Professional Documents
Culture Documents
Pancasila
Nama Indonesia berasal dari bahasa latin, Indos dan Nesos yang artinya India dan
pulau-pulau. Nama Indonesia yang dimaksud adalah pulau-pulau yang ada di
Samudera India dan itulah yang dimaksud sebagai satuan pulau yang kemudian
disebut dengan Indonesia.
Pada sekitar tahun 1920, partai-partai politik dan organisasi massa zaman Hindia
Belanda dan organisasi pelajar mahasiswa Indonesia di Nederland sudah
menggunakan sebutan Indonesia. Misalnya, nama perhimpunannya sejak tahun
1922 telah diganti namanya dengan Perhimpunan Indonesia. Kemudian, dalam
perkembangan selanjutnya nama tersebut lebih banyak lagi dipergunakan.
Melalui Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 dan juga semenjak hari
kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. istilah
Indonesia menjadi nama resmi di seluruh tanah air, bangsa, dan Negara kita
Indonesia.
201 Pancasila
3 1 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Finy F. Basarah, M.Si http://www.mercubuana.ac.id
Penduduk asli inilah yang diakui sebagai nenek moyang bangsa Indonesia dan
mereka telah memiliki suatu nilai kehidupan yang berbudaya tinggi menurut kondisi
pada saat itu, jauh dari waktu-waktu datangnya pengaruh asing atau bangsa-bangsa
yang lain.
Nenek moyang kita pada umumnya saat itu hidup dari bertani dan menjadi
nelayan/pelaut. Sebagai sisa warisan nenek moyang adalah berupa perahu bercadik,
yang kita kenal sebagai peninggalan masa lalu.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa nenek moyang kita di Nusantara ini hidup di
berbagai ribuan pulau. Nenek moyang kita tinggal dalam kelompok-kelompok kecil
sebagai masyarakat yang teriosolasi oleh alam, yang satu dengan yang lain terpisah-
pisah dalam kelompok, yang akhirnya hal ini menimbulkan suku-suku yang memiliki
budayanya sendiri-sendiri yang satu berbeda dengan yang lain, kesenian serta adat
istiadat, kebiasaan, dan lain-lain. Meskipun perbedaan-perbedaan tersebut tidak
terlalu mencolok tajam, segenap perbedaan budaya suku-suku yang ada akan
memberikan bentuk pada kekayaan budaya suatu bangsa, dalam hal ini bangsa
Indonesia.
Kebudayaan Indonesia asli dinilai telah memiliki unsur-unsur budaya yang luhur,
berupa antara lain sifat religious suatu kepercayaan terhadap zat yang gaib (bisa
dinamakan Hyang Widhi, Hyang Tunggal, ataupun Tuhan), juga sikap menghormati
terhadap roh para orang tua dan roh nenek moyang sebelumnya, rasa peri
kemanusiaan yang ikhlas tanpa membedakan sumber dan warna kulit, rasa
persatuan dan kesatuan yang terbina sangat erat dalam bentuk kekeluargaan
maupun sikap luwes dalam pergaulan melalui bentuk musyawarah dan
kegotongroyongan yang tinggi dalam lingkup keluarga, masyarakat dan bentuk
nagari, sikap ramah tamah, suka bekerja keras tanpa pamrih, serta rasa keadilan
yang merata dalam lingkungannya. Semua hal yang tersebut di atas merupakan
gambaran yang mencerminkan ciri-ciri khas kehidupan serta kepribadian bernilai
luhur yang telah dimiliki oleh nenek moyang kita sejak zaman dulu.
Berikutnya, kerajaan Tarumanegara lahir juga pada abad V, berada di daerah Jawa
Barat (Banten, Jakarta, Bogor, dan Cirebon). Rajanya Purnawarman, sedangkan
menurut dugaan sementara, kerajaan Cirebon telah ada sebelumnya, yaitu sekitar
abad II.
Namun, pada tahap beikutnya, menjelang abad XII, situasi dan kondisi di Sriwijaya
semakin memburuk disebabkan, antara lain, adanya perpecahan melalui perang
saudara di antara keluarga dinasti Syailendra. Bahkan, dengan adanya serangan
dari luar, seperti dari Chola (India), Sriwijaya menjadi semakin lemah. Setelah
Melayu mengambil alih pusat kekuasaan Sriwijaya, tanpa kepemimpinan maka
Sriwijaya menjadi jatuh dan runtuh.
