You are on page 1of 21

BLOK TROPICAL MEDECINE

Nama : Maulana Taufik


NIM : 060100072
Kelas Tutorial : B_2
Fasilitator : dr. Betty, Sp. PA

Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
2009
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Mengetahui,
sumber dari segala ilmu pengetahuan dan memiliki jangkauan ilmu yang tak terbatas.
Berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan diskusi tutorial ini, disela
padatnya jadwal kuliah yang harus membutuhkan keseriusan penulis untuk terus belajar
terus menimba ilmu. Laporan diskusi tutorial ini dibuat sebagai pemenuhan tugas pada
blok Tropical Medecine.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dr.Betty, Sp.PA sebagai
fasilitator yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis
mengetahui ruang lingkup bahasan yang harus dikuasai dalam setiap kasus yang
diberikan. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman kelompok belajar
yang telah memberikan bantuan dan motivasinya.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan diskusi tutorial ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran yang positif untuk perbaikan-perbaikan di
kesempatan yang akan datang. Akhirnya, penulis berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat.

Medan, September 2009

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................?
DAFTAR ISI............................................................................................................?
PENDAHULUAN....................................................................................................?
ISI
Nama blok.........................................................................................................?
Fasilitator............................................................................................................?
Data pelaksanaan................................................................................................?
Pemicu ...............................................................................................................?
Tujuan pembelajaran..........................................................................................?
Pertanyaan yang muncul dalam curahan pendapat.............................................?
Jawaban atas pertanyaan....................................................................................?
Ulasan.................................................................................................................?
Kesimpulan.........................................................................................................?
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................?

2
PENDAHULUAN

Malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia yang mempengaruhin angka


kematian pada bayi, anak balita dan ibu hamil serta dapat menurunkan proktivitas kerja.
Lebih dari 300 sampai 500 juta penduduk dunia menderita malaria setiap tahunnya, 90%
diantaranya tinggal di daerah endemis afrika. Sebanyak 1,5 sampai 2,7 juta jiwa
meninggal setiap tahunnya terutama padan anak dan wanita hamil.

Di daerah endemi malaria wanita hamil lebih mudah terinfeksi parasit malaria
dibandingkan wanita tidak hamil. Kemudahan infeksi itu terjadi karena kekebalan yang
menurun selama kehamilan, akibatnya dapat terjadi peningkatan Prevalensi densitas
parasit malaria berat.

Infeksi malaria pada kehamilan sangat merugikan baik bagi ibu dan janin yang
dikandungnya, karena dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu maupun janin.
Pada ibu menyebabkan anemi, malaria serebral, edema paru, gagal ginjal bahkan dapat
menyebabkan kematian. Pada janin menyebabkan abortus, persalinan prematur, berat
badan lahir rendah, dan kematian janin.

Tingkat penularan malaria di Indonesia sangat tinggi. Saat ini 396 kabupaten/kota
termasuk daerah endemis malaria. Di Indonesia, menurut Depkes RI jumlah penduduk di
daerah beresiko tertular malaria sekitar 45% dari total jumlah penduduk. Dan di Sulawesi
utara pada tahun 2005 kejadian infeksi malaria cukup tinggi , yaitu 9% dari kasus rawat
inap di rumah sakit. berdasarkan hal tersebut, perlu dipahami bahwa wanita hamil
membutuhkan perhatian ketat bila terjangkit infeksi malaria selama periode kehamilan,
persalinan maupun nifas.

3
BAB 2 ISI

1. Tema blok:
Tropical Medecine

2. Fasilitator:
dr. Betty, Sp. PA

3. Data Pelaksanaan:
Tanggal Tutorial : 30 September 2009 dan 02 Oktober 2009
Pemicu : ke – 4
Pukul : 07.30 s/d 10.00 WIB
Ruang : Ruang Diskusi B- 2

