peran natrium, ACTH dan mekanisme neural.
Sistem renin-angiotensin
- sistem ini berperan dalam pengaturan tekanan darah dan
metabolisme elektrolit.
- Hormon primer dalam sistem ini adalah angiotensin II, dibuat dari
angiotensinogen yang merupakan substrat bagi renin (suatu enzim
yang dihasilkan sel-sel jukstaglomerular pada renal/ginjal.
- Posisi sel tersebut sensitif terhadap banyak regulator (faktor-faktor
yang mempengaruhi) pelepasan renin yang bekerja melalui
baroreseptor renal.

- Sel jukstaglomerular juga sensitif terhadap perubahan konsentrasi Na+


dan Cl- dalam tubulus ginjal sehingga setiap faktor-faktor yang dapat
menurunkan volume cairan (misal dehidrasi, penurunan tekanan darah,
kehilangan cairan atau darah) akan merangsang pelepasan renin.
- Berikut adalah skema pembentukan angiotensin.
- Angiotensin II meningkatkan tekanan darah dengan cara menimbulkan
vasokonstriksi arteri dan merupakan zat vasoaktif yang sangat kuat.
Zat ini menghambat pelepasan renin dan merupakan stimulator bagi
pelepasan aldosteron.
- Angiotensin II berpengaruh secara langsung terhadap adrenal untuk
memproduksi aldosteron, namun tidak berpengaruh dalam produksi
kortisol.
- Angiotensin II bekerja merangsang konversi kolesterol menjadi
pregnenolon dan konversi kortikosteron menjadi 18-
hidroksikortikosteron serta aldosterone.
Kalium
- Sekresi aldosteron sensitif terhadap perubahan kadar kalium plasma.
Peningkatan sedikit kalium saja sudah dapat merangsang sekresi
aldosteron, begitu pula bila terjadi penurunan akan mengurangi sekresi
aldosteron.
- Pengaruh K+ sama seperti angiotensin II dan tidak berpengaruh
terhadap produksi kortisol.
Efektor lain
- Efektor lain berupa ACTH dan natrium.
d. Fungsi Metabolik Mineralokortikoid
- merangsang transport aktif Na+ oleh tubulus kontortus distal dan
tubulus koligentes ginjal menyebabkan retensi Na+.
- meningkatkan sekresi K+, H+, dan NH4+ oleh ginjal.
- mempengaruhi transport ion di jaringan epitel lain termasuk kelenjar
keringat, mukosa intestinal, serta kelenjar saliva.
- Aldosteron mempengaruhi sintesis RNA dan protein yang diperlukan
dalam produksi berbagai produk gen spesifik.
e. Patofisiologi Mineralokortikoid
Kelebihan
- Terjadi aldosteronisme primer (sindrom Conn), yaitu manifestasi
klasik mencakup gejala hipertensi, hipokalemia, hipernatremia, dan
alkalosis. Kadar renin dan angiotensin II dalam plasma disupresi.
- Aldosteronisme sekunder menyerupai aldosteronisme primer, kecuali
pada kenaikan kadar renin dan angiotensin II. Terjadi ketika ada
stenosis srteri renalis disertai penurunan tekanan perfusi dapat
menimbulkan hiperplasia serta hiperfungsi sel jukstaglomerular,
meyebabkan naiknya kadar renin dan angiotensin II.
e. Hormon Aldosteron
Hormon aldosteron adalah salah satu hormon yang dihasilkan oleh
kelenjar adrenal yang terletak di kutub superior dari kedua ginjal, khususnya
pada bagian korteks. Aldosteron merupakan mineralokortikoid yang utama.
Disebut mineralokortikoid karena hormon ini terutama mempengaruhi
elektrolit (mineral) cairan ekstraseluler khususnya natrium dan kalium. Tanpa
mineralokortikoid, maka besarnya konsentrasi ion kalium dalam cairan
ekstraseluler. meningkat secara bermakna, konsentrasi natrium dan klorida
akan berkurang, dan volume total cairan ekstraseluler dan volume darah juga
akan sangat berkurang, sehingga penderita akan mengalami penurunan curah
jantung yang berlanjut dengan kematian (Guyton, 1996).
Efek Aldosteron Terhadap Ginjal dan Cairan Tubuh
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa aldosteron
menyebabkan pengangkutan pertukaran natrium dan kalium yaitu, absorpsi
natrium bersama-sama dengan ekskresi kalium oleh sel-sel epitel tubulus
terutama dalam tubulus distal dan duktus koligentes. Oleh karena itu,
aldosteron menyebabkan natrium disimpan dalam cairan ekstraseluler
sedangkan kalium diekskresikan ke dalam urin.
Bila konsentrasi aldosteron dalam plasma tinggi maka keadaan ini
akan mengurangi jumlah natrium yang hilang ke dalam urin dengan
jumlah yang sangat kecil, dan pada saat yang sama jumlah kalium yang
hilang dalam urin berlipat ganda. Sebaliknya apabila aldosteron tidak
disekresikan sama sekali menyebabkan jumlah natrium yang hilang dapat
mencapai 10-20 gram per hari dan kalium akan disimpan secara kuat
