You are on page 1of 22

LAPORAN KASUS

MORBIDITAS OBESITAS DALAM KEHAMILAN

Disusun oleh:
Steven Kurniawan 00000002401

Pebimbing:
dr. Dyana Safitri Velies, SpOG

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

RUMAH SAKIT UMUM SILOAM

Periode : 14 Maret 2016 21 Mei 201


Bab I Tinjauan Kasus
I. Identitas Pasein
Nama : Ny. A
No. Rekam Medis : 75-43-94
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 11 April 1991 (21 Tahun)
Alamat : Desa Belimbing, Tangerang
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan :-
Tanggal Masuk : 24 Maret 2017 pukul 15.00

II. Anamnesis (Autoanamnesa)


Tanggal pemeriksaan : 24/03/2017 Jam: 00.10
Keluhan Utama : Mules yang semakin kuat sejak 1 hari sebelum kedatangan ke
rumah sakit
Keluhan Tambahan :
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien G2P0A1 hamil 39 minggu datang dengan keluhan mules sejak 1 hari
sebelum kedatangan ke rumah sakit. Pasien mulai merasakan mules yang tidak
teratur sejak Senin malam (20/3/2017) namun mules yang dirasakan semakin
menguat sejak hari Kamis (23/3/2017) disertai dengan keluarnya lendir cokelat dari
dalam vagina. Pasien menyangkal keluarnya cairan lain dari dalam vagina. Pasien
memiliki tekanan darah tinggi dengan proteinuria +1 sejak usia kehamilan 35
minggu tanpa disertai gejala sakit kepala, nyeri ulu hati, pandangan kabur maupun
kehilangan kesadaran.
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada riwayat penyakit jantung, paru, ginjal, kembar, dan alergi
Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu dari pasien memiliki tekanan darah dan gula darah yang tidak terkontrol.

1
Riwayat Menstruasi
Menarche pada usia 9 tahun, Siklus haid teratur kurang lebih 28 hari, lama haid 1
minggu. Ganti pembalut 3x/hari. Keluhan haid disangkal
Riwayat Obstetrik:
G1 Dilakukan tindakan abortus atas indikasi Blighted Ovum yang diketahui pada
usia kehamilan 12 minggu menggunakan obat misoprostol sesuai indikasi dari
dokter di Rumah Sakit Balaraja pada tahun 2016.
G2 adalah kehamilan saat ini.
Kehamilan Sekarang
HPHT : 21 Juni 2016
Usia kehamilan : 39 Minggu
Taksiran persalinan : 28 Maret 2017
USG Terakhir : 24/03/17 (RSUS)
TBJ : 3500 g
Umur janin : 39 minggu
Air ketuban : Cukup
Placenta : Corpus Anterior
Jenis Kelamin : Perempuan
ANC : 5x (3x di Rumah Sakit Mayapada, 1x di Puskesmas
Balaraja, 1x di Konsambi)

Riwayat Ginekologi
Tidak ada keluhan keputihan atau pendarahan diluar haid
Riwayat Sexual & Marital
Cointarche : 23 tahun
Dispareunia :-
Post Coital Bleeding :-
Jumlah Pasangan Sexual : 1
STD :-
Riwayat kontrasepsi
Tidak ada
Riwayat sosial

2
Pasien tidak merokok, alkohol, tidak ketergantungan dengan obat dan tidak punya
alergi.

III. Pemeriksaan Fisik


Tanda-tanda vital
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 140/100 mmHg
Pernapasan : 20 kali per menit
Nadi : 88 kali per menit
Suhu : 36.6oC
Antropometri
Berat Badan : 110 kg
Tinggi Badan : 160 cm
IMT : 42,97 Obesitas kelas 3
Berat badan sebelum hamil: 90 Kg
Total kenaikan berat badan: 20 Kg
Status Generalis
Kepala : Normocephal, deformitas (-), bekas luka (-) rambut hitam, distribusi
merata
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-/-), hiperemis (-/-)
Telinga : Bentuk normal di kedua telinga, serumen (-/-), sekret (-/-),
pendengaran kedua telinga normal
Mulut : Mukosa normal, faring hiperemis (-), stomatitis (-), karies (-)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar tiroid (-),
deviasi trakea (-)
Axilla : Tidak teraba maupun terlihat benjolan ataupun terlihatnya kelenjar
getah bening.
A. Mammae
Simetri : (+)