4. Pemicu
Ilham, bai berusia 7 minggu oleh ibunya dibawa ke UGD rumah sakit tempat Anda
sedang bertugas sebagai Triage. Menurut ibunya Ilham mengalami demam selama 6
minggu diikuti dengan kulit yang pucat dan kekuningan. Empat minggu sebelumnya sang
bayi telah dirawat di rumah sakit Binjai dengan keluhan pucat dan memperoleh tranfusi
darah.
Dari pemeriksaan fisik Anda mendapati berat badan bayi saat ini 2400g dan panjang
45cm, demam 39c, napas regular dengan frekuensi 48x/menit, denyut jantung regular
dengan frekuensi 152x/menit, konjungtiva palpebra inferior pucat, sclera ikterik, mukosa
mulut pucat, hati teraba 3 cm bawah arcus costa kanan, limpa teraba schuffer VI, Hackett
III.
Riwayat kelahiran : bayi lahir secara spontan ditolong bidan, kurang bulan dengan usia
gestasi 32 minggu, tidak menangis namun tidak dijumpain biru. Berat badan lahir 2200gr
namun panjang badan tidak diukur.
Riwayat kehamilan : Ibu sang bayi tinggal di logos, sebuah daerah kantong endemis di
propinsi Riau sejak menikah. Pada Usia kehamilan 8 bulan, si ibu mengalami demam
tinggi dan menggigil namun tidak mendapat pengobatan.
Dari pemeriksaan laboratorium dijumpai : hemoglobin 5,6 g/ dl, bilirubin total 8,3 mg/dl,
bilirubin direk: 5,4mg/dl, ALP : 337mg/dl, SGOT : 146mg/dl, SGPT : 99mg/dl.
Dijumpain parasit Plasmodium falciparum (bentuk cincin dan gametosit) dalam
pemeriksaan darah tepi bayi dengan parasetemia 9,8%
Pemeriksaan darah tepi ibu di jumpai bentuk cincin dan gametosit plasmodium
falcifarum dengan parasetemia 5%

4
5. Tujuan Pembelajaran
 Mengetahui bagaimana cara siklus hidup Plasmodium
 Mengetahui peranan sitokin sehingga menyebabkan kelainan pada bayi pada infeksi
plasmodium
 Mengetahui manifestasi klinis pada bayi yang disebabkan akibat malaria pada
kehamilan
 Mengetahui penatalaksanaan malaria palsifarum
 Mampu mengetahui Pencegahan infeksi malaria pada ibu ke bayi.

6. Pertanyaan yang Muncul dalam Curah Pendapat


 Bagaimana siklus hidup plasmodium?
 Bagaimana Patogenesis pada plasmodium hingga terjadinya manifestasi klinis pada
bayi?
 Bagaimana cara mendiagnosa malaria?
 Komplikasi apa saja yang terjadi pada malaria falsiparum?
 Bagaimana prognosa dari plasmodium palsifarum?
 Bagaimana pencegahan malaria di suatu daerah dan pencegahan penularan dari ibu
ke bayi?

5
7. Jawaban atas pertanyaan
DEFINISI
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah.
Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami komplikasi
sistemik yang dikenal sebagai malaria berat

ETIOLOGI.
Lima sepesies Plasmodium penyebab malaria pada manusia yaitu P. falciparum, P. vivax,
P. ovale, P. malariae serta P. knowlessi. Plasmodium yang sering dijumpai di Indonesia
ialah plasmodium vivax dan plasmodium falciparum. Di kawasan timur Indonesia dari
Kalimantan, Sulawesi tengah sampai ke Utar, Maluku, Irian Jaya dan dari Lombok
sampai NusaTenggara Timur merupaka daerah endemis malaria dengan P. Falsiparum
dan P. vivax. Beberapa di daerah sumatera mulai dari Lampung, Riau, Jambi dan Batam
kasus malaria cenderum meningkat.
Infeksi Parast malaria pada manusia mulai bila nyamuk anopheles betina menggigit
manusia dan akan melepasakan sporozoit dari kelenjar ludah nyamuk masuk kedalam
darahdan dalam waktu 45 menit akan menuju ke hati, sebagian kecil akan mati di darah.
Parasit malaria pada siklus hidupnya, membentuk stadium sizon jaringan dalam sel hati
( ekso-eritrositer ). Setelah sel hati pecah akan keluar merozoit / kriptozoit yang masuk ke
eritrosit membentuk stadium sizon dalam eritrosit ( stadium eritrositer ), mulai bentuk
tropozoit muda sampai sison tua / matang sehingga eritrosit pecah dan keluar merosoit.
Merosoit sebagian besar masuk kembali ke eritrosit dan sebagian kecil membentuk
gametosit jantan dan betina yang siap untuk diisap oleh nyamuk malaria betina dan
melanjutkan siklus hidup di tubuh nyamuk (stadium sporogoni).

