Professional Documents
Culture Documents
OLEH KELOMPOK 4
A. LATAR BELAKANG
Atresia ani atau anus imperforata disebut sebagai malformasi anorektal, adalah suatu
kelainan kongenital tanpa anus atau dengan anus tidak sempurna, termasuk Agenesis ani,
Agenesis rekti dan Atresia rekti. Insiden 1 : 5000 kelahiran yang dapat muncul sebagai
penyakit tersering yang merupakan syndrom VACTRERL (Vertebra, anal, cardial,
esophageal, renal, limb).
Dalam asuhan neonatus tidak sedikit dijumpai adanya kelainan cacat kongenital pada
anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan feces karena terjadi
gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan. Walaupun kelainan lubang anus
akan mudah terbukti saat lahir, tetapi kelainan bisa terlewatkan bila tidak ada pemeriksaan
yang cermat atau pemeriksaan perineum. Kelainan kongenital pada anus ini biasanya
disebabkan karena putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, kegagalan
pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu /3 bulan, dan adanya gangguan
atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus
urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa
lubang dubur.
Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan.
Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embroilogik didaerah usus, rectum
bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai
keenam usia kehamilan.
Rektum berupa kelainan letak tengah di daerah anus seharusnya terbentuk secara
lazim terdapat lekukan anus (analdimple) yang cukup dalam. Namun, pada kelainan
yang jarang ditemukan ini sering terdapat fistula rektouretra yang menghubungkan
rektum yang buntu dengan uretra pars bulbaris.
Kelainan letak tinggi Kelainan ini lebih banyak ditemukan pada bayi laki-laki,
sebaliknya kelinan letak redah sering ditemukan pada bayi perempuan. Pada
perempuan dapat ditemukan fistula -and kutaneus, fistula rektoperinium dan fistula
rekto vagina. Sedangkan pada laki-laki dapat ditemukan dua bentuk fistula yaitu
fistula ektourinaria dan fistula rektoperineum. Fistula ini menghubungkan rektum
dengan kandung kemih pada daerah trigonum vesika. Fistula tidak dapat dilalui jika
mekonium jika berukuran sangat kecil, sedangkan fistula dapat mengeluarkan
mekonium dalam rektum yang buntu jika berukuran cukup besar. Oleh karena itu,
dapat terjadi kelainan bentuk anorektum disertai fistula. Kelainan bawaan anus juga
dapat disebabkan gangguan pertumbuhan dan fusi. Gangguan pemisahan kloaka
menjadi rektum dan sinus urogenital. (Mansjoer A, 2000).
Sebagai profesi keperawatan, peran perawat dalam menangani kasus gagal ginjalakut
harus secara konfrehensif untuk mencegah komplikasi yang lebih lanjut yang dapat dilakukan
berdasarkan standar praktek keperawatan diantaranya menganjurkan posisi tidur pasien tirah
baring, pemasangan kateterisasi (apabila dianjurkan), memberikan nutrisi peroral ataupun
parenteral dengan kriteria menyiapkan lingkungan. (Hidayat Alimul, 2009: 21-27).
Bila tidak ditangani dengan baik maka dapat menimbul komplikasi yang
mambahayakan pada bayi, komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara
lain: Asidosishiperkioremia, Infeksisalurankemih yang bias berkepanjangan, Kerusakan
uretra (akibat prosedur bedah). Komplikasi jangka panjang seperti Eversimukosa anal,
Stenosis (akibat kontriksi jaringan perut di anastomosis), Masalah atau kelambatan yang
berhubungan dengan toilet training, Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi),
Prolaps mukosa anorektal, Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dan
infeksi). (Caroline, E.J.2002).
Insidensi rata-rata sekitar 1 setiap 2500 hingga 3000 kelahiran hidup. Insidensi Atresia
Ani di Amerika Serikat 1 kasus setiap 3000 kelahiran hidup. Di dunia, insidensibervariasidari
0,4 3,6 per 10.000 kelahiranhidup. Insidensitertinggiterdapat di Finlandiayaitu 1
kasusdalam 2500 kelahiranhidup.Kejadian di AmerikaSerikat 600 anak lahir dengan atresia
ani. Data yang didapatkan kejadian atresia ani timbul dengan perbandingan 1 dari 5000
kelahiran. (Ranjan L. Fernando, 2001).
