You are on page 1of 8

TATA LAKSANA KERACUNAN MINUMAN KERAS OPLOSAN (METANOL DAN

ETHYLENE GLYCOL) DENGAN FOMEPIZOLE, ETANOL, DAN HEMODIALISIS

(A Literature Review: Treating Methanol and Ethylene Glycol Intoxication by Using


Fomepizole, Ethanol, and Haemodialysis )

Risna Yekti Mumpuni


Mahasiswa Program Magister Keperawatan Peminatan Gawat Darurat Universitas Brawijaya
Email: risnayekti@gmail.com

ABSTRAK
Saat ini, pembicaraan mengenai bahaya mengkonsumsi miras oplosan menjadi topik yang hangat
dibicarakan masyarakat Indonesia. Zat yang digunakan dalam campuran miras adalah metanol dan
ethylene glycol. Metanol dan ethylene glycol adalah zat kimia yang tidak layak dikonsumsi. Didalam
tubuh metanol mudah terabsorbsi dan dengan cepat akan terdistribusi kedalam cairan tubuh.
Keracunan metanol dapat menimbulkan gangguan kesadaran (inebriation). Metanol sendiri
sebenarnya tidak berbahaya, yang berbahaya adalah metabolitnya dan dapat menyebabkan asidosis
metabolik, kebutaan yang permanen serta kematian dapat terjadi setelah periode laten selama 6-30
jam. Tujuan dari studi ini adalah menyediakan protokol bagi keracunan metano dan ethylene glycol.
Metode yang digunakan adalah studi literatur. Keracunan metanol dan ethylene glycol dapat
ditangani dengan pemberian fomepizole dengan menghambat proses pembentukam enzim alkohol
dehidrogenase yang akan menyebabkan terjadinya asidosis metabolik. Namun penggunaan
fomepizole ini tidak memenuhi standar cost effective dan sulit untuk didapatkan pada fasilitas
pelayanan kesehatan. Sementara itu, penggunaan etanol masih belum mendapatkan rekomendasi dari
FDA.

ABSTRACT
Nowadays, there are discussions about the hazard of toxic alcohol ingestion in Indonesia. Toxic
alcohol which is used as drink alcohol consists of methanol and ethylene glycol. Both methanol and
ethylene glycol are inconsumable substances. In the body, methanol will be absorbed and distributed
to the whole body system rapidly. Methanol intoxication will affect on consciousness level, and then
its metabolite substances will cause metabolic acidosis, permanent blindness and death after 6-30
hours, respectively. This study aimed to provide information about toxic alcohol treatment. This paper
is completed using literature review method. Methanol and ethylene glycol intoxication can be treated
using ethanol, fomepizole, and haemodialysis. This process will be followed by detaining alcohol
dehydrogenize enzyme which may cause metabolic acidosis. Unfortunately, fomizole is not occupied
cost effective standard and hardly available in Indonesia. Meanwhile, ethanol utilization has not been
recommended by FDA.

Key words: toxic alcohol ingestion, ethanol, fomepizole, haemodialysis.

PENDAHULUAN campuran. Dimana miras oplosan tersebut


Mengkonsumsi alkohol atau minuman merupakan minuman keras yang terdiri dari
keras (miras) merupakan perilaku yang biasa berbagai campuran, diantaranya dioplos dengan
dilakukan oleh sekelompok orang dalam alkohol industri (metanol) maupun dengan obat
mengekspresikan suatu acara, misalnya dalam herbal seperti obat kuat atau suplemen
pesta atau perpisahan tahun. Ironisnya miras kesehatan. Miras oplosan biasanya dibuat dan
tersebut tidak hanya dikonsumsi oleh orang dijual secara ilegal.
dewasa, tetapi kaum remaja juga sudah mulai Dari tahun ke tahun kasus minuman
coba-coba mengkonsumsinya. Namun saat ini, oplosan sering terjadi, pada rentang bulan
pembicaraan mengenai bahaya mengkonsumsi Desember 2013-2014 tercatat 74 orang korban
miras oplosan menjadi topik yang hangat meninggal dan 192 korban lainya di rawat di
dibicarakan masyarakat Indonesia. Istilah kata rumah sakit akibat minuman oplosan dan dua
oplosan itu sendiri mempunyai arti diantara korban meninggal merupakan warga