6
PATOGENESIS
Wanita hamil memiliki risiko terserang malaria falciparum lebih sering dan lebih berat
dibandingkan wanita tidak hamil. Konsentrasi eritrosit yang terinfeksi parasit banyak
ditemukan di plasenta sehingga diduga respon imun terhadap parasit di bagian tersebut
mengalami supresi. Hal tersebut berhubungan dengan supresi sistim imun baik humoral
maupun seluler selama kehamilan sehubungan dengan keberadaan fetus sebagai "benda
asing" di dalam tubuh ibu.

Supresi sistim imun selama kehamilan berhubungan dengan keadaan hormonal.


Konsentrasi hormon progesteron yang meningkat selama kehamilan berefek menghambat
aktifasi limfosit T terhadap stimulasi antigen. Selain itu efek imunosupresi kortisol juga
berperan dalam menghambat respon imun.

Sitokin yang diduga banyak berperan pada mekanisme patologi dari malaria adalah TNF
(tumor necrosis factor). TNF- menginduksi terjadinya perubahan pada netrofil yaitu
pelepasan enzim lisosomal, ekspresi reseptor permukaan seperti reseptor Fc dan integrin,
adhesi dan migrasi kemotaktik. Selanjutnya terjadi peningkatan daya adheren sel netrofil
terhadap berbagai substrat dan sel sehingga daya bunuh netrofil terhadap parasit
meningkat. Selain itu TNF- juga memacu pembentukan sitokin lain seperti Il-1, IL-6, IL-
12, IFN-dan meningkatkan sintesis prostaglandin. TNF- juga meningkatkan ekspresi
molekul adhesi seperti ICAM1 dan CD36 pada sel-sel endotel kapiler sehingga
meningkatkan sitoadheren
eritrosit yang terinfeksi parasit.
.
Kadar TNF- plasenta yang tinggi akan memacu proses penempelan eritrosit berparasit
pada kapiler plasenta dan selanjutnya akan menimbulkan gangguan aliran darah plasenta
dan akhirnya gangguan nutrisi fetus.

Bila proses berlanjut dapat menyebabkan retardasi pertumbuhan fetus sehingga bayi yang
dilahirkan memiliki berat badan rendah. Selain itu peningkatan sintesis prostaglandin
seiring dengan peningkatan konsentrasi TNF- plasenta diduga dapat menyebabkan
kelahiran prematur.

7
MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama infeksi malaria adalah demam yang diduga berhubungan dengan proses
skizogoni (pecahnya merozoit/skizon) dan terbentuknya sitokin dan atau toksin lainnya.
Pada daerah hiperendemik sering ditemukan penderita dengan parasitemia tanpa gejala
demam. Gambaran karakteristik dari malaria ialah demam periodik, anemi dan
splenomegali. Sering terdapat gejala prodromal seperti malaise, sakit kepala, nyeri pada
tulang/otot, anoreksi dan diare ringan.
Namun sebenarnya efek klinik malaria pada ibu hamil lebih tergantung pada tingkat
kekebalan ibu hamil terhadap penyakit itu sedangkan kekebalan terhadap malaria lebih
banyak ditentukan dari tingkat transmisi malaria tempat wanita hamil tinggal/berasal,
yang dibagi menjadi 2 golongan besar :
1. Stable transmission / transmisi stabil, atau endemik (contoh : Afrika Sub-Sahara)
 Orang-orang di daerah ini terus-menerus terpapar malaria karena sering menerima
gigitan nyamuk infektif setiap bulannya
 Kekebalan terhadap malaria terbentuk secara signifikan

