Professional Documents
Culture Documents
PT.PLN (Persero)
Wilayah Sulsel, Sultra, Sulbar
Pembangkitan Tello
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang di dunia, dan
mempunyai kekayaan alam yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam tersebut
adalah tersedianya sumber-sumber energi di berbagai tempat di Indonesia, misalnya
energi listrik.
Tersedianya energi listrik dalam jumlah yang cukup dan dengan mutu yang
baik telah menjadi kunci perkembangan dan kemajuan bagi suatu Negara, bahkan
salah satu tolak ukur berkembang dan majunya suatu negara adalah jumlah energi
listrik yang dikonsumsi oleh negara itu sendiri.
Pada zaman yang semakin maju dan serba mutakhir seperti sekarang ini,
khususnya dalam lingkungan perindustrian dan perkembangan teknologi yang sangat
cepat, tentunya kebutuhan akan listrik mengalami peningkatan yang luar biasa. Maka
untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan peningkatan pada pembangkit listrik
yang telah ada, baik dalam peningkatan kapasitas produksi, pengelolaannya serta
teknologi. Dan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pembangkit listrik
yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas pelayanan tersebut yaitu PT. PLN
(Persero) Wilayah SULSELRABAR Sektor Tello.
Salah satu masalah yang dihadapi oleh industri-industri yang berdomisili di
Indonesia saat ini adalah masih kurangnya output dari proses dunia pendidikan yang
betul-betul siap untuk terjun langsung dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang
telah didapatkan di bangku kuliah pada indusri yang bersangkutan, sehingga banyak
perusahaan yang terlebih dahulu melakukan masa pendidikan sekaligus masa
perkenalan untuk beberapa waktu kepada calon profesiaonal sebelum terlibat
langsung pada industri mereka.
Untuk mewujudkan maksud tersebut, setiap mahasiswa di Jurusan Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin sebagai salah satu bagian dari sistem
pendidikan nasional yang turut serta mempersiapkan sumber daya manusia yang
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN 2012 19
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT.PLN (Persero)
Wilayah Sulsel, Sultra, Sulbar
Pembangkitan Tello
profesional dengan kinerja tinggi diwajibkan untuk mengikuti kegiatan kerja praktek.
Pelaksanaan kerja praktek ini juga merupakan salah satu sarana untuk mengetahui
bagaimana aplikasi ilmu yang didapat di bangku perkuliahan dan penerapannya di
lapangan pekerjaan sehingga mahasiswa diharapkan dapat mempersiapkan diri
dengan berbagai macam pengalaman sebelum terjun ke dunia industri kelak.
1.2 Batasan Masalah
Begitu banyaknya ruang lingkup sistem pembangit tenaga listrik baik dari segi
sistemnya maupun dari segi klasifikasinya maka kami membatasi ruang lingkup
masalah mengingat keterbatasan waktu dan instrument pendukung serta kemampuan
penyusun, maka masalah yang ditinjau dalam kegiatan ini, yaitu :
Penggunaan Sistem Eksitasi dalam Pembangkitan Energi Listrik pada
PLTG GE 1 Tello
1.3 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat dari kegiatan praktek ini, yaitu :
1.3.1 Tujuan
a. Kerja praktek diharapkan dapat memberikan wawasan dan
pengetahuan mengenai situasi, kondisi kerja dan permasalahan yang
terdapat pada perusahaan dengan segala aspeknya. Serta mampu
secara optimal untuk menyampaikan aspek bahasan dalam bentuk
lisan dan tulisan.
b. Dengan kerja praktek diharapkan Mahasiswa dapat mengevaluasi dan
meningkatkan kemampuan praktisnya sehingga bisa diterapkan saat
memasuki dunia kerja dan menjadi SDM yang handal.
c. Penyusunan laporan kerja praktek ini bertujuan untuk mengetahui
sistem eksitasi pada PLTG GE 1 Tello.
1.3.2 Manfaat
a. Menambah pengetahuan tentang system pembangkitan energi yang
ada di industri.
b. Memberikan pemahaman yang berarti bagi mahasiswa dalam
menghadapi persoalan di lapangan.
1.4 Metodologi Penulisan
Dalam mendapatkan data guna penyusunan laporan Kerja Praktek di PT. PLN
(PERSERO) wilayah SULSELRABAR Pembangkitan Tello unit PLTG/U kami
menggunakan metode penulisan sebagai berikut:
a. Pengamatan di Lapangan.
Pengamatan dimaksudkan untuk memperoleh data-data aktual yang
merupakan gambaran nyata yang terjadi pada PT. PLN Pembangkitan Tello dengan
jalan:
Observasi
Penyusun melakukan pengamatan secara langsung jalannya proses yang menjadi
tinjauan umum penulis.
Wawancara
Penyusun mendapatkan data yang diperlukan dengan melakukan wawancara
langsung dengan narasumber dalam hal ini karyawan perusahaan yang
memberikan penjelasan dan data yang berhubungan dengan objek penulisan
dalam laporan ini.