Journal of Nursing Care & Biomolecular Vol 1 No 1 Tahun 2016 - 1


negara asing (Mulyadi, 2014). Campuran yang tubuh, terutama asam format yang selain dapat
digunakan sebagai minuman oplosan menyebabkan asidosis metabolik juga dapat
bermacam-macam, salah satu diantaranya yaitu menyebabkan kebutaan permanen (Johnson,
methanol. Metanol sering digunakan sebagai 1999).
campuran minuman oplosan dikarenakan harga Dari berbagai bahan tersebut, metanol
metanol yang relatif lebih murah, produk dapat menyebabkan kebutaan dan seringkali
seperti ini disebut alkohol denaturasi. Metanol menyebabkan kematian. Metanol adalah
biasa digunakan sebagai pelarut organik, alkohol industri yang dibuat secara sintesis dan
merupakan jenis alkohol yang mempunyai biasanya tersedia dalam konsentrasi tinggi
struktur paling sederhana, tetapi paling toksik untuk keperluan industri. Metanol banyak
pada manusia. Keracunan akibat metanol digunakan dalam cat, penghilang pernis, pelarut
biasanya terjadi karena overdosis yang secara dalam industri, cairan mesin fotokopi,
sengaja atau tidak tertelan sehingga pembuatan formaldehid, asam asetat, metil
menyebabkan asidosis metabolik. Metabolisme derivat dan asam anorganik. Dari segi
metanol sebagian besar terjadi di hepar, karena penampakan fisik, etanol dan metanol sulit
itu salah satu organ yang mengalami kerusakan dibedakan. Metanol dan etanol sama-sama
akibat metanol adalah hepar. berbentuk cairan jernih tidak berwarna yang
Metanol adalah bentuk paling sederhana mudah bercampur dengan air, berbau alkohol,
dari alkohol yang biasa digunakan sebagai dan mudah terbakar. Metanol yang memiliki
pelarut di industri dan sebagai bahan tambahan bau dan rasa mirip etanol sering
dari etanol dalam proses denaturasi sehingga disalahgunakan sebagai pengganti etanol dalam
etanol menjadi toksik. Rumus kimia dari miras oplosan karena disamping harganya
metanol adalah CH3OH dan dikenal dengan relatif lebih murah juga akibat ketidakpahaman
nama lain yaitu metil alkohol, metal hidrat, akan bahaya yang ditimbulkannya. Banyak
metil karbinol, wood alkohol, atau spiritus. yang beranggapan bahwa sifat dan fungsi
Pada keadaan atmosfer metanol berbentuk metanol sama dengan etanol, sehingga orang
cairan yang ringan, mudah menguap, tidak yang sudah kecanduan minuman keras dengan
berwarna, mudah terbakar dan beracun dengan keterbatasan ekonomi cenderung membuat atau
bau yang khas. Metanol merupakan senyawa membeli minuman keras oplosan yang
kimia yang sangat beracun bila dibandingkan dicampur dengan metanol (Cline, 2012).
dengan etanol (Cline, 2012). Dilihat dari bahaya terhadap efek
Metanol adalah zat kimia yang tidak kesehatan, metanol jauh lebih berbahaya
layak dikonsumsi. Sayangnya kandungan zat daripada etanol dan sangat berisiko terhadap
tersebut justru banyak dikonsumsi para kesehatan. Efek kesehatan yang ditimbulkan
pecandu miras oplosan. Dibandingkan dengan dari etanol antara lain dapat menyebabkan
kandungan etanol murni (alkohol) yang hanya perasaan senang (euforia), pusing, mengantuk,
sekitar 0,2%; miras oplosan justru mengandung depresi sistem syaraf pusat (SSP), mual,
metanol lebih tinggi yakni sebesar 40-60%. muntah, nyeri perut, diare, pankreatitis,
Didalam tubuh metanol mudah terabsorbsi dan hepatitis akut, perdarahan pada saluran
dengan cepat akan terdistribusi kedalam cairan pencernaan, ataksia, disorientasi, inkoordinasi
tubuh. Keracunan metanol dapat menimbulkan otot, paralisis otot, depresi pernafasan, gagal
gangguan kesadaran (inebriation). Metanol nafas, aspirasi paru, edema paru, pneumonitis,
sendiri sebenarnya tidak berbahaya, yang asidosis metabolik, ketoasidosis, hipoglikemia,
berbahaya adalah metabolitnya dan dapat bradikardia, hipotensi, amnesia, penurunan
menyebabkan asidosis metabolik, kebutaan tingkat kesadaran, kejang, pingsan, koma dan
yang permanen serta kematian dapat terjadi jika etanol dikonsumsi dalam dosis tinggi dapat
setelah periode laten selama 6-30 jam. Metanol menyebabkan kematian. Reaksi etanol yang
yang masuk ke dalam tubuh dapat segera masuk ke dalam tubuh akan segera diabsorbsi
terabsorbsi dan terdistribusi ke dalam cairan di lambung dan usus halus serta terdistribusi
tubuh. Secara perlahan metanol dimetabolisme dalam cairan tubuh. Di dalam organ hati, etanol
di dalam hati oleh enzim alkohol dehidrogenase akan dimetabolisme oleh enzim alkohol
membentuk formaldehid, lalu oleh enzim dehidrogenase menjadi asetaldehid yang
aldehid dehidrogenase dimetabolisme bersifat toksik dan karsinogenik. Kemudian
membentuk asam format. Kedua metabolit oleh enzim asetaldehid dehidrogenase,
tersebut merupakan senyawa beracun bagi asetaldehid diubah menjadi asam asetat, yang

