Professional Documents
Culture Documents
Sesuai dengan kompetensinya, dokter gigi harus mampu memberikan pelayanan terhadap penyakit gigi dan mulut yaitu:
1. A69 Infeksi spiroketal lainnya A69.1 Infeksi Vincent lainnya A69.10 Gingivitis ulseratif 1. ANUG
Other spirochaetal infection Other Vincent's nekrotikan akut
infection Necrotizing ulcerative
(acute) gingivitis
2. B00 Infeksi virus herpes (herpes B00.1 Dermatitis virus B00.11 Herpes simplex labialis 2. Recurrent herpes labialis
simplex) herpes vesikular
Herpesviral (herpes simplex) Herpesviral vesicular
infection dermatitis
3. B00.2 Gingivostomatitis dan B00.2X Gingivostomatitis virus 3. Primary Herpetic
faringotonsilitis virus herpes Gingivostomatitis
4. herpes Herpesviral 4. Recurrent Intra Oral
Herpesviral gingivostomatitis Herpes /Stomatitis
gingivostomatitis and Herpetika
pharyngotonsilitis
5. B08 Infeksi virus dengan lesi pada B08.4 Stomatitis vesikular Hand, foot, mouth 5. Hand, foot and mouth
kulit dan selaput lendir, lainnya enterovirus dengan disease disease (flu Singapura)
Other viral infection characterized ruam
by skin and mucous membrane Enteroviral vesicular
lesions, not elsewhere classified stomatitis with
exanthem
6. B26 Gondong B26.9 Gondong tanpa B26.9X Manifestasi di mulut 6 Mumps (gondongan)
Mumps (Parotitis Epidemika) komplikasi Oral manifestation
NO. ICD DA 3rd EDITION/ICD Version for 2010/ICD 10 CM 2013 PPK
caries
18. K03 Penyakit jaringan keras gigi K03.0 Atrisi gigi berlebihan 15 Atrisi, Abrasi, Erosi
lainnya Other disease of Excessive attrition of
hard tissues of teeth teeth
19. K03.1 Abrasi gigi
Abrasion of teeth
20. K03.2 Erosi gigi
Erosion of teeth
21. K03.6 Endapan (akresi) pada 16 Oral Hygiene Buruk
gigi Deposits
(accretions) on teeth
22. K03.7 Perubahan warna pada 17 Perubahan Warna
jaringan keras gigi Mahkota Eksterna
pasca erupsi
Posteruptive color
changes of dental hard
tissues
23. K03.8 Penyakit jaringan K03.80 Sensitive dentin 18 Dentin hipersensitif
keras gigi, lainnya ydt
Other specified
diseases of hard
tissues of teeth
24. K04 Penyakit jaringan pulpa dan K04.0 Pulpitis K04.00 Awal (hiperemi) 19 Hyperemia Pulpa Gigi
periapikal Initial (hyperaemia) Tetap Muda
25. Diseases of pulp and periapical K04.01 Acute 20 Iritasi Pulpa Gigi Tetap
tissues Muda
26. Irreversible pulpitis 21 Pulpitis irreversibel (Akar
tunggal, akar jamak yang
NO. ICD DA 3rd EDITION/ICD Version for 2010/ICD 10 CM 2013 PPK
34. K07 Anomali dentofasial K07.2 Anomali hubungan K07.20 Distoklusi 28 Maloklusi Klas I
Dentofacial anomalies antar lengkung gigi Disto-occlusion
Anomalies of dental
arch relationship
35. K07.21 Mesioklusi
Mesio-occlusion
36. K07.22 Jarak gigit berlebih
(tumpang gigit
horizontal)
overjetExcessive overjet
(horizontal overbite)
37. K07.23 Tumpang gigit berlebih
(tumpang gigit vertikal)
overbite Excessive
overbite (vertical
overbite)
38. K07.25 Gigitan terbuka
Openbite
39. K07.26 Gigitan bersilang depan,
belakang
Crossbite (anterior,
posterior
)
40. K07.27 Oklusi lingual gigi
posterior rahang bawah
Posterior lingual
occlusion of mandibular
teeth
41. K07.3 Anomali letak gigi 29 Anomali letak gigi karena
Anomalies of tooth kehilangan prematur gigi
NO. ICD DA 3rd EDITION/ICD Version for 2010/ICD 10 CM 2013 PPK
position sulung
disease
4. ICD 10
Terlampir sebelumnya
Peyebab
Pada suatu penelitian Jankowska, et al yang dilakukan pada 24 pasien, dimana 16
diantaranya menderita abses leher dan 8 lainnya menderita phlegmon pada leher.
Didapatkan hasil yaitu 59% disebabkan oleh adanya infeksi pada gigi dan 29% pada
penderita pharyngotonsilitis. Kultur bakteri positif pada semua kasus. Penyebaran
infeksi pada phlegmon juga didasari oleh adanya defisiensi imunologi.
