Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Steven Kurniawan 00000002401
Pebimbing:
dr. Dyana Safitri Velies, SpOG
1
Riwayat Menstruasi
Menarche pada usia 9 tahun, Siklus haid teratur kurang lebih 28 hari, lama haid 1
minggu. Ganti pembalut 3x/hari. Keluhan haid disangkal
Riwayat Obstetrik:
G1 Dilakukan tindakan abortus atas indikasi Blighted Ovum yang diketahui pada
usia kehamilan 12 minggu menggunakan obat misoprostol sesuai indikasi dari
dokter di Rumah Sakit Balaraja pada tahun 2016.
G2 adalah kehamilan saat ini.
Kehamilan Sekarang
HPHT : 21 Juni 2016
Usia kehamilan : 39 Minggu
Taksiran persalinan : 28 Maret 2017
USG Terakhir : 24/03/17 (RSUS)
TBJ : 3500 g
Umur janin : 39 minggu
Air ketuban : Cukup
Placenta : Corpus Anterior
Jenis Kelamin : Perempuan
ANC : 5x (3x di Rumah Sakit Mayapada, 1x di Puskesmas
Balaraja, 1x di Konsambi)
Riwayat Ginekologi
Tidak ada keluhan keputihan atau pendarahan diluar haid
Riwayat Sexual & Marital
Cointarche : 23 tahun
Dispareunia :-
Post Coital Bleeding :-
Jumlah Pasangan Sexual : 1
STD :-
Riwayat kontrasepsi
Tidak ada
Riwayat sosial
2
Pasien tidak merokok, alkohol, tidak ketergantungan dengan obat dan tidak punya
alergi.
3
Perubahan kulit : (-)
Massa : (-)
Nipple discharge : (-)
B. Sistem Kardiovaskular
Regularitas : Reguler
S1/S2 : (-)
Murmur : (-)
Gallop : (-)
C. Sistem Respirasi
Simetri : (+)
Suara Nafas : Vesikuler / Vesikuler
Ronki : (-)
Wheezing : (-)
D. Abdomen
Inspeksi : Cembung supel, scar (-), striae (+), pelebaran vena (-),
Membesar sesuai dengan umur kehamilan
Auskultasi : bising usus (+)
Perkusi :-
Palpasi :-
E. Ekstrimitas
Nadi : +/+
Varikosa : -/-
Edema : (-)
Kulit : Warna sawo matang, tidak ada kelainan
F. Pemeriksaan Obstetri
Tinggi fundus uteri : 36 cm Taksiran berat janin: 3720 gram
Leopold I : Bokong
Leopold II : Punggung kanan
Leopold III : Kepala
Leopold IV : Konvergen, belum masuk PAP, 5/5
Denyut jantung janin : 130 x/menit
Kontraksi uterus :-
G. Pemeriksaan Pelvis
4
Inspeksi : Vulva dan vagina dalam batas normal
Inspekulo : Tidak dilakukan
Pemeriksaan Vaginal Touche :
o Portio : Anterior
o Effacement : 30%
o Pembukaan : 2 cm
o Ketuban : Utuh
o Presentasi : Kepala
o Station : -2
o Bagian Terendah :-
Pemeriksaan bimanual : Tidak dilakukan
Pemeriksaan retrovaginal : Tidak dilakukan
Pelvimetry klinis : Tidak dilakukan
5
Patient 22.00 second (31.00 47.00)
Biochemistry
SGOT (AST) 13 U/L (5-34)
SGPT (ALT) 7 U/L (0-55)
Ureum 13.0 mg/dL (<50.00)
Creatinine 0.46 mg/dL (0.5 1.1)
eGFR 175.9 mL/mnt/1.73 m^2
6
Microscopic