3
Perubahan kulit : (-)
Massa : (-)
Nipple discharge : (-)
B. Sistem Kardiovaskular
Regularitas : Reguler
S1/S2 : (-)
Murmur : (-)
Gallop : (-)
C. Sistem Respirasi
Simetri : (+)
Suara Nafas : Vesikuler / Vesikuler
Ronki : (-)
Wheezing : (-)
D. Abdomen
Inspeksi : Cembung supel, scar (-), striae (+), pelebaran vena (-),
Membesar sesuai dengan umur kehamilan
Auskultasi : bising usus (+)
Perkusi :-
Palpasi :-
E. Ekstrimitas
Nadi : +/+
Varikosa : -/-
Edema : (-)
Kulit : Warna sawo matang, tidak ada kelainan
F. Pemeriksaan Obstetri
Tinggi fundus uteri : 36 cm Taksiran berat janin: 3720 gram
Leopold I : Bokong
Leopold II : Punggung kanan
Leopold III : Kepala
Leopold IV : Konvergen, belum masuk PAP, 5/5
Denyut jantung janin : 130 x/menit
Kontraksi uterus :-

G. Pemeriksaan Pelvis
4
Inspeksi : Vulva dan vagina dalam batas normal
Inspekulo : Tidak dilakukan
Pemeriksaan Vaginal Touche :
o Portio : Anterior
o Effacement : 30%
o Pembukaan : 2 cm
o Ketuban : Utuh
o Presentasi : Kepala
o Station : -2
o Bagian Terendah :-
Pemeriksaan bimanual : Tidak dilakukan
Pemeriksaan retrovaginal : Tidak dilakukan
Pelvimetry klinis : Tidak dilakukan

IV. Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Darah Lengkap (24-03-2017 17:52)
Hb 11.50 g/dL (10,5 12,9)
Hct 34.90 % (35 43)
RBC 4.27 10^6/l (3,6 5,2)
WBC 9.08 10^3/l (6,00 17,50)
Platelets 267.00 10^3/l (150 440)
MCV, MCH, MCHC
MCV 81.70 fl (74 106)
MCH 26.90 pg (21 33)
MCHC 33.00 g/dl (28 32)
PT-APTT
Prothrombine Time
Control 10.90 second (9.2 12.4)
Patient 9.30 second (9.4 11.3)
INR 0.89
A.P.T.T
Control 31.90 second (27.3 36.9)

5
Patient 22.00 second (31.00 47.00)

Biochemistry
SGOT (AST) 13 U/L (5-34)
SGPT (ALT) 7 U/L (0-55)
Ureum 13.0 mg/dL (<50.00)
Creatinine 0.46 mg/dL (0.5 1.1)
eGFR 175.9 mL/mnt/1.73 m^2

Blood Random Glucose 101.0 mg/dL (<200.00)

Electrolyte (Na, K, Cl)

Sodium (Na) 136 mmol/L (137 145)


Potasium (K) 3.8 mmol/L (3.6 5.0)
Chloride (Cl) 102 mmol/L (98 107)

Urinalysis (24-03-2017 17:52)


Macroscopic
Color Yellow
Appearance Slightly Cloudy (Clear)
Specific Gravity 1.025 (1.000 1030)
pH 6.0 (4.50 8.00)
Leucocyte Estarase Negative cells/ L (Negative)
Nitrit Positive (Negative)
Protein (+1) 30 (Negative)
*Duplo dengan Asam Sulfosalisilat
Glucose Negative (Negative)
Keton Negative (Negative)
Urobilinogen 1.0 mg/dL (Negative)
Bilirubin Negative (Negative)
Occult Blood (+1) 25 (Negative)

