You are on page 1of 32

LAPORAN KASUS

SEORANG ANAK LAKI-LAKI USIA 4,5 TAHUN DENGAN


DEMAM BERDARAH DENGUE

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Salah Satu Syarat


Dalam Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus

Disusun Oleh :

Rita Aryanti
30101206832

Pembimbing

dr. Abdul Hakam, Msi. Med., Sp. A

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2016
IDENTITAS PASIEN

Nama : An. A.A.T


Umur : 4,6 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Purworejo 02/02, Kudus
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Dirawat di : Bougenville 2
No. RM : 740992
Tanggal masuk : 28 Agustus 2016
Tanggal anamnesis dan pemeriksaan : 28 Agustus 1 September 2016
Tanggal pulang : 1 September 2016

Anamnesis
Dilakukan alloanamnesa (ibu pasien) pada tanggal 28 Agustus 2016 pukul
12.30 WIB di kamar D4, Bougenville 2.
Keluhan Utama
Demam naik turun selama 4 hari SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus dengan keluhan
demam selama 4 hari SMRS disertai dengan bintik-bintik merah. Ibu pasien
mengatakan pasien sudah diberi obat penurun panas, panas turun, namun panas
kembali. Anak tidak mengalami mimisan, gusi tidak bedarah, mual, muntah, sesak.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak memiliki riwayat penyakit lainnya.
Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan seperti ini.

2
Riwayat Prenatal
Ibu pasien memeriksakan diri setiap bulan ke rumah sakit. Pasien tidak pernah
mengalami sakit serius selama masa kehamilan.

Riwayat Kelahiran
Lahir dengan operasi caesar di RSUD dr Loekmono Hadi : G2P2A0
Berat badan : 3400 gram
Panjang badan : 49 cm
Lingkar kepala : tidak diketahui
Lingkar dada : tidak diketahui
Tanpa cacat bawaan

Riwayat Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak

Berat badan sekarang 18 kilogram, dengan panjang badan 108 cm. Pasien
sudah dapat diajak berinteraksi dan bermain. Pasien sudah sekolah di taman kanak-
kanak.

Perkembangan

Pasien sudah dapat menggambar sederhana, menulis beberapa huruf dengan


benar, dan sudah dapat makan sendiri
Gangguan perkembangan mental tidak ada
Psikomotor

Miring-miring pada usia 3 bulan


Duduk pada usia 6 bulan
Berdiri pada usia 11 bulan
Berjalan pada usia 13 bulan
Kesan : pertumbuhan dan perkembangan anak dalam batas normal sesuai usia

Riwayat Imunisasi Dasar

No Jenis Imunisasi Jumlah Dasar


1. BCG 1x 1 bulan

3
2. Polio 5x 0 bulan, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 2 tahun
3. Hepatitis B 2x 0 & 2 bulan
4. DPT 4x 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 2 tahun
5. Campak 2x 9 bulan, 2 tahun
6. MMR 1x 15 bulan

Kesan Imunisasi : Imunisasi lengkap. Pasien belum melakukan imunisasi booster


untuk usia selanjutnya

Riwayat Sosial dan Ekonomi


Pasien merupakan anak kedua. Ibunya bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Ayah pasien bekerja sebagai wiraswasta. Pasien berasal dari keluarga dengan kesan
ekonomi menengah ke bawah, dengan biaya perawatan ditanggung oleh BPJS

Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada tanggal 28 Agustus 2016 pukul 12.30 WIB, didampingi oleh
ibu pasien.
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Compos Mentis, GCS 15
Tanda vital :
Nadi : 135 x/menit, regular, isi cukup
Pernafasan : 27 x /menit
SpO2 : 98%
Suhu : 38,5 C (aksila)

4
Pemeriksaan status gizi ( Z-score ) :

Berat Badan : 18 kg

Tinggi Badan : 108 cm

Umur : 4,5 tahun

5
6
WHZ = BB - Median= 18-17,8 = 0,1normal
SD 19,5-17,8
(BB/PB)