Erythrocyte 5 cells/L (0 3)
Leucocyte 4 cells/L (0 10)
Epithel (1+)
Casts Negative
Amorph (+1)
Bacteria (+1)
b. USG
Presentasi Janin : Kepala
Diameter Kepala (DBP) : 9,5 cm
Panjang Femur (FL) : 7,6 cm
TBJ : 3584 g
Usia Kehamilan : 39 minggu
TP : 29/3/2017
Placenta : Corpus Anterior
Jenis Kelamin : Perempuan
c. Cardiotocography (CTG)
baseline 125 - 130 x/min, variabilitas 5 beats, terdapat akselerasi dan tidak
ditemukan deselerasi. Kontraksi jarang, Kategori I
V. Ringkasan
Pasien Ny. A 25 tahun hamil 39 minggu datang ke Rumah Sakit Umum Siloam dengan
keluhan mules yang dirasakan 1 hari SMRS. Pasien mengeluhkan mules yang tidak
teratur sejak Senin malam (20/3/2017) namun semakin kuat dan teratur sejak Kamis
(23/3/2017) disertai dengan lendir cokelat yang keluar dari dalam vagina. HPHT
terakhir 21 Juni 2016 dengan TP 28 Maret 2017. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
berat badan pasien 110 kg dengan tinggi badan 160 (IMT: 42,97). Tekanan darah pasien
140/100 mmHg. Tidak ada sakit kepala, nyeri uluh hati, pandangan kabur dan
kehilangan kesadaran. Pemeriksaan obstetrik ditemukan leopold I bokong, leopold II
punggung kanan, leopold III kepala, dan leopold IV konvergen (5/5) dan TFU 36 cm,
dan TBJ 2790 g. Pada pemeriksaan urin ditemukan proteinuria +1. Hasil USG
7
(21/03/16) menunjukkan usia janin 39 minggu, air ketuban cukup, placenta di corpus
uterus bagian anterior, TBJ 3584 g, dan jenis kelamin perempuan.
VI. Diagnosa
G2P0A1 gravid 39 minggu, Janin presentasi kepala tunggal hidup, impartu PK 1 fase
latent dengan morbiditas obese disertai preeclamsia dan suspek makrosomia.
Alasan:
Pada anamnesis diketahui bahwa kehamilan ini adalah kehamilan kedua dimana
kehamilan pertama terjadi abortus atas indikasi Blighted Ovum, sehingga skor
obstetriknya G2P0A1
Pada anamnesa ditemukan HPHT pasien 21 Juni 2016, sehingga usia kehamilan
yang didapat adalah 39 minggu.
Pada pemeriksaan Leopold I, bagian janin teraba lunak suspek bagian bokong.
Pada pemeriksaan Leopold III, bagian janin teraba keras dan bundar suspek
presentasi kepala. Pada pemeriksaan USG ditemukan janin tunggal hidup
presentasi kepala.
Pada pemeriksaan VT didapatkan pembukaan portio selebar 2 cm menunjukkan
pembukaan 2 fase latent
Pemeriksaan fisik dan laboratorium:
o Berat badan ibu 110 kg
o Tinggi badan ibu 160 cm
o IMT 42,97 (Obesitas kelas 3)
o Tekanan darah 140/100
o Proteinuria +1
Hasil ini menunjukkan kehamilan resiko tinggi karena terdapat obesitas kelas 3
pada ibu disertai dengan preeklamsia.