Journal of Nursing Care & Biomolecular Vol 1 No 1 Tahun 2016 - 2


melalui siklus Krebs akhirnya menghasilkan dibandingkan dengan etanol. Dapat diberikan
karbondioksida dan air. Pada umumnya, gejala pada pasien yang dicurigai mengalami ingesti
keracunan metanol muncul 30 menit hingga 2 alkohol, riwayat medis pasien dengan
jam setelah mengkonsumsi alkohol yang instoksikasi alkohol, temuan kristal oksalat
dioplos metanol. Gejala keracunan yang mula- dalam urin, asidosis metabolik, peningkatan
mula timbul dapat berupa mual, muntah, rasa osmolaritas dan anion gap, atau temuan kadar
kantuk, vertigo, mabuk, gastritis, diare, sakit ethylene glycol diatas 20 mg/dL (Buller, 2013).
pada punggung dan lembab pada anggota gerak Idealnya, jika fomepizole akan diberikan
(Grossman, 2008). apabila tanda-tanda kegagalan ginjal belum
Di Indonesia sendiri, penggunaan ditemukan, sehingga ethylene glycol dapat
metanol sebagai sumber alkohol masih sering diekskresikan dan terjadi penurunan jumlah
digunakan karena harga methanol yang relatif akumulasi metabolit, dan dapat menunda
lebih murah bila dibandingkan dengan etanol. kerusakan lanjut pada ginjal. Pada beberapa
Hal ini mengakibatkan tingginya kasus kasus hemodialisis dapat dilaksanakan untuk
keracunan akibat methanol yang dapat meningkatkan efek terapi fomepizole yang
menyebabkan berbagai masalak kesehatan bertujuan untuk mengoreksi abnormalitas
bahkan kematian. metabolik berat dan mempertahankan kadar
ethylene glycol kurang dari 50 mg/dL (Buller,
METODE 2013). Fomepizole dapat dilarutkan dalam 100
Karya tulis ini disusun dengan ml larutan NaCl 0,9% atau dekstrosa 5%.
menggunakan studi literatur yang diambil dari Setelah pemberian dosis awal, dosis lanjutan
berbagai portal jurnal baik nasional maupun diberikan dengan dosis 10 mg/kgBB setiap 12
internasional. jam sebanyak 4 dosis. Kemudian dilanjutkan 15
mg/kg BB setiap 12 jam sampai kadar ethylene
PEMBAHASAN glycol < 20 mg/dL. Fomepizole merupakan
Ada dua jenis alkohol yang amat mirip obat yang dapat diekskresikan melalui dialysis.
baik dalam penampilan,bau maupun rasanya Jika terapi hemodialisis dilakukan untuk
yaitu etanol dan metanol. Etanol adalah bahan meningkatkan efek intravena fomepizole,
dasar pembuatan minuman keras (beverage) dosisnya perlu ditingkatkan setiap 4 jam
dengan kadar bervariasi, sedangkan metanol sampai kadar ethylene glycol dibawah 20
tidak pernah dipakai untuk campuran miras dan mg/dL. Efek samping pemberian fomepizole
hanya digunakan dalam industri dan dalam yang dilaporkan antara lain nyeri kepala,
bahasa sehari-hari dinamakan dengan spiritus. pusing, mual, dan muntah. Dalam beberapa
Mengingat kemiripan antara kedua zat ini, kasus, fomepizole intravena dapat diberikan
metanol sering diproduksi secara ilegal karena tanpa bantuan hemodialisis pada pasien dengan
mudah didapatkan dengan harga cukup asidosis metabolik dan masih memiliki fungsi
murah. Dan para penenggak minuman keras ini ginjal normal (Buller, 2013). Sebagian besar
juga tidak banyak merasakan perbedaan pasien menunjukkan hasil akhir yang positif.
antara etanol dan metanol ini (Gossman, 2008). Sampai saat ini FDA masih belum memberikan
Metanol termasuk golongan racun sangat rekomendasi untuk penggunaan fomepizole
berbahaya. Dengan dosis 30 ml dapat pada populasi pediatrik (Tzu-Hua, 2013).
menyebabkan kebutaan permanen karena Dalam literatur lain, Barceloux (2002)
kerusakan dari serat saraf mata. Pada dosis 100 mengatakan bahwa pemberian fomepizole
ml metanol dapat menyebabkan kematian. melalui intra vena perifer, dengan dosis loading
Manajemen terapi yang direkomendasikan oleh yang disarankan 15 mg/kg BB selama 30
FDA pada keracunan metanol adalah menit, kemudian dilanjutkan dengan dosis
menggunakan fomepizole. Fomepizole rumatan 10 mg/kg BB setiap 12 jam diberikan
merupakan inhibitor enzim alkohol 4 kali. Setelah 48 jam, dosis tambahan
dehidrogenase yang poten, kerjanya dengan diberikan 15 mg/kg BB setiap 12 jam bila
menghambat metabolisme ethylene glycol dan diperlukan. Pemberian fomepizole dapat
metanol menghasilkan zat sisa. Obat ini akan dihentikan apabila kadar metanol serum
dimetabolisme oleh hepar dan diekskresikan menurun sampai pada dibawah 30 mg/dL.
melalui urin. Fomepizole memiliki waktu paruh Pasien tidak perlu dipantau dengan ketat karena
yang lebih panjang, klirens yang lebih lambat, fomepizole ini relatif aman.
dan efek samping yang lebih sedikit bila