7
8
Pemeriksaan Sistematis Hasil Pemeriksaan
Kepala
Bentuk dan ukuran Normosefali
Rambut Warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Mata edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), mata cekung (-/-), pupil bulat, isokor,
diameter 3 mm, refleks cahaya (+/+).
Telinga Bentuk normal, pembesaran KGB retroaurikula -/-
Hidung epistaksis (-),Bentuk normal, septum deviasi -, napas
cuping hidung (-)
Mulut bibir normal, tonsil T1-T1, hiperemis (-/-), detritus (-/-
), mukosa faring hiperemis (), lidah bersih. Gusi
berdarah(-).
Leher Trakea letak tengah, Tidak teraba pembesaran KGB
Tenggorok Faring hiperemis (-) T1-T1

Thorax
Inspeksi Bentuk normal, simetris saat inspirasi dan ekspirasi,
retraksi suprasternal (-), retraksi interkostal (-)
Palpasi Gerakan napas teraba simetris saat inspirasi dan
ekspirasi
Perkusi Sonor pada lapangan paru
Batas-batas jantung :
Batas atas : ICS III linea parastrenalis sinistra
Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS V linea midklavikula sinistra
Auskultasi
o Bunyi napas Bunyi nafas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
o Bunyi jantung Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi Datar
Auskultasi Bising usus (+)

9
Perkusi Timpani pada semua kuadran
Palpasi Supel, Nyeri Tekan (-)
Hati, Limpa Tidak ada pembesaran
Anggota gerak Akral hangat, capillary refill time < 2 detik,
edema(-), sianosis(-)
Genitalia Tidak ada kelainan, anus (+)

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan 28/08/2016 29/08/2016 30/08/2016 31/08/2016 01/09/2016

Hemoglobin 11,2 11,8 12,8 12,2 12,5

Hematokrit 34,6 37,0 39,3 37,7 35,7

Trombosit 75 43 22 60 90

Leukosit 4,6 4,5 6,2 5,7 6,4

Diagnosis Banding

Demam dengue

Demam berdarah dengue

Morbili

Diagnosis Kerja

Demam berdarah dengue grade 1

Penatalaksanaan
Infus cairan RL 22 tetes per menit
Paracetamol 3x1,5cth
Dehaf 3x1

10
Edukasi

Mengedukasi kepada orang tua pasien agar pasien lebih banyak mendapat cairan
seperti jus, minum air mineral, dan lain-lain. Selain itu, pasien juga mendapat
suplemen tambahan untuk memelihara daya tahan tubuh.
Mengedukasi kepada orang tua pasien untuk mengenali tanda tanda shock dan
segera lapor ke petugas kesehatan apabila mendapati gejala shock seperti ujung
ekstremitas dingin dan anak tampak lemas sekali atau gelisah
Mengedukasi keluarga pasien untuk melakukan tindakan pencegahan DD/DBD.
Berfokus pada pemberatasan jentik-jentik nyamuk Aedes-aegypti, dengan cara
Tindakan 3M :
o Menguras air kontainer secara teratur seminggu sekali
o Menutup rapat kontainer airbersih
o Mengubur kontainer bekas seperti kaleng bekas, gelas plastik, barang
bekas lainnya yang dapat menampung air hujan sehingga menjadi sarang
nyamuk

Prognosis
ad Vitam : dubia ad bonam
ad Fungtionam : dubia ad bonam
ad Sanationam : dubia ad bonam

Follow Up

Tanggal 28/08/16 29/08/16 30/08/16 31/08/16 01/09/16

S: Demam(+), Demam(+) Demam (-) Demam (-) Demam (-)


Nyeri perut Nyeri perut Nyeri perut Nyeri perut Nyeri
(-) (-) (-) perut (-)
(-),
Batuk(-), Batuk (-) Batuk (-) Batuk (-) Batuk (-)

pusing (+), Pusing (-), Pusing (-), Pusing (-), Pusing (-),
badan lemas badan lemas badan lemas badan
badan lemas
(+) (+) (+) lemas (-)
(+)