2. Unstable transmission / transmisi tidak stabil, epidemik atau non-endemik (contoh :


Asia Tenggara dan Amerika Selatan)
Orang-orang di daerah ini jarang terpapar malaria dan hanya menerima rata-rata < 1
gigitan nyamuk infektif/tahun.
Wanita hamil (semi-imun) di daerah transmisi stabil/endemik tinggi akan mengalami:
 Peningkatan parasite rate (pada primigravida di Afrika parasite rate pada wanita
hamil meningkat 30-40% dibandingkan wanita tidak hamil)
 Peningkatan kepadatan (densitas) parasitemi perifer
 Menyebabkan efek klinis lebih sedikit, kecuali efek anemi maternal sebagai
komplikasi utama yang sering terjadi pada primigravida. Anemi tersebut dapat
memburuk sehingga
 menyebabkan akibat serius bagi ibu dan janin.

Sebaliknya di daerah tidak stabil/non-endemik/endemik rendah yang sebagian besar


populasinya merupakan orang-orang non-imun terhadap malaria, kehamilan akan

8
meningkatkan risiko penyakit maternal berat, kematian janin, kelahiran prematur dan
kematian perinatal. Ibu hamil yang menderita malaria berat di daerah ini memiliki risiko
fatal lebih dari 10 kali dibandingkan ibu tidak hamil yang menderita malaria berat di
daerah yang sama.

DIAGNOSA KLINIS
Malaria ringan/tanpa komplikasi
Pada anamnesis :
 Harus dicurigai malaria pada seseorang yang berasal dari daerah endemis malaria
dengan demam akut dalam segala bentuk, dengan/tanpa gejala-gejala lain
 Adanya riwayat perjalanan ke daerah endemis malaria dalam 2 minggu terakhir
 Riwayat tinggal di daerah malaria
 Riwayat pernah mendapat pengobatan malaria

Pada pemeriksaan fisik :


 Suhu > 37,5C
 Dapat ditemukan pembesaran limpa
 Dapat ditemukan anemi
 Gejala klasik malaria khas terdiri dari 3 stadia yang berurutan, yaitu menggigil
(15 60 menit), demam (2-6 jam), berkeringat (2-4 jam)

Di daerah endemis malaria, pada penderita yang telah mempunyai imunitas terhadap
malaria, gejala klasik di atas tidak timbul berurutan, bahkan tidak semua gejala tersebut
dapat ditemukan. Selain gejala klasik di atas, dapat juga disertai gejala lain/gejala khas
setempat, seperti lemas, sakit kepala, mialgia, sakit perut, mual/muntah,dan diare.

Malaria berat
Malaria berat/severe malaria/complicated malaria adalah bentuk malaria falsiparum
serius dan berbahaya, yang memerlukan penanganan segera dan intensif. Oleh karena itu
pengenalan tanda-tanda dan gejala-gejala malaria berat sangat penting bagi unit
pelayanan kesehatan untuk menurunkan mortalitas malaria. Beberapa penyakit penting

9
yang mirip dengan malaria berat adalah meningitis, ensefalitis, septikemi, demam tifoid,
infeksi viral, dll. Hal ini menyebabkan pemeriksaan laboratorium sangat dibutuhkan
untuk menambah kekuatan diagnosis. WHO mendefinisikan Malaria berat sebagai
ditemukannya P. falciparum bentuk aseksual dengan satu atau beberapa
komplikasi/manifestasi klinik berat, yaitu :
a. Gangguan kesadaran sampai koma (malaria serebral)
b. Anemi berat (Hb < 5 g%, Ht < 15 %)
c. Hipoglikemi (kadar gula darah < 40 mg%)
d. Udem paru / ARDS
e. Kolaps sirkulasi, syok, hipotensi (sistolik < 70 mmHg pada dewasa dan < 50
mmHg pada anak-anak), algid malaria dan septikemia.
f. Gagal ginjal akut (ARF)
g. Jaundice (bilirubin > 3 mg%)
h. Kejang umum berulang ( > 3 kali/24 jam)
i. Asidosis metabolik
j. Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam-basa.
k. Perdarahan abnormal dan gangguan pembekuan darah.
l. Hemoglobinuri
m. Kelemahan yang sangat (severe prostration)
n. Hiperparasitemi
o. Hiperpireksi (suhu > 40C)
Malaria falsiparum tanpa komplikasi (uncomplicated) dapat menjadi berat (complicated)
jika tidak diobati secara dini dan semestinya

