Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Kasus
Tn. Rahmad (60 tahun) dibawa oleh isterinya kerumah sakit karena nyeri
dada berlangsung lebih lama dari biasanya. Nyeri menjalar ke bahu kiri, lengan kiri
dan rahang. Timbulnya nyeri dada tersebut tidak berhubungan dengan aktifitas fisik.
Keluhan disertai dengan dispneu, palpitasi dan keringat yang berlebihan. Setiba di
rumah sakit, Tn. Rahmad semakin merasa sesak dan pusing. Hasil pemeriksaan: T=
90/70 mmHg, N=100x/menit, R= 35x/menit, akral dingin, capillary refill >2 detik,
auskultasi paru: ronki basah +/+. Pada pemeriksaan EKG: STEMI. Pada pemeriksaan
darah: kadar enzim jantung meningkat, dislipidemia dan glukosa meningkat. Dokter
segera memberi terapi kepada penderita.
Tn. Rahmad memiliki riwayat angina pectoris sejak 6 bulan yang lalu dan
hipertensi sejak 10 tahun yang lalu dan tidak terkontrol dengan baik. Setelah Tn.
Rahmad melalui masa kritisnya, Tn. Rahmad diperbolehkan pulang dan kontrol
teratur. Tn. Rahmad tidak pernah mengalami nyeri dada lagi, akan tetapi muncul
gejala kaki bengkak dan cepat lelah jika melakukan aktifitas fisik yang biasa
dilakukannya.
C. Brainstorming
5
D. Spider Web
Definisi
Jenis-jenis
Patofisiologi Angina Pektoris
Penatalaksanaan
Gambran EKG
normal Definisi
Pemeriksaan (LDL, Macam-macam
HDL, glukosa, Faktor resiko
kolesterol) Faktor pencetus
Manifestasi klinis
Pentalaksanaan
Komplikasi
E. Sasaran Belajara
1. Angina Pektoris
Defensis
Macam-macam
Faktor resiko
Faktor pencetus
Manifestasi klinis
Differencial diagnosa
Penatalaksanaan
Komplikasi
2. Infark Miokard
Definisi
6
Jenis-jenis
Pathofisiologi
Penatalaksanaan
Gambaran EKG normal
Pemeriksaan laboratorium
7
BAB II
PEMBAHASAN
Sindrom koroner akut adalah sekumpulan keluhan gejala dan tanda klinis yang
sesuai dengan iskemia miokard akut. Sindrom koroner akut merupakan suatu
spektrum dalam perjalanan penderita penyakit jantung koroner (aterosklerosis
koroner) dapat berupa: angina pektoris tidak stabil, infark miokard dengan non-ST
elevasi, infark miokard dengan ST elevasi atau kematian jantung mendadak.1
1. Defenisi
Angina pektoris adalah suatu nyeri didaerah dada yang biasanya menjalar ke
bahu dan lengan kiri yang disebabkan oleh menurunnya suplai oksigen ke jantung.2
Bentuk ini jarang terjadi dan biasanya timbul pada saat istirahat, akibat
penurunan suplai O2 darah ke miokard secara tiba-tiba. Penelitian terbaru
8
menunjukkan terjadinya obsruksi yang dinamis akibat spasme koroner baik pada
arteri yang sakit maupun yang normal. Peningkatan obstruksi koroner yang tidak
menetap ini selama terjadinya angina waktu istirahat jelas disertai penurunan aliran
darah arteri koroner.3
Istilah lain yang sering digunakan adalah Angina preinfark, Angina dekubitus,
Angina kresendo. Insufisiensi koroner akut atau Sindroma koroner pertengahan.
