You are on page 1of 2

Hasil dan Pembahasan

Dilakukan pengujian senyawa pinostrobin dari ekstrak pekat yang telah


didapat dengan menggunakan evaporator. Sebelum dilakukan fraksinasi, terlebih
dahulu dilakukan identifikasi dengan KLT tujuannya agar fase gerak yang
digunakan sesuai dengan sampel pinostrobin. Dimana prinsip dari KLT yaitu
pemisahan sampel yang didasarkan pada perbedaan kepolaran antara sampel
dengan pelarut yang digunakan (Fessenden, 2003). Pinostrobin merupakan
senyawa polar, untuk itu dapat digunakan fase gerak yang bersifat semi polar dan
atau non polar.
Pada praktikum kali ini awalnya menggunakan fase gerak kloroform dan n
heksan dengan perbandingan kloroform : n heksan (1 : 9). Hasil yang diperoleh
dengan menggunakan fase gerak tersebut saat dilihat pada lampu UV 254 nm
yaitu spot tidak menunjukkan adanya pemisahan baik pada sampel maupun
standar atau biasa disebut dengan tailing. Terjadinya tailing dapat disebabkan
beberapa faktor diantaranya saat penotolan yang yang terlalu tebal sehingga
sampel tidak bergerak jauh dari spot, pengaruh suhu lingkungan sekitar dan
kejenuhan fase gerak.
Adanya tailing sehingga penggunaan fase gerak diganti dengan n heksan
dan etyl asetat dengan perbandingan n heksan : etyl asetat (5:1). Hasil yang
diperoleh yaitu menunjukkan pemisahan yang baik, hasil penotolan antara sampel
dan standar sejajar walaupun ada beberapa zat pengotor lain. Sehingga untuk
pemurnian digunakan fase gerak eluen n-heksan : etyl asetat (5:1) sebanyak 600
mL. Tahap selanjutnya yaitu fraksinasi dengan menggunakan kromatografi kolom
dengan menggunakan fase diam silika gel serbuk merck 29,357 gr. Fraksinasi
Ekstrak aseton sebanyak 2 gr dilakukan fraksinasi melalui kromatografi kolom.

Ekstrak kental Fraksinasi dengan KKG


etanol
Fraksi-fraksi yang diperoleh dari eluen tersebut sebanyak 20 vial. Dari 20
vial tersebut, dikelompokkan menjadi 5 fraksi besar berdasarkan warnanya yaitu
fraksi A (1), fraksi B (2-5), Fraksi C (6-7), fraksi D (8-10), fraksi E (11-20).
Fraksi yang terdeteksi mengandung pinostrobin adalah fraksi B dan C. pada fraksi
A dapat dikatakan bahwa senyawa belum masuk ke larutan sehinga tidak
terdeteksi adanya pinostrobin, sedangkan pada fraksi D dan E senyawa
pinostrobin sudah habis sehinga tidak terdeteksi adanya pinostrobin. Untuk
memastikan adanya senyawa pinostrobin pada fraksi lain dari kelompok B dan C,
maka diulangi kembali pengujian KLT. Diperoleh fraksi positif pinostrobin adalah
fraksi 4,5,6, dan 7. Kemudian fraksi yang positif dikering-anginkan untuk
menguapkan pelarut.

Fraksi positif yang telah dikering-


Hasil identifikasi KLT dibawah lampu anginkan
UV 254 nm

Hasil dari fraksinasi pertama di uji kembali untuk mengetahui fase gerak
yang ideal dalam pengujian pinostrobin. Sebelum dilakukan fraksinasi kembali,
dilakukan pemilihan eluen yang tepat yaitu menggunakan heksan:etil-asetat
dengan perbandingan yang berbeda (1:0, 5:1, 5:2, 5:3).
Pada penggunaan eluen dengan perbandingan yang berbeda-beda diperoleh
eluen n heksan : etyl-asetat (5:2) baik pada standar maupun sampel terjadi
pemisahan, namun masih terdapat senyawa pengotor. Nilai Rf yang diperoleh
dengan perbandingan eluen tersebut yaitu Rf A : 0,825, Rf B : 0,75 (Pinostrobin)
Rf C : 0,525, Rf D : 0,4375, Rf E : 0,3875 dan Rf stdr : 0,75. Pemilihan eluen n
heksan : etyl-asetat (5:2) karena terdapat senyawa yang memiliki nilai Rf sama
dengan standar. Dilakukan fraksinasi kembali dikarenakan masih terdapat zat
pengotor dan untuk mendapatkan senyawa murni pinsotrobin.

You might also like