Partisipasi
Penyusun mencoba berpartisipasi dengan melibatkan diri secara langsung dalam
kegiatan - kegiatan yang berlangsung di bawah bimbingan pembimbing yang
sedang bekerja di lapangan.
b. Penelitian Kepustakaan
BAB I : PENDAHULUAN
Pada BAB ini memuat Latar Belakang Kerja Praktek (KP). Batasan
Masalah, Tujuan dan Manfaat KP, Metodologi Penulisan serta Sistematika
Laporan KP
BAB VI : PENUTUP
Pada BAB ini memuat kesimpulan dan saran dari laporan kerja praktek ini.
BAB II
TINJAUAN PERUSAHAAN
Perusahaan Listrik Negara atau yang sering disingkat PLN adalah sebuah
BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang mengurusi semua aspek kelistrikan yang
ada di Indonesia. Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19,
ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk
keperluan sendiri. Pengusahaan tenaga listrik untuk kepentingan umum dimulai sejak
perusahaan swasta Balanda NV.NIGM memperluas usahanya di bidang tenaga listrik.
Perusahaan swasta NV.NIGM semula hanya bergerak di bidang gas. Kemudian
meluas dengan berdirinya perusahaan swasta lainnya.
Falsafah Perusahaan
Pembawa kecerahan dan kegairahan dalam kehidupan masyarakat yang
produktif.
Visi Perusahaan
Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang bertumbuh kembang Unggul
dan Terpercaya dengan bertumpu pada Potensi Insani.
Misi Perusahaan
Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,
berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan
pemegang saham.
Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi.
Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
Motto Perusahaan
Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik (Electricity for a Better Life).
Nilai-nilai Prusahaan
Saling Percaya (Mutual Trust)
Integritas (Integrity)
Peduli (Care)
Pembelajaran (Learner)
Kota Makassar mulai mengenal dan memanfaatkan energi listrik tenaga uap
pada tahun 1914 untuk pertama kali. Pembangkit listrik yang pertama di Makassar
menggunakan mesin uap yang dikelola oleh suatu lembaga yang disebut Electriciteit
Weizen dan berlokasi di pelabuhan Makassar. Kemudian pada tahun 1925 dibangun
PLTU (Pusat Listrik Tenaga Uap) dengan kapasitas 2 MW di tepi sungai Jeneberang
daerah Pandang-Pandang, Sungguminasa dan hanya mampu beroperasi hingga tahun
1957.
Pada tahun 1946, dibangun Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang
berlokasi di bekas lapangan sepak bola Bontoala yang dikelola N. V. Nederlands Gas
Electriciteit Maatschappy (N. V. NEGEM). Tahun 1949 seluruh pengelolaan
kelistrikan dialihkan ke N. V. Ovesseese Gas dan Electriciteit Gas dan Electriciteit
Maatschappy (N. V. OGEM). Kemudian pada tahun 1957 pengusahaan
ketenagalistrikan di kota Makassar dinasionalisasi oleh Pemerintah RI dan dikelola
oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) Makassar namun wilayah operasi terbatas
hanya di kota Makassar dan daerah luar kota Makassar antara lain Majene, Bantaeng,
Bulukumba, Watampone dan Palopo. Untuk pusat pembangkitannnya ditangani oleh
PLN cabang luar kota dan pendistribusiannya oleh PT. MPS (Maskapai untuk
Perusahaan-Perusahaan Setempat). PLN Makassar inilah kelak merupakan cikal bakal
PT. PLN (Persero) Wilayah VIII sebagaimana yang kita kenal dewasa ini. PLN Pusat
membuntuk unit PLN Exploitasi VI dengan wilayah kerja meliputi Provinsi Sulawesi
Selatan dan Sulawesi Tenggara yang berkedudukan di Makassar.
Pada tahun 1966 pemerintah melalui PLN membangun dua unit Pusat Listrik
Tenaga Uap karena kebutuhan energi listrik di Makassar dan sekitarnya semakin
meningkat seiring dengan berkembangnya kota Makassar. Pembangunan tersebut
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN 2012 19
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT.PLN (Persero)
Wilayah Sulsel, Sultra, Sulbar
Pembangkitan Tello
berlokasi di sektor Tello dengan daya yang terpasang 2 x 12,5 MW dan digunakan
untuk mendukung pasokan energi listrik PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel)
Bontoala. Pembangunan selesai pada tahun 1971 dan mulai dioperasikan setelah
diresmikan oleh Soeharto, presiden RI yang menjabat saat itu.
Pada tahun 1973 dibangun lagi dua unit pembangkit diesel yang berlokasi di
site PLTU Tello dengan daya yang terpasang 2 x 2,84 MW. Seiring dengan
pembangkitan tersebut, kemudian berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dan Tenaga Listrik No. 01/PRT/1973 tentang Struktur Organisasi dan Pembagian
Tugas Perusahaan Umum, PLN Exploitasi VI berubah menjadi PLN Exploitasi VIII.
Setelah dikeluarkannya peraturan tersebut, maka pada 1975, Menteri Pekerjaan
Umum dan Tenaga Listrik mengeluarkan Peraturan Menteri No. 013/PRT/1975
sebagai pengganti Peraturan Menteri No. 01/PRT/1973 yang di dalamnya disebutkan
bahwa perusahaan mempunyai unsur pelaksana yaitu Proyek PLN Wilayah. Oleh
karena itu, Direksi Perum Listrik Negara menetapkan SK No.010/DIR/1976 yang
mengubah sebutan PLN Exploitasi VIII menjadi PLN Wilayah VIII.