Bentuk ini merupakan kelompok suatu keadaan yang dapat berubah seperti keluhan
yang bertambah progresif, sebelumnya dengan angina stabil atau angina pada pertama
kali. Angina dapat terjadi pada saat istirahat maupun bekerja. Pada patologi biasanya
ditemukan daerah iskemik miokard yang mempunyai ciri tersendiri. Pada makalah ini
terutama akan dibicarakan mengenai pengenalan ATS karena ATS adalah suatu
sindroma klinik yang berbahaya dan merupakan tipe angina pektoris yang dapat
berubah menjadi infark miokard ataupun kematian.3
Sindroma ATS telah lama dikenal sebagai gejala awal dari infark miokard
akut (IMA). Banyak penelitian melaporkan bahwa ATS merupakan risiko untuk
terjadinya IMA dan kematian. Beberapa penelitian retrospektif menunjukkan bahwa
60-70% penderita IMA dan 60% penderita mati mendadak pada riwayat penyakitnya
mengalami gejala prodroma ATS. Sedangkan penelitian jangka panjang mendapatkan
IMA terjadi pada 5-20% penderita ATS dengan tingkat kematian 14-80%. ATS
menarik perhatian karena letaknya di antara spektrum angina pektoris stabil dan
infark miokard, sehingga merupakan tantangan dalam upaya pencegahan terjadinya
infark miokard.
Angina pektoris tak stabil adalah suatu spektrum dari sindroma iskemik
miokard akut yang berada di antara angina pektoris stabil dan anfark miokard akut.
Terminologi ATS harus tercakup dalam kriteria penampilan klinis sebagai berikut :
9
Angina timbul pada saat aktifitas fisik. Baru pertama kali dialami oleh
penderita dalam priode 1 bulan terakhir.3
B. Angina progresif.
Angina timbul saat aktifitas fisik yang berubah polanya dalam 1 bulan
terakhir, yaitu menjadi lebih sering, lebih berat, lebih lama, timbul dengan pencetus
yang lebih ringan dari biasanya dan tidak hilang dengan cara yang biasa dilakukan.
Penderita sebelumnya menderita angina pektoris stabil.3
Angina timbul tanpa didahului aktifitas fisik ataupun hal-hal yang dapat
menimbulkan peningkatan kebutuhan O2 miokard. Lama angina sedikitnya 15
menit.1,3
Angina yang timbul dalam periode dini (1 bulan) setelah IMA. Kriteria
penampilan klinis tersebut dapat terjadi sendiri-sendiri atau bersama-bersama tanpa
adanya gejala IMA. Nekrosis miokard yang terjadi pada IMA harus disingkirkan
misalnya dengan pemeriksaan enzim serial dan pencatatan EKG.3
3. Patofisiologi Aterosklerosis
diding sel sikulasi. 2) mLDL akan memacu endotel untuk menghasilkan mediator
inflamasi.4
Recruitment of Leukocytes
Proses masuknya dan perubahan biokimia LDL, ini adalah kunci dari proses
aterogenesis yang mencakup melekatnya leukosit, terutama adalah monosit dan
limfosit T di dalam dinding sel pembuluh darah.
Setelah monosit melekat dan masuk ke ruang subendotel, monosit berubah
menjadi makrofag, agar mampu memfagosit dan memakan dari modifikasi LDL
(mLDL). Namun hal ini akan merubah LDL menjadi foam, ini adalah awal dari
komponen aterosklerosis yang disebut fatty streak.4
Recruitment of smooth Muscle Cells
Perubahan dari fatty streak menjadi plak fibrous melibatkan pindahnya sel
otot halus dari tunika media ke tunika intima yang telah mengalami injuri, kemudian
sel otot halus berproliferasi di dalam lapisan intima, dan mensekresikan jaringan
pengikat.4
12
4. Manifestasi Klinis
Nyari dada yang menjalar ke bahu adalah salah satu manifestasi klinis.