11
O: KU Tampak Tampak Tampak Tampak Baik
sakit sedang sakit sedang sakit sedang sakit sedang
Kesadar Compos Compos Compos Compos Compos
an mentis mentis mentis mentis mentis
Nadi 87 100 111 110 108
Suhu 38,5 37,8 37,3 36,6 36,5
RR 21 19 21 22 20
Mata CA -/- , SI - CA -/- , SI - CA -/- , SI - CA -/- , SI - CA -/- , SI
/- /- /- /- -/-
Cor Bunyi Bunyi Bunyi Bunyi Bunyi
jantung S1- jantung S1- jantung S1- jantung S1- jantung
S2 reguler, S2 reguler, S2 reguler, S2 reguler, S1-S2
murmur (-), murmur (-), murmur (-), murmur (-), reguler,
gallop (-) gallop (-) gallop (-) gallop (-) murmur (-
), gallop (-
)
Pulmon Suara Suara Suara Suara Suara
al vesikuler di vesikuler di vesikuler di vesikuler di vesikuler
seluruh seluruh seluruh seluruh di seluruh
lapang paru, lapang paru, lapang paru, lapang paru, lapang
ronkhi -/-, ronkhi -/-, ronkhi -/-, ronkhi -/-, paru,
wheezing -/- wheezing - wheezing - wheezing - ronkhi -/-,
/- /- /- wheezing -
/-
Abdom Flat, supel, Flat, supel, Flat, supel, Flat, supel, Flat, supel,
en BU (+). NT BU (+). NT BU (+). NT BU (+). NT BU (+).
(-) (-) (-) (-) NT (-)
Kulit Turgor baik. Turgor baik. Turgor baik. Turgor baik. Turgor
baik.
Ekstrem Akral Akral Akral Akral Akral
itas hangat, hangat, hangat, hangat, hangat,
Oedema -/- Oedema-/- Oedema-/- Oedema-/- Oedema-/-
A: DBD gr 1 DBD gr 1 DBD gr 1 DBD gr 1 DBD gr 1

12
P: Infus RL 22 Infus RL 22 Infus RL 22 Infus RL 22 Bebas
tpm tpm tpm tpm demam 48
Paracetamol Paracetamol Paracetamol jam,
syr 3x1,5cth syr 3x1,5cth syr 3x1,5cth trombosit
naik,
pasien
boleh
pulang.

13
Tinjauan Pustaka

Demam Berdarah Dengue

I. Definisi
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit infeksi pada anak dan dewasa
yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae, Genus Flavivirus, dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leucopenia, ruam,
trombositopenia, dan diatesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang
ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di
rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam
berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok.

II. Epidemiologi
Infeksi virus dengue telah ada di Indonesia sejak abad ke 18, seperti yang dipaorkan
oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Saat itu infeksi virus dengue
menimbulkan penyakit demam lima hari kadang kadang disebut juga demam sendi. Pada
masa itu infeksi virus dengue di Asia Tenggara hanya merupakan penyakit ringan yang
tidak menimbulkan kematian. Tetapi sejak tahun 1952 infeksi virus dengue
menimbulkan penyakit dengan manifestasi klinis berat yaitu Demam Berdarah Dengue
(DBD) yang ditemukan di Manila, Filipina, kemudian menyebar ke negara lain seperti
Thailand, Vietnam, Malaysia dan Indonesia. Pada tahun 1968 penyakit DBD dilaporkan
di Surabaya dan Jakarta sebanyak 58 kasus dengan jumlah kematian yang sangat tinggi,
24 orang (case fatality rate 41,3 %).
Dalam kurun waktu lebih dari 35 tahun sejak ditemukan virus dengue di Surabaya dan
Jakarta terjadi peningkatan yang pesat pada jumlah penderita dan penyebaran penyakit.
Incidence rate meningkat dari 0,005 per 100.000 penduduk pada tahun 1968 menjadi
berkisar antara 6-30 per 100.000 penduduk. Pola berjangkit infeksi virus dengue
dipengaruhi iklim dan kelembaban udara. Pada suhu yang panas (28-32 derajat celcius)
dengan kelembaban yang tinggi, nyamuk aedes akan tetap bertahan hidup untuk jangka
waktu yang lama. Di Jawa, pada umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai awal
Januari, meningkat terus sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan April-Mei
setiap tahun.