Kemudian pada tahun 1976 PLN Wilayah VIII mendapat tambahan satu unit
PLTG (Pusat Listrik Tenaga Gas) Westcan dengan daya yang terpasang 14,46 MW.
Pada tahun yang sama di bulan Juli dibentuk unit Sektor Tello yang diberi nama PLN
Wilayah VIII Sektor Tello dengan unit asuhan PLTU Bontoala dan Gardu
Induk/Transmisi.
Pada tahun 1982 dibangun dua unit PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas)
Alsthom dengan daya yang terpasang 2 x 21,35 MW. Pada tahun 1984 dibangun dua
unit PLTD Mitsubishi dengan daya yang terpasang 2 x 12,6 MW. Tahun 1988
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN 2012 19
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT.PLN (Persero)
Wilayah Sulsel, Sultra, Sulbar
Pembangkitan Tello
dibangun dua unit PLTD SWD dengan daya terpasang 2 x 12,4 MW. Dan pada tahun
1997 dibangun dua unit PLTG GE dengan daya terpasang 2 x 33,4 MW.
1. Tello 30 KV
2. Bontoala
3. Kalukuang
4. Sungguminasa
5. Borongloe
6. Mandai
7. Tonasa I
Setelah itu, dilanjutkan lagi dengan membangun saluran transmisi sistem 70 KV, 150
KV dan gardu induk, yaitu:
1. Pangkep
2. Tonasa III
3. Daya
4. Tello 70 KV
5. Tallo Lama
6. Takalar
Kemudian pada tahun 1997 pada bulan Agustus, unit PLTD Bontoala
dikeluarkan dari perusahaan. Dan pada Februari 1999 PLN sektor Tello mendapat
tambahan tanggung jawab untuk mengelola unit asuhan PLTD Bulukumba.
Pada bulan Juni 2000 nama sektor Tello berubah menjadi Unit Pembangkitan
I dengan unit asuhan PLTD Bau-Bau dan PLTD Kendari. Untuk unit asuhan PLTD
Bulukumba diserahkan kepada PLN UP, sedangkan unit GI dan transmisi diserahkan
pada PLN UP2B.
Pada tanggal 22 Mei 2000, Gardu Induk Panakukang diserahkan kepada unit
pengatur beban dan unit PLTD Bulukumba diserahkan kepada sektor Bakaru. Hal ini
sejalan dengan retruksi di PLN Wilayah VIII Sulselrabar yang membagi unit
pembangkitan, penyaluran dan distribusi agar dikelola secara tepisah. Kemudian
Sektor Tello diserahi tugas menangani unit pembangkit yang ada di Sulawesi
Tenggara, tetapi kemudian tahun 2007 Sektor Kendari terbentuk untuk menangani
pembangkit yang ada di sana. Dan Sektor Tello menangani pembangkit yang ada di
Tello yaitu:
1. PLTU 2 unit
2. PLTG Westcan 1 unit
3. PLTG Alsthom 2 unit
4. PLTG GE 2 unit
5. PLTD Mitsubishi 2 unit
6. PLTD SWD 2 unit
Pada tanggal 31 Mei 2000 PLN Sektor Tello diubah menjadi PT. PLN
(Persero) wilayah Sulselrabar Sektor Tello.
Perubahan dilakukan kembali pada bulan November 2010, Unit PLTD Selayar
yang semula merupakan Unit dari PLN Sektor Bakaru bergabung menjadi Unit dari
PLN Sektor Tello. Pada bulan Mei 2012, Unit PLTU Barru yang semula merupakan
Unit dari PLN Sektor Bakaru bergabung menjadi Unit dari PLN Sektor Tello.
Hal ini berarti struktur organisasi dalam suatu badan atau instansi
pemerintah/swasta, memerlukan suatu kerjasama dari tiap unit atau sub bagian, agar
berjalan lancer. Berdasarkan struktur organisasi maka dapat diketahui bagian kerja
Manajer
dalam suatu organisasi, tugas, dan tanggung jawab karyawan, dan hubungan kerja
dari setiap anggota organisasi. Struktur organisasi harus benar dan tersusun secara
teratur sehingga tampakASMAN
ASMAN Enjiniring
jelas dalam
Operasipembagian tugas dan tanggungASMAN
ASMAN Pemeliharaan
jawabSDM
yang& dapat
Sistem ADM
memudahkan pimpinan dalam mengendalikan suatu organisasi perusahaan. Berikut
struktur organisasi PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar Pembangkitan Tello:
ENGINEER/ ASS
Engineer/ass engineer
SUP Bahan Bakar & ENGINEER Sup. SDM dan
perenc. Evaluasi
Pelumas Pembinaan Sekretariatan
Operasi Pembangkit
Pemeliharaan mesin
Engineer/ ASS
engineer / ass engineer
ENGINEER SUP Anggaran dan
Perenc. & Evaluasi SUP Operasi
Pemeliharaan Listrik, Keuangan
Pemeliharaan Diesel
Kontrol & Instrumen
Engineer/ass engineer
SUP Logistik
pembangkit thermal
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN 2012 19
ass engineer
pemeliharaan listrik
dan generator
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT.PLN (Persero)
Wilayah Sulsel, Sultra, Sulbar
Pembangkitan Tello
KAPASITAS
