You are on page 1of 27

MAKALAH

MENGENAI PROTOZOA DAN ROTIFERA


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Planktonologi

Disusun oleh:
Kelompok 8 / Perikanan B
Nisrina Haibah 230110160082

Ersyad Prayoga L 230110160096

Diana Safitri 230110160101

Rio Chandra Gunawan 230110160119

Martha Herelda Sirait 230110160122

Meri Alex Sandra 230110160125

Yolanda Stephanie Purba 230110160138

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
2016/2017
KATA PENGANTAR

Bismilahirrahmanirrahim, Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah


SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini
dapat terselesaikan untuk memenuhi tugas mata kuliah Planktonologi. Dengan
makalah yang berjudul Protozoa dan Porifera .

Selama kami menyelesaikan makalah ini, kami banyak mendapatkan


pengetahuan yang baru mengenai Protozoa dan Rotifera. Kami berharap makalah
ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi siapapun yang membacanya.
Kami menyadari makalah yang kami buat tentu tidak luput dari kekurangan.
Untuk itu kami meminta maaf bila terdapat kekurangan, dan oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik maupun saran yang dapat membangun diri kami untuk
lebih baik dalam pembuatan makalah kedepannya.

Semoga makalah ini memberi manfaat bagi kita semua. Aamiin.

Jatinangor, Mei 2017

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

BAB Halaman

KATA PENGANTAR ...............................................................................ii


DAFTAR ISI ............................................................................................iii
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3 Tujuan dan Manfaat ..............................................................................2
II ISI
2.1 Filum Protozoa.......................................................................................3
2.2 Filum Rotifera......................................................................................15
III PENUTUP................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................23

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah plankton pertama kali digunakan oleh Victor Hensen pada tahun
1887, berasal dari b ahasa Yunani yang artinya mengembara. Plankton adalah
organisme renik yang melayang-layang dalam air atau mempunyai
kemampuan renang yang sangat lemah, pergerakannya selalu dipengaruhi
oleh gerakan masa air.

Plankton dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu fitoplankton yang


terdiri dari tumbuhan renik bebas bergerak dan mampu berfotosintesis
sedangkan zooplankton ialah hewan yang bersifat planktonik.

Zooplankton atau plankton hewani merupakan suatu organisme yang


berukuran kecil yang hidupnya terombang-ambing oleh arus di lautan bebas
yang hidupnya sebagai hewan. Zooplankton sebenarnya termasuk golongan
hewan perenang aktif, yang dapat mengadakan migrasi secara vertikal pada
beberapa lapisan perairan, tetapi kekuatan berenang mereka adalah sangat
kecil jika dibandingkan dengan kuatnya gerakan arus itu sendiri (Hutabarat
dan Evans 1986). Zooplankton merupakan salah satu tiang penopang
kehidupan dalam bioekosistem laut karena plankton tersebut menduduki
tingkat dasar dari rantai makanan perairan (Rumengan dalam Ruga et. al
2014). Sebagian besar zooplankton merupakan herbivora, yaitu pemakan
produsen (fitoplankton) dan sebagai makanan bagi ikan. Kondisinya
menjadikan zooplankton sebagai agen transfer energi dan indikator
keberadaan fitoplankton yang sekaligus merupakan indikator kesuburan.
Meskipun demikian, tidak semua jenis dari zooplankton tersebut dapat
memakan fitoplankton sehingga tidak semua jenis zooplankton dapat
dijadikan sebagai indikator perairan.

Zooplankton merupakan konsumen pertama yang memanfaatkan produksi


primer yang dihasilkan fitoplankton. Peranan zooplankton sebagai mata rantai

1
2

antara produsen primer dengan karnivora besar dan kecil dapat


mempengaruhi kompleksitas rantai makanan dalam ekosistem perairan.
Kehadiran zooplankton dalam suatu perairan merupakan pengontrol bagi
produksi primer fitoplankton. Perubahan lingkungan dan ketersediaan
makanan pada suatu perairan akan mempengaruhi kelimpahan zooplankton.
Zooplankton seperti halnya organisme lain hanya dapat hidup dan
berkembang dengan baik pada kondisi perairan yang sesuai seperti perairan
laut, sungai dan waduk. Apabila kondisi lingkungan sesuai dengan kebutuhan
zooplankton maka akan terjadi proses pemangsaan fitoplankton oleh
zooplankton. Jika kondisi lingkungan dan ketersediaan fitoplankton tidak
sesuai dengan kebutuhan zooplankton maka zooplankton tidak dapat bertahan
hidup dan akan mencari kondisi lingkungan yang sesuai (Toha dalam Ruga et.
al 2014).