DIAGNOSA LABORATORIUM
Pemeriksaan mikroskopik masih merupakan yang terpenting pada penyakit malaria
karena selain dapat mengidentifikasi jenis plasmodium secara tepat sekaligus juga dapat
menghitung jumlah parasit sehingga derajat parasitemi dapat diketahui.

Sedangkan pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di puskesmas/lapangan/rumah


sakit digunakan untuk menentukan nilai ambang parasit dan mengetahui kepadatan
parasit (terutama penderita rawat inap) pada sediaan darah. Metode diagnostik yang lain

10
adalah deteksi antigen HRP II dari parasit dengan metode Dipstick test, selain itu dapat
pula dilakukan uji immunoserologis yang lain, seperti:

- Tera radio immunologik (RIA)


- Tera immuno enzimatik (ELISA)

Adapun pemeriksaan genetika dan biomolekuler yang dapat dilakukan adalah dengan
mendeteksi DNA parasit, dalam hal ini urutan nukleotida parasit yang spesifik, melalui
pemeriksaan Reaksi Rantai Polimerase (PCR).
Di daerah yang tidak mempunyai sarana laboratorium dan tenaga mikroskopis, diagnosis
malaria ditegakkan hanya berdasarkan pemeriksaan klinis (anamnesis dan pemeriksaan
fisik) tanpa pemeriksaan laboratorium.

KOMPLIKASI
Penderita dengan komplikasi umumnya digolongkan sebagai malaria berat yang menurut
WHO didefinisikan sebagai infeksi P. falcifarum dengan satu atau lebih komplikasi
sebagai berikut:
 Malaria Serebral (coma) yang tidak tidak disebabkan penyakit lain atau lebih dari
30 menit setelah serangan kejang.
 Acidemia/asidosis : pHdarah <7,25 atau plasma bikarbonat <15mmol/l, kadar
lactate vena >5mmol/l, klinis pernapasan dalam
 Anemia berat (Hb <5 g/dl atau hematokrit <15%)
 Gagal ginjal akut (urine kurang dari 400ml/24jam pada orang dewasa dan
12ml/KgBB pada anak – anak)
 Edema paru non- kardiogenik/ARDS
 Hipoglikemia (gula darah <40mg/dl)
 Gagal sirkulasi atau syok : tekanan sistolik <70 mmHg (anak 1-5 tahun
<50mmHg) diserta keringat dingin atau perbedaan temperatur kulit-mukosa >10C
 Perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna dan atau disertain kelainan
laboratorium adanya gangguan koagulasi intravascular
 Kejang berulang lebih dari 2x/24 jam

11
 Makroskopik hemoglobinuria oleh karena infeksi malaria akut.

PENGARUH MALARIA PADA JANIN


1. Kematian janin dalam kandungan
Kematian janin intrauterin dapat terjadi akibat hiperpireksi, anemi berat, penimbunan
parasit di dalam plasenta yang menyebabkan gangguan sirkulasi ataupun akibat infeksi
transplasental.

2. Abortus
Abortus pada usia kehamilan trimester I lebih sering terjadi karena demam tinggi
sedangkan abortus pada usia trimester II disebabkan oleh anemia berat.