6
Microscopic
Erythrocyte 5 cells/L (0 3)
Leucocyte 4 cells/L (0 10)
Epithel (1+)
Casts Negative
Amorph (+1)
Bacteria (+1)

b. USG
Presentasi Janin : Kepala
Diameter Kepala (DBP) : 9,5 cm
Panjang Femur (FL) : 7,6 cm
TBJ : 3584 g
Usia Kehamilan : 39 minggu
TP : 29/3/2017
Placenta : Corpus Anterior
Jenis Kelamin : Perempuan

c. Cardiotocography (CTG)
baseline 125 - 130 x/min, variabilitas 5 beats, terdapat akselerasi dan tidak
ditemukan deselerasi. Kontraksi jarang, Kategori I

V. Ringkasan
Pasien Ny. A 25 tahun hamil 39 minggu datang ke Rumah Sakit Umum Siloam dengan
keluhan mules yang dirasakan 1 hari SMRS. Pasien mengeluhkan mules yang tidak
teratur sejak Senin malam (20/3/2017) namun semakin kuat dan teratur sejak Kamis
(23/3/2017) disertai dengan lendir cokelat yang keluar dari dalam vagina. HPHT
terakhir 21 Juni 2016 dengan TP 28 Maret 2017. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
berat badan pasien 110 kg dengan tinggi badan 160 (IMT: 42,97). Tekanan darah pasien
140/100 mmHg. Tidak ada sakit kepala, nyeri uluh hati, pandangan kabur dan
kehilangan kesadaran. Pemeriksaan obstetrik ditemukan leopold I bokong, leopold II
punggung kanan, leopold III kepala, dan leopold IV konvergen (5/5) dan TFU 36 cm,
dan TBJ 2790 g. Pada pemeriksaan urin ditemukan proteinuria +1. Hasil USG

7
(21/03/16) menunjukkan usia janin 39 minggu, air ketuban cukup, placenta di corpus
uterus bagian anterior, TBJ 3584 g, dan jenis kelamin perempuan.
VI. Diagnosa
G2P0A1 gravid 39 minggu, Janin presentasi kepala tunggal hidup, impartu PK 1 fase
latent dengan morbiditas obese disertai preeclamsia dan suspek makrosomia.

Alasan:
Pada anamnesis diketahui bahwa kehamilan ini adalah kehamilan kedua dimana
kehamilan pertama terjadi abortus atas indikasi Blighted Ovum, sehingga skor
obstetriknya G2P0A1
Pada anamnesa ditemukan HPHT pasien 21 Juni 2016, sehingga usia kehamilan
yang didapat adalah 39 minggu.
Pada pemeriksaan Leopold I, bagian janin teraba lunak suspek bagian bokong.
Pada pemeriksaan Leopold III, bagian janin teraba keras dan bundar suspek
presentasi kepala. Pada pemeriksaan USG ditemukan janin tunggal hidup
presentasi kepala.
Pada pemeriksaan VT didapatkan pembukaan portio selebar 2 cm menunjukkan
pembukaan 2 fase latent
Pemeriksaan fisik dan laboratorium:
o Berat badan ibu 110 kg
o Tinggi badan ibu 160 cm
o IMT 42,97 (Obesitas kelas 3)
o Tekanan darah 140/100
o Proteinuria +1
Hasil ini menunjukkan kehamilan resiko tinggi karena terdapat obesitas kelas 3
pada ibu disertai dengan preeklamsia.

VII. Penatalaksanaan
Observasi TTV dan CTG saat kedatangan di ruang bersalin
Berikan amlodipin 10 mg untuk menurunkan tekanan darah
Pantau CTG dan tekanan darah setiap 4 jam
Lakukan terminasi kehamilan karena usia kehamilan sudah >37 minggu agar
preeklamsia tidak menjadi berat

8
Lakukan terminasi dengan sectio caesarea (SC) atas indikasi morbiditas obese
dan curiga makrosomnia
Lakukan pemeriksaan darah lengkap pre-SC dan post-SC
Puasa 6 jam pre-SC