JENIS JUMLAH
LOKASI SENTRAL TERPASANG
PEMBANGKIT
MESIN (kW)
PLTU 2 25.000
TELLO/MAKASSAR PLTG 5 122.716
PLTD 4 49.992
JUMLAH 21 304.328
puncak pada sistem kelistrikan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. PLN SEKTOR
TELLO telah menggunakan teknologi informasi yang memadukan manajemen
pemeliharaan, manajemen material dan bahan bakar, manajemen SDM dan
manajemen keuangan sehingga mempercepat pengambilan keputusan
BAB III
TINJAUAN UMUM MENGENAI PLTG/U
Manajer Unit
PLTG/U
Asisten Asisten
Asisten
Operasi/junior Operasi/junior
Operasi/junior
operasi operasi Kontrol dan
operasi Pembangkit
Pemeliharaan Mesin Instrumen
1. Manajer = 1 orang
2. Bagian pemeliharaan Mesin = 12 orang
3. Bagian Pemeliharaan Listrik dan Kontrol = 6 orang
4. Bagian K3 & lingkungan = 2 orang
5. Bagian operasi = 25 orang
6. Bagian administrasi = 2 orang
Tugas utama
Turbin Stage :3
Compressor Stage : 17
Putaran : 5100 rpm
Bahan Bakar : HSD
Tahun Operasi : 1997
Control : Speed Tronik Mark V
II. Generator
Type : 6A3
Putaran : 3000 rpm
Serial Number : 446 X 040
Daya : 45.400 kW
Phasa/Frekuensi : 3 PHASA/50 Hz
Tegangan : 11.5 KV
Faktor Daya : 0,85
Arus : 2279 A
III. Exiter
Type :-
Serial Number : 195407673
Tegangan : 125 Volt
Arus : 756 A
Putaran : 3000 rpm
PLTG WESTCAN
I. Turbin
Pabrik Pembuat : Westing House Canada
Type/Model : W 191 G
Serial Number : T-66 S 6031
Rated Power : 14.466 KW
Turbin Stage :2
Compressor Stage : 15
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
Adapun kekurangan dari turbin gas adalah sifat korosif pada material yang
digunakan untuk komponen-komponen turbinnya karena harus bekerja pada
temperature tinggi dan adanya unsur kimia bahan bakar minyak yang korosif (sulfur,
vanadium dll), tetapi dalam perkembangannya pengetahuan material yang terus
berkembang hal tersebut mulai dapat dikurangi meskipun tidak dapat secara
keseluruhan dihilangkan. Dengan tingkat efisiensi yang rendah hal ini merupakan
salah satu dari kekurangan sebuah turbin gas juga dan pada perkembangannya untuk
menaikkan efisiensi dapat diatur/diperbaiki temperature kerja siklus dengan
menggunakan material turbin yang mampu bekerja pada temperature tinggi.
Desain pertama turbin gas dibuat oleh John Wilkins seorang Inggris pada
tahun 1791. Sistem tersebut bekerja dengan gas hasil pembakaran batu bara, kayu
atau minyak, kompresornya digerakkan oleh turbin dengan perantaraan rantai roda
gigi. Pada tahun 1872, Dr. F. Stolze merancang sistem turbin gas yang menggunakan
kompresor aksial bertingkat ganda yang digerakkan langsung oleh turbin reaksi
tingkat ganda. Tahun 1908, sesuai dengan konsepsi H. Holzworth, dibuat suatu sistem
turbin gas yang mencoba menggunakan proses pembakaran pada volume konstan.
Tetapi usaha tersebut dihentikan karena terbentur pada masalah konstruksi ruang
bakar dan tekanan gas pembakaran yang berubah sesuai beban. Tahun 1904, Societe
des Turbomoteurs di Paris membuat suatu sistem turbin gas yang konstruksinya
berdasarkan desain Armengaud dan Lemate yang menggunakan bahan bakar cair.
Temperatur gas pembakaran yang masuk sekitar 450 C dengan tekanan 45 atm dan
kompresornya langsung digerakkan oleh turbin.
1. Kompresor.
3. Turbin.
4. Generator.
Komponen utama PLTG terdiri atas beberapa peralatan yang satu dengan yang
lainnya terintegrasi sehingga menjadi satu unit lengkap yang dapat dioperasikan
sebagaimana mestinya.
Prinsip kerja dari sebuah PLTG didasarkan pada siklus Brayton seperti pada
diagram (p, v dan t, s) dibawah ini :
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN 2012 19
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT.PLN (Persero)
Wilayah Sulsel, Sultra, Sulbar
Pembangkitan Tello
Dalam proses pembakaran ini bahan bakar disuplai oleh pompa bahan bakar
(fuel oil pump) apabila digunakan bahan bakar minyak atau oleh kompresor gas
apabila menggunakan bahan bakar gas alam. Pada umumnya kompresor gas
disediakan oleh pemasok gas tersebut. Udara untuk pembakaran diperoleh dari
kompresor utama, sedangkan panas untuk awal pembakaran dihasilkan oleh ignitor
(busi).