3. Persalinan prematur
Umumnya terjadi sewaktu atau tidak lama setelah serangan malaria. Beberapa hal yang
menyebabkan persalinan prematur adalah febris, dehidrasi, asidosis atau infeksi plasenta

4. Berat badan lahir rendah


Penderita malaria biasanya menderita anemi sehingga akan menyebabkan gangguan
sirkulasi nutrisi pada janin dan berakibat terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan
janin
dalam kandungan

5. Malaria plasenta
Plasenta mempunyai fungsi sebagai barier protektif dari berbagai kelainan yang terdapat
dalam darah ibu sehingga parasit malaria akan ditemukan di plasenta bagian maternal dan
hanya dapat masuk ke sirkulasi janin bila terdapat kerusakan plasenta misalnya pada
persalinan sehingga terjadi malaria kongenital. Prevalensi malaria plasenta biasanya
ditemukan lebih tinggi daripada malaria pada sediaan darah tepi wanita hamil, hal ini
mungkin karena plasenta merupakan tempat
parasit bermultiplikasi. Diagnosis malaria plasenta ditegakkan dengan menemukan
parasit malaria dalam sel darah merah atau pigmen malaria dalam monosit pada sediaan

12
darah yang diambil dari plasenta bagian maternal atau darah tali pusat. Infeksi P.
falciparum sering mengakibatkan anemi maternal, abortus, lahir mati, partus prematur,
BBLR serta kematian maternal. Gambaran histologik infeksi aktif berupa plasenta yang
bewarna hitam/abu-abu, sinusoid padat dengan eritrosit terinfeksi, eritrosit terinfeksi
pada sisi maternal dan tidak pada sisi fetal kecuali pada beberapa penyakit plasenta.
Tampak pigmen hemozoin dalam ruang intervilli dan makrofag disertai infiltrasi sel
radang. Dapat terjadi simpul sinsitial disertai nekrosis fibrinoid dan kerusakan serta
penebalan membrana basalis trofoblas.

6. Malaria Kongenital
Malaria kongenital adalah malaria yang menginfeksi janin atau bayi, dimana infeksi
terjadi dari ibu pada saat kehamilan (transplasenta-intrauterine) ataupun saat persalinan
Gejala klinik malaria kongenital antara lain iritabilitas, tidak mau menyusu, demam,
pembesaran hati dan limpa (hepatosplenomegali) dan anemia tanpa retikulositosis dan
tanpa ikterus. Malaria kongenital dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:
a. True Congenital Malaria (Acquired during Pregnancy)
Pada malaria kongenital ini sudah terjadi kerusakan plasenta sebelum bayi
dilahirkan. Parasit malaria ditemukan pada darah perifer bayi dalam 48 jam
setelah lahir dan gejalanya ditemukan pada saat lahir atau 1-2 hari setelah lahir.
b. False Congenital Malaria (Acquired during Labor)
Malaria kongenital ini paling banyak dilaporkan dan terjadi karena pelepasan
plasenta diikuti transmisi parasit malaria ke janin. Gejala-gejalanya muncul 3-5
minggu setelah bayi lahir.

PENATALAKSANAAN
Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan membunuh semua
stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia. Adapun tujuan pengobatan radikal
untuk mendapat kesembuhan kilinis dan parasitologik serta memutuskan rantai
penularan.

Lini pertama pengobatan malaria falsiparum adalah seperti yang tertera dibawah ini:

13
Lini pertama = Artesunat + Amodiakuin + Primakuin

Setiap kemasan Artesunat + Amodiakuin terdiri dari 2 blister, yaitu blister amodiakuin
terdiri dari 12 tablet @ 200 mg = 153 mg amodiakuin basa, dan blister artesunat terdiri
dari 12 tablet @ 50 mg. Obat kombinasi diberikan per-oral selama tiga hari dengan dosis
tunggal harian sebagai berikut:
Amodiakuin basa = 10 mg/kgbb dan Artesunat = 4 mg/kgbb.