1.2 Identifikasi Masalah


a. Dimana habitat dari Protozoa dan Rotifera?

b. Bagaimana klasifikasi dari Protozoa dan Rotifera?

c. Apa ciri umum Protozoa dan Rotifera?

d. Apa ciri khusus Protozoa dan Rotifera?

e. Bagaimana metode reproduksi dari Protozoa dan Rotifera?

f. Apa saja peranan Protozoa dan Rotifera baik dalam perairan maupun non
perairan?

1.3 Tujuan dan Manfaat


a. Untuk mengetahui bagaimana dan seperti apa fitoplankton khususnya
Protozoa dan Rotifera.

b. Untuk mengetahui struktur atau bagian-bagian pada Protozoa dan Rotifera.

c. Dapat mengetahui peranan Protozoa dan Rotifera di perairan dan


nonperairan serta dapat memanfaatkannya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 FILUM PROTOZOA


A. Pengertian
Protozoa secara etimologi, berasal dari bahasa Yunani yaitu protos artinya
pertama dan zoon adalah hewan. Jadi, protozoa adalah hewan pertama. Protozoa
adalah kelompok organisme yang umumnya motil, bersel tunggal dan tidak
mempunyai dinding sel. Protozoa dicirikan dengan sel eukariotik, yang
mempunyai membran internal dan lebih kompleks dari sel prokariotik bakteri.
Plankton dari golongan protozoa sering disebut dengan protozooplankton atau
protozoan plankton.

B. Klasifikasi dan Habitat


Protozoa dibagi menjadi empat kelas yaitu Rhizopoda, Cilliata,
Flagellata, dan Sporozoa. Kelas sporozoa tidak ada yang hidup sebagai
plankton karena semuanya parasit, seperti Plasmodium dan Myxobolus yang
masing-masing hidup dalam tubuh ikan dan manusia. Flagellata dalam hal ini
zooflagellata yang hidup sebagai plankton sebetulnya semua terdiri dari holo-
zoicdari alga yang berflagel seperti dari pyrophyta yaitu Noctiluca sp,
pyrocystus atau dari euglenophyta seperti Astacia. Zooflagellata yang tidak
hidup bebas semuanya parasite seperti tripanosoma, trichomonas, giardia, dan
lain-lain.
Berikut ini ialah klasifikasi dari protozoa berdasarkan pada alat
geraknya:

1. Cilliata
Ciliata merupakan Protozoa bersel satu yang seluruh permukaan
tubuhnya ditumbuhi rambut atau bulu getar (silia) yang berjumlah banyak.
Beberapa Ciliata mempunyai silia yang mengelompok di bagian tertentu di
tubuhnya. Silia berfungsi untuk bergerak dan memasukkan makanan ke dalam
sitostoma. Makanan dari sitostoma kemudian masuk ke sitofaring

3
2

(kerongkongan sel). Setelah penuh, makanan kemudian masuk ke sitoplasma


dengan membentuk vakuola makanan. Sel Ciliata mempunyai dua inti, yaitu
4

makronukleus dan mikronukleus. Makronukleus berukuran lebih besar


daripada mikronukleus. Makronukleus berfungsi untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Mikronukleus berfungsi pada proses reproduksi. Ciliata
mempunyai bentuk tubuh yang tetap, tidak berubah dengan bentuk dasar oval.