Angka kejadian kasus di Indonesia sekitar 90%.didapatkan data kasus atresia ani di
Jawa Tengah, khususnya di Semarang yaitu sekitar 50% dalam kurun waktu tahun 2007-
2009, di RS Dr. Kariadi Semarang terdapat 20% pasien dengan kasus atresia ani, Menyikapi
kasus yang demikian serius akibat dari komplikasi penyakit atresia ani, maka penulis
mengangkat kasus atresia ani untuk lebih memahami perawatan pada pasien dengan atresia
ani. (WHO, 2001).
Di indonesia atresia ani merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar.
Dari berbagai penelitian yang ada frekuensi penderita atresia ani berkisar antara 5-25%.
Penelitian dari berbagai daerah di indonesia menunjukkan angka yang sangat bervariasi
tergantung pada tingkat atresia ani di tiap-tiap daerah. ( soemoharjo, 2008).
Dan menurut data, ibu-ibu yang hamil dan yang baru menikah banyak di sekitar
wilayah Puskesmas Nanggalo Padang serta Puskesmas Nanggalo Padang juga dekat dengan
Kamous kami, untuk itu kami ingin melakukan penyuluhan tentang pencegahan atresia ani di
tempat tersebut.
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang pencegahan atresia ani pada ibu-ibu yang
sedang hamil ataupun pasangan usia subur mengetahui bagaimana cara untuk
menanggulangi atresia ani tersebut.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan audience dapat mengetahui dan
memahami tentang :
a. Pengertian atresia ani
b. Penyebab atresia ani
c. Tanda dan gejala atresia ani
d. Dampak atresia ani
e. Pencegahan atresia ani
C. PELAKSANAAN KEGIATAN
a. Sasaran
Ibu hamil, dan pasangan usia subur di sekitar Puskesmas Nanggalo Padang
b. Metoda
Ceramah
Diskusi dan Tanya jawab
c. Media
Microfon
LCD
Leaflet
Laptop
4. Fasilitator :
- Nofvilsa Efrida
- Rahma zuldianita
- Nova susilawati
- Puttri lawitra
f. Setting Tempat
: Moderator : Observer
: Presenter : Peserta
: Fasilitator
D. KEGIATAN PENYULUHAN
Menutup dan
mengucapkan salam
E. EVALUASI
1. Evaluasi struktur
Penyuluhan dan peserta dapat hadir sesuai dengan rencana
Diharapkan pengaturan alat dan tempat sesuai dengan perencanaan
Diharapkan waktu sesuai dengan perencanaan
Diharapkan tempat dan alat yang digunakan sesuai perencanaan.
2. Evaluasi proses
Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
Peserta berperan aktif dalam jalannya penyuluhan
3. Evaluasi hasil
70 % audience yang hadir mampu menyebutkan pengertian atresia ani
70 % audience yang hadir mampu menyebutkan penyebab atresia ani
70 % audience yang hadir mampu menyebutkan tanda tanda atresia ani
70 % audience yang hadir mampu menyebutkan dampak atresia ani
70 % audience yang hadir mampu menyebutkan pencegahan atresia ani
F. Materi : lampiran
MATERI
ATRESIA ANI
- Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir
tanpa lubang dubur.
- Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan
- Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus,
rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu
keempat sampai keenam usia kehamilan.
- Rektum berupa kelainan letak tengah di daerah anus seharusnya terbentuk secara
lazim terdapat lekukan anus (analdimple) yang cukup dalam. Namun, kelainan
yang jarang ditemukan ini sering terdapat fistula rektouretra yang
menghubungkan rektum yang buntu dengan uretra pars bulbaris.
- Kelainan letak tinggi Kelainan ini lebih banyak ditemukan pada bayi laki-laki,
sebaliknya kelinan letak redah sering ditemukan pada bayi perempuan. Pada
perempuan dapat ditemukan fistula -and kutaneus, fistula rektoperinium dan
fistula rektovagina. Sedangkan pada laki-laki dapat ditemukan dua bentuk fistula
yaitu fistula ektourinaria dan fistula rektoperineum. Fistula ini menghubungkan
rektum dengan kandung kemih pada daerah trigonum vesika. Fistula tidak dapat
dilalui jika mekonoium jika brukuran sangat kecil, sedangkan fistula dapat
mengeluarkan mekonium dalam rektum yang buntu jika berukuran cukup besar.