dalam cairan ekstraseluler. Oleh karena itu, hasil akhir efek aldosteron
dalam plasma adalah untuk meningkatkan jumlah total natrium dalam
cairan ekstraseluler sementara menurunkan jumlah kalium.
Ketika natrium direabsorpsi oleh tubulus, secara bersamaan terjadi
absorpsi air dalam jumlah yang hampir sama melalui osmotik. Oleh karena
itu, volume cairan ekstraseluler meningkat hampir sama banyak dengan
natrium yang tertinggal tetapi tanpa banyak mengubah konsentrasi
natrium.
Peningkatan volume cairan ekstraseluler yang berlangsung selama
lebih dari 1 sampai 2 hari dapat mengarah kepada peningkatan tekanan
arteri. Volume cairan ekstraseluler yang meningkat kira-kira 5-15% diatas
normal sebagai respon kelebihan aldosteron, dapat meningkatkan tekanan
arteri 15-25 mmHg.
Mekanisme Selular Kerja Aldosteron
Aldosteron mudah berdifusi ke dalam sel-sel epitel tubulus. Dalam
sitoplasma sel-sel tubulus, aldosteron akan berikatan dengan protein
reseptor sitoplasma yang sangat spesifik, yaitu protein yang mempunyai
konfigurasi stereomolekular yang hanya akan berikatan dengan aldosteron
atau senyawa yang sangat mirip dengan aldosteron. Kompleks reseptor-
aldosteron atau produk dari kompleks ini berdifusi ke dalam inti yang akan
mengadakan perubahan-perubahan selanjutnya dan akhirnya menginduksi
satu atau lebih gugus spesifik dari DNA untuk membentuk suatu jenis atau
beberapa jenis RNA messenger yang berikatan dengan proses
pengangkutan natrium dan kalium.
RNA messenger berdifusi kembali ke dalam sitoplasma, di mana RNA
messenger bekerja bersama dengan ribosom, menghasilkan pembentukan
protein. Protein yang terbentuk merupakan suatu campuran dari satu atau
lebih enzim dan protein transpor membran, yang kerja samanya
dibutuhkan untuk transpor natrium, kalium dan hidrogen melalui membran
sel. Salah satu enzim yang ditingkatkan adalah natrium kalium adenosin
trifosfatase, yang bekerja sebagai bagian utama dari pompa pertukaran
natrium-kalium pada membran basolateral sel tubulus ginjal.
Sebenarnya aldosteron tidak mempunyai efek yang cepat pada
pengangkutan natrium namun tampaknya harus menunggu timbulnya
rangkaian peristiwa yang menyebabkan terbentuknya bahan-bahan spesifik
intraselular atau bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pengangkutan
natrium. Dibutuhkan waktu kira-kira 30 menit lamanya sebelum RNA
yang baru muncul, dan dibutuhkan waktu kira-kira 45 menit sebelum
kecepatan pengangkutan natrium mulai meningkat, efek maksimumnya
akan tercapai hanya dalam waktu beberapa jam sesudahnya.
Respon Aldosteron
Konsentrasi plasma aldosteron meningkat secara progresif selama
latihan dengan peningkatan kadar aldosteron sampai 6 kali nilai istirahat.
Peningkatan konsentrasi aldosteron ini mungkin terjadi terus-menerus
selama 6-12 jam sesudah latihan. Peningkatan sekresi aldosteron
berhubungan dengan peningkatan cairan ekstraseluler seperti air yang
direabsorpsi dari ginjal. Peningkatan volume darah ini yang diiringi oleh
peningkatan CO2 dan tekanan darah arteri.
Mekanisme yang mendasari respon aldosteron pada latihan rupanya
melibatkan sistem Renin-Angiotensin, karena konsentrasi keduanya baik
renin dan angiotensin II juga menunjukkan peningkatan yang berarti dalam
plasma dengan latihan. Selama latihan aktivitas dari sistem syaraf simpatis
menyempitkan pembuluh darah ke ginjal untuk melepaskan enzim renin ke
dalam darah. Peningkatan renin merangsang produksi angiotensin yang
merangsang korteks adrenal untuk mensekresikan aldosteron (Lamb D,
1984 dan Mc Ardle, 1986).
Mekanisme Renin-Angiotensin-Aldosteron
Beban natrium di tubuh tercermin oleh volume CES. Natriun dan anion
pendampingnya, Cl, menentukan lebih dari 90% aktivitas osmotik CES.
Ingatlah bahwa tekanan osmotik dapat secara longgar dianggap sebagai
gaya yang menarik dan menahan air. Apabila beban natrium di atas
normal, dan dengan demikian aktivitas osmotik CES meningkat, Natrium
ekstra tersebut menahan air ekstra sehingga volume CES bertambah.
Sebaliknya, jika beban natrium di bawah normal, sehingga menurunkan
aktivitas osmotik CES, lebih sedikit air yang dapat dipertahankan dalam
CES dibandingkan dalam keadaan normal, akibatnya volume CES
berkurang. Karena plasma adalah komponen CES, konsekuensi terpenting