Sebagian besar cilliata hidup diperairan tawar da nada beberapa


golongan yang hidup dilaut (golongan Tintannidae). Cilliata ini memang bukan
zooplankton sejati di air tawar melainkan banyak yang hidup diantara
periphyton, didasar sebagai benthos (terdapat banyak detritus yang sedang
membusuk).
Banyak spesies yang digunakan sebagai indicator misalnya dihabitat
yang sering ditemukan Paramecium caudatum dan Vorticella microstoma, ini
suatu tanda banyaknya pembusukan. Adapula yang bukan termasuk plankton
yaitu parasit pada usus-usus vertebrata dan ektoparasit pada kulit ikan seperti
Balantium, Coli dan Icthyopthirius. Sistematika Cilliata berdasarkan letak cilia
pada tubuh misalnya Holotricha (cilia berada diseluruh permukaan tubuh),
Peritricha (cilia berada dipinggir-pimggir tubuh).

Berikut ini adalah contoh dari spesies kelas cilliata :

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Protozoa
Classis : Cilliata
Ordo : Peritrichida
Familia : Peritrichichaceae
Genus : Vorticella
Species : Vorticella sp.
Gambar 1. Vorticella sp. (Hegner, 1968)
Ciri-ciri : Bentuk tubuhnya seperti
cawan yang bertangkai pada dasarnya.
Rambut getar hanya terdapat di
sekeliling mulut sel saja.
Habitat : Hidupnya di air tawar atau
air laut, dapat melekat dengan
5

tangkainya pada benda lain.

Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Phylum : Protozoa
Classis : Ciliata
Ordo : Gymnostomatida
Familia : Gymnostomatidae
Genus : Lacrymaria
Species : Lacrymaria olor
( Haekner, 1968 )
Ciri-ciri : Tubuhnya bersilia atau
biasa disebut dengan rambut getar
yang sama panjangnya pada
permukaan seluruh tubuh sebagai alat
gerak, bentuknya seperti gangsingan
dengan belalai kontraktil.
Habitat : Air tawar.
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Phylum : Protozoa
Classis : Cilliata
Ordo : Heterotricida
Familia : Heterotricidae
Genus : Tintinnidium
Species : Tintinnidium
Gambar 3. Tintinnidium fluviatile fluviatile
( Haekner, 1968 )
Ciri-ciri : Memiliki alat gerak berupa
silia, yang terdapat diseluruh
tubuhnya,ada juga vakuola makanan,
dan mulut sel. Tintinnidium
berkembang biak secara vegetatif
dengan cara membelah diri atau
6

fragmentasi.

Habitat : Air tawar.

2. Rhizopoda
Rhizopoda berasal dari kata rhizo yang berarti akar dan podos berarti
kaki. Rhizopoda disebut juga Sarcodina (sarkodes yang berarti daging). Bentuk
tubuh rhizopoda mudah berubah. Alat geraknya berupa kaki semua
(pseudopodia) yang merupakan bentuk penonjolan atau penjuluran dari
protoplasma (dala keadaan sol). Rhizopoda bukan hanya penting sebagai
zooplankton di laut namun di air tawar pun ada. Contoh yang terkenal ialah
radiolarian dan foraminifera adapun contoh lain ialah globigerina. Berikut ini
beberapa contoh dari spesies dari kelas rhizopoda :
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Phylum : Protozoa
Classis : Rhizopoda
Ordo : Arcellinida
Familia : Diffugidae
Genus : Diffugia
Species : Diffugia corona
Ciri-ciri : Mengeluarkan lendir yang
Gambar 5. Diffugia corona
mampu melekatkan lendir.

Habitat : Air tawar.


7

Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Phylum : Protozoa
Classis : Rhizopoda
Ordo : Arcellinida
Familia : Arcellidae
Genus : Arcella
Species : Arcella vulgaris
Deskripsi Ciri : Memiliki alat gerak
berupa silia, yang terdapat diseluruh
tubuhnya, ada juga sitoplasma, dan inti
Gambar 6. Arcella vulgaris sel. Arcella berkembang biak secara
vegetatif dengan cara membelah diri.

Habitat : Air tawar.

Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Phylum : Protozoa
Classis : Rhizopoda
Ordo : Foraminifera

ciri-cirinya :pseudopodi (kaki semu) yang


panjang dan juga halus, kerangka luar
sangat keras yang tersusun dari Si dan
Ca.
Foraminifera, cangkang atau kerangkanya
merupakan petunjuk dalam pencarian
sumber daya minyak, gas alam, dan
mineral.
8

Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Phylum : Protozoa
Classis : Rhizopoda
Ordo : Radiolarian
ciri-cirinya : pseudopodia, dapat
menghasilkan skeleton
Radiolaria, kerangkanya jika mengendap
di dasar laut menjadi tanah radiolarian
yang dapat digunakan sebagai bahan
penggosok.

3. Flagellata
Flagellata dalam bahasa Latin diambil dari kata flagell yang berarti
cambuk. Ciri khas dari kelas flagellata ini adalah alat geraknya yang berupa
cambuk getar (Sudewa, 2010). Selain berfungsi sebagai alat gerak, flagel juga
dapat digunakan untuk mengetahui keadaan lingkungannya atau dapat juga
digunakan sebagai alat indera karena mengandung sel-sel reseptor di
permukaan flagel dan alat bantu untuk menangkap makanan (Haeckels, 1904
dalam Verda, 2010).

Berdasarkan struktur morfologinya, Flagellata dibedakan menjadi dua


kelompok besar, yaitu Fitoflagellata dan Zooflagellata. Fitoflagellata
merupakan kelompok flagellata yang memiliki ciri seperti tumbuhan,
sedangkan Zooflagellata merupakan kelompok flagellata yang memiliki ciri
seperti hewan (Roger, 1988). Fitoflagelata adalah flagellata yang mirip
dengan tumbuhan karena memiliki plastida, sehingga dapat melakukan
fotosintesis (Roger, 1988). Fitoflagellata memiliki beberapa cara untuk
mendapatkan makanan, yaitu:

a. Holozoik adalah mencari makanan dari lingkungan, menelan, lalu mencernakan


didalam tubuhnya.

b. Holofitrik adalah dengan membuat makanan sendiri dengan cara fotosintesis.


9

c. Saprofitik adalah memakan organisme yang sudah mati.


Berdasarkan ciri-ciri morfologinya, Zooflagellata diklasifikasikan menjadi 8
ordo, yaitu: Choanoflagellida, Cercomonadida, Pteromonadida, Trichomonadida,
Diplomonadida, Hypermastigida, Kinetoplastida, dan Opalinida (Roger, 1988).

Flagellata sebagian besar sebagai parasit jarang ditemukan sebagai


plankton. Karena sebagian besar habitatnya di usus sama permukaan kulit ikan
dan usus manusia. Dan dalam bahasan plankton hanya dibahas kelas yang
memiliki contoh planktonnya saja. Berikut merupakan contoh spesies flagellata:

Kingdom : Animalia
Phylum : Protozoa
Classis : Flagellata
Ordo : Craspedida
Familia : Codonosigaceae
Genus : Monosiga
Species : Monosiga ovata

Kingdom : Animalia
Phylum : Protozoa
Classis : Flagellata
Ordo : Bodonida
Familia : Bodonidae
Genus : Bodo
Species : Bodo saltans

4. Sporozoa
Kelas ini berbeda dengan kelas sebelumnyaanggota filum ini tidak
mempunyai alat gerak. Disebut Sporozoa karena dalam tahap tertentu dalam
hidupnya, dapat membentuk sejenis spora. Biasanya hidup sebagai parasit pada
tubuh hewan maupun manusia. Contoh anggota Sporozoa adalah Plasmodium
sp., penyebab penyakit malaria. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk
10

Anopheles sp. Dalam bahasan plankton mungkin sporozoa tidak memiliki


contoh dalam bentuk plankton.