VII. Penatalaksanaan
Observasi TTV dan CTG saat kedatangan di ruang bersalin
Berikan amlodipin 10 mg untuk menurunkan tekanan darah
Pantau CTG dan tekanan darah setiap 4 jam
Lakukan terminasi kehamilan karena usia kehamilan sudah >37 minggu agar
preeklamsia tidak menjadi berat
8
Lakukan terminasi dengan sectio caesarea (SC) atas indikasi morbiditas obese
dan curiga makrosomnia
Lakukan pemeriksaan darah lengkap pre-SC dan post-SC
Puasa 6 jam pre-SC
VIII. Prognosis
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Functionam : Bonam
Quo ad Sananctionam : Bonam
IX. Laporan Pembedahan
Nama Pasien : Ny. A
Usia : 25 tahun
Tgl Pembedahan : 25 Maret 2017
Ahli bedah : dr. F.C Christofani Ekapatria, SpOG
Ahli bius : dr. Monika, SpAn
Lama pembedahan : 45 menit (08.30 09.15)
Diagnosa Pra Bedah : G2P0A1 gravid 39 minggu, Janin presentasi kepala
tunggal hidup, impartu PK 1 fase latent dengan
morbiditas obese disertai preeclamsia dan suspek
makrosomia
Tindakan Pembedahan : Sectio Caesarea
Diagnosa Pasca Bedah : P1A1 post partus maturus via LSCS atas indikasi
morbiditas obese dengan preeklamsia dan makrosomia,
lahir bayi hidup perempuan, berat bayi 4100 gram dan
panjang bayi 50 cm dengan APGAR score 9/10
Uraian:
Perdarahan + Amnion 250 cc
Ringet Lactate + Oksitosin 20 IU = 20 tpm
Cek Hb 12 jam post-op
X. Follow up
9
Pasca Persalinan (25/03/2017)
Waktu Post Tekanan Nadi Frekuensi Temperatur Kontraksi Uterus Perdarahan
Partum darah (x/min) Nafas (OC)
(mmHg) (x/min)
15 min 120/80 96 20 36.2 Kontraksi baik, Lochia rubra
TFU sepusat normal
30 min 120/90 100 20 36.4 Kontraksi baik, Lochia rubra
TFU sepusat normal
45 min 120/80 104 22 36.4 Kontraksi baik, Lochia rubra
TFU sepusat normal
60 min 140/70 84 19 36.3 Kontraksi baik, Lochia rubra
TFU sepusat normal
90 min 140/70 76 18 36.1 Kontraksi baik, Lochia rubra
TFU sepusat normal
120 min 130/70 80 18 36.1 Kontraksi baik, Lochia rubra
TFU sepusat normal
10
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1.3 Epidemiologi
Pervalensi obesitas pada usia reproduktif dan ibu hamil sangat bervariasi dipengaruhi
oleh penggunaan, tahun, dan karakteristik dari studi populasi namun selalu menunjukkan
kenaikan angka dilihat dari populasi secara general. Data dari United States National
Center for Health Statistics pada tahun 2011-2014 menunjukkan 34.4 persen wanita usia
20-39 tahun masuk dalam kategori obesitas (IMT >30 kg/m2).7 Studi kohort di Inggris
meneliti di antara kelompok perempuan obesitas yang mengandung, 1103 wanita (21,8%)
memiliki setidaknya satu morbiditas (penyakit atau kondisi medis) didiagnosis sebelum
kehamilan dan 1180 (23,3%) perempuan telah kondisi didiagnosis selama kehamilan.8
2.1.4 Etiologi
Pemasukan Energi
Energi didapatkan melalui makanan yang dikonsumsi seperti pemasukan
protein, karbohidrat, dan lemak. Saat banyak kalori masuk ke dalam tubuh, tubuh akan
mengubah dan menyimpan energi ini dalam bentuk trigliserida di dalam jaringan
adiposa. Jika kalori yang masuk terlalu banyak, lemak akan disimpan di jaringan
adiposa dalam jumlah yang besar dan dapat mengarah ke obesitas.1
Pengeluaran Energi
Pengeluaran energi adalah kerja dari tingkat metabolik basal atau Basal
Metabolic Rate (BMR), efek termal makanan, dan aktifitas fisik.1
12
Mekanisme Tertentu
Obesitas juga dapat disebabkan oleh pengaruh beberapa hormon, komponen
genetik, dan faktor-faktor lain yang masih dalam penelitian. Beberapa dari faktor ini
memiliki efek jangka panjang pada pengontrolan pemasukan energi (leptin,
neuropeptide Y), sedangkan lainnya berpengaruh dalam penyimpanan energi jangka
pendek (ghrelin, insulin, dan cholecystokinin). Berikut adalah penjelasan terhadap
faktor pencetus obesitas1:
1. Insulin
Insulin adalah hormon anabolik yang tidak hanya berpengaruh pada otot
namun juga pada lemak. Insulin diketahui berperan langsung dalam
penyimpanan energi di sel adiposit. Saat seseorang mengalami resistensi
terhadap insulin, insulin akan lebih banyak dikeluarkan dari sel beta di pancreas.