Dengan kriteria sebagai berikut:
Qualitas nyari
- Rasa tertekan/tertindih1,4
13
Rasa nyeri di daerah dada dan perut di pengaruhi oleh saraf intercostales (T1-
12), nervus sympatikus dan nervus parasimpatikus. Rasa nyeri jantung biasanya
dirasakan dari Th1-4, yang dinamakan serabut sensorik atau viseral averen. Badan sel
berada di dalam ganglion posterior yang sama, sehingga bila di daerah viseral
mengalami suatu cidera maka rasa nyeri tersebut akan terasa di bagian perifer.7
14
6. DD angina pectoris
1. Cardiovaskular :
- SKA (sindrom koroner akut)
- Perikarditis
- Temponade jantung
- Aritmia4
2. Pulmonary :
- Emboli paru
- Infark paru
- Abses paru
- Pneumotoraks
- Pleuritis4
3. Gastrointestinal :
15
Faktor risiko utama yang tidak dapat diubah antara lain adalah umur, jenis
kelamin laki-laki, dan riwayat penyakit penyakit jantung koroner pada anggota
keluarga diusia muda (anggota keluarga laki-laki muda dari usia 55 tahun atau
anggota keluarga perempuan yang lebih muda dari usia 65). Faktor risiko tambahan
yang dapat diubah antara lain obesitas dan jumlah aktivitas fisik. Baru-baru ini
marker penentu yang berhubungan dengan perkembangan arterosklerosis dan sedang
dievaluasi sebagai factor risiko baru adalah naiknya jumlah hal-hal berikut dalam
sirkulasi : 1) Metabolite asam amino homocysteine, 2) pertikel lipoprotein khusus,
dan 3) marker inflamasi tertentu yang terdiri atas reaktan fase akut dar C-reaktif
protein.4
16
1. Dislipidemia
Jumlah lipid yang abnormal dalam sirkulasi menjadi bukti tetap dan terbesar
sebagai faktor risiko utama terhadap perkembangan arterosklerosis. Studi
observasional telah menunjukkan hubungan antara negara dengan konsumsi asam
lemak jenuh rendah dengan jumlah kolesterol serum yang rendah (contohnya Jepang
dan Negara-negara di Mediterania), Amerika serikat dan Negara lainnya dengan
konsumsi lemak jenuh dan kolesterolnya tertinggi memiliki angka kematian yang
tinggi terhadap penyakit jantung koroner.4,7,8
Data yang sama dari studi Framingham menunjukkan bahwa risiko penyakit
jantung iskemik meningkat seiring dengan total kolesterol serum yang tinggi. Risiko
penyakit jantung koroner meningkat kira-kira dua kali lipat pada individu yang level
total kolesterolnya 240 mg/dL dari pada individu yang level kolesterolnya 200
mg/dL.4
teridentifikasi adalah gen ATP binding Cassette 1 (ABC A-1). CERP memediasi
transfer kolesterol membran ke partikel HDL, yang mengirim kolesterol berlebih
kembali ke hati dalam proses yang dikenal sebagai transport balik kolesterol. Dengan
kemampuan ini dapat membuang lipid intraseluler, HDL melindungi lagi akumulasi
lipid, dan level HDL serum berbanding terbalik dengan kejadian penyakit
arterosklerotik. HDL sering juga disebut sebagai kolesterol baik.4
Kenaikan LDL serum dapat disebabkan berbagai alas an, termasuk diet tinggi
lemak atau dikarenakan kerusakan pada mekanisme penghambatan reseptor LDL.
Pasien dengan kerusakan genetic reseptor LDL (biasanya heterozigot dengan satu
normal dan satu kerusakan gen yang mengkode reseptor) tidak dapat membuang LDL
dari sirkulasi dengan efisien. Keadaan ini disebut familial hiperkolesterolemia, dan
begitu juga dengan individu yang memiliki LDL plasma tinggi dan berkembang
menjadi arterosklerosis premature. Homozigot yang kekurangan reseptor LDL total
dapat bertahan selama decade pertama kehidupan.4
ini ikut andil secara langsung dalam aterogenesis atau secara sederhana ikut serta
bersama dengan rendahnya level kolesterol HDL. Untuk catatan, lemahnya kontrol
diabetes mellitus tipe II sering berhubungan dengan hipertrigliseridemia rendahnya
level HDL, sering diikuti dengan obesitas sentral (meningkatnya ukuran lingkar
abdomen) dan hipertensi. Gabungan dari factor risiko tersebut dapat berhubungan
dengan ketahanan insulin dan khususnya atherogenik. Penyebab sekunder dari
rendahnya level lipid serum terkait dengan penyakit tiroid, ginjal, dan hati.4
Semua bayi dilahirkan dengan kadar kolesterol rata-rata 80-100 mg% (2-2,6
mmol/l) yang selama pertumbuhan berangsur-angsur naik sampai k.l. 150 mg% (3,9
mmol/1). Di negara berkembang, pada umumnya kadar menetap di tingkat ini,
sedangkan di negara Barat nilainya terus meningkat sampai rata-rata 220 mg% (5,8
mmol/1). Kenaikan tersebut secara fisiologis tidak normal dan diperkirakan ada
hubungan kausal dengan susunan makanan yang tak tepat, khususnya mengandung
terlampau banyak lemak jenuh.