C. CIRI-CIRI PROTOZOA

Ciri umum Protozoa:


1. Umumnya heterotrof (tidak dapat membuat makanan sendiri)
2. Protozoa memiliki alat gerak yaitu ada yang berupa kaki semu,
bulu getar (cillia) atau bulu cambuk (flagel).
3. Protozoa dapat Hidup bebas, saprofit atau parasit
4. Protozoa merupakan Organisme bersel tunggal
5. Protozoa adalah Eukariotik atau memiliki membran nukleus/
berinti sejati
6. Protozoa dapat Hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok)
7. Dapat membentuk sista untuk bertahan hidup. sista, merupakan
bentuk sel protozoa yang terdehidrasi dan berdinding tebal mirip
dengan endospora yang terjadi pada bakteri.
Ciri khusus Protozoa:
1. Tubuh protozoa menyerupai, secara umum, sebuah sel tunggal
metazoan, atau hewan bersel banyak. Namun, tubuh protozoa
sering memiliki struktur khusus yang disebut organel (organ
kecil) tidak ditemukan dalam sel-sel metazoan. Organel
melakukan fungsi yang dilakukan oleh jaringan dan organ dalam
bentuk kehidupan yang lebih tinggi. Sebagai contoh, banyak
protozoa memiliki organel yang disebut silia (rambut) atau
flagella (cambuk)- tonjolan kecil yang digunakan dalam
berenang. Protozoa lainnya bergerak dengan memperluas bagian
tubuh untuk membentuk pseudopodium (kaki palsu), di mana
11

seluruh tubuh kemudian mengalir. Banyak protozoa memiliki lebih


dari satu inti. (Hampir semua sel metazoan memiliki inti tunggal.)

2. Tidak seperti sel metazoan, tubuh protozoa mungkin termasuk


halus, geometris berpola kerangka silika, kapur, atau bahan keras
lainnya. Beberapa protozoa memiliki trikosit-halus, struktur seperti
benang dengan tips berduri yang berfungsi untuk mempertahankan
protozoa, sebagai jangkar tubuhnya, atau melumpuhkan
mangsanya. Banyak spesies protozoa membentuk koloni yang
dangkal menyerupai percabangan tanaman atau metazoa seperti
kantung.

3. Protozoa sering mengambil makanan dan air, dan mengeluarkan


limbah, oleh osmosis sederhana, pertukaran bahan larut melalui
dinding tubuh. (Osmosis juga khas dari sel metazoan.) Namun,
banyak protozoa memiliki organel untuk menangkap makanan.
Beberapa memiliki tenggorokan yang terdefinisi dengan baik, atau
mulut seperti alur. Protozoa lainnya menggunakan pseudopodia
mengelilingi makanan mereka, atau menggunakan silia untuk
menciptakan arus air yang menarik dekat makanan. Di dalam tubuh
Protozoa, pencernaan dapat terjadi dalam organel yang disebut
vakuola makanan. Organel yang disebut vakuola kontraktil
memaksa mengusir kelebihan air dari sel.

4. Protozoa umumnya berkembang biak dengan pembelahan biner


(pembagian tubuh menjadi dua bagian yang sama). Beberapa
berkembang biak dengan tunas (pembagian tubuh menjadi dua atau
lebih bagian yang tidak setara). Dalam kondisi tertentu,
pembelahan atau tunas dapat didahului oleh konjugasi (pertukaran
bahan inti selama kontak antara dua individu dari spesies yang
sama). Protozoa parasit biasanya memiliki siklus hidup yang rumit
yang mencakup produksi gamet, atau sel-sel generatif, dan spora,
atau sel-sel vegetatif. Sebuah spora mungkin memiliki kista-
12

penutup yang melindungi spora di lingkungan yang tidak


menguntungkan atau selama transmisi dari tempat ke tempat.
Beberapa protozoa hidup bertahun-tahun dalam kondisi encysted
(tertutup oleh kista atau membran tebal atau cangkang).

D. METODE REPRODUKSI PROTOZOA


Protozoa dapat bereproduksi secara aseksual dan secara seksual Berikut
penjelasan reproduksi secara aseksual dan seksual antara lain sebagai beikut:

Reproduksi Secara Aseksual


Umumnya, protozoa bereproduksi secara aseksual dengan melakukan
pembelahan biner. Dari satu sel menjadi dua sel, dari dua sel menjadi empat
sel, dan seterusnya. Pembelahan biner diawali pada pembelahan inti atau
kariokinesis dan kemudian diikuti dengan pembelahan sitoplasma (sitokinesis).