Pada ruang bakar tersebut, bahan bakar dikabutkan dari udara Atomizing
kemudian dengan percikan nyala api dari ignition sehingga terjadilah proses
pembakaran. Gas hasil pembakaran tersebut kemudian dialirkan ke dalam turbin dan
menekan sudu turbin sehingga terjadi gerak putar. Selanjutnya gas bekas dari turbin
dibuang ke atmosfir dengan temperature yang masih tinggi. Selanjutnya energi
mekanis yang dihasilkan oleh turbin digunakan untuk memutar generator hingga
menghasilkan energi listrik.
Tentu saja untuk dapat mengoperasikan PLTG dengan baik perlu dilengkapi
dengan alat-alat bantu, kontrol, instrumentasi, proteksi dan sebagainya. Pada
kenyataannya, tidak ada proses yang selalu ideal, tetap terjadi kerugian-kerugian yang
dapat menyebabkan turunnya daya yang dihasilkan oleh turbin gas dan berakibat pada
menurunnya performa turbin gas itu sendiri. Kerugian-kerugian tersebut dapat terjadi
pada ketiga komponen sistem turbin gas.
a. Kompresor Utama
Kompresor utama adalah kompesor aksial yang berguna untuk memasok
udara bertekanan ke dalam ruang bakar yang sesuai dengan kebutuhan. Kapasitas
kompresor harus cukup besar karena pasokan udara lebih (excess air) untuk turbin
gas dapat mencapai 350 %. Disamping untuk mendapatkan pembakaran yang
sempurna, udara lebih ini digunakan untuk pendingin dan menurunkan suhu gas hasil
pembakaran.
Kompresor aksial terdiri dari dua bagian yaitu :
Compressor Rotor Assembly
Merupakan bagian dari kompresor aksial yang berputar pada porosnya. Rotor
ini memiliki 17 tingkat sudu yang mengompresikan aliran udara secara aksial dari 1
atm menjadi 17 kalinya sehingga diperoleh udara yang bertekanan tinggi. Bagian ini
tersusun dari wheels, stubshaft, tie bolt dan sudu - sudu yang disusun kosentris di
sekeliling sumbu rotor.
Compressor Stator.
Merupakan bagian dari casing gas turbin yang terdiri dari :
1. Inlet Casing, merupakan bagian dari casing yang mengarahkan udara
masuk ke inlet bellmouth dan selanjutnya masuk ke inlet guide vane.
2. Forward Compressor Casing, bagian casing yang didalamnya terdapat
empat stage kompresor blade.
3. Aft Casing, bagian casing yang didalamnya terdapat compressor blade
tingkat 5 - 10.
4. Discharge Casing, merupakan bagian casing yang berfungsi sebagai tempat
keluarnya udara yang telah dikompresi.
b. Inlet Guide Vanes (IGV)
Pada kompresor berkapasitas besar, diisi udara masuk kompresor, yaitu pada
inlet guide vanes dipasang variabel IGV, sedangkan pada kompresor berukuran kecil
umumnya dipasang Fixed Guide Vanes. Variabel IGV berfungsi untuk mengatur
volume udara yang dikompresikan sesuai dengan kebutuhan atau beban turbin. Pada
saat Start Up, IGV juga berfungsi untuk mengurangi surge. Pada saat stop dan selama
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN 2012 19
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT.PLN (Persero)
Wilayah Sulsel, Sultra, Sulbar
Pembangkitan Tello
start up, IGV tertutup ( pada unit tertentu, posisi IGV 34-48% ), kemudian secara
bertahap membuka seiring dengan meningkatnya beban turbin. Pada beban turbin
tertentu, IGV terbuka penuh (83-92%). Selama stop normal IGV perlahan-lahan
ditutup bersamaan dengan turunnya beban, sedangkan pada stop emergency, IGV
tertutup bersamaan dengan tertutupnya katup bahan bakar.
c. Combustion Chamber
Combustion Chamber adalah ruangan tempat proses terjadinya pembakaran.
Ada turbin gas yang mempunyai satu atau dua Combustion Chamber yang letaknya
terpisah dari casing turbin, akan tetapi yang lebih banyak dijumpai adalah memiliki
Combustion Chamber dengan beberapa buah Combustion basket, mengelilingi sisi
masuk (inlet) turbin. Di dalam Combustion Chamber dipasang komponen-komponen
untuk proses pembakaran beserta sarana penunjangnya, diantaranya:
1. Combustion Chamber, berfungsi sebagai tempat terjadinya pencampuran antara
udara yang telah dikompresi dengan bahan bakar yang masuk.
2. Combustion Liners, terdapat di dalam combustion chamber yang berfungsi
sebagai tempat berlangsungnya pembakaran.
3. Fuel Nozzle, berfungsi sebagai tempat masuknya bahan bakar ke dalam
combustion liner.
4. Ignitors (Spark Plug), berfungsi untuk memercikkan bunga api ke dalam
combustion chamber sehingga campuran bahan bakar dan udara dapat terbakar.
5. Transition pieces, berfungsi untuk mengarahkan dan membentuk aliran gas
panas agar sesuai dengan ukuran nozzle dan sudu - sudu turbin gas.
6. Cross Fire Tubes, berfungsi untuk meratakan nyala api pada semua combustion
chamber.
7. Flame Detector, merupakan alat yang dipasang untuk mendeteksi proses
pembakaran terjadi.
d. Turbin Gas
Turbin Gas berfungsi untuk membangkitkan energi mekanis dari sumber
energi panas yang dihasilkan pada proses pembakaran. Selanjutnya energi mekanis
ini akan digunakan untuk memutar generator listrik baik melalui perantaraan Load
Gear atau tidak, sehingga diperoleh energi listrik.