dari perubahan volume CES adalah perubahan tekanan darah yang
menyertai ekspansi (tekanan darah meningkat) atau reduksi (tekanan darah
menurun ) volume plasma (Fox, 1993 dan Sherwood, 2001).
Sel-sel granular aparatus jukstaglomerulus mensekresikan suatu
hormon, renin, ke dalam darah sebagai respon terhadap penurunan
NaCl/volume CES/tekanan darah. Fungsi ini merupakan tambahan bagi
peran aparatus jukstaglomerulus dalam otoregulasi, dan renin berbeda dari
zat kimia vasoaktif lokal yang mempengaruhi aliran darah glomerulus.
Sinyal-sinyal saling terkait yang mendorong peningkatan sekresi renin ini
semuanya menunjukkan perlunya ekspansi volume plasma untuk
meningkatkan tekanan arteri ke normal dalam jangka panjang.
Peningkatan sekresi renin, melalui serangkaian proses kompleks
menyebabkan peningkatan reabsorpsi natrium oleh bagian distal tubulus.
Klorida selalu secara pasif mengikuti natrium sesuai penurunan gradien
listrik yang tercipta oleh perpindahan aktif natrium. Keuntungan utama
retensi garam ini adalah retensi air yang mengikutinya secara osmotis,
yang membantu pemulihan volume plasma dan tekanan darah (Sherwood,
2001).
Setelah disekresikan ke dalam darah, renin bekerja sebagai enzim
untuk mengaktifkan angiotensinogen menjadi angiotensin I.
Angiotensinogen adalah protein plasma yang disintesis di hati dan selalu
terdapat di plasma dalam konsentrasi tinggi. Pada saat melewati paru
melalui sirkulasi paru, angiotensinogen I diubah ke angiotensin-
converting-enzim (ACE), yang banyak terdapat di kapiler paru, menjadi
angiotensin II. Angiotensin II adalah stimulus utama untuk sekresi
hormon aldosteron dari kelenjar adrenal.
Salah satu efek aldosteron adalah meningkatkan reabsorpsi natrium
oleh tubulus distal dan tubulus pengumpul. Hormon ini melaksanakannya
dengan merangsang sintesis protein-protein baru di dalam sel-sel tubulus
tersebut. Protein-protein itu yang disebut aldosterone-induce proteins,
meningkatkan reabsorpsi natrium melalui dua cara.
a. Mereka terlibat dalam pembentukan saluran natrium di membran
luminal sel tubulus distal dan pengumpul sehingga meningkatkan
perpindahan pasif natrium dari lumen ke dalam sel.
b. Mereka menginduksi sintesis pembawa natrium-kalium ATPase yang
disisipkan ke dalam membran basolateral sel-sel tersebut. Aliran
masuk natrium yang berlangsung secara pasif mendorong peningkatan
pemompaan aktif natrium ke luar dari sel ke dalam ruang lateral, lalu
ke dalam plasma oleh pembawa natrium-kalium ATPase basolateral.
Hasil akhirnya adalah peningkatan reabsorpsi natrium. Ion klorida (Cl-)
mengikuti secara pasif sesuai gradien listrik yang tercipta oleh
reabsorpsi aktif natrium.
Dengan demikian, sistem renin-angitensin-aldosteron
mendorong retensi garam yang akhirnya menyebabkan retensi air dan
peningkatan tekanan darah arteri. Melalui mekanisme umpan balik
negatif, sistem ini menghilangkan faktor-faktor yang memicu
pengeluaran awal renin yaitu deplesi garam, penurunan volume plasma
dan penurunan tekanan darah arteri. Selain merangsang sekresi
aldosteron, angiotensin II juga merupakan konstriktor kuat bagi
arteriol, sehingga zat ini secara langsung meningkatkan tekanan darah
dengan meningkatkan resistensi perifer total. Selain itu angiotensin II
merangsang rasa haus (meningkatkan asupan cairan) dan merangsang
ADH, keduanya berperan menyebabkan ekspansi volume plasma dan
peningkatan tekanan arteri (Sherwood, 2001).
3.3 Androgen
Prekursor androgen berupa dehidroepiandosteon, diproduksi oleh zona
fasikulata dan retikularis.
a. Sintesis Androgen
- Prekursor androgen yang dihasilkan oleh korteks adrenal adalah
dehidroepiandrosteron (DHEA).
- Produksi androgen adrenal mengalami peningkatan yang mencolok
bila biosintesis glukokortikoid terhambat oleh defisiensi salah satu
enzim hidroksilase.
- Sebagian besar DHEA akan dimodifikasi secara cepat lewat
penambahan sulfat dan sekitar separuh dari modifikasi ini terjadi di
dalam adrenal sedangkan sisanya di hati.
- DHEA sulfat merupakan unsur inaktif tetapi pengeluaran gugus sulfat
akan mengakibatkan pengaktifan kembali.
- 3b-OHSD dan D5,4 isomerase akan mengubah DHEA androgen yang
lemah menjadi androstenedion yang lebih poten.
- Reduksi androstenedion pada posisi C17 menghasilkan terbentuknya
testosterone (hanya sejumlah kecil).