Gejala-gejala
Gejala dari Ludwig`s angina yaitu: sakit dan bengkak pada leher, leher menjadi
merah, demam, lemah, lesu, mudah capek, bingung dan perubahan mental, dan
kesulitan bernapas (gejala ini menunjukkan adanya suatu keadaan darurat) yaitu
obstruksi jalan nafas. Pasien Ludwig`s angina akan mengeluh bengkak yang jelas dan
lunak pada anterior leher, jika dipalpasi tidak terdapat fluktuasi dan pasien akan
merasa sangat nyeri.
Pemeriksaan penunjang
CT-Scan pada regio cervical dapat mendukung diagnosis phlegmon. Pemeriksaan
Ultrasound pada leher cukup untuk mendirikan diagnosis yang tepat pada
submandibular space abcess dan ludwigs angina. Selain dari pemerikasaan klinis,
pemeriksaan radiology yang akurat dan evaluasi mikrobiologi yang essensial, dapat
menentukan penyebab yang potensial dari proses inflamasi yang ada dan dapat
memberikan terapi farmakologi yang tepat pula.
Komplikasi
Pada pasien dengan infeksi cervicofacial yang tidak menrima perawatan yang sesuai
dengan situasi dan perkembangan klinisnya, Komplikasi dapat timbul jika perawatan
yang dilakukan memakan waktu yang lama dan perkembangan yang mematikan tidak
dapat acuhkan. Komplikasi paling serius dari Ludwig`s angina adalah adanya
penekanan/kolaps jalan nafas akibat pembengkakan yang berlangsung hebat.
Penatalaksanaan / Terapi
Setelah mendapat riwayat kesehatan gigi, terutama bila pernah terjadi infeksi gigi, dan
telah melaksanakan pemeriksaan fisik, hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah
memeriksa permeabilitas jalan napas lalu dilanjutkan dengan mengecek akan adanya
abses. Jika telah terbentuk abses, direkomendasikan untuk dilakukan terapi
pembedahan (abscess drainage). Namun bila belum terbentuk abscess, kita dapat
memilihterapi konservatif, yaitu dengan pemberian antibiotic IV dan tetap
mempertimbangkan kemungkinan operasi tergantung pada perkembangan penderita
48-72 jam ke depan. Selain itu, pada kasus ini, kita tidak boleh lupa tentang adanya
kemungkinan terjadinya kolaps jalan napas, yang jika terjadi harus dipertimbangkan
kemungkinan untuk melakukan trakeostomi.
Jika telah terjadi kolaps jalan napas, diperlukan tindakan bedah segera dengan
trakeostomi sebagai jalan nafas buatan. Kemudian jika saluran nafas telah ditangani
dapat diberikan antibiotik dan dilakukan incisi pada pus untuk mengurangi tekanan.
Perlu dilakukan perawatan gigi pada gigi penyebab infeksi (sumber infeksi) baik
perawatan endodontic maupun periodontic.
Antibiotika [contents]
Amoxicillin Larotid, Amoxil Approved B L1
Aztreonam Azactam Approved B L2
Cefadroxil Ultracef, Duricef Approved B L1
Cefazolin Ancef, Kefzol Approved B L1
Cefotaxime Claforan Approved B L2
Cefoxitin Mefoxin Approved B L1
Cefprozil Cefzil Approved C L1
Ceftazidime,
Ceftazidime Approved B L1
Fortaz, Taxidime
Ceftriaxone Rocephin Approved B L2
Ciprofloxacin [more] Cipro Approved C L3
Clindamycin Cleocin Approved B L3
E-Mycin, Ery- L1
Erythromycin tab, ERYC, Approved B L3 early
Ilosone postnatal
Fleroxacin Approved NR
Gantrisin, Azo-
Sulfisoxazole Approved C L2
Gantrisin
Achromycin,
Tetracycline Sumycin, Approved D L2
Terramycin
Ticarcillin, Ticar,
Ticarcillin Approved B L1
Timentin
Proloprim,
Trimethoprim/sulfamethoxazole Approved C L3
Trimpex
Akan kami sebutkan obat-obat antibiotik yang YANG PERLU PERHATIAN KHUSUS
atau TIDAK BOLEH DIMINUM UNTUK IBU HAMIL dan MENYUSUI :
Golongan Aminoglikosida (biasanya dalam turunan garam sulfate-nya), seperti amikacin
sulfate, tobramycin sulfate, dibekacin sulfate, gentamycin sulfate, kanamycin sulfate, dan
netilmicin sulfate.
4. Golongan Penicillin, seperti : amoxicillin, turunan tridydrate dan turunan garam Na-
nya.