201 Pancasila
3 3 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Finy F. Basarah, M.Si http://www.mercubuana.ac.id
Tengah muncul kerajaan Kalingga, Senjaya, dan Syailendra. Di samping itu, sebagai
refleksi puncak budaya tercatat lahir dan didirikannya candi Borobudur dan
Prambanan yang megah. Hal ini kiranya dapat terlaksana berkat semangat gotong-
royong dan kesadaran beragama yang tinggi dan kuat.
Dalam beberapa peninggalan buku kuno, di antaranya yang terkenal adalah buku
Sutasoma karangan mPu Tantular, terdapat kalimat yang dijadikan semboyan
bangsa Indonesia Bhinneka Tunggal Ika. Semboyan tersebut bermakna
mempersatukan seluruh rakyat wilayah Nusantara dalam bentuk persatuan dan
kesatuan tanpa terpecah-pecah, dengan mengabaikan perbedaan yang ada dalam
masyarakat seluruh wilayah Nusantara.
Pada masa kejayaan Majapahit, agama Hindu dan Budha dapat hidup berdampingan
secara tertib, tanpa benturan. Hal ini menunjukkan toleransi di antara umat
beragama dijunjung tinggi. Bahkan salah satu daerah kekuasaan pada waktu itu,
yaitu Pasai, telah memeluk agama Islam.
201 Pancasila
3 4 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Finy F. Basarah, M.Si http://www.mercubuana.ac.id
menjelang abad XV dan juga sebagai akibat wafatnya mahapatih Gajah Mada,
Majapahit semakin mundur. Bahkan, dengan terjadinya perang saudara karena
perebutan tahta kerajaan, Majapahit pun hancur dan runtuh.
Perlu menjadi catatan, hal yang terpenting dari kerajaan Sriwijaya maupun Majapahit
bukan masalah kejayaannya, melainkan dalam arti keterkaitan perumusan
Pancasila. Pada zaman itu unsur-unsur yang terdapat dalam Pancasila telah kita
dapati sebagai asas-asas yang menjiwai kehidupan rakyat, telah dihayati, dan
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Unsur-unsur tersebut berupa jiwa ke-
Tuhanan (mereka hidup amat religius), kemanusiaan (mereka suka melakukan
kegiatan kemanusiaan, menjunjung tinggi sikap tenggang rasa), persatuan (cinta
tanah air dan mengutamakan keselamatan bangsa), tata masyarakat dan tata
pemerintahan (dilandasi unsur musyawarah), dan keadilan sosial (dalam seluruh
kehidupan rakyatnya).
201 Pancasila
3 5 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Finy F. Basarah, M.Si http://www.mercubuana.ac.id
menjalankan politik adu domba atau devide et impera terhadap rakyat Indonesia,
dengan melakukan dominasi politik dan sewenang-wenang memperlakukan rakyat
Indonesia. Selain melakukan eksploitasi ekonomi, di antaranya juga menerapkan
penetrasi dengan pengaruh yang besar terhadap sikap kehidupan rakyat Indonesia.
Semua hal di atas telah melahirkan rasa diskriminasi rasial akibat dendam atas
perlakuan penjajah yang tiada berprikemanusiaan.
Rakyat terjajah Indonesia oleh penjajah Belanda terbagi menjadi beberapa golongan,
ada yang menjadi golongan pasrah menyerah kepada nasib apa adanya, tetapi juga
ada golongan yang menghendaki dan memiliki niat berbuat bisa merdeka, adil dan
makmur, yang mana golongan ini dinamakan ampera, yang nantinya cita-cita ini
akan tersurat dan tersirat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Dalam beberapa tahap berikutnya dinyatakan bahwa kondisi VOC semakin menurun
dan rugi terus, yang akhirnya dibubarkan pada tahun 1798. Tugasnya sendiri
kemudian diserahkan kepada pemerintah Hindia Belanda.
Hal tersebut di atas telah mengakibatkan terjadinya puncak penderitaan bagi bangsa
Indonesia sehingga mengalami penderitaan dalam bentuk kemiskinan, kemelaratan,
kelaparan, dan kebodohan.