Reproduksi Secara Seksual


Beberapa spesies lain bereproduksi secara seksual ialah dengan cara sel
generatif (gamet) atau dengan penyatuan inti sel vegetatif Reproduksi seksual
dengan penyatuan inti vegetatif ini disebut konjugasi. Namun ada juga
Protozoa yang tidak melakukan reproduksi secara seksual seperti Amoeba sp.

Dalam siklus hidupnya, beberapa protozoa menghasilkan sel aktif yang


disebut kista. Kista diselubungi oleh kapsul polisakarida yang melindungi
protozoa dari lingkungan yang tidak menguntungkan, misalnya kekeringan. Jika
kondisi lingkungan membaik, misalnya tersedia makanan dan air, maka dinding
kista akan pecah dan protozoa keluar untuk memulai hidupnya kembali.
13

E. Peranan Protozoa Dalam Perairan dan Non-Perairan


1. Radiolaria, kerangkanya jika mengendap di dasar laut menjadi tanah
radiolarian yang dapat digunakan sebagai bahan penggosok. Tanah
tersebut mengandung zat kersik dan dapat digunakan sebagai alat
penggosok.

2. Sebagai indikator minyak bumi. Endapan kerangka tubuh globigerina di


dasar perairan akan membentuk tanah globigerina. Endapan tersebut bisa
digunakan sebagai petunjuk adanya minyak bumi.

3. Membentuk proses pembusukan sisa makanan. Kehadiran protozoa


dalam tubuh manusia dapat membantu proses pembusukan sisa-sisa
makanan misalnya Entemoeba coli.

4. Fosil-fosil foraminifera dan radiolarian digunakan sebagai guide fosil


untuk mengetahui adanya minyak tanah atau untuk menentukan umur
lapisan tanah dimana guide fosil tersebut berada.

5. Foraminifera, cangkang atau kerangkanya merupakan petunjuk dalam


pencarian sumber daya minyak, gas alam, dan mineral.

6. Mengendalikan populasi Bakteri, sebagian Protozoa memangsa Bakteri


sebagai makanannya, sehingga dapat mengontrol jumlah populasi Bakteri
di alam.
14

7. Sumber makanan ikan, Di perairan sebagian Protozoa berperan sebagai


plankton (zooplankton) dan benthos yang menjadi makanan hewan air,
terutama udang, kepiting, ikan, dll.
15

2.2 PEMBAHASAN FILUM ROTIFERA


A. Pengertian, Klasifikasi, dan Habitat
Kata rotifer, yang berasal dari Bahasa Latin, berarti pembawa roda,
yang mengacu ke mahkota silia yang menarik putaran air ke dalam mulut. Kea
rah posterior dari mulut, suatu daerah saluran pencernaan yang disebut faring
mengandung rahang (trophi) yang akan menggerus makanan, yang sebagian
besar berupa mikroorganisme yang tersuspensi dalam air. Filum Rotifera
memiliki jumlah sekitar 1.800 spesies. Rotifera merupakan hewan kecil yang
sebagian besar hidup di air tawar meskipun beberapa spesies ada yang hidup di
laut. Ukuran dari filum ini berkisar 0,05-2 mm, lebih kecil dari protozoa.

Filum Rotifera memiliki 3 kelas yaitu: Monogononta, Bdelloidea dan


Seisonoidea.

1. Monogononta
Kelas ini umumnya memiliki sebuah ovari dan ada individu jantan namun
mengalami degenerasi.

Ordo dari kelas Monogononta yaitu:


Ordo Ploima. Tubuh bulat sampai lonjong; ata agak pipih; lorica ada
atau tidak ada; berenang bebas atau merayap sebagai aufwuch; Keratella,
Shyncaeta, dan Brachionus di laut dan di air tawar, Chormogaster di laut hanya
memakan dinoflagellata.

Ordo Flosculariacea. Corona terdiri atas dua rangkaian cilia yang


konsentrik dan di tengahnya terdapat sebuah galur bercilia; biasanya terdapat 1-
2 antena; soliter atau koloni; berenang bebas atau sessile; dan berenang bebas
Floscularia sessile, Conochilus koloni

Ordo Collothecacea. Corona besar sekali; mastax uncinate atau kurang


berkembang; acapkali sessile; misalnya Collotheca.