b. Sekresi, Transport, Metabolisme Andogen


Laju Metabolisme
- Androgen diekskresikan sebagai senyawa 17-keto- tetapi hati akan
mengubah sekitar 50% dari jumlah testosteron tersebut menjadi
androsteron dan etiokolanolon.

3.4 Penyakit Addison (Addison Disease)


Adalah kelainan yang disebabkan oleh ketidakmampuan korteks adrenalis
memproduksi hormon kortisol dan aldosteron. Keadaan tersebut dapat
disebabkan oleh insufisiensi adrenal primer seperti autoimun, infeksi dan tumor
adrenal atau insufisiensi adrenal sekunder karena tumor atau infeksi, kurangnya
aliran darah ke kelenjar hipofisis, radiasi kelenjar hipofisis, atau pengangkatan
bagian us atau kelenjar hipofisis.
Penyakit ini berhubungan dengan kerusakan secara lambat dari kelenjar
adrenal, dengan defisiensi kortisol, aldosterone, dan adrenal androgen dan
kelebihan dari ACTH, dan CRH yang berhubungan dengan hilangnya feedback
negative.
Patofisiologi :
Insufisiensi adrenal kronis terjadi ketika kelenjar adrenal gagal untuk
mengeluarkan hormon dalam jumlah yang adekwat, untuk memenuhi
kebutuhan fisiologis, walaupun ACTH keluar dari kelenjar pituitari.
Etiologi
1. Autoimun ( kurang lebih 70-90 kasus)
2. Infeksi ( TBC, Histoplasmosis, HIV, Syphilis)
3. Keganasan ( metastase dari paru paru, mamae, carcinoma colon,
melanoma, lymphoma).
Gejala gejala dan tanda tanda
1. Gejala yang berhubungan dengan kekurangan kortisol lemah badan,
cepat lelah, anoreksia, mual mual, muntah, diare, hipoglikemi,
hipertensi ortostatik ringan, hiponatremi, eosinophilia.
2. Gejala yang berhubungan dengan kekurangan aldosterone Hipertensi
ortostatik, hiperkalemia, hiponatremia.
3. Gejala yang berhubungan dengan kekurangan androgen kehilangan
bulu bulu axilla dan pubis.
4. Gejala yang berhubungan dengan kelebihan ACTH Hiperpigmentasi
kulit dan permukaan mukosa.
Diagnosis
Periksa kadar kortisol baseline pada pagi hari dan ACTH, lalu
dilakukan cosyntropin (ACTH) stimulation test. Kadar kortisol biasanya
rendah dan kadar ACTH tinggi dan eksogen ACTH tidak meningkatkan
kortisol karena kelenjar adrenal tidak berfungsi. Pemeriksaan lebih lanjut
tergantung dari kemungkinan penyebab penyakit yaitu autoimun, infeksi
dan keganasan.
Terapi Penyakit
Terapi penyakit Addison yaitu penggantian atau subtitusi hormon
kortisol memperbaiki defisiensi glukokortikoid dan terapi standar pada
keadaan krisis Addison. Diagnosis dini dan terapi yang tepat diperlukan
untuk memberikan prognosisyang baik bagi pasien Addison's disease.
BAB IV
KESIMPULAN