Setelah dihapuskannya sistem Tanam Paksa maka pada tahun 1870 pemerintah
Hindia Belanda mengeluarkan Undang-Undang Agraria dan membuka kesempatan
masuknya modal asing swasta dengan menggali keuntungan yang berlimpah ruah
melalui bentuk tindakan penghisapan mulai dari perkebunan sampai kepada
pertambangan. Hal tersebut menambah kehancuran kehidupan rakyat terjajah
secara lahir bathin.
Melihat kenyataan tersebut maka timbulah reaksi dari kalangan orang Belanda
sendiri, diantaranya Edward Douwes Dekker (Multatuli) dan Baron Van Hoevell yang
kemudian ditegaskan kembali oleh Mr. Theodore C. Van Deventer, yaitu suatu usulan
politik etis dengan menganjurkan kepada pemerintah Belanda untuk memajukan dan
memperbaiki nasib bangsa Indonesia berupa pemberian balas budi kepada rakyat
201 Pancasila
3 6 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Finy F. Basarah, M.Si http://www.mercubuana.ac.id
terjajah Indonesia melalui perbaikan pendidikan (edukasi), perbaikan pengairan
(irigasi), dan emigrasi (transmigrasi).
Pelaksanaan politik balas budi tidak selalu seperti yang diharapkan, bahkan banyak
menguntungkan pihak perkebunan dalam maslaha irigasi (pengairan) dan emigrasi
(perpindahan penduduk) dalam hal tenaga kerjanya. Namun, pantas dicatat bahwa
dari segi edukasi ternyata melahirkan tokoh-tokoh pimpinan pergerakan
kemerdekaan nasional seperti Bung Karno, Bung Hatta dan dr. Tjipto
Mangunkusumo.
Pada tanggal 20 Mei 1908, di Jakarta berdirilah Boedi Oetomo yang didirikan oleh dr.
Soetomo dan kawan-kawannya dengan ketuanya Dr. Wahidin Sudiro Husodo.
Gerakan Boedi Oetomo tahun 1908 (melalui pendidikan) disebut sebagai lahirnya
Kebangkitan Nasional Generasi 08. Kemudian, dilanjutkan dengan lahirnya Serikat
Dagang Islam pada tahun 1909 pimpinan H. Samanhudi, 1911 berubah menjadi
Serikat Islam di bawah HOS Tjokroamonoto. Tahun 1915 lahirlah Indische Party
yang terdiri atas 3 serangkai; dr. Tjipto Mangunkusumo, Ki Hadjar Dewantara, dan
Douwes Deker.
Kemudian, tahun 1920 Indische Social Demokratische Partij atau ISDP dan mantan
Serikat Islam berubah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Berikutnya tahun
1927 berdirilah Partai Nasional Indonesia (PNI) dipimpin oleh Ir. Soekarno dengan
tujuan yang jelas, yaitu Indonesia merdeka.
1. Kami putera puteri Indonesia mengaku bertumpah dasar yang satu, tanah
Indonesia;
201 Pancasila
3 7 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Finy F. Basarah, M.Si http://www.mercubuana.ac.id
2. Kami putera puteri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia;
Namun, hal tersebut adalah taktik Jepang agar bangsa Indonesia bersedia
membantu perangnya melawan Sekutu dalam perang Asia Timur Raya. Bangsa
Indonesia diberi keleluasaan untuk mempropagandakan Indonesia merdeka, boleh
menyanyikan lagu Indonesia Raya dan boleh mengibarkan bendera Merah Putih di
samping bendera Jepang.
Setelah kedudukannya dirasa kuat, sifat-sifat asli Jepang sebagai penjajah mulai
tampak, dengan adanya:
201 Pancasila
3 8 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Finy F. Basarah, M.Si http://www.mercubuana.ac.id
2. Kekejaman tindakan, membuat tenaga kerja paksa (romusha) dan rakyat
banyak menderita kurang makan, sakit, dan lain-lain.
201 Pancasila
3 9 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Finy F. Basarah, M.Si http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Setijo, Pandji. 2010. Pendidikan Pancasila, Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa. Cetakan
Keempat. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia
201 Pancasila
3 10 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Finy F. Basarah, M.Si http://www.mercubuana.ac.id