2. Merokok
3. Diabetes melitus
fibrinolitik. Keadaan tersebut mungkin banyak terjadi pada pasien dengan kondisi
ini.4,7
Seseorang dengan diabetes seringkali memiliki fungsi endotel yang lemah ini
dapat diukur dari menurunnya bioavailabilitas dari NO dan meningkatnya perlekatan
leukosit. Contoh : kadar serum glukosa yang terjaga pada pasien diabetes mengurangi
resiko komplikasi mikrovaskuler antaralain seperti retinophati dan neprophaty.4
Diabetes tipe- II adalah bagian tersering dalam syndrom metabolik dalam hal
ini berhubungan dengan hipertensi, kadar lemak yang abnormal (hipertrigliserida,
HDL rendah, partikel LDL padat) dan bertambahnya ukuran lingkar perut.4
Kunci pada sindrom adalah adanya resistensi insulin pada sel-sel peripheral.
Faktanya ada resistensi insulin ini muncul untuk mendorong terjadinya aterosklerosis,
lama sebelum berdampak pasien yang didapati dengan diabetes.4
4. Hipertensi
2. Stress emosional
4. Hiperuricemia
A. Tekanan emosi
E. Alkohol12
1. Definisi
Infark miokard adalah nyeri dada yang terjadi akibat kerusakan (nekrosis) otot
jantung yang disebabkan alirah darah ke otot jantung terganggu.
2. Klas II : adanya bunyi jantung tida (gallop), ronki basal, atau keduanya.
(Mortalitas 17%)
Pada lebih dari 90% pasien miokard infark transmural berkaitan dengan
trombosis koroner. Trombosis seing terjadi di daerah yang mengalami penyempitan
arteriosklerotik. Penyebab lain lebih jarang ditemukan. Termasuk disini misalnya
perdarahan dalam plaque aterosklerotik dengan hematom intramural, spasme yang
umumnya terjadi di tempat aterosklerotik yang emboli koroner. Miokard infark dapat
terjadi walau pembuluh koroner normal, tetapi hal ini amat jarang.
Atherosclerosis
Aktivasi platelet
dan agregasi
coronary
thrombosis
Transient
iskemi Prolonge
d iskemi
+serum
-Serum biomarker
+serum
biomarke biomarke
r r
Healing and
plaque Unstable Angina Non-ST segment ST- segment
enlargement elevation MI elevation MI
suara jantung ketiga (S3). Pengobatan terdiri dari terapi gagal jantung standar.4
Iskemik jaringan disebabkan oleh 2 sebab:
2. Syok kardiogenik
Syok kardiogenik adalah kondisi dari output jantung sangat menurun dan
hypotension (tekanan darah sistolik <90 mmHg) dengan perfusi jaringan perifer tidak
memadai, yang terjadi ketika lebih dari 40% dari massa LV telah infark. Hal ini juga
dapat mengikuti komplikasi mekanik parah MI dijelaskan di bawah ini.4,5 Demise
syok kardiogenik adalah mengabadikan diri karena:
1. Hipotensi menyebabkan perfusi koroner menurun, yang memperburuk
kerusakan iskemik, dan
2. Menurunnya stroke volume meningkatkan ukuran LV dan karena itu
menambah kebutuhan oksigen miokard. Meskipun perlakuan agresif,
angka kematian pasien dalam syok kardiogenik lebih besar dari 70%.