Dari data diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :


Korteks adrenal merupakan
bagian luar dari kelenjar yang menghasilkan hormon yang sangat penting untuk
kehidupan, seperti kortisol dan aldosterone.
Hormon adrenokortikal dibagi
menjadi 3 kelompok: mineralokortikoid, glukokortikoid, dan hormone seks.
korteks adrenal dibagi menjadi
tiga zona: zona glomerulosa (lapisan terluar), zona fasciculate (lapisan tengah),
dan zona reticularis (lapisan paling dalam).
Kelainan pada korteks adrenal
terjadi akibat hiposekrsi atau hipersekresi hormon adrenokortikal. Kelainan yang
berhubungan dengan hipersekresi hormon adrenokortikal yaitu, sindrom
adrenogenital, sindrom cushing, dan aldosteronisme primer (Sindrom Conn).
Hormon glukokortikoid
dihasilkan oleh bagian korteks kelenjar adrenal.
Hormon glukokortikoid
merupakan steroid 21 karbon, disintesis dari kolesterol via pregnenolon.
Hormon glukokortikoid beredar
di dalam plasma dalam bentuk terikat protein dan bentuk bebas.
Sekresi hormone glukokortikoid
tergantung pada ACTH dan diatur oleh CRH.
Hormon glokokortikoid berfungsi
sebagai metabolisme perantara glukoneogenesis dan pemelihara homoestatik
lingkungan internal tubuh.
Mineralokortikoid Kerja utama
hormon ini adalah untuk meningkatkan retensi Na+ dan ekskresi K+ serta H+
khususnya dalam ginjal.
Prekursor androgen yang
dihasilkan oleh korteks adrenal adalah dehidroepiandrosteron (DHEA).
Penyakit Addison adalah kelainan
yang disebabkan oleh ketidakmampuan korteks adrenalis memproduksi hormon
kortisol dan aldosteron.
DAFTAR PUSTAKA

- Ayling Sanjaya; Addisons Disease; Edisi.Juli.2012; Volume 1 No.1; Hal.58-


65
- http://algaefari.blogspot.co.id/2011/04/korteks-adrenal.html
- http://fungsi.web.id/2015/06/hormon-korteks-adrenal-dan-fungsinya.html
- http://digilib.unsri.ac.id/download/Kortisol.pdf
- https://www.academia.edu/10949437/korteks_adrenal
- http://download.portalgaruda.org/article.php?article=11774&val=861
- https://www.scribd.com/doc/51160679/KORTIKOSTEROID
- http://catatankuliahopik.blogspot.co.id/2009/03/obat-kortikosteroid.html
- http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/05/fungsi_kelenjar_adrena
l.pdf
- http://www.amazine.co/18099/fungsi-adrenal-4-hormon-yang-dihasilkan-
kelenjar-adrenal/
- http://www.sridianti.com/struktur-fungsi-kelenjar-adrenal.html

You might also like