Obesitas sentral sering dikatikan dengan resistensi insulin dan diabetes tipe 2.
2. Leptin
Leptin adalah cytokine-like polypeptide yang dihasilkan oleh sel adiposa
yang bertugas mengontrol pemasukan makanan lewat kerja dari reseptor di
hipotalamus. Pada orang yang tergolong obesitas diketahui memiliki jumlah
leptin yang lebih banyak.
3. Neuropeptida Y
Neuropeptida Y bekerja sama dengan leptin dalam mengatur makanan
yang akan masuk ke dalam tubuh manusia. Neuropeptida Y diaktifkan oleh
leptin dan berpengaruh besar dalam proses pemasukan makanan.
Neuropeptida Y juga diyakini memliki pengaruh dalam nafsu makan.
4. Kortisol
Kortisol adalah glukokortikoid yang memiliki efek yang kuat dalam
metabolism tubuh. Hal ini termasuk dalam penguraian asam lemak dari
trigliserida yang tersimpan, proses gluconeogenesis di hati, dan proteolisis.
5. Ghrelin
Ghrelin adalah hormon pertumbuhan (growth hormone) yang memiliki
konsentrasi tinggi di dalam lambung. Pengeluaran gastric ghrelin akan
bertambah saat seseorang melakukan puasa. Namun, penelitian menunjukan
pada pasien obesitas memiliki kadar ghrelin yang rendah. Kerja dari hormon ini
berlawanan dengan kerja leptin.
6. Hormon
13
Testosteron akan menurunkan aktifitas dari lipoprotein lipase dan
menaikan lipolysis pada pria. Sementara pada wanita, kerjanya dihambat oleh
pengaruh estrogen. Testosteron juga berpengaruh dalam pembentukan leptin.
Hormon pertumbuhan (Insulin-like growth hormone) juga berpengaruh dalam
pembentukan obesitas. Growth Hormone juga menstimulasi lipolysis, sintesis
protein, dan menginhibisi proteolysis melalui IGF-1. Hormon lain yang
berpengaruh dalam obesitas adalah thyrotropin stimulating hormone (TSH),
Corticotropin-releasing hormone (CRH), dan Melanocyte-stimulating
hormone.
Hubungan dari berat saat hamil dengan kembar dyzigotic telah dikaitkan
dengan kenaikan dari Follicle-Stimulating Hormone (FSH) pada wanita dengan
obesitas. Meskipun hubungan secara langsung antara obesitas dengan kenaikan FSH
15
belum terbukti, nilai FSH dengan kadar tertinggi terjadi pada wanita yang telah
mempunyai dua set kembar sebelumnya.7
Masa Intrapartum
1. Induksi Kehamilan
Wanita dengan obesitas memiliki resiko lebih tinggi untuk melakukan induksi
kehamilan karena mereka memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami komplikasi.
Mereka juga memiliko resiko lebih tinggi untuk mengalami kegagalan induksi.
Dalam suatu studi kasus wanita dengan obesitas mempunyai resiko dua kali lipat
untuk mengalami kegagalan induksi dibandingkan dengan wanita yang memiliki
berat badan normal. Resiko untuk mengalami kegagalan induksi semakin meningkat
seiring dengan peningkatan obesitas. (kelas I, II, and III: 1.85, 2.30 dan 2.89.16
Dalam suatu studi, induksi pada wanita yang belum pernah melahirkan, tingkat dari
dilatasi serviks dan durasi melahirkan berbanding terbalik dengan berat pada
kehamilan (peningkatan 0,3 jam pada oksitosin pada jarak antar kelahiran telah
diobservasi pada setiap 10 kg kenaikan berat badan).7
2. Kemajuan Persalinan
Kehamilan obesitas tampak memiliki efek pada progres kelahiran dan tidak
bergantung pada ukuran fetus, akan tetapi bergantung pada ukuran kehamilan.