14
III. Etiologi
Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus Dengue yang merupakan virus RNA
untai tunggal, ukuran 40 nmmerupakan Famili Flaviviridae, Genus Flavivirus. Virus
dengue termasuk kelompok Arthropod Borne virus (Arbo viruses). Virus dengue Terdiri
dari 4 serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 . Infeksi salah satu serotipe
menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan dan kurang terhadap serotipe
yang lainnya. Semua serotipe tersebar di berbagai daerah Indonesia. Serotipe DEN-3
paling dominan dan diasumsikan menimbulkan manifestasi klinik yang berat.
Vektor utama adalah nyamuk Aedes aegypti, sedangkan vektor sekunder yang kurang
efisien adalah nyamuk Ae. Albopictus. Vektor sekunder kurang efisien karena hidup dan
berkembang biak di kebun atau semak-semak sehingga relatif jauh kontak dengan
manusia. Aedes Aegypti hidup optimal pada iklim tropis dan subtropis, berkembang biak
di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi, WC, tempayan, drum, dan
barang-barang yang menampung air seperti kaleng, pot tanaman, tempat minum burung,
dan lain lain. Hanya nyamuk betina yang menggigit dan menghisap darah dan bersifat
multiple biters (mengigit beberapa orang karena sebelum nyamuk tersebut kenyang
sudah berpindah tempat). Kemampuan jarak terbang 40-100 m dari tempat berkembang
biaknya. Dari telur hingga dewasa perlu waktu 10-12.

Cara Penularan
Virus Dengue masuk ke tubuh nyamuk Ae. aegypti pada saat menghisap darah
manusia yang sedang terinfeksi virus dengue dalam keadaan viremia (2 hari sebelum
panas sampai dengan 4-5 hari setelah demam). Bila terinfeksi, nyamuk tetap akan
terinfeksi sepanjang hidupnya dan siap menularkan virus ke manusia yang rentan. Dalam
8-10 hari virus dengue berlipat ganda dalam epitel usus tengah nyamuk lalu migrasi ke
kelenjar ludah nyamuk (probosis) dan siap ditularkan ke manusia bila nyamuk betina
tersebut menggigit. Kejadian ini disebut extrinsic incubation period yang berlangsung
selama 8 sampai 12 hari. Dalam tubuh manusia, waktu yang diperlukan virus 4-6 hari
sebelum menimbulkan penyakit yang disebut dengan intrinsic incubation period.

15
IV. Patogenesis
Patogenesis terjadinya demam berdarah dengue sampai saat ini masih diperdebatkan.
Dua teori yang banyak dianut pada DBD adalah hipotesis infeksi sekunder atau hipotesis
immune enhancement. Hipotesis ini menyatakan bahwa pasien yang mengalami infeksi
kedua kalinya dengan serotipe virus dengue yang heterolog mempunyai risiko berat yang
lebih besar untuk menderita DBD. Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan
mengenai virus lain lain yang akan menginfeksi dan kemudian membentuk kompleks
antigen antibodi yang kemudian berikatan dengan Fc reseptor dari membran sel lekosit
terutama makrofag, hal tersebut mengakibatkan aktivasi sistem komplemen. Oleh karena
antibodi heterolog maka virus tidak dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan bebas
melakukan replikasi dalam sel makrofag. Kompleks antigen antibody tersebut
mengalami penurunan fungsi sitolitiknya akan tetapi disisi lain mengakibatkan
meningkatnya ekspresi mediator inflamasi seperti TNF-a, IFN-g dan chemokins. Selain
itu kompleks antigen antibodi tersebut mengakibatkan pelepasan C3a dan C5a akibat
aktivasi C3 dan C5 menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan
merembesnya plasma dari ruang intravaskular ke ruang ekstravaskuler. Dihipotesiskan
juga mengenai antibodi dependent enhancement (ADE), suatu proses yang akan
meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengua di dalam sel mononukear, sehingga
terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan
permeabilitas pembuluh darah, sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok.
Terjadinya ADE diakibatkan karena virus dengue mengalami perubahan genetik akibat
tekanan sewaktu virus mengadakan replikasi baik pada tubuh manusia maupun pada
tubuh nyamuk. Ekspresi fenotipik dari perubahan gentik dalam genom virus dapat
menyebabkan peningkatan replikasi virs dan viremia, peningkatan virulensi dan
mempunyai potensi untuk menimbulkan wabah. Pada penelitian terbaru, antigen NS1
yang dihasilkan oleh virus dengue memiliki pengaruh terhadap aktivasi komplemen dan
mungkin memiliki pengaruh pada patogenesis DHF. Antigen NS1 berinteraksi dengan
glicocalyx yang berada di lapisan endotel pembuluh darah dan mengakibatkan pelepasan
heparan sulfate kedalam sirkulasi dimana heparan sulfate memiliki fungsi sebagai
antikoagulan yang mengakibatkan koagulopati. Selain itu, heparan sulfate juga
mengganggu filtrasi di ginjal dan mengakibatkan kehilangan banyak protein yang
berfungsi dalam koagulasi.

