Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Mengidentifikasi permasalahan dan menganalisa lokasi studi yakni kawasan
Kembang Jepun.
2. Melakukan perencanaan pada Kawasan Koridor Jalan Kembang Jepun
berdasarkan teori perancangan kota dengan konsep Heritage Business District
(HBD).
3. Melakukan penyesuaian antara rencana yang sudah direncanakan dengan
peraturan-peraturan tata ruang yang sudah ada.
Kota yang baik merupakan suatu kesatuan sistem organisasi, baik bersifat sosial, visual
maupun fisik yang terancang secara terpadu. Suatu kota tidak cukup hanya direncanakan tetapi
juga harus dirancang. Perancangan Kota (urban design) merupakan jembatan antara
perencanaan kota dan perancangan arsitektural (baik bangunan maupun ruang-ruang luar
diantaranya), bersifat 3 dimensi dan mudah dipahami secara visual. Pada umumnya,
perancangan kota didasarkan pada kualitas estetis kemudian ditambah dengan kriteria dan
efisiensi.
Menurut Hamid Shirvani (1985) menyimpulkan, bahwa proses perancangan kota
mencakup kriteria terukur dan kriteria tidak terukur yang bekerja dalam kerangka
kerja generik. Kriteria terukur (Measurable Criteria) merupakan kriteria yang
berkaitan dengan aspek keamanan, kesehatan, keselamatan yang termasuk dalam
ranah kriteria ini. Sedangkan kriteria tidak terukur (Non Measurable Criteria)
merupakan kriteria yang berkaitan dengan nilai estetika suatu kota.
2.1.1 Path
Path adalah jalur sirkulasi yang digunakan masyarakat untuk menuju atau
meninggalkan lingkungannya. Wujudnya bisa berupa jalur jalan, pedestrian, ways,
jalur kereta api dan jalur sungai. Secara umum path dilengkapi dengan elemen
pengarah, peneduh, pembatas dan elemen pembentuk estetika lingkungan. Path
pada umumnya meliputi jalan di jalur darat, laut, dan udara, namun pathways yang
terdapat di daerah Kembang Jepun hanya jalur darat. Path dalam kategori ini dapat
meliputi jalur pedestrian, jalan yang dapat dilalui kendaraan, maupun jalur yang
menghubungkan keduanya. Jaringan sirkulasi atau yang disebut Pathways terbagi
menjadi dua macam, yaitu:
a. Pathways Mayor
Pathways mayor merupakan jalan-jalan utama yang ada pada kawasan atau
wilayah tertentu dengan frekuensi kendaraan tinggi.
b. Pathways Minor
Pathways minor merupakan kebalikan dari pathways mayor yaitu jalan
dengan frekuensi kendaraan rendah.
2.1.2 Landmark
Landmark adalah struktur fisik yang ditekankan pada fungsinya sebagai titik
orientasi (terutama secara visual) bagi masyarakat sekitarnya. Pada umumnya
landmark berupa struktur fisik yang mendominasi lingkungan sekitarnya. Landmark
juga bisa dibentuk oleh posisinya yang strategis pada lingkungan kota. Sebuah
landmark yang baik adalah elemen yang berada tetap harmonis dalam latar
belakangnya.
2.1.3 Nodes
Nodes adalah titik-titik kegiatan kota yang mempunyai peranan sebagai titik
orientasi yang lebih ditekankan pada bentuk kegiatan atau aktivitas rutin yang
sudah dikenal masyarakat, misalnya persimpangan lalu lintas, stasiun, lapangan
terbang, jembatan, kota secara keseluruhan dalam skala makro besar, pasar,
taman, square, tempat suatu bentuk perputaran pergerakan, dan sebagainya.
Nodes bisa berada pada lokasi yang sama dengan landmark.
2.1.4 Edge
Edge adalah batas wilayah yang mempunyai peranan sebagai pemutus suatu
kontinuitas. Edge bisa berwujud batas alam seperti pantai, tebing curam, sungai
atau batas buatan seperti tembok tinggi, saluran, serta lalu-lintas padat. Pembatas
alamiah dapat berupa sungai, dimana di lokasi studi peran ini diambil oleh Sungai
Kalimas yang mengalir di sepanjang Jalan Kalimas Utara, menjadi pembatas sebelah
barat dari lokasi studi. Namun pada lokasi sudi juga terdapat pembatas buatan yang
mebatasi wilayah Kembang Jepun dengan wilayah lainnya.
2.1.5 District
District adalah daerah di dalam kota yang muncul dalam imajinasi
masyarakat setempat yang ditentukan oleh kesamaan karakteristik wilayah
bersangkutan. Distrik memiliki ciri dan karakteristik kawasan yang berbeda dengan
kawasan disekitarnya, juga mempunyai identitas yang lebih baik jika batasnya
dibentuk dengan jelas tampilannya dan dapat dilihat homogen, serta fungsi dan
komposisinya jelas.
2.2 Kriteria Terukur
Kriteria terukur adalah kriteria dasar perancangan kota kriteria yang secara
kuantitatif dapat diukur dan diperoleh dari pertimbangan-pertimbangan faktor fisik
dasar, ekonomi maupun budaya. Kriteria terukur ini dapat dibagi menjadi kriteria
lingkungan alami dan bentuk, massa bangunan dan intensitas bangunan (Shirvani,
1985:133). Hal ini biasanya berhubungan dengan ketinggian, besar, rasio ukuran
luas lantai, setback, buildilng coverage. Kriteria terukur digunakan untuk menyusun
amplop bangunan, yaitu suatu kerangka atau garis batasan maya untuk membatasi
kawasan tersebut boleh dibangun. Batasan-batasan ini menyangkut ketinggian
bangunan (KLB) dan sempadan bangunan.