Dalam studi kohort pada 612 wanita yang belum pernah melahirkan secara spontan,
rata rata durasi kelahiran dari 4 10 cm secara signifikan lebih lama pada wanita
dengan obesitas dan kelebihan berat badan dibandingkan dengan wanita dengan
berat badan normal.17
16
Masa Postpartum
1. Venous Thromboembolism
Obesitas dengan kelahiran caesarean merupakan faktor resiko yang tinggi untuk
menimbulkan tromboembolisme yang merupakan penyebab meningkatnya
morbiditas dan mortalitas pada ibu hamil. Seamkin tinggi IMT, semakin tinggi
resiko terjadinya venous thromboembolism (VTE).
2. Infeksi
Angka kejadian infeksi postpartum pada ibu hamil dengan obesitas lebih tinggi
daripada yang memiliki IMT normal. Hal ini mencakup infeksi luka, episiotomi,
dan endometritis. Vaskularisasi yang buruk dari lapisan adiposa di subkutan dan
formasi dari seroma juga pembentukan hematoma menaikan resiko dari infeksi luka
operasi.
3. Postpartum Depression
Beberapa penelitian menemukan adanya hubungan antara obesitas pada
kehamilan dengan insidensi dari depresi postpartum.
2.1.6 Tatalaksana
Dengan banyaknya komplikasi yang dapat terjadi pada ibu hamil dengan obesitas,
penting menjelaskan kepada ibu hamil untuk selalu rutin mengikuti asuhan antenatal.
Tatalaksana yang dilakukan untuk menjaga kondisi ibu hamil dan kandungannya agar tetap
sehat dapat dibedakan pada saat kedatangan pada trimester pertama, trimester kedua,
17
trimester ketiga, pada saat proses melahirkan, postpartum dan masa nifas. Kerja sama tim
dari tenaga kesehatan juga diperlukan antara dokter spesialis kandungan, spesialis
kehamilan resiko tinggi (High Risk Pregnancy), ahli nutrisi, bidan, dokter spesialis
anastesi, dan tenaga lainnya.7
Setiap wanita yang merencanakan untuk hamil disarankan melakukan konseling ke
tenaga kesehatan terlebih dahulu terutama pada kasus obesitas. Tujuan dari konseling pra-
kehamilan pada wanita obesitas adalah untuk menjelaskan masalah-masalah yang dapat
timbul pada wanita obesitas dan bagaimana cara mengatasinya agar kondisi maternal dan
fetal tetap sehat dan bayi dapat lahir dengan baik. Informasi yang dapat diberikan salah
satunya adalah masalah fertilitas pada wanita obesitas. Komplikasi kehamilan yang dapat
terjadi harus disampaikan terlebih dahulu kepada pasien agar dapat dipersiapkan dengan
baik. Untuk mencegah terjadinya hal buruk, sarankan pasien untuk mengurangi berat badan
dengan mengatur pola makan dan olahraga yang maksimal sebelum hamil. Menurunkan
berat badan pada saat hamil akan memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan sebelum
hamil.18 Jauhkan obat-obatan untuk menurunkan berat badan selama kehamilan
berlangsung.
Pada trimester pertama, lakukan pemeriksaan antenatal seperti biasa dengan dilakukan
pengecekan indeks massa tubuh (IMT) yaitu dengan mengukur tinggi badan dan berat
badan. Cek tanda-tanda vital seperti tekanan darah, suhu tubuh, nadi, dan laju pernafasan.