16
V. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis virus dengue sangat bervariasi tergantung daya tahan tubuh dan
virulensi virus itu sendiri. Mulai dari tanpa gejala (asimtomatik), demam ringan tidak
spesifik(Undifferentiated Fever), Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue, Sindrom
syok Dengue (SSD), dan juga komplikasi dan manifestasi yang tidak lazim.

17
1. Demam Tidak Spesifik

Pada orang dewasa, anak anak dan bayi yang terinfeksi virus dengue, biasanya pada
infeksi primer, dapat menimbulkan manifestasi klinis berupa demam yang tidak bisa
dibedakan dari demam akibat virus linnya. Biasanya terdapat bercak
maculopapular,gejala pada saluran napas atas dan gejala gastrointestinal.

2. Demam Dengue

Pada demam dengue (DD) dapat dijumpai keadaan-keadaan berikut :

- Demam tinggi tiba-tiba (>39oC), menetap 2-7 hari, kadang bersifat Bifasik
- Muka kemerahan (Flushing Face)
- Nyeri seluruh tubuh ; nyeri kepala, nyeri belakang mata terutama bila digerakkan,
nyeri otot, nyeri tulang, nyeri sendi dan nyeri perut
- Mual, muntah-muntah, tidak nafsu makan
- Timbul ruam merah halus sampai petekie
- Laboratorium terdapat leukopeni hingga trombositopenia
Namun demam dengue yang disertai perdarahan harus dibedakan dengan DBD. Pada
penderita demam dengue tidak ada tanda-tanda kebocoran plasma dan sebaliknya.

3. Demam Berdarah Dengue

Perbedaan DD dengan DBD terletak pada patofisiologi penyakit tersebut, di mana pada
DBD terdapat kelainan homeostasis dan perembesan plasma yang dibuktikan dengan
adanya trombositopenia dan peningkatan hematokrit. DBD paling sering terjadi pada
anak anak dengan infeksi dengue sekunder. Namun DBD juga dapat terjadi pada bayi
dengan infeksi primer dengue oleh serotipe DEN-1 dan DEN-3.

4. Sindrom Syok Dengue

Biasanya terjadi pada saat atau segera setelah suhu turun biasanya antara hari ke 3
sampai ke 7).Gejala yang timbul sesuai dengan keadaan syok :Pasien tampak gelisah,
Akral dingin dan pucat, kulit lembab,Hipotensi, penurunan tekanan nadi (<20
mmHg), Nadi cepat dan lemah, Turgor kulit menurun, Mata cekung,dan Pada bayi
ubun-ubun dapat terlihat cekung.

5. Expanded Dengue Syndrome (Manifestasi klinis tidak lazim)

18
Manifestasi atipikal ini jarang terjadi. Namun, dengan semakin menyebarnya wabah
infeksi dengue semakin bertambah pula kejadian DF / DHF dengan manifestasi
atipikal yang dapat terjadi pada sistem saraf, hati, ginjal, gastrointestinal, jantung,
sistem respirasi, dan lain lain yang diakibatkan oleh profound shock yang parah atau
akibta adanya coinfeksi atau penyakit lain yang diderita oleh penderita.