Komponen - komponen pada turbin section adalah sebagai berikut :
1. Turbin Rotor Case
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN 2012 19
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT.PLN (Persero)
Wilayah Sulsel, Sultra, Sulbar
Pembangkitan Tello
2. First Stage Nozzle, yang berfungsi untuk mengarahkan gas panas ke first stage
turbine wheel.
3. First Stage Turbine Wheel, berfungsi untuk mengkonversikan energi kinetik dari
aliran udara yang berkecepatan tinggi menjadi energi mekanik berupa putaran
rotor.
4. Second Stage Nozzle dan Diafragma, berfungsi untuk mengatur aliran gas panas
ke second stage turbine wheel, sedangkan diafragma berfungsi untuk
memisahkan kedua turbin wheel.
5. Second Stage Turbine, berfungsi untuk memanfaatkan energi kinetik yang masih
cukup besar dari first stage turbine untuk menghasilkan kecepatan putar rotor
yang lebih besar.
e. Load Gear
Load Gear atau main Gear adalah roda gigi penurun kecepatan putaran yang
dipasang diantara poros Turbin Compressor dengan poros Generator. Jaringan listrik
di Indonesia. Memilii frekwensi 50 Hz, sehngga putaran tertinggi generator adalah
3000 RPM, sedangkan putaran turbin ada yang 4800 RPM atau lebih.
f. Exhaust Section
Exhaust section adalah bagian akhir turbin gas yang berfungsi sebagai saluran
pembuangan gas panas sisa yang keluar dari turbin gas. Exhaust section terdiri dari
beberapa bagian yaitu : (1) Exhaust Frame Assembly, dan (2) Exhaust gas keluar dari
turbin gas melalui exhaust diffuser pada exhaust frame assembly, lalu mengalir ke
exhaust plenum dan kemudian didifusikan dan dibuang ke atmosfir melalui exhaust
stack, sebelum dibuang ke atmosfir gas panas sisa tersebut diukur dengan exhaust
thermocouple dimana hasil pengukuran ini digunakan juga untuk data pengontrolan
temperatur dan proteksi temperatur trip. Pada exhaust area terdapat 18 buah
termokopel yaitu, 12 buah untuk temperatur kontrol dan 6 buah untuk temperatur trip.
4.3 Komponen Penunjang
Adapun beberapa komponen penunjang dalam sistem turbin gas adalah sebagai
berikut:
a. Starting Equipment
- Main Lube Oil Pump, merupakan pompa utama yang digerakkan oleh HP
shaft pada gear box yang mengatur tekanan discharge lube oil.
- Auxilary Lube Oil Pump, merupakan pompa lube oil yang digerakkan oleh
tenaga listrik, beroperasi apabila tekanan dari main pump turun.
- Emergency Lube Oil Pump, merupakan pompa yang beroperasi jika kedua
pompa diatas tidak mampu menyediakan lube oil.
4.6 Cooling System
Sistem pendingin yang digunakan pada turbin gas adalah air dan udara. Udara
dipakai untuk mendinginkan berbagai komponen pada section dan bearing.
Komponen- komponen utama dari cooling system adalah:
1. Off base Water Cooling Unit
2. Lube Oil Cooler
3. Main Cooling Water Pump
4. Temperatur Regulation Valve
5. Auxilary Water Pump
6. Low Cooling Water Pressure Swich
4.7 Maintanance Turbin Gas
Maintenance adalah perawatan untuk mencegah hal - hal yang tidak diinginkan
seperti kerusakan terlalu cepat terhadap semua peralatan di pabrik, baik yang sedang
beroperasi maupun yang berfungsi sebagai suku cadang. Kerusakan yang timbul
biasanya terjadi karena keausan dan ketuaan akibat pengoperasian yang terus -
menerus, dan juga akibat langkah pengoperasian yang salah.
Maintenance pada turbine gas selalu tergantung dari faktor - faktor perasional
dengan kondisi yang berbeda disetiap wilayah, karena operasional turbine gas sangat
tergantung dari kondisi daerah operasional. Semua pabrik pembuat turbine gas telah
menetapkan suatu ketetapan yang aman dalam pengoperasian sehingga turbine selalu
dalambatas kondisi aman dan tepat waktu untuk melakukan maintenance. Secara
umum maintenance dapat dibagi dalam beberapa bagian, diantaranya adalah :
a. Preventive Maintenance.
Suatu kegiatan perawatan yang direncanakan baik itu secara rutin maupun
periodik, karena apabila perawatan dilakukan tepat pada waktunya akan
mengurangi down time dari peralatan. Preventive maintenance dibagi
menjadi:
BAB V
Sistem ini merupakan sistem yang vital pada proses pembangkitan listrik dan
pada perkembangannya, sistem Eksitasi pada generator listrik ini dapat dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu:
5.1.1 Prinsip Kerja pada Sistem Eksitasi dengan Sikat (Brush Excitation)
Generator penguat yang pertama, adalah generator arus searah hubungan shunt
yang menghasilkan arus penguat bagi generator penguat kedua. Generator penguat
(exciter) untuk generator sinkron merupakan generator utama yang diambil dayanya.