5. Penatalaksanaan
1. Prehospital (kotak 2)
- Nilai dan berikan bantuan ABC
- Berikan oksigen, aspirin, nitrogliserin dan morfin jika diperlukan
- Pemeriksaan EKG 12 sadapan dan interpretasi
- Melakukan ceklis terapi fibronolitik
- Menyiapkan pemberitahuan sebelum sampai ke IGD (untuk petugas
ambulans/sebelum sampai rumah sakit)1
2. Pemberian iksigen dan obat-obatan dikotak 2 dan 3
a. Oksigen
Oksigen diberikan pada semua pasien yang dalam evaluasi SKA.terapi
oksigen mampu mengurangi ST levasi pada infark anterior. Berdasarkan
consensus, dianjurkan memberikan oksigen dalam 6 jam pertama terapi,
pemberian lebih dari 6 jam tidak bermanfaat kecuali pada keadaan1 :
- Pasien dengan nyeri ddada menetap atau berulang atau hemodinamik yang
tidak stabil
- Pasien dengan tanda bendungan paru
- Pasien dengan saturasi oksigen < 90%
b. Aspirin
Aspirin diberikan 160-325 mg dikunyah untuk pasien yang belum
mendapat aspirin dan tidak ada bukti perdarahan lambung saat
pemeriksaan. Dapat menggunakan aspirin supositoria pada pasien mual,
muntah atau ulkus peptic atau gangguan saluran pencernaan.1,4
c. Nitrogliserin
Dapat diberikan tablet sublingual sampai 3x dengan interval 3-5 menit
jika tidak terdapat kontraindikasi. Obat ini tidak boleh diberikan pada
pasien yang hemodinamik tidak stabil : TD 90 mmHg lebih rendah dari
29
d. Morfin
Pemberian morfin dilakukan jika pemberian nitrogliserin sublingual atau
semprot tidak respons. Morfin merupakan pengobatan yang paling penting
untuk SKA karena:
- Menimbulkan efek analgesik pada SSP yang dapat mengurangi aktivasi
neurohormonal dan menyebabkan pelepasan katekolamin
- Menghasilkan venodilatasi yang akan mengurangi beban ventrikel kiri dan
mengurangi kebutuhan oksigen
- Menurunkan tahanan vascular sistemik, sehingga mengurangi afterload
ventrikel kiri.1
3. Ruang gawat darurat (kotak 3)
1. Segera berikan oksigen 4L/mnt kanul nasal, pertahankan saturasi O2 >
90%
2. Berikan aspirin 160-325 mg
3. Nitrogliserin sublingual atau semprot atau IV
4. Morfin IV jika nyeri dada tidak berkurang
5. Monitoring tanda vital dan evaluasi saturasi oksigen
6. Pasang jalur IV
7. Kaji EKG 12 sadapan
8. Lakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik
9. Lakukan ceklis terapi fibrinolisis da lihat kontraindikasi
30
A. Masalah Irama
Bradi-takikardia dapat segera diketahui dengan meraba nadi dan melihat monitor
EKG. Sedangkan pompa, volume, dan resistensi sering belum jelas, maka yang
33
pertama diatasi adalah irama bila memang jelas bradi/takikardi. Pasien hipotensi
dengan tanda awal hipoperfusi dan bradikardi harus diberi obat untuk meningkatkan
irama sebelum memberikan fluid challenge, inotropik, atau vasopresor. Dugaan
masalah pompa atau volume diatasi bersama.1
B. Masalah Volume
Berikan cairan infus, transfusi darah, atasi penyebab, dan gunakan vasopresor.1
1. Hipovolumia absolute
2. Hipovolumia relatif
Bila jelas ada kehilangan cairan tubuh maka piliha pertama adalah
memenuhi tanki vaskuler, bila penuh baru diberikan vasopresor. Obat
vasoaktif yang harus selalu tersedia untuk mengatasi vasodilatasi adalah
sebagai berikut:1
C. Masalah Pompa
Penyebab gagal pompa harus segera dikenali agar upanya pengobatan yang
tepat, cepat, dan pada saat yang kritis dapat diberikan.1
Semua pasien syok dapat jatuh ke masalah pompa bila sirkulasi tidak dapat
memenuhi kebutuhan O2 gula, dan ATP jaringan. Yang diperlukan pasien gagal
pompa adalah1:
Pada pasien syok kardiogenik dan edema paru harus dipikirkan kebutuhan
tekanan pengisian ventrikel kiri yang menguntungkan. Bila kurang dari 15 mmHg
maka hipotensi akan menyerupai masalah volume daripada masalah pompa.
Pemberian cairan intravena bertujuan meningkatkan tekanan pengisian 18 mmHg.1
35
Pada kasus gawat, pemberian saline normal 250-500 cc (diawali 150 cc)
dalam waktu singkat dapat dicoba. Bila infus awal memberi dampak perbaikan
seperti meningkatnya tekanan darah dan menurunya denyut jantung maka pemberian
cairan dapat diulangi lagi.1
Troponin (T)
- Sangat spesifik dan lebih sensitif di bandingkan Ck-MB
- Meningkat 3-4 jam setelah MI
36
7. Pemeriksaan Radiology
A. EKG (elektrokardiogram)
Jantung terdiri dari empat ruang yang berfungsi sebagai pompa system
sirkulasi darah. Yang paling berperan adalah bilik (ventrikel), sedangkan serambi
(atria) sebenarnya berfungsi sebagai ruang penyimpanan selama bilik memompa.