VI. Pemeriksaan Penunjang


A. Laboratorium
Trombosit
Umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.
Leukosit
Dapat normal atau menurun. Mulai hari ke 3 dapat ditemukan limfositosis
relative (>45% dari leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) >
15% dari jumlah total leukosit pada fase syok akan meningkat.
Hematokrit
Kebocoran plasma dibuktikan peningkatan hematokrin 20% dari hematokrin
awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam
Hemostasis

19
Dilakukan pemeriksaan AP, APTT, Fibrinogen, D- Dimer atau FDP pada
keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.
Protein/albumin
Dapat terjadi hipoalbuminemia akibat kebocoran plasma
Serologi
Dilakukan pemeriksaan serologi IgM dan IgG terhadap dengue, yaitu:
- IgM muncul pada hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke 3,
menghilang setelah 60-90 hari
- IgG terdeteksi mulai hari ke 14 (infeksi primer), hari ke 2 (infeksi
sekunder).
NS1
Antigen NS1 dapat terdeteksi pada awal demam hari 1- 3. Sensitivitas sama
tingginya dengan spesitifitas gold standard kultur virus. Hasil negatif antigen
NS1 tidak menyingkirkan adanya infeksi virus dengue

B. Radiologi
Pada foto dada didpatkan efusi pleura, terutama pada hematoraks kanan tetapi
apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai kedua
hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral

20
dekubitus kanan (pasien tidur pada sisi badan sebelah kanan). Asites dan efusi
pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG.

VII. Diagnosis
Kriteria diagnosis DBD menurut WHO :

a) Klinis
- Demam tinggi tiba-tiba selama 2-7 hari, tanpa sebab yang jelas
- Terdapat menifestasi perdarahan berupa ; uji turniket +, petekie, ekimosis,
purpura, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan
atau melena
- Pembesaran hati (hepatomegali)
b) Laboratorium
- Trombositopenia (trombosit < 100.000/l)

- Hemokonsentrasi ; peningkatan hematokrit 20%

Diagnosis ditegakkan dengan dua kriteria klinis + 1 kriteria laboratoris.

Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya


manifestasi perdarahan ialah uji bendung.

Derajat II: Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau
perdarahan lain.

Derajat III: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat,
tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis
di sekitar mulut, kulit dingin dan lembap dan anak tampak gelisah.

Derajat IV: Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan
tekanan darah tidak terukur.

VIII. Diagnosis banding


- Penyakit akibat arbovirus : Chikungunya
- Penyakit akibat virus lainnya : Campak, rubella, influenza, hepatitis A,
enterovir
- Penyakit akibat bakteri : leptospirosis, meningococcaemia, penyakit
scarlet
- Penyakit akibat parasit : malaria

21
IX. Tatalaksana
a. Triase
Ketika terjadi wabah infeksi dengue, seluruh rumah sakit termasuk
rumah sakit tipe tersier biasanya didatangi oleh banyak pasien. Oleh
karena itu, WHO menyarankan ketika terjadi wabah pihak rumah sakit
memiliki dengue desk yang digunakan untuk memonitor dan
melakukan triase pada pasien yang dicurigai menderita penyakit
DB/DBD dengan alur triase dibawa ini :

Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan
plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dansebagaiakibat perdarahan.
Pasien DD dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD dirawat di ruang perawatan biasa.

22
Tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi diperlukan perawatan intensif.
Penatalaksanaan dari demam dengue tanpa komplikasi berupa suportif. Tirah baring
dianjurkan selama periode demam.Antipiretik diberikan untuk menjaga suhu tubuh
<40C.Analgesic dan sedasi ringan dapat diberikan untuk mengurangi nyeri.Aspirin
dikontraindikasikan karena dapat menyebabkan pendarahan.Mengganti cairan dan
elektrolit diperlukan untuk kekurangan yang disebabkan keringat, puasa, haus, muntah,
dan diare.

Tatalaksana DBD dan DSS termasuk evaluasi segera tanda-tanda vital dan derajat
hemokonsentrasi, dehidrasi, dan gangguan elektrolit. Monitor ketat dilakukan selama 48
jam sebab shock dapat terjadi saat awal penyakit. Pasien yang sianosis atau nafas yang
tidak teratur harus diberikan oksigen.Pemberian cairan secara intravena seperti Normal
saline lebih efektif untuk menangani shock. Transfusi darah maupun platelet diperlukan
untuk mengontrol pendarahan, diberikan selama hemokonsentrasi tetapi setelah
hemoglobin dan hematocrit dinilai.Diagnosis dini danmemberikan nasehat untuk segera
dirawat bila terdapat tanda syok, merupakan hal yang penting untuk mengurangi angka
kematian. Kunci keberhasilan tatalaksana DBD/SSD terletak pada ketrampilan para
dokter untuk dapat mengatasi masa peralihan dari fase demam ke fase penurunan suhu
(fase kritis, fase syok) dengan baik.