Pengaturan tegangan pada generator utama dilakukan dengan mengatur besarnya arus
Eksitasi (arus penguatan) dengan cara mengatur potensiometer atau tahanan asut.
Potensiometer atau tahanan asut mengatur arus penguat generator pertama dan
generator penguat kedua menghasilkan arus penguat generator utama. Dengan cara
ini arus penguat yang diatur tidak terlalu besar nilainya (dibandingkan dengan arus
generator penguat kedua) sehingga kerugian daya pada potensiometer tidak terlalu
besar. PMT arus penguat generator utama dilengkapi tahanan yang menampung
energi medan magnet generator utama karena jika dilakukan pemutusan arus penguat
generator utama harus dibuang ke dalam tahanan. Sekarang banyak generator arus
bolak-balik yang dilengkapi penyearah untuk menghasilkan arus searah yang dapat
digunakan bagi penguatan generator utama sehingga penyaluran arus searah bagi
penguatan generator utama, oleh generator penguat kedua tidak memerlukan cincin
geser karena. penyearah ikut berputar bersama poros generator. Cincin geser
digunakan untuk menyalurkan arus dari generator penguat pertama ke medan penguat
generator penguat kedua. Nilai arus penguatan kecil sehingga penggunaan cincin
geser tidak menimbulkan masalah.
Pengaturan besarnya arus penguatan generator utama dilakukan dengan
pengatur tegangan otomatis supaya nilai tegangan klem generator konstan.
Keterangan gambar:
ME : Main Exciter
MG : Main Generator
PE : Pilot Exciter
AVR : Automatic Voltage Regulator
V : Tegangan Generator
AC : Alternating Current (arus bolak balik)
DC : Direct Current (arus searah)
Generator penguat pertama disebut pilot exciter dan generator penguat kedua
disebut main exciter (penguat utama). Main exciter adalah generator arus bolak-balik
dengan kutub pada statornya. Rotor menghasilkan arus bolak-balik disearahkan
dengan dioda yang berputar pada poros main exciter (satu poros dengan generator
utama). Arus searah yang dihasilkan oleh dioda berputar menjadi arus penguat
generator utama. Pilot exciter pada generator arus bolak-balik dengan rotor berupa
kutub magnet permanen yang berputar menginduksi pada lilitan stator. Tegangan
bolak-balik disearahkan oleh penyearah dioda dan menghasilkan arus searah yang
dialirkan ke kutub-kutub magnet y ang ada pada stator main exciter. Besar arus searah
yang mengalir ke kutub main exciter diatur oleh pengatur tegangan otomatis
(automatic voltage regulator/AVR).
Besarnya arus berpengaruh pada besarnya arus yang dihasilkan main exciter,
maka besarnya arus main exciter juga mempengaruhi besarnya tegangan yang
dihasilkan oleh generator utama.
Pada sistem Eksitasi tanpa sikat, permasalahan timbul jika terjadi hubung singkat
atau gangguan hubung tanah di rotor dan jika ada sekering lebur dari dioda berputar
yang putus, hal ini harus dapat dideteksi. Gangguan pada rotor yang berputar dapat
menimbulkan distorsi medan magnet pada generator utama dan dapat menimbulkan
vibrasi (getaran) berlebihan pada unit pembangkit.
Prinsip kerja dari AVR adalah mengatur arus penguatan (excitacy) pada exciter.
Apabila tegangan output generator di bawah tegangan nominal tegangan generator,
maka AVR akan memperbesar arus penguatan (excitacy) pada exciter. Dan juga
sebaliknya apabila tegangan output generator melebihi tegangan nominal generator
maka AVR akan mengurangi arus penguatan (excitacy) pada exciter. Dengan
demikian apabila terjadi perubahan tegangan output generator akan dapat distabilkan
oleh AVR secara otomatis dikarenakan dilengkapi dengan peralatan seperti alat yang
digunakan untuk pembatasan penguat minimum ataupun maximum yang bekerja
secara otomatis. Disamping sebagai pengatur tegangan rangkaian AVR juga
dilengkapi alat pengontrol untuk menjamin keandalan dari generator. AVR
dihubungkan dengan belitan stator generator utama melalui isolating transformer
yang berfungsi mengontrol daya yang disuplai pada stator eksiter dan sampai pada
belitan rotor generator utama untuk menjaga tegangan keluaran pada batas yang
ditetapkan, jadi tugas utama AVR ini adalah :
a. Untuk mengatur keluaran tegangan generator
b. Untuk mengatur arus eksitasi
c. Untuk mengatur volt/Hertz
5.5 Bagian-Bagian Automatic Voltage Regulator
Circuit Breaker berfungsi memutus daya pada AVR dan generator eksiter jika
terjadi gangguan tegangan lebih atau gangguan eksitasi lebih.
5.5.6 Over Excitation Detector
Over Excitation Detector berfungsi memonitor tegangan eksitasi yang disuplai
pada eksiter. Tegangan eksitasi maksimum dibatasi atau disetting pada level
70 Volt +/- 5%. Jika terjadi kenaikan tegangan eksitasi melebihi nilai settingan
maka over excitation detector memberikan sinyal untuk membuka excitation
circuit breaker.