Primakuin tidak boleh diberikan kepada:


 lbu hamil pada trisemster 1
 Bayi < 1 tahun
 Penderita defisiensi G6-PD

Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur


Hari Jenis Obat
0-1 Bulan 2-11 Bulan 1-4 Tahun 5-9 Tahun 10-14 Tahun ≥15 Tahun
Artesunat  ¼ 1/2 1 2 3 4
1 Amodiakuin   ¼ 1/2 1 2 3 4
Primakuin  *) *) 3/4 1 1/2 2 2-3
Artesunat ¼ 1/2 1 2 3 4
2
Amodiakuin ¼ 1/2 1 2 3 4
Artesunat    ¼ 1/2 1 2 3 4
3
Amodiakuin ¼ 1/2 1 2 3 4

Pada semua ibu hamil dengan malaria, maka pada kunjungan ANC yang pertama,
diberikan pengobatan dosis terapeutik anti malaria.
Klorokuin + Kina (pada trimester I)
Artesunat + Amodiakuin (pada trimester II)
Kina diberikan per-oral, 3 kali sehari dengan dosis 10 mg/kgbb/kali selama 7(tujuh) hari.
Klorokuin diberikan 1 kali per-hari selama 3 hari, dengan dosis total 25 mg basa/kgbb.

14
Penagananan malaria berat pada dewasa termasuk ibu hamil di berikan kina
Loading dose : 20 mg garam/kgbb dilarutkan dalam 500 ml dextrose 5% atau NaCI 0,9%
diberikan selama 4 jam pertama. Selanjutnyá selama 4 jam ke-dua hanya diberikan cairan
dextrose 5% atau NaCl 0,9%. Setelah itu, diberikan kina dengan dosis maintenance 10
mg/kgbb dalam larutan 500 ml dekstrose 5 % atau NaCI selama 4 jam Empat jam
selanjutnya, hanya diberikan lagi cairan dextrose 5% atau NaCl 0,9% Setelah itu
diberikan lagi dosis maintenance seperti diatas sampai penderita dapat minum kina per-
oral. Bila sudah sadar / dapat minum obat pemberian kina iv diganti dengan kina tablet
per-oral dengan dosis 10 mg/kgbb/kali, pemberian 3 x sehari (dengan total dosis 7 hari
dihitung sejak pemberian kina perinfus yang pertama).

Dosis anak-anak: Kina.HCI 25 % (per-infus) dosis 10 mg/kgbb (bila umur < 2 bulan : 6-
8 mg/kg bb) diencerkan dengan dekstrosa 5 % atau NaCI 0,9 % sebanyak 5-10 cc/kgbb
diberikan selama 4 jam, diulang setiap 8 jam sampai penderita sadar dan dapat minum
obat.

PROGNOSA
WHO menggunakan indicator prognosa buruk apabila
1. Indikator klinis
Umur 3 tahun atau kurang reflex kornea negatif
Koma yang berat Desebrasi
Kejang berulang Disfungsi organ
Terdapat pendarahan retina

2. Indikator Laboratorium
a. Hiperparasetemia (>250.000/ml atau >25%)
b. Skizontemia dalam darah perifer
c. Leukositosis
d. Packet Cell Volume <15%
e. Hb < 5 g/dl

15
f. Glukosa darah <40 mg/dl
g. Ureum >60 mg/dl
h. Glukosa Liquor serebrospinal rendah
i. Kreatinin >3,0 mg/dl
j. Lactat dalam css meningkat
k. SGOT meningkat >3x normal
l. Antitrombin rendah
m. Peningkatan kadar plasma 5`-nukleosida

PENCEGAHAN

Kemoprofilaksis Malaria dalam Kehamilan


WHO merekomendasikan agar memberikan suatu dosis pengobatan (dosis terapeutik)
anti malaria untuk semua wanita hamil di daerah endemik malaria pada kunjungan ANC
yang pertama, kemudian diikuti kemoprofilaksis teratur. Saat ini kebijakan pengobatan
malaria di Indonesia menghendaki hanya memakai klorokuin untuk kemoprofilaksis
pada kehamilan Ibu hamil dengan status non-imun sebaiknya menghindari daerah
endemis malaria.