Ventrikel berkontraksi, ventrikel kanan memasok darah ke paru-paru, dan ventrikel
kiri mendorong darah ke aorta berulang-ulang melalui sistem sirkulasi, fasa ini
37
disebut systole. Sedangkan fasa pengisian atau istirahat (tidak memompa) setelah
ventrikel mengosongkan darah menuju arteri disebut diastole. Kontraksi jantung
inilah yang mendasari terjadinya serangkaian peristiwa elektrik dengan koordinasi
yang baik. Aktivitas elektrik dalam keadaan normal berawal dari impuls yang
dibentuk oleh pacemaker di simpul SinoAtrial (SA) kemudian melewati serabut otot
atrial menuju simpul AtrioVentrikular (AV) lalu menuju ke berkas His dan terpisah
menjadi dua melewati berkas kiri dan kanan dan berakhir pada serabut Purkinye yang
mengaktifkan serabut otot ventrikel.9
Jantung adalah organ tiga dimensi, sudah seharusnya aktivitas elektriknya pun harus
dimengerti dalam tiga dimensi pula. Setiap sadapan elektroda memandang jantung
dengan sudut tertentu dengan sensitivitas lebih tinggi dari sudut/bagian yang lain.
Sadapan atau lebih dikenal dengan lead, adalah cara penempatan pasangan elektroda
berkutub positif dan negatif pada tubuh pasien guna membaca sinyal-sinyal elektrik
jantung. Semakin banyak sadapan, semakin banyak pula informasi yang dapat
diperoleh Pada rekaman EKG modern, terdapat 12 sadapan elektroda yang terbagi
menjadi enam buah sadapan pada bidang vertikal serta enam lainnya pada bidang
horizontal.9
38
Bidang Vertikal/Frontal :
a. Tiga buah bipolar standard leads atau sadapan Einthoven, yaitu Lead I, II,
dan III. Sadapan ini merekam perbedaan potensial dari dua elektroda yang
digambarkan sebagai sebuah segitiga sama sisi, segitiga Einthoven.9
b. Tiga buah unipolar limb leads atau sadapan Wilson yang sering disebut
juga sadapan unipolar ekstrimitas, yaitu Lead aVR, aVL, dan aVF.
39
Sadapan ini merekam besar potensial listrik pada satu ekstrimitas, elektroda
eksplorasi diletakkan pada ekstrimitas yang akan diukur. 9
Bidang Horizontal :
Enam buah unipolar chest leads atau sering disebut juga sadapan unipolar
prekordial, yaitu lead V1, V2, V3, V4, V5, dan V6.
Menurut Mervin J. Goldman definisi sinyal EKG adalah grafik hasil catatan
potensial listrik yang dihasilkan oleh denyut jantung. Sinyal EKG terdiri atas :
40
2. Gelombang QRS, terjadi akibat kontraksi otot ventrikel yang tebal sehingga
gelombang QRS cukup tinggi. Gelombang Q merupakan depleksi pertama
kebawah. Selanjutnya depleksi ke atas adalah gelombang R. Depleksi ke
bawah setelah gelombang R disebut gelombang S.