Journal of Nursing Care & Biomolecular Vol 1 No 1 Tahun 2016 - 3


Sebelum fomepizole ditemukan, etanol asidosis metabolik berat dan waktu antara
menjadi salah satu pilihan tata laksana pemaparan dengan penatalaksanaan awal yang
keracunan ethylene glycol dan metanol karena lama, serta pH darah < 7,1 atau terapi awal >
kemampuannya untuk mengikat enzim alkohol 10 jam setelah pemaparan. Walaupun dosis
dehidrogenase sejak tahun 1940-an. Dengan letal dari ethylene glycol yang dilaporkan
memberikan infus etanol secara intravena dan adalah 1,4-1,5 ml/kg BB, kasus kematian
dengan mempertahankan konsentrasinya pada pernah dilaporkan pada dosis yang lebih
kadar 100-150 mg/dl, ethylene glycol dan rendah dan pernah dilaporkan juga pasien dapat
metanol tidak beraksi menjadi racun metabolik bertahan pada kadar serum yang lebih besar.
melainkan akan diekskresikan oleh tubuh Beratnya asidosis metabolik dan kadar glikolat
(Zimmerman, 1999). Dosis loading yang dalam darah merupakan tanda prognostik
direkomendasikan untuk anak-anak dan dewasa penting. Pasien dengan serum HCO3- < 5
adalah 750 mg/kg BB diberikan melalui mEq/L, pH darah 7,1 atau kadar glikolat serum
intravena dalam 30 menit. Infus rumatan > 8-10 mmol/L lebih berisiko mengalami gagal
dilanjutkan pada dosis 100-150 mg/kg BB/jam. ginjal akut atau kematian (Kraut, 2008).
Saat pasien mendapatkan lanjutan etanol Keracunan metanol dan ethylene glycol
intravena, kadar etanol darah harus sering terjadi apabila kadar zat tersebut mencapai 446
dipantau untuk mempertahankan rentang mg/dl atau 71,9 mmol/L dan level pH arteri <
teraputiknya berkisar antara 100-150 mg/dl. 7,16 (Brent, 2009). Gejala-gejala keracunan
Efek samping dari terapi ini dapat metanol biasanya muncul setelah 12-24 jam
menyebabkan intoksikasi etanol yang disertai karena proses transformasi metanol menjadi
depresi sistem saraf pusat, pusing, mual, formaldehid berjalan sangat lambat. Keracunan
muntah, dan risiko aspirasi. Pasien pediatrik metanol awalnya dilaporkan dengan adanya
menunjukkan kepekaan yang lebih tinggi keluhan nyeri kepala, pandangan kabur, dan
terhadap efek samping tersebut (Zhang, 2012). pusing yang berhubungan dengan mual dan
Pemberian etanol sering dilakukan muntah. Gangguan penglihatan adalah gejala
bersamaan dengan hemodialisis. Dialisis yang paling sering dirasakan setelah ingesti,
diberikan apabila kadar ethylene glycol lebih dapat berupa pandangan kabur hingga kebutaan
besar dari 50 mg/dl. Hemodialisis memberikan total. Laporan lain menyatakan tanda-tanda
perbaikan yang signifikan pada pasien dengan keracunan metanol pada mata didukung dengan
gagal ginjal, asidosis metabolik berat, dan adanya temuan dilatasi pupil, papilledema, dan
gangguan keseimbangan elektrolit meskipun hiperemia pada mata (Johnsons, 1999).
pasien tersebut telah mendapatkan intervensi Protokol penatalaksanaan terdiri dari
medis dan farmakologi. Dialisis biasanya pemberian fomepizole, disertai dengan infuse
dilanjutkan sampai kondisi asidosis telah glukosa intravena, elektrolit, dan cairan, sesuai
membaik disertai selisih kadar anion dan kebutuhan klinis pasien. Semua pasien
osmolaritas serum kembali ke kadar diberikan suplementasi folat. Status oksigenasi
normalnya. Untuk mencapai hal ini, diperlukan dipertahankan pada saturasi diatas 90%.
tata laksana multipel. Etanol dan fomepizole Fomepizole diberikan secara intravena pada
dapat dibersihkan dengan mudah melalui dosis loading 15 mg/kgBB, dilanjutkan dengan
proses dialisis, sehingga pemberian preparat dosis bolus 10 mg/kgBB setiap 12 jam. Setelah
tersebut melalui intravena perlu ditingkatkan 48 jam, dosis bolus ditingkatkan 15 mg/KgBB,
selama hemodialisis (Buller, 2013). diberikan setiap 12 jam untuk mempercepat
Prognosis dari intoksikasi metanol induksi metabolisme fomepizole (Brent, 2001).
biasanya buruk, ditandai dengan mortalitas Indikasi pemberian fomepizole atau etanol
yang tinggi apabila intoksikasi tidak diobati untuk menghambat metabolisme dari American
atau pengobatan dimulai setelah gejala Academy Cilinical Toxicology Practice (2002)
keracunan muncul. Keseluruhan mortalitas, diuraikan sebagai berikut:
bervariasi antara 8-36% pada 400 pasien dalam 1. Konsentrasi metanol dalam plasma > 20
3 studi. Tetapi menunjukkan peningkatan 50- mg/dl
80% apabila konsentrasi serum bikarbonat < 10
mEq/L dan/atau pH darah < 7,1 saat terapi 2. Riwayat ingesti zat toksik metanol dan
dimulai. Mortalitas dari intoksikasi ethylene osmolar gap > 10 mOsm/kg
glycol bervariasi, berkisar antara 1-22%. 3. Riwayat kecurigaan keracunan metanol
Mortalitas tinggi dijumpai pada pasien dengan dengan kriteria sebagai berikut:

Journal of Nursing Care & Biomolecular Vol 1 No 1 Tahun 2016 - 4


a. pH arteri < 7,3 9. Jika alkohol mengenai mata korban perlu
b. Bikarbonat serum < 20 mmol/L dilakukan irigasi mata yaitu secara
c. Osmolar gap > 10 mOsm/kg perlahan, bukalah kelopak mata yang
Pertolongan pertama keracunan akibat terkena dan cuci dengan sejumlah air
minuman beralkohol adalah dengan menjaga bersih dingin atau larutan NaCl 0,9%
jalan napas karena adanya risiko terjadinya diguyur perlahan selama 15-20 menit
aspirasi ke dalam paru-paru yang dapat atau sekurangnya 1 liter untuk setiap
berakibat fatal. Gejala keracunan alkohol yang mata. Hindarkan bekas air cucian
sering muncul adalah dehidrasi. Pertolongan mengenai wajah atau mata lainnya. Jika
pertama yang dapat dilakukan yaitu masih belum yakin bersih, cuci kembali
penanganan dehidrasi yang dialami oleh selama 10 menit. Jangan menggosok
korban. Jika korban sadar dapat dilihat dan mata karena dapat mengakibatkan iritasi
ditanyakan apakah korban mengalami pada kornea dan konjungtiva (SIKer,
dehidrasi, disarankan untuk memberikan 2001).
banyak minum untuk mengganti cairan tubuh Antidot untuk keracunan metanol dapat
yang hilang. Sedangkan jika korban tidak sadar menggunakan etanol atau fomepizole. Kedua
segera bawa ke rumah sakit untuk mendapat bahan ini dapat menghambat pembentukan
pengobatan (Varon, 2010). Penanganan enzim alkohol dehidrogenase, sehingga
keracunan miras oplosan dilakukan oleh mengurangi konversi metabolisme metanol
petugas medis secara suportif dan simtomatik, menjadi metabolit toksik (asam), sedangkan
yaitu: asam folinat (folinic acid) harus diberikan
1. Penatalaksanaan jalan napas, yaitu dalam hubungannyan dengan pemberian etanol
membebaskan jalan napas untuk atau fomepizole untuk membantu
menjamin pertukaran udara. meningkatkan pembentukan metabolit non
2. Penatalaksanaan fungsi pernapasan toksik. Thiamin (vitamin B1) juga dapat
untuk memperbaiki fungsi ventilasi diberikan sebagai tambahan terapi pada
dengan cara memberikan pernapasan keracunan metanol untuk pasien yang
buatan untuk menjamin cukupnya berpotensi kekurangan vitamin. Thiamin
kebutuhan oksigen dan pengeluaran (vitamin B1) bertindak sebagai kofaktor dalam
karbon dioksida. pembentukan metabolit beracun dari metanol
3. Penatalaksaan sirkulasi, bertujuan (Beatty, 2013).
mengembalikan fungsi sirkulasi darah. Berikut ini digambarkan penatalaksanaan
4. Jika terjadi mual dan muntah dapat keracunan metanol dan ethylene glycol pada
diberikan antiemetik (antimuntah). setting pelayanan ruang intensif (Green, 2007).
5. Jika korban mengalami ketoasidosis Addolorato (2002) menguraikan
alkohol dapat diberikan Dextrose 5% penatalaksanaan umum pada pasien intoksikasi
dalam NaCl 0,9%, vitamin B1 dan alkohol akut sebagai berikut:
vitamin lainnya serta pengganti Kalium 1. Pasien agresif. Pasien harus
apabila diperlukan. ditenangkan dan mengoreksi
6. Jika korban menunjukkan asidosis berat persepsinya terhadap realitas.
atau kejang dapat diberikan Natrium Dapat diberikan sedatif
Bikarbonat dan Benzodiazepin. (misalnya Diazepam IV 10-20
7. Asidosis metabolik ditandai dengan mg atau Droperidol IV 5 mg)
napas cepat dan dalam (hiperventilasi). untuk melindungi pasien dari
Untuk melihat ada atau tidaknya metanol bahaya trauma. Tetapi
dalam miras oplosan dapat dilakukan pemberian ini harus dilakukan
pemeriksaan laboratorium terhadap dengan hati-hati karena dapat
osmolaritas (anion gap) atau kepekatan menyebabkan progresi dari
darah dalam tubuh. intoksikasi alkohol akut
8. Dekontaminasi gastrointestinal dapat menjadi lebih berat seperti
dilakukan melalui aspirasi nasogastrik berubahnya derajat kesadaran,
apabila ingesti terjadi dalam rentang 30 hipotensi dan depresi napas.
menit.