VIII. Prognosis
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Functionam : Bonam
Quo ad Sananctionam : Bonam
IX. Laporan Pembedahan
Nama Pasien : Ny. A
Usia : 25 tahun
Tgl Pembedahan : 25 Maret 2017
Ahli bedah : dr. F.C Christofani Ekapatria, SpOG
Ahli bius : dr. Monika, SpAn
Lama pembedahan : 45 menit (08.30 09.15)
Diagnosa Pra Bedah : G2P0A1 gravid 39 minggu, Janin presentasi kepala
tunggal hidup, impartu PK 1 fase latent dengan
morbiditas obese disertai preeclamsia dan suspek
makrosomia
Tindakan Pembedahan : Sectio Caesarea
Diagnosa Pasca Bedah : P1A1 post partus maturus via LSCS atas indikasi
morbiditas obese dengan preeklamsia dan makrosomia,
lahir bayi hidup perempuan, berat bayi 4100 gram dan
panjang bayi 50 cm dengan APGAR score 9/10

Uraian:
Perdarahan + Amnion 250 cc
Ringet Lactate + Oksitosin 20 IU = 20 tpm
Cek Hb 12 jam post-op

X. Follow up

9
Pasca Persalinan (25/03/2017)
Waktu Post Tekanan Nadi Frekuensi Temperatur Kontraksi Uterus Perdarahan
Partum darah (x/min) Nafas (OC)
(mmHg) (x/min)
15 min 120/80 96 20 36.2 Kontraksi baik, Lochia rubra
TFU sepusat normal
30 min 120/90 100 20 36.4 Kontraksi baik, Lochia rubra
TFU sepusat normal
45 min 120/80 104 22 36.4 Kontraksi baik, Lochia rubra
TFU sepusat normal
60 min 140/70 84 19 36.3 Kontraksi baik, Lochia rubra
TFU sepusat normal
90 min 140/70 76 18 36.1 Kontraksi baik, Lochia rubra
TFU sepusat normal
120 min 130/70 80 18 36.1 Kontraksi baik, Lochia rubra
TFU sepusat normal