5.5.7 Over Voltage Detector
Over Voltage Detector berfungssi memonitor tegangan pada terminal keluaran
generator utama dan memberikan sinyal untuk membuka circuit breaker
(excitation ciercuit breaker) untuk memutuskan daya pada eksiter dan AVR
pada saat terjadi tegangan lebih pada generator utama. Alat proteksi tegangan
lebih disetting pada level 437 +/- 5%. Terminal AVR dihubungkan pada
kumparan stator generator utama.
Dalam sistem sumber potensial, output dari PPT terhubung ke input dari
jembatan 3-fasa gelombang penuh thyristor pembalik. Jembatan pembalik
memberikan tegangan baik tegangan positif dan negatif untuk kinerja optimal.
Negatif memaksa memberikan respon cepat untuk penolakan beban dan de-eksitasi.
Eksitasi kontrol hasil dari fase mengendalikan output dari rangkaian jembatan SCR.
Sinyal pemecatan SCR dihasilkan oleh regulator digital dalam inti kontrol. Sistem
kontrol tersebut berisi regulator tegangan terminal generator dan regulator tegangan
penguat generator Ini dikenal sebagai pengatur otomatis atau regulator AC dan
pengatur manual atau regulator DC.
Blok perangkat lunak yang menunjukkan kontrol exciter dan fungsi perlindungan
untuk pekerjaan tertentu disimpan dalam database perangkat lunak exciter disimpan
dalam kontrol exciter dan inti perlindungan. Perangkat lunak ini diakses melalui link
komunikasi RS-232C dengan menggunakan SuperTool 2000 (ST2000) program.
Toolkit ST2000 adalah mikroprosesor berbasis software yang digunakan untuk
configurated dan memelihara EX2000 GE exiters. Ini terdiri dari kumpulan program
(tools) yang berjalan dibawah perintah shell.
Perangkat keras exciter EX2000 terdiri dari kontrol sebuah konverter daya.
Controller mencakup papan jaringan kabel tercetak berisi mikroprosesor diprogram
dengan sirkuit pendamping, termasuk Electrically Erasable Programmable Read Only
Memory (EEPROM), dimana pola sistem exciter blockware disimpan. Konverter
daya exciter terdiri dari jembatan rectifier, resistor/kapasitor penyaring konfigurasi
dan sirkuit kontrol. Komponen dan bingkai (jembatan) ukurannya bervariasi,
tergantung sistem eksitasi yang berbeda dan untuk output daya yang diperlukan.
Bagian utama exciter EX2000 terdiri dari :
Core module sudah terpasang di panel yang sama sebagai jembatan thyristor dan
dapat diakses sementara exciter beroperasi. Core terdiri dari papan sirkuit yang
saling berhubungan dengan kabel pita, yang menjaga kabel untuk minimum.
Papan sirkuit terdiri dari:
Fungsi dari Field ground detector adalah untuk mendeteksi jalur tanah dari
komponen exciter yang terhubung ke gulungan bidang utama
Shaft Voltage Suppressor
Tegangan poros, jika tidak dikendalikan secara efektif, dapat merusak baik poros
maupun bantalan. Sistem eksitasi yang menghasilkan tegangan dc dari ac melalui
proses rektifikasi solid state, menghasilkan tegangan riplle dan spike pada output
exciter. Dikarenakan hal tersebut, ini tegangan kapasitif digabungkan dari
gulungan medan pada tubuh rotor. Ini menciptakan tegangan pada poros relatif
terhadap ground. Shaft Voltage Suppressor (SVS) adalah melakukan filter
terhadap komponen frekuensi tinggi dari tegangan yang diindukskani ke tanah.
De-excitation Modules
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Turbin gas menggunakan udara atmosfer sebagai fluida kerja untuk memutar
turbin gas, putaran yang dihasilkan kemudian dihubungkan dengan load gear
untuk mengubah putaran turbin 5100 rpm lalu kemudian menuju ke
generator dengan putaran 3000 rpm sehingga dihasilkan gaya gerak listrik
(GGL)
2. Peralatan utama PLTG meliputi Accessory Gear, Inlet Guide Vane,
Kompresor, Ruang bakar, Turbin gas, Load Gear, serta Generator
3. Sistem eksitasi sangat diperlukan dalam sistem PLTG yaitu untuk
memberikan pasokan listrik DC sebagai penguatan pada generator atau
sebagai pembangkit medan magnet, sehingga suatu generator dapat
menghasilkan energi listrik dengan besar tegangan keluaran generator
bergantung pada besarnya arus eksitasinya.
4. PLTG GE 1 Tello menggunakan sistem eksitasi tanpa sikat EX2000R.
EX2000R merupakan mikroprosesor berbasis converter AC ke DC yang
menghasilkan output DC yang dikontrol oleh MCC (Motor Control Center).
6.2 Saran
1. Mengombinasikan turbin gas dan turbin uap dengan menambahkan HRSG
sehingga dapat diperoleh dua keuntungan utama yaitu: dapat menambah daya
listrik dan dapat menghemat biaya bahan bakar. Penambahan daya listrik
tanpa menambah bahan bakar juga berarti akan menaikkan efisiensi termal
sistem.
2. Mengatur waktu khusus untuk memberikan materi - materi tentang PLTG
kepada para pelajar atau mahasiswa yang sedang melakukan kerja praktek
atau magang.