Gambar. Bentuk sinyal yang didapat dari 12 leads (sadapan) EKG normal adalah
seperti pada gambar di bawah.9
41
1. Nitrat organik
Nitrat organik merupakan ester asam nitrit sederhana dengan alkohol dan ester
asam nitrat dengan alkohol. Obat-obat ini berbeda dalam derajat penguapan;
misalnya, isosorbid dinitrat pada suhu kamar berbentuk padat, nitrogliserin sedikit
menguap, sedangkan amil nitrat mudah sekali menguap. Senyawa-senyawa ini
menyebabkan penurunan kenutuhan oksigen miokard yang diikuti oleh berkurangnya
gejala-gejala. Obat-obat tersebut bermanfaat untuk angina yang stabil atau labil, serta
angina pektoris prinzmetal atau varian.10,11
Dosis: 2,5 5 mg
Lama kerja: 10 60 menit
Isosorbid dinitrat merupakan nitrat aktif peroral. Obat ini tidak mudah
dimetabolisme hati atau otot polos dan mempunyai potensi relaksasi otot palos
vaskular yang lebih rendah.10,11
2. Penyekat -adrenergik
Obat ini menekan aktivitas jantung dengan menghambat reseptor 1. Obat ini
juga mengurangi kerja jantung dengan menurunkan isi sekuncup jantung dan
menyebabkan penurunan ringan tekanan darah. Contoh obatnya adalah
propanolol.10,11
45
Obat ini menghambat masuknya kalsium ke dalam sel-sel otot polos koroner
jantung dan anyaman arterial sistemik. Semua obat penyekat kanal kalsium bersifat
vasodilator yang menyebabkan penurunan tonus otot polos dan resistensi
vaskular.10,11 Contoh obat:
1. Nifedipin
Dosis: 30 90 mg/d
2. Verapamil
4. Aspirin
Obat ini menghambat sintesis tromboksan A2 dari asam arakidonat dalam
trombosit oleh asetilasi ireversibel dan inhibisi siklooksigenase, suatu enzim pokok
dalam sintesis prostagladin dan tromboksan A2. Efek inhibisi ini cepat, terjadi dalam
sirkulasi portal. Supresi sintetase tromboksan A2 akibat aspirin dan supresi agregasi
trombosit yang diakibatkannya berlangsung selama kehidupan trombosit sekitar 7-
10 hari. Aspirin sekarang digunakan untuk pengobatan profilaksis iskemia serebral
transien, mengurangi terjadinya infark miokard berulang dan menurunkan mortalitas
pada pasien infark postmiokard. Dosis aspirin awal tunggal 200 300 mg dan
dianjurkan diikuti dosis harian 75 sampai 100 mg. waktu perdarahan diperpanjang,
menyebabkan komplikasi yang termasuk peningkatan terjadinya stroke hemoragik
dan juga perdarahan gastrointestinal, terutama pada obat dosis tinggi.10,11
46
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPIULAN
Dari kasus dia atas penulis mengambil kesimpulan bahwa pasien yang
bernama: Tn. Rahmad (60 tahun). Menderita penyakti SKA dengan STEMI, dengan
komplikasi Gagal Jantung Kongestif karena pada pemeriksaan auskultasi paru:
ronki basah +/+, dan Syok Kardiogenik karena tensi Tn. Rahmad= 90/70 mmHg,
lebih dari 40% ventrikel kiri yang mengalami infark.
Faktor resiko SKA adalah sperti: dislipidemia, merokok, diabetes melitus,
hipertensi, ketidak aktifan fisik, dll.
Rencan terapi umum pasien adalah: beri oksigen, aspirin, nitrogliserin, dan
morfin.
DAFTAR PUSTAKA
1. PERKI. Buku Kursus Bantuan Hidup Jantung Lanjut: ACLS Indonesia. 2008.
Jakarta: Hal. 70)
2. Dorland, W.A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. Edisi 29. Jakarta: EGC
3. Sudoyo, Aru W. Setyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Dkk. 2006.Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam . Jilid 1. Edisi 3. Jakarta: Balai Pustaka FKUI.
5. James T. Willerson, Jay N. Cohn, Hein J.J. Wellens, and David R. Holmes, Jr.
(Eds). 2007. Cardiovascular Medicine Third Edition. Springer-Verlag: London.
7. artikel Penyakit Jantung Koroner. Fakultas Kedokteran Universita Sumatra Utara.
2006.
9. Shirley A. Jones. 2007. ECG success : exercises in ECG interpretation. F.A. David
Company: Philadelphia.
10. Mycek, Mary J. 2001. Farmakologi : Ulasan Bergambar / Mary J. Mycek,
Richard A. Harvey, Pamela C. Champe; alih bahasa Azwar Agoes; editor,
Huriawati Hartanto. Edisi 2. Jakarta: Widya Medika.
11. Katzung, B.G. 2008. Basic ang Clinical Pharmacology, 11th Ed (international
Ed), Boston, New York: Mc. Graww Hill.
12. Riantono, Ely Ismudianti. Dkk. 1998. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.