Journal of Nursing Care & Biomolecular Vol 1 No 1 Tahun 2016 - 5


1. D
e
p
r
e
s
i

p
e
r
n
a
p
a
s
a
n

m
e
m
e
r
l
u
k
a
n
intervensi segera oleh ahli toksikologi klinis sebaga pengobatan
seperti pemasangan garis pertama (Zhang et al, 2012).
intubasi dan ventilator Cline et al (2012) menyatakan bahwa
mekanik. penatalaksanaan intoksikasi metanol didasarkan
2. Koma alkoholik. Monitor ketat pada hambatan metabolik dan pembuangan sisa
depresi pernapasan, metabolisme dari tubuh. Fomepizole dan etanol
hipoksia, aritmia memiliki afinitas yang lebih besar untuk
jantung, hipotensi. mengikat alkohol dehidrogenase daripada
Koreksi gangguan metanol dan ethylene glycol. Tindakan darurat
metabolik, cairan dan yang dilakukan tidak dapat dengan cara
elektrolit. Berikan merangsang muntah ataupun dengan pemberian
suplementasi folat dan norit (activated charcoal ), karena metode ini
antidotum. tidak efektif terhadap keracunan metanol. Cara
yang tepat adalah dengan memberikan antidote
Penggunaan fomepizole telah disetujui yaitu diberikan etanol atau fomepizole. Cara
oleh Food and Drug Administration (FDA) kerja kedua zat ini adalah dengan menghambat
Amerika Serikat sebagai penatalaksanaan kerja enzim pengurai metanol (competitive
keracunan metanol pada tahun 2000 dan inhibition) sehingga metanol tidak sempat
direkomendasikan oleh Academy of Clinical terurai dan akan dikeluarkan melalui ginjal
Toxicology (AACT) dan European Association dalam bentuk utuhnya. Etanol berkadar 5 -10 %
of Poisons Centres and Clinical Toxicologists bisa diberikan dalam cairan infus dextrose
(EAPCCT). Sedangkan penggunaan etanol 5% atau bisa juga diminumkan kepada pasien
yang merupakan antidote tradisional untuk berupa whisky, vodka, atau gin. Tentu saja
keracunan metanol tidak mendapatkan jumlah yang diteguk dalam pengawasan dokter.
persetujuan oleh FDA dan tidak lagi disarankan Antidot yang lain yaitu fomepizole memang
lebih efektif, namun harganya sangat mahal.