10
Bab II Tinjauan Pustaka

2.1 Obesitas dalam Kehamilan


2.1.1 Definisi
Obesitas atau kegemukan adalah keadaan yang terjadi apabila kuantitas jaringan
lemak tubuh dibandingkan berat badan total lebih besar daripada normal.1 Obesitas
merupakan penyakit kompleks yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara asupan
energi dengan output dan adanya kelebihan lemak dalam jumlah yang besar. Menurut
WHO, obesitas juga dapat didefinisikan sebagai kondisi dimana terjadi penggumpalan
lemak di jaringan adiposa yang menyebabkan berbagai gangguan kesehatan.2 Sel adiposa
berperan dalam tempat penyimpanan lemak dan merupakan organ yang memproduksi
molekul biologi aktif (adipokin) seperti sitokin proinflamasi, hormon anti-inflamasi, dan
substansi biologi lainnya. Kerusakan pada sel adiposa dapat menyebabkan tingginya
tingkat sitokin pro-inflamasi yang disekresikan dan dapat menyebabkan gangguan-
gangguan seperti inflamasi dinding vaskuler.3
Obesitas menjadi masalah kesehatan yang signifikan pada wanita saat kehamilan dan
masa nifas. Harus diperhatikan bahwa obesitas dalam kehamilan akan menaikan resiko
komplikasi pada antenatal, peripartum dan neonatal. Obesitas tidak hanya memiliki
implikasi pada kesehatan dari kehamilan namun juga berdampak pada berat pada anak saat
masih janin dan seterusnya.4
2.1.2 Klasifikasi
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah standarisasi untuk memisahkan seseorang ke
dalam beberapa kategori berat badan. Cara menghitung IMT adalah berat badan (kg) dibagi
dengan tinggi badan (m) pangkat 2 (IMT=BB/(TBxTB)). WHO secara internasional
menetapkan klasifikasi kategori berat badan berdasarkan IMT untuk wanita sebelum hamil
atau wanita hamil pada trimester pertama menjadi beberapa kategori. Obesitas dikatakan
jika IMT 30 kg/m2. Pembagian ini diperjelas dengan obesitas kelas 1 dengan IMT 30.0 -
34.9 kg/m2, kelas 2 dengan IMT 35.0 - 39.9 kg/m2, dan kelas 3 dengan IMT 40 kg/m2.
Untuk skala Asia, WHO membedakan IMT untuk wanita sebelum hamil kedalam kategori
kekurangan berat badan (underweight) <18.5, berat badan normal 18.5-22.9, kelebihan
berat badan (overweight) 23-24.9 atau dapat dikategorikan sebagai pra-obesitas, dan yang
terakhir adalah obesitas yang dibagi ke dalam 2 kelas, obesitas kelas 1 25-29.9 dan obesitas
kelas 2 >30.5
11
Institute of Medicine (IOM) mengeluarkan data kenaikan berat badan normal pada ibu
yang hamil berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) internasional yang sudah ditetapkan
oleh World Health Organization (WHO) sebelumnya. Kenaikan berat badan ini dilihat dari
berat badan pada trimester pertama. Untuk wanita yang mengandung, IOM
merekomendasikan keniakan 12,7-18,1 kg untuk wanita kekurangan berat badan
(underweight), 11,3-15,9 kg pada wanita dengan berat badan normal, 6,8-11,3 pada wanita
yang kelebihan berat badan (overweight), dan 5-9,1 pada wanita yang digolongkan
obesitas. Sangat penting untuk mengetahui bahwa menurunkan berat badan selama
mengandung tidak baik dan dapat memberikan efek buruk pada perkembangan fetus.6
Dengan adanya kenaikan fisiologis yang terjadi pada kehamilan, nilai IMT tidak dapat
digunakan untuk menentukan klasifikasi berat badan ibu, maka dari itu pada kehamilan
trimester pertama adalah saat yang paling tepat untuk mengukur berat badan untuk
menentukan klasifikasi berat badan pada ibu hamil.

2.1.3 Epidemiologi
Pervalensi obesitas pada usia reproduktif dan ibu hamil sangat bervariasi dipengaruhi
oleh penggunaan, tahun, dan karakteristik dari studi populasi namun selalu menunjukkan
kenaikan angka dilihat dari populasi secara general. Data dari United States National
Center for Health Statistics pada tahun 2011-2014 menunjukkan 34.4 persen wanita usia
20-39 tahun masuk dalam kategori obesitas (IMT >30 kg/m2).7 Studi kohort di Inggris
meneliti di antara kelompok perempuan obesitas yang mengandung, 1103 wanita (21,8%)
memiliki setidaknya satu morbiditas (penyakit atau kondisi medis) didiagnosis sebelum
kehamilan dan 1180 (23,3%) perempuan telah kondisi didiagnosis selama kehamilan.8