a. Demam Dengue
Pasien DD dapat berobat jalan, tidak perlu dirawat. Pada fase demam pasien
Dianjurkan :
Tirah baring, selama masih demam.
Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan
Dianjurkan pemberian cairan danelektrolit per oral, jus buah, sirop, susu,
disamping air putih, dianjurkan paling sedikit diberikan selama 2 hari.
Monitor suhu, jumlah trombosit danhematokrit sampai fase konvalesen.
Pada pasien DD, saat suhu turun pada umumnya merupakan tandapenyembuhan.
Meskipun demikian semua pasien harus diobservasi terhadap komplikasi yang dapat
terjadi selama 2 hari setelah suhu turun. Hal ini disebabkan oleh karena kemungkinan
kita sulit membedakan antara DD dan DBD pada fase demam. Perbedaan akan
tampak jelas saat suhu turun, yaitu pada DD akan terjadi penyembuhan sedangkan
pada DBD terdapat tanda awal kegagalan sirkulasi (syok). Komplikasi perdarahan
dapat terjadi pada DD tanpa disertai gejala syok. Oleh karena itu, orang tua atau

23
pasien dinasehati bila terasa nyeri perut hebat, buang air besar hitam, atau terdapat
perdarahan kulit serta mukosa seperti mimisan, perdarahan gusi,apalagi bila disertai
berkeringat dingin, hal tersebut merupakan tanda kegawatan, sehingga harus segera
dibawa segera ke rumah sakit. Pada pasien yang tidak mengalami komplikasi setelah
suhu turun 2-3 hari, tidak perlu lagi diobservasi.

b. Demam Berdarah Dengue


Perbedaan patofisilogik utama antara DD/DBD/SSD danpenyakit lain adalah
adanya peningkatan permeabilitas kapiler yang menyebabkan perembesan plasma
dangangguan hemostasis. Gambaran klinis DBD/SSD sangat khas yaitu demam tinggi
mendadak, diastesis hemoragik, hepatomegali, dan kegagalansirkulasi. Maka
keberhasilan tatalaksana DBD terletak pada bagian mendeteksi secara dini fase kritis
yaitu saat suhu turun (the time of defervescence) yang merupakan Fase awal
terjadinya kegagalan sirkulasi, dengan melakukan observasi klinis disertai
pemantauan perembesan plasma dangangguan hemostasis. Prognosis DBD terletak
pada pengenalan awal terjadinya perembesan plasma, yang dapat diketahui dari
peningkatan kadar hematokrit.
Fase kritis pada umumnya mulai terjadi pada hari ketiga sakit.Penurunan jumlah
trombosit sampai <100.000/pl atau kurang dari 1-2 trombosit/ Ipb (rata-rata dihitung
pada 10 Ipb) terjadi sebelum peningkatan hematokrit dan sebelum terjadi penurunan
suhu. Peningkatan hematokrit 20% atau lebih mencermikan perembesan plasma dan
merupakan indikasi untuk pemberian caiaran. Larutan garam isotonik atau ringer
laktat sebagai cairanawal pengganti volume plasma dapat diberikan sesuai dengan
berat ringan penyakit.
Tatalaksana DBD fase demam tidak berbeda dengan tatalaksana DD, bersifat
simtomatik dan suportif yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi.
Apabila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena tidak mau minum, muntah atau
nyeri perut yang berlebihan, maka cairan intravena rumatan perlu diberikan.
Antipiretik kadang-kadang diperlukan, tetapi perlu diperhatikan bahwa antipiretik
tidak dapat mengurangi lama ~demam pada DBD. Jenis minuman yang dianjurkan
adalah jus buah, air teh manis, sirup, susu, serta larutan oralit.

Tatalaksana DBD pada anak tanpa shock (menurut WHO) :

24
Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup, susu,
untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah/diare.
Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena obat-
obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.
Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
o Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat
o Kebutuhan cairan parenteral
Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam
Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam
Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
o Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam
o Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah
cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya
memerlukan waktu 2448 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan
setelah pemberian cairan.
Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata laksana syok
terkompensasi (compensated shock).