Oleh karena itu, dapat terjadi kelainan bentuk anorektum disertai fistula. Kelainan
bawaan anus juga dapat disebabkan gangguan pertumbuhan dan fusi. Gangguan
pemisahan kloaka menjadi rektum dan sinus urogenital. (Mansjoer, A.2002.)
1. Upaya pencegahan primer dilakukan untuk mencegah ibu hamil agar tidak
mengalami kelahiran bayi dengan kelainan kongenital, yaitu dengan :
a. Tidak melahirkan pada usia ibu risiko tinggi, seperti usia lebih dari 35 tahun agar
tidak berisiko melahirkan bayi dengan kelainan kongenital.
b. Mengonsumsi asam folat yang cukup bila akan hamil. Kekurangan asam folat pada
seorang wanita harus dikoreksi terlebih dahulu sebelum wanita tersebut
hamil, karena kelainan seperti spina bifida terjadi sangat dini. Maka kepada wanita
yang hamil agar rajin memeriksakan kehamilannya pada trimester pertama dan
dianjurkan kepada wanita yang berencana hamil untuk mengonsumsi asam folat
sebanyak 400mcg/hari. Kebutuhan asam folat pada wanita hamil adalah 1 mg/hari.
Asam folat banyak terdapat dalam sayuran hijau daun, seperti bayam, brokoli, buah
alpukat, pisang, jeruk, berry, telur, ragi, serta aneka makanan lain yang diperkaya
asam folat seperti nasi, pasta, kedelai, sereal.
b. Pengobatan
Pada umumnya penanganan kelainan kongenital pada suatu organ tubuh umumnya
memerlukan tindakan bedah. Beberapa contoh kelainan kongenital yang memerlukan
tindakan bedah adalah hernia, celah bibir dan langit-langit, atresia ani, spina bifida,
hidrosefalus, dan lainnya. Pada kasus hidrosefalus, tindakan non bedah yang dilakukan
adalah dengan pemberian obat-obatan yang dapat mengurangi produksi cairan serebrospinal.
Penanganan PJB dapat dilakukan dengan tindakan bedah atau obat-obatan, bergantung pada
jenis, berat, dan derajat kelainan.
3. Pencegahan Tersier
Upaya pencegahan tersier dilakukan untuk mengurangi komplikasi penting pada
pengobatan dan rehabilitasi, membuat penderita cocok dengan situasi yang tak dapat
disembuhkan. Pada kejadian kelainan kongenital pencegahan tersier bergantung pada
jenis kelainan. Misalnya pada penderita sindrom down, pada saat bayi baru lahir
apabila diketahui adanya kelemahan otot, bisa dilakukan latihan otot yang akan
membantu mempercepat kemajuan pertumbuhan dan perkembangan anak. Bayi ini
nantinya bisa dilatih dan dididik menjadi manusia yang mandiri untuk bisa melakukan
semua keperluan pribadinya.
Banyak orang tua yang syok dan bingung pada saat mengetahui bayinya lahir dengan
kelainan. Memiliki bayi yang baru lahir dengan kelainan adalah masa-masa yang
sangat sulit bagi para orang tua. Selain stres, orang tua harus menyesuaikan dirinya
dengan cara-cara khusus. Untuk membantu orang tua mengatasi masalah tersebut,
maka diperlukan suatu tim tenaga kesehatan yang dapat mengevaluasi dan melakukan
penatalaksanaan rencana perawatan bayi dan anak sesuai dengan kelainannya.
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily L. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri E/3. Jakarta : EGC
Hidayat, A. Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika
Hidayat, A. Alimul. 2011. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta : Salemba Medika
Kristiyanasari, Weni. 2011. Asuhan Keperawatan Neonatus Dan Anak. Yogyakarta : Nuha
Medika
Royyan, Abdullah. 2012. Asuhan Keperawatan Klien Anak. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Atresia ani.pdf, diakses tanggal 16 Maret 2016