Berikut ini adalah contoh-contoh spesies dari Kelas Monogonanta:


16

Keratella sp Branchionus plicatilis

2. Bdelloidea
Kelas ini bentuk tubuhnya silindris dan retraktil. Corona seperti dua roda
yang berputar. Memiliki sepasang ovari. Kaki mempunyai dua sampai empat
jari atau tidak ada. Reproduksinya dengan cara parthenogenesis. Bergerak
dengan cara berenang atau merayap. Berikut ini adalah contoh-contoh spesies
dari Kelas Bdelloidea:
Kingdom : Animalia
Filum : Rotifera
Kelas : Bdelloidea
Ordo: Bdelloida
Famili : Philodinadae
Genus : Rotaria
Spesies : Rotaria neptunia
17

Kingdom : Animalia
Filum : Rotifera
Kelas : Bdelloidea
Ordo: Bdelloida
Famili : Philodinadae
Genus : Philodina
Spesies : Philodina roseola

2. Seidonoidea
Kelas ini memiliki tubuh yang panjang; sepasang ovari; hanya mempunyai
satu genus yang umumnya hidup komensal pada Nebalia.

Berikut ini adalah contoh-contoh spesies dari Kelas Seidonoidea:


Kingdom : Animalia
Filum : Rotifera
Kelas : Seidonoidea
Ordo: Seisonacea
Famili : Seisonidae
Genus : Seison
Spesies : Seison annulatus
18

Kingdom : Animalia
Filum : Rotifera
Kelas : Seidonoidea
Ordo: Seisonacea
Famili : Seisonidae
Genus : Seison
Spesies : Seison nebaliae

Kingdom : Animalia
Filum : Rotifera
Kelas : Seidonoidea
Ordo: Seisonacea
Famili : Seisonidae
Genus : Seison
Spesies : Seison africanus

B. Ciri-Ciri Rotifera

Ciri umum Rotifera :

Merupakan hewan multiseluler

Ukuran yang kecil sekitar 0,1-0,5 mm; 100-2500 micron

Kecepatan renagn rendah

Melayang dalam air

Dapat dikultur pada kepadatan yang tinggi

Pertumbuhan cepat dan berumur pendek


19

Dapat dilakukan pengayaan dengan asam lemak atau antibiotik yang


dibutuhkan dalam pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva

Sangat toleran terhadap kondisi lingkungan

Bersifat filter feeder, yaitu dapat menyaringt makanan dan air dengan
menggunakan corona

Ciri khusus Rotifera :

Bentuk badan bulat atau silindris.


Pada bagian badan terdapat tiga buah tonjolan kecil.
- sepasang antena dorsal
- dua buah antena lateral
Pada ujung antena biasanya terdapat bulu-bulu sebagai alat indera.
Pada bagian posterior, terdapat sebuah kaki.
Pada kaki terdapat kelenjar kaki yang menghasilkan bahan perekat untuk
menempel pada substrat dan bahan pembentuk selubung.
Pada kaki terdapat satu sampai empat buah jari, dan pada jenis Bdelloidea
mempunyai sepasang taji.
Kaki pada jenis plankton, ada kalanya mengecil, lenyap atau di bagian
ventral.
Tubuh tertutup epidermis yang merupakan lapisan tipis dan sinistal dengan
jumlah nuklei yang selalu tetap.
Epidermis menghasilkan kutikula, tipis sampai tebal. Kutikula yang
mengeras disebut Lorica.
Di bawah epidermis terdapat susunan otot melingkar dan mebujur.
Antara dinding tubuh dan organ dalam terdapat pseudocoelom.
20