Profilaksis mulai diberikan 1 sampai 2 minggu sebelum mengunjungi daerah endemis,


dengan klorokuin (300 mg basa) diberikan seminggu sekali dan dilanjutkan sampai 4
minggu setelah kembali ke daerah non endemis Beberapa studi memperlihatkan bahwa
kemoprofilaksis menurunkan anemia maternal dan meningkatkan berat badan bayi yang
dilahirkan

Mengurangi Kontak dengan Vektor


Mengurangi kontak dengan vektor seperti insektisida, pemakaian kelabu yang dicelup
dengan insektisida mengurangi prevalensi parasitemia, khususnya densitas tinggi,
insidens klinis dan mortalitas malaria. Pemakaian celana panjang dan kemeja lengan
panjang, pemakaian penolak nyamuk (repellent).

16
Vaksinasi
Target vaksin malaria antara lain mengidentifikasi antigen protektif pada ketiga
permukaan stadium parasit malaria yang terdiri dari sporozoit, merozoit, dan gametosit.
Kemungkinan penggunaan vaksin yang efektif selama kehamilan baru muncul dan perlu
pertimbangan yang kompleks.
Tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan vaksin untuk mencegah malaria
selama kehamilan, yaitu :
a. Tingkat imunitas sebelum kehamilan
b. Tahap siklus hidup parasit
c. Waktu pemberian vaksin.
Sampai saat ini belum ditemukan vaksin yang aman dan efektif untuk penanggulangan
malaria

17
BAB 3
ULASAN DAN KESIMPULAN

ULASAN
Pada Ilham terjadi malaria congenital sehingga perlu dirawat secara intensif di RS
dikarenakan terjadi malaria berat dengan indicator parasetemia >5% dan usia ilham di
bawah 3 tahun jika tidak ditanganin dengan cepat akan membuat prognosis memburuk
dan dapat berakibat kematian.

Sebaiknya pada ibu hamil yang tingga di daerah endemic mendapat profilaksis pada
kunjunggan pertama ante natal care untuk menghindarin terjadinya malaria pada anak
yang dapat berakibat kelainan premature, BBLR serta kematian janin dalam kandungan.
Dan melakukan pencegahan – pencegahan untuk menjauhi vector penyebab.

KESIMPULAN
Ibu hamil dan anak balita adalah dua kelompok populasi yang paling dirugikan oleh
penyakit malaria, karena mereka paling beresiko untuk terinfeksi malaria dan apabila
sudah terinfeksi maka mudah jatuh menjadi berat (complicated) apabila tidak diobati
sebagaimana mestinya. Kehamilan akan memperberat penyakit malaria yang dideritanya,
sebaliknya adanya malaria akan memperberat kondisi kehamilannya.

Masalah diagnosis malaria menjadi hambatan karena fasilitas laboratorium yang kurang
memadai terutama di puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan, maka
penting untuk meningkatkan kemampuan diagnosis klinis dan mengenali komplikasi
diikuti dengan pengobatan yang baik dan akurat.

Penanggulangan malaria dalam kehamilan dapat dimulai secara dini melalui kunjungan
ANC dengan memberikan penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang pencegahan malaria
dan pengobatan profilaksis bagi yang tinggal di daerah endemis. Klorokuin masih

18
merupakan obat terpilih untuk pengobatan malaria dalam kehamilan dan Kina untuk
pengobatan malaria berat.

Diperlukan sistem pelayanan kesehatan berjenjang (rujuk-an) dari puskesmas ke rumah


sakit dengan fasilitas yang memadai untuk menangani kasus-kasus malaria berat dengan
komplikasi

19
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. Malaria Direktorat Jenderal Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Menular dan
Lingkungan Pemukiman, Jakarta 1995.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Malaria. Epidemiologi I. 1991. Direktorat Jendral


PPM & PLP.

Sutanto. I. Malaria Pada Kehamilan. Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia, Jakarta.

Tjitra E. Manifestasi Klinis dan Pengobatan Malaria. P3M. BPPK Depkes RI, Jakarta. Cermin
Dunia Kedokteran No. 94. 1994.

Hiswani .Gambaran Penyakit dan Vektor Malaria di Indonesia. http://en.google.org/pdf., FKM.


USU

Aru W. Sudoyo dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I edisi IV. Pusat Penerbitan FKUI
Jakarta. 2006.

Kosasih E.N dan A.S. Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik. Ed.II. karisma
Publishing Group. 2008

20

You might also like