Journal of Nursing Care & Biomolecular Vol 1 No 1 Tahun 2016 - 6


Untuk penanganan pasien keracunan metanol $3804. Peningkatan biaya ini berhubungan
dengan fomepizole ini pasien akan dengan penggunaan fomepizole yang kebih
mengeluarkan biaya sekitar 3.500 dollar AS. banyak sehubungan dengan masa rawat inap
Keuntungan penanganan pemberian antidot yang lama.
dengan etanol ini adalah mudah didapat,
karena cairan ini memang selalu ada di rumah
sakit (Lepik, 2009).
Selain dengan menggunakan fomepizole KESIMPULAN
dan etanol, keracunan metanol dan ethylene Pemberian pendidikan kesehatan dapat
glycol juga dapat menggunakan kombinasi memperbaiki perilaku siswa dalam jajan
hemodialisis utamanya pada pasien dengan sembarangan. Perubahan perilaku meliputi
asidosis metabolik berat dan cedera ginjal akut perubahan pada pengetahuan, sikap dan praktik
(Acute Kidney Injury-AKI). Hemodialisis tentang jajan sembarangan pada siswa.
bekerja dengan cara mengeluarkan glikolat dan Pendidikan kesehatan difokuskan pada ketiga
metanol dari dalam sirkulasi secara efektif dan komponen ini karena perubahan perilaku yang
mengoreksi asidosis. Glikolat adalah racun dilandasi pengetahuan dan kesadaran akan
metabolik utama dan akan menghasilkan bersifat lebih langgeng daripada yang tidak.
HAGMA. Pedoman hemodialisis untuk pasien
intoksikasi metanol dan ethylene glycol REFERENSI
direkomendasikan jika konsentrasi ethylene Ardiantofani, C. 2013. Jajanan Sekolah
glycol >50 mg/dL, adanya status asidosis Mengandung Bahan Berbahaya.
metabolik berat, dan gagal ginjal. Adanya http://surabayanews.co.id/2014/07/27/33
hiperosmolaritas serum yang menetap dan 21/jajanan-sekolah-mengandung-bahan-
kadar asam glikolat lebih dari 10mmol/L juga berbahaya.html. Sitasi 14 Januari 2013.
merupakan indikasi pelaksanaan hemodialisis. Borba, M. Sepuluh Terbukti Prinsip yang Akan
Hemodialisis dilakukan dengan dialisat Mengubah Perilaku Buruk. 2013.
bikarbonat hingga kadar alkohol < 20 mg/dL. www.galtimeparenting.com. Sitasi 18
Jika konsentrasi puncak alkohol dalam darah Pebruari 2013.
mencapai > 20 mg/dL, maka masih potensial BPOM RI. 2009. Sistem Keamanan Pangan
meracuni tubuh sehingga perlu adanya Terpadu Pangan Jajanan Anak Sekolah.
pemantauan secara ketat. Jurnal Food Watch. Vol 1.