Dimana:
D = jarak antara dua bangunan (dalam meter)
h1 = tinggi bangunan 1 (dalam meter)
h2 = tinggi bangunan 2 (dalam meter)
INPUT PROSES
Gambaran umum kawasan perencanaan Penerapan konsep kriteria terukur dan tidak terukur Shirvani
Identifikasi Potensi dan Masalah Penyesuaian dengan peraturan dan kebijakan yang ada
OUTPUT
Rencana Perancangan Kawasan Kembang Jepun menggunakan konsep HBD (Heritage Business
3.2.1.1 Path
Jaringan sirkulasi atau yang disebut Pathways terbagi menjadi dua
macam, yaitu:
a. Pathways Mayor
Pathways mayor pada Koridor Kembang Jepun ialah Jl. Kembang Jepun
itu sendiri yang menghubungkan antara Jl. Rajawali dengan Jl. Kapasan.
b. Pathways Minor
Pathways minor pada Koridor Kembang Jepun antara lain Jl.
Songoyudan, Jl. Bongkaran, Jl. Slompretan, Jl. Dukuh, dll.
3.2.1.2 Landmark
Landmark pada Koridor Kembang Jepun berupa gapura yang
didesain dengan arsitektur Cina yang sangat pekat.
3.2.1.3 Nodes
Nodes pada Koridor Kembang Jepun terdiri dari persimpangan lalu
lintas. Nodes bisa berada pada lokasi yang sama dengan landmark.
3.2.1.4 Edge
Edge pada Koridor Kembang Jepun berupa pembatas alamiah yakni
sungai, dimana di lokasi studi peran ini diambil oleh Sungai Kalimas yang
mengalir di sepanjang Jalan Kalimas Utara, menjadi pembatas sebelah
barat dari lokasi studi. Namun pada lokasi sudi juga terdapat pembatas
buatan yang mebatasi wilayah Kembang Jepun dengan wilayah lainnya.
3.2.1.5 District
District pada Koridor Kembang Jepun merupakan Central Business District
(CBD) atau perdagangan dan jasa yang memang menjadi aktivitas utama di
kawasan ini. Pada koridor ini terdapat beberapa titik untuk melakukan kegiatan
bongkar-muat barang.
0-2 meter
2.4meter
>4 meter
Kriteria Terukur
Kriteria terukur adalah kriteria dasar perancangan kota kriteria yang
secara kuantitatif dapat diukur dan diperoleh dari pertimbangan-
pertimbangan faktor fisik dasar, ekonomi maupun budaya. Kriteria
terukur ini dapat dibagi menjadi kriteria lingkungan alami dan bentuk,
massa bangunan dan intensitas bangunan (Shirvani, 1985:133). Hal ini
biasanya berhubungan dengan ketinggian, besar, rasio ukuran luas lantai,
setback, buildilng coverage. Batasan-batasan ini menyangkut ketinggian
bangunan (KLB) dan sempadan bangunan.
3.3.1 Pemunduran Bangunan
Kondisi eksisting yang kurang sesuai dengan rencana menyebabkan adanya
pemunduran bangunan di koridor Kembang Jepun. Pemunduran tersebut secara
garis besar diatur sebagai berikut :
Untuk ruko akan dibuat jarak 13 meter apabila bangunan telah mencapai 50
meter. Hal ini akan diterapkan pada ruko perdagangan dan jasa yang
terdapat di jalan utama koridor Jalan Kembang Jepun.
Sedangkan untuk permukiman dan peribadatan menggunakan standar
minimum jarak antar bangunan yaitu 3 meter.
Path
Landmark
Nodes
Dalam perencanaan kawasan ini, akan didirikan nodes lain seperti Jepun Plaza,
Jepun Hall, dan Taman di sepanjang sungai. Jepun Plaza merupakan pusat grosir di
kawasan Kembang Jepun. Selain sebagai sebuah landmark, Jepun Plaza juga dapat
dijadikan sebagai nodes karena nantinya Jepun Plaza merupakan titik berkumpulnya
aktivitas masyarakat di kawasan Kembang Jepun.
Selain Jepun Plaza, terdapat pula Jepun Hall yang dapat dijadikan sebagai
nodes. Jepun Hall merupakan gedung yang dijadikan sebagai tempat pertunjukkan
budaya dari Cina yang dilengkapi dengan fasilitas food court bagi pengunjung Jepun
Hall. Otomatis Jepun Hall dapat dijadikan pula titik berkumpulnya aktivitas
masyarakat di kawasan Kembang Jepun.
Terdapat pula satu nodes berupa taman di sepanjang sungai. Karena kawasan
Kembang Jepun sangat minim RTH, maka didirikan sebuah taman yang letaknya di
sepanjang sungai. Taman ini juga dapat dijadikan titik berkumpul oleh masyarakat.
Edge
Pembatas alamiah dapat berupa sungai, dimana di lokasi studi peran ini
diambil oleh Sungai Kalimas yang mengalir di sepanjang Jalan Kalimas Utara,
menjadi pembatas sebelah barat dari lokasi studi. Pembatas buatan yang ada di
lokasi studi adalah:
Sebelah Timur: Jalan Dukuh
Sebelah Barat: Jalan Kalimas Utara
Sebelah Utara: Jalan Kalimati Kulon
Sebelah Selatan: Jalan Kopi
District
Berdasarkan hasil analisa konsep kriteria terukur dan tidak terukur Shirvani
beserta kebijakan-kebijakan yang ada, maka didapatkan strategi untuk rencana
pengembangan pada koridor Kembang Jepun sebagai berikut :
4.1 Kesimpulan