2.1.4 Etiologi
Pemasukan Energi
Energi didapatkan melalui makanan yang dikonsumsi seperti pemasukan
protein, karbohidrat, dan lemak. Saat banyak kalori masuk ke dalam tubuh, tubuh akan
mengubah dan menyimpan energi ini dalam bentuk trigliserida di dalam jaringan
adiposa. Jika kalori yang masuk terlalu banyak, lemak akan disimpan di jaringan
adiposa dalam jumlah yang besar dan dapat mengarah ke obesitas.1
Pengeluaran Energi
Pengeluaran energi adalah kerja dari tingkat metabolik basal atau Basal
Metabolic Rate (BMR), efek termal makanan, dan aktifitas fisik.1
12
Mekanisme Tertentu
Obesitas juga dapat disebabkan oleh pengaruh beberapa hormon, komponen
genetik, dan faktor-faktor lain yang masih dalam penelitian. Beberapa dari faktor ini
memiliki efek jangka panjang pada pengontrolan pemasukan energi (leptin,
neuropeptide Y), sedangkan lainnya berpengaruh dalam penyimpanan energi jangka
pendek (ghrelin, insulin, dan cholecystokinin). Berikut adalah penjelasan terhadap
faktor pencetus obesitas1:
1. Insulin
Insulin adalah hormon anabolik yang tidak hanya berpengaruh pada otot
namun juga pada lemak. Insulin diketahui berperan langsung dalam
penyimpanan energi di sel adiposit. Saat seseorang mengalami resistensi
terhadap insulin, insulin akan lebih banyak dikeluarkan dari sel beta di pancreas.
Obesitas sentral sering dikatikan dengan resistensi insulin dan diabetes tipe 2.
2. Leptin
Leptin adalah cytokine-like polypeptide yang dihasilkan oleh sel adiposa
yang bertugas mengontrol pemasukan makanan lewat kerja dari reseptor di
hipotalamus. Pada orang yang tergolong obesitas diketahui memiliki jumlah
leptin yang lebih banyak.
3. Neuropeptida Y
Neuropeptida Y bekerja sama dengan leptin dalam mengatur makanan
yang akan masuk ke dalam tubuh manusia. Neuropeptida Y diaktifkan oleh
leptin dan berpengaruh besar dalam proses pemasukan makanan.
Neuropeptida Y juga diyakini memliki pengaruh dalam nafsu makan.
4. Kortisol
Kortisol adalah glukokortikoid yang memiliki efek yang kuat dalam
metabolism tubuh. Hal ini termasuk dalam penguraian asam lemak dari
trigliserida yang tersimpan, proses gluconeogenesis di hati, dan proteolisis.
5. Ghrelin
Ghrelin adalah hormon pertumbuhan (growth hormone) yang memiliki
konsentrasi tinggi di dalam lambung. Pengeluaran gastric ghrelin akan
bertambah saat seseorang melakukan puasa. Namun, penelitian menunjukan
pada pasien obesitas memiliki kadar ghrelin yang rendah. Kerja dari hormon ini
berlawanan dengan kerja leptin.
6. Hormon
13
Testosteron akan menurunkan aktifitas dari lipoprotein lipase dan
menaikan lipolysis pada pria. Sementara pada wanita, kerjanya dihambat oleh
pengaruh estrogen. Testosteron juga berpengaruh dalam pembentukan leptin.
Hormon pertumbuhan (Insulin-like growth hormone) juga berpengaruh dalam
pembentukan obesitas. Growth Hormone juga menstimulasi lipolysis, sintesis
protein, dan menginhibisi proteolysis melalui IGF-1. Hormon lain yang
berpengaruh dalam obesitas adalah thyrotropin stimulating hormone (TSH),
Corticotropin-releasing hormone (CRH), dan Melanocyte-stimulating
hormone.