C. Metode Reproduksi Rotifera


Sistem reproduksi Rotifera cukup unik dibandingkan dengan Phylum
yang lain. Beberapa spesies umumnya hanya terdiri atas betina yang
menghasilkan lebih banyak betina lagi dari telur yang tidak dibuahi, atau
disebut partenogenesis. Spesies menghasilkan dua jenis telur yang berkembang
dengan cara partenogenesis, satu jenis membentuk betina dan jenis lainnya
berkembang menjadi jantan yang berdegenerasi yang bahkan tidak dapat
mencari makanannya sendiri. Jantan hidup cukup lama untuk menghasilkan
sperma yang membuahi telur dan membentuk zigot resisten yang dapat hidup
jika kolam mengering. Ketika kondisi menjadi baik lagi, zigot tersebut
mengakhiri masa dormansinya dan berkembang menjadi suatu generasi betina
baru.
21

D. Peranan Rotifera Dalam Perairan dan Non-Perairan


Rotifera memegang peranan penting dalam rantai makanan pada ekosistem
perairan tawar. Di satu pihak memakan serpihan-serpihan organik dan ganggang
bersel satu, dilain pihak rotifera merupakan makan bagi hewan yang lebih besar
seperti cacing dan crustacea. Branchionus merupakan rotifera yang benyak
dibudidayakan sebagai makanan alami untuk larva ikan dan udang
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
- Rotifera
Rotifera termasuk metazoan yang paling kecil berukuran antara 40-2.500
mikron, rata-rata 200 mikron. Umumnya hidup bebas, soliter, koloni, atau
sessile. Tubuh rotifera dapat dibagi menjadi tiga bagian, anterior yang pendek,
badan yang besar dan kaki. Di bagian anterior terdapat corona dan mastax yang
merupakan ciri khas filum rotifera. Reproduksi rotifera umumnya
parthenogenesis. Individu jantan selalu lebih kecil dari pada betina, biasanya
mengalami degenerasi yaitu tidak mempunyai alat pencernaan, hanya memiliki
alat reproduksi saja. Rotifera memegang peranan penting dalam rantai makanan
pada ekosistem perairan tawar.

Filum rotifera terdiri atas 3 kelas yaitu seisonacea, bdelloidea dan monogononta.

- Protozoa

Protozoa merupakan plankton holozoik yang habitatnya di air tawar dan air laut,
ada beberapa contoh spesies protozoa yang hidup sebagai parasit. Protozoa
dibagi menjadi empat kelas berdasarkan alat geraknya yaitu Rhizopoda, Cilliata,
Flagellata, dan Sporozoa. Kelas sporozoa tidak ada yang hidup sebagai plankton
karena semuanya parasit, seperti plasmodium dan myxobolusyang masing-
masing hidup dalam tubuh ikan dan manusia. Protozoa bereproduksi secara
seksual dan aseksual. Protozoa memiliki peran yaitu salah satunya sebagai
indikator minyak bumi.

22
DAFTAR PUSTAKA

Aryulina, D. et al. 2004. Biologi SMA dan MA untuk Kelas X. Bandung: Setia Purna
Invest

Campbell, R. et al. 2003. Biologi. Alih bahasa: Wasmen, M. Jakarta: Erlangga


Firmansyah, R. et al. 2005. Mudah dan Aktif Belajar Biologi. Bandung: Setia Purna
Invest

Lahope, H. B. et al. 2013. Minute Rotifer dari Perairan Estuari Sulawes Utara dan
Potensinya Sebagai Pakan Larva Ikan. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis
IX (1) : 8-12

Marlia Singgih Wibowo. Algae. 18 Maret 2017 [Online]


http://download.fa.itb.ac.id/filenya/Handout%20Kuliah/Mikrobiologi%20
Farmasi%20STF/ALGAE.pdf

Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas


Diponegoro : Semarang

Septiyani, N. A. 2012. Perbedaan Keanekaragaman Zooplankton di Daerah Sekitar


Karamba dan Sekitar Warung Apung Rawa Jambor

Hubungannya dengan Kualitas Perairan, (available at: eprints.uny,ac.id) diakses pada 2


Mei 2017

Soni Purnomo. Chlorophyta (Alga Hijau). 18 Maret 2017 [Online]


https://pobersonaibaho.wordpress.com/2011/03/07/clhorophytachlorophy ceae/

Suci Utami. Jenis-Jenis Pyhtoplankton. 18 Maret 2017 [Online]


http://eprints.uny.ac.id/8249/5/lampiran%20-%2008308144017.pdf

23

You might also like