25
26
27
c. SSD
Syok merupakan Keadaan kegawatan. Cairan pengganti adalah pengobatan yang
utama yang berguna untuk memperbaiki kekurangan volume plasma. Pasien anak
akan cepat mengalami syok dan sembuh kembali bila diobati segera dalam 48 jam.
Pada penderita SSD dengan tensi tak terukur dan tekanan nadi <20 mmHg segera
berikan cairan kristaloid sebanyak 20 ml/kg BB/jam seiama 30 menit, bila syok
teratasi turunkan menjadi 10 ml/kg BB.

Bagan Tatalaksana DBD dengan Syok

Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra nasal.

28
Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya.

Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB


secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian koloid 10-
20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.

Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfusi darah/komponen.

Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik,
tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam dalam 2-4
jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan
laboratorium.

Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Ingatlah
banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak daripada
pemberian yang terlalu sedikit.

29
Kriteria memulangkan pasien

- Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik


- Nafsu makan membaik
- Tampak perbaikan klinis
- Jumlah urin output normal
- Tiga hari setelah shock teratasi
- Hematokrit stabil
- Jumlah trombosit >50.000
- Tidak dijumpai distress pernafasan (karena efusi pleura atau asidosis)

30
X. Komplikasi
Pada umumnya infeksi primer dapat sembuh sendiri dan tidak berbahaya. Komplikasi
pada bayi dan anak usia muda biasanya berupa kehilangan cairan dan elektrolit,
hiperpireksia, dan kejang demam. Pada usia 1 4 tahun wajib diwaspadai ensefalopati
dengue karena merupakan golongan usia tersering terjadinya kejang demam. Kegagalan
dalam melakukan tatalaksana komplikasi ini, dapat memberikan jalan menuju DSS
(Dengue Shock Syndome) dengan tanda kegagalan sirkulasi, hipotensi dan syok

XI. Prognosis
Prognosis DBD tergantug oleh lamanya diagnosis dan pengobatan.Dengan adanya
perawatan intensif kematian dapat dihindari. Mortalitas cukup tinggi pada SSD.

XII. Pencegahan
1. Pemberantasan secara kimiawi
- Pengasapan (Fogging)
- Bubuk Abate
2. Pemberantasan secara hayati dengan menggunakan agen hayati : ikan cupang, larva
ikan nila
3. Pemberantasan dengan Gerakan 3M :
-Menguras tempat-tempat penampungan air minimal seminggu sekali, dan
menaburkan bubuk Abate ke dalamnya

-Menutup rapat tempat-tempat penempungan air

- Mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan

31
Daftar Pustaka

Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Tata Laksana Demam Berdarah Dengue Di


Indonesia. Jakartaa, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004

Soedarmo SS, Garna H, Hadinegoro SR, Satari HI. Infeksi Virus Dengue. Dalam : Buku ajar
infeksi & pediatrik tropis. Edisi ke-2. Jakarta: IDAI; 2008. h.155 181

Simmons P,Farrar J, Vinh Chau N, Wills B : Current Concepts Dengue , N Engl J Med, 2012

World Health Organization. Infeksi Virus Dengue, Dalam : Buku saku pelayanan kesehatan
anak di rumah sakit:2009 h 162 - 167

World Health Organization: Strengthening implementation of the global strategy for dengue
fever/dengue haemorrhagic fever prevention and control. Report of the Informal
Consultation, World Health Organization, October 1820, 1999, Geneva, 2000.

World Health Organization : Comprehensive Guideline for Prevention and Control of


Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever, Revised and expanded edition. India, World
health Organization regional officer for south east asia, 2011.

World Health Organization: Dengue Hemorrhagic Fever: Diagnosis, Treatment and Control,
2nd ed. Geneva, World Health Organization, 1997.

Gubler DJ: Dengue and dengue hemorrhagic fever. Clin Microbiol Rev 11:480, 1998.

Guzman MG, Kouri G: Dengue diagnosis, advances and challenges. Int J Infect Dis 8:69,
2004.

32

You might also like