USG dilakukan untuk mengetahui usia gestasi dan mengetahui berapa banyak janin yang
hidup. Lakukan pemeriksaan diabetes dan cek riwayat pengobatan pasien. Untuk
pemeriksaan laboratorium, dapat dilakukan pemeriksaan urin, konsentrasi kreatinin,
pemeriksaan darah lengkap untuk melihat jumlah platelet dan fungsi hati. Pada pertemuan
ini, penting dilakukan konseling tentang pola diet, olahraga, dan kenaikan normal berat
badan pada ibu hamil. Pada ibu hamil yang obesitas, membatasi kenaikan berat badan dapat
mengurangi resiko terjadinya makrosomia dan komplikasi lainnya.7
Pada trimester kedua, pemberian low-dose aspirin sudah boleh diberikan untuk
mengurangi resiko terjadinya preeklamsia. Lakukan pemeriksaan rutin seperti biasa seperti
pemeriksaan USG. Pada usia kehamilan 18-24 minggu, sudah dapat dilihat apakah terdapat
fetal anomali. Pemeriksaan gula darah juga dilakukan untuk melihat apakah sudah terjadi
gestasional diabetes.
Pada trimester ketiga, pemeriksaan palpasi abdomen dilakukan untuk mencari tinggi
fundus, namun pemeriksaan ini biasanya sulit dilakukan turutama pada pasien obesitas
kelas III (IMT>40). USG dapat dilakukan setiap 4-6 minggu. Pastikan kondisi bayi, apakah
18
dalam keadaan yang baik untuk dilakukan persalinan normal atau memerlukan tindakan
operasi.
Untuk persalinan dengan sectio caesarean, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah
pemberian thromboprophylaxis dan antibiotic prophylaxis. Setelah itu, jelaskan pada ibu
untuk tetap memberikan ASI dan jika ibu ingin menggunakan kontrasepsi, maka alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yang bersifat non-hormonal merupakan pilihan yang
terbaik dibanding kontrasepsi yang mengandung estrogen-progesteron. Pasien dengan
diabetes gestasional harus melakukan pengecekan gula darah lagi 6-12 minggu setelah
kelahiran. Dan terakhir, selalu dukung pasien untuk menjaga pola hidup yang baik dengan
pola diet yang sehat dan rajin berolahraga agar tercapai indeks massa tubuh yang
diinginkan sehingga mengurangi resiko terjadinya kelainan di kehamilan berikutnya.
19
Bab III Daftar Pustaka
10. Boots C, Stephenson MD. Does obesity increase the risk of miscarriage in
spontaneous conception: a systematic review. Semin Reprod Med 2011; 29:507.
11. Bellver J, Melo MA, Bosch E, et al. Obesity and poor reproductive outcome: the
potential role of the endometrium. Fertil Steril 2007; 88:446.
20
12. Mohammed Chyad Al-Noaemi1 and Mohammed Helmy Faris Shalayel2 1Al-Yarmouk
College, Khartoum, 2National College for Medical and Technical Studies, Khartoum,
Sudan. Pathophysiology of Gestational Diabetes Mellitus: The Past, the Present and the
Future. 2011
13. World Health Organization. 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan. Jakarta:
14. Barbara L. Hoffman, Robyn Horsager, Scott W. Roberts. Williams Obstetrics. 24th ed.
USA: McGraw-Hill Education.2014
15. Yamamoto M, Feigenbaum SL, Crites Y, et al. Risk of preterm delivery in non-
diabetic women with polycystic ovarian syndrome. J Perinatol 2012; 32:770.
16. Reddy UM, Branum AM, Klebanoff MA. Relationship of maternal body mass index
and height to twinning. Obstet Gynecol 2005; 105:593.
17. Wolfe KB, Rossi RA, Warshak CR. The effect of maternal obesity on the rate of
failed induction of labor. Am J Obstet Gynecol 2011; 205:128.e1.
18. Vahratian A, Zhang J, Troendle JF, et al. Maternal prepregnancy overweight and
obesity and the pattern of labor progression in term nulliparous women. Obstet
Gynecol 2004; 104:943.
19. Julliette K. 2009. Your Weight Before Pregnancy.
http://www.weightlossresources.co.uk/weight_loss/pregnancy/before.htm. Diakses
pada 01-04-2017
21