Vasavada (2003) dalam Buller (2012) Guntoro, H. 2010. Tiga puluh % Jajanan
melakukan uji perbandingan farmakokinetik Mengandung Bahan Berbahaya http :
dari fomepizole dengan dan tanpa prosedur //sinarharapan.co.id. Sitasi 04 Maret
hemodialisis. Hasil menunjukkan bahwa waktu 2013.
paruh ethylene glycol dalam darah mencapai Kompasiana. 2013. Jajanan Berbahaya di
15,3 jam pada pemberian fomepizole tanpa Sekolah : BPOM Jangan Hanya Bisa
hemodialisis dan 3,15 jam dengan hemodialisis. Berwacana.
Data ini didapatkan dari pasien yang http://kesehatan.kompasiana.com/medis/
sebelumnya memiliki fungsi ginjal yang 2013/10/07/jajanan-berbahaya-di-
normal. Pada pasien intoksikasi ethylene glycol sekolah-bpom-jangan-hanya-bisa-
yang hanya diberikan hemodialisis, klirens berwacana-598410.html. Sitasi 14
mencapai 200-250 mL/menit pada laju aliran Januari 2013.
darah 250 mL/menit. Perkiraan biaya rawat Lewis, B. 2000. Create Contract, Classroom
inap pada pasien dengan fungsi ginjal normal Management.
dan kadar ethylene glycol awal dalam darah www.k6educators.about.com. Sitasi 13
284 mg/dL, pH arteri normal, dan status Maret 2013.
hemodinamik stabil menunjukkan pemberian Machfoedz, I. 2007. Pendidikan Kesehatan
fomepizole saja akan lebih mahal bila Bagian dari Promosi Kesehatan.
dibandingkan dengan penggunaan fomepizole Yogyakarta: Fitramaya.
dan hemodialisis. Masa rawat inap pada pasien Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan &
dengan fomepizole mencapai 72 jam dengan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
perkiraan biaya $5897, dan pada pasien dengan Sari, I.P. 2010. Perilaku Jajan Sembarang,
pemberian fomepizole dan hemodialisis selama Sumatera: Universitas Sumatera Utara.
8 jam mencapai 24 jam dengan perkiraan biaya

Journal of Nursing Care & Biomolecular Vol 1 No 1 Tahun 2016 - 7


Jurnal Universitas Sumatera Utara. Vol.4 WHO. 2005. Penyakit Bawaan Makanan :
: 8-16. Suatu Permasalahan Kesehatah dan
Suliha U, Herawani, Sumiati Y dan Resnayati. Ekonomi Global.
2007. Pendidikan Kesehatan Dalam whqlibdoc.who.int/publications/2005/979
Keperawatan. Jakarta: EGC. 4487074. Sitasi 04 Maret 2013.
Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan.
Jakarta : ECG.

Journal of Nursing Care & Biomolecular Vol 1 No 1 Tahun 2016 - 8

You might also like