2.1.5 Hubungan Obesitas dengan Kehamilan


Masa Antepartum
Beberapa akibat yang dapat timbul pada saat masa antepartum pada ibu hamil dengan
obesitas antara lain,7
1. Early Pregnancy Loss
Pada tahun 2011, dilihat dari studi sistematik termasuk 6 penelitian retrospektif
yang mengambil sampel sebanyak 28.538 ibu hamil (3800 obesitas, 3792
overweight, 17.146 normal) didapatkan presentasi keguguran terjadi pada 16,6% ibu
obesitas, 11,8% ibu overweight dan 10,7% pada ibu yang memiliki indeks massa
tubuh normal.9 Kejadian ini dapat disebabkan karena berbagai hal meski penyebab
kejadian keguguran pada wanita obesitas masih belum diketahui sepenuhnya. Salah
satu mekanisme yang terjadi adalah lingkungan hormonal pada wanita obesitas yang
menyebabkan endometrial receptivity yang kurang baik.10 Penyebab lain adalah
terjadinya inflamasi kronik ringan sedang yang sering terjadi pada pasien plycystic
ovarian syndrome (PCOS). Hal ini juga dapat meningkatkan angka keguguran pada
ibu hamil.7
2. Gestational Diabetes
Gestational Diabetes adalah keadaan dimana ibu hamil yang sebelumnya tidak
terdiagnosis diabetes dengan kenaikan gula darah yang baru terlihat selama
kehamilan.11 Gestational Diabetes biasanya tidak menimbulkan gejala yang terlihat
dan sebagian besar terdiagnosis saat pemeriksaan rutin saat kehamilan. Diagnosis
diabetes ditegakkan bila kadar glukosa darah sewaktu >200 mg/dL disertai gejala
klasik hiperglikemi atau kadar darah puasa >126 mg/dL atau kadar glukosa 2 jam
setelah TTGO >200 mg/dL atau kadar HbA1C >6,5%.12
14
3. Hipertensi pada Kehamilan
Hipertensi dalam kehamilan menjadi masalah dalam 5 10% dalam kehamilan.
Penyakit ini bersama dengan pendarahan dan infeksi menjadi tiga penyakit yang
paling banyak menyebabkan kematian pada ibu hamil. Hipertensi dalam kehamilan
dapat dibagi menjadi hipertensi gestasional, preeklamsia dan eklamsia, hipertensi
kronik dan preeclamsia superimposed on chronic hypertension.13
Mekanisme pengaruh obesitas pada hipertensi pada kehamilan belum begitu
jelas diketahui. Beberapa faktor penyebab seperti penyakit kardiovaskular pada
obesitas seperti resistensi insulin, hiperlipidemia dan subklinikal inflamasi dapat
mempengaruhi terjadinya hipertensi dalam kehamilan pada wanita obesitas.7
4. Kelahiran Prematur
Obesitas meningkatkan resiko kelahiran prematur yang dapat disebabkan oleh
penyakit penyerta pada ibu hamil dengan obesitas seperti hipertensi, preeklamsia dan
diabetes. Beberapa penelitian juga meneliti hubungan PCOS dengan kelahiran
prematur termasuk adanya ketidakmampuan serviks untuk menahan bayi di dalam
rahim. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan hormon yang menaikan kadar
relaxin sehingga melemahkan cervical collagen matrix.14
5. Post-term Pregnancy
Mekanisme yang menyebabkan kehamilan tua pada wanita obesitas belum jelas
diketahui. Ada hipotesis yang mengatakan bahwa wanita obesitas umumnya
mengalami gejala oligo-ovulasi atau amenorrhea yang menyebabkan kesalahan pada
perhitungan usia kehamilan. Hipotesis ini didukung oleh penggunaan USG dimana
umur gestasi pada USG lebih muda daripada usia pada perhitungan HPHT. Hipotesis
lainnya adalah obesitas berpengaruh pada perubahan hormon dimana menentukan
onset dari kelahiran.7
6. Multigestasi

Insiden dizygotic dan bukan monozygotic gestasi kembar mengalami kenaikan


menurut observasi pada kehamilan. Pada 51,783 kehamilan (561 kembar) di
Collaborative Perinatal Project, Kejadian dari kembar dyzigotic pada wanita dengan
BMI 30 kg/m2 dan <25 kg/m2 adalah 1.1 dan 0.5 persen15.

Hubungan dari berat saat hamil dengan kembar dyzigotic telah dikaitkan
dengan kenaikan dari Follicle-Stimulating Hormone (FSH) pada wanita dengan
obesitas. Meskipun hubungan secara langsung antara obesitas dengan kenaikan FSH
15
belum terbukti, nilai FSH dengan kadar tertinggi terjadi pada wanita yang telah
mempunyai dua set kembar sebelumnya.7

Masa Intrapartum
1. Induksi Kehamilan
Wanita dengan obesitas memiliki resiko lebih tinggi untuk melakukan induksi
kehamilan karena mereka memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami komplikasi.
Mereka juga memiliko resiko lebih tinggi untuk mengalami kegagalan induksi.
Dalam suatu studi kasus wanita dengan obesitas mempunyai resiko dua kali lipat
untuk mengalami kegagalan induksi dibandingkan dengan wanita yang memiliki
berat badan normal. Resiko untuk mengalami kegagalan induksi semakin meningkat
seiring dengan peningkatan obesitas. (kelas I, II, and III: 1.85, 2.30 dan 2.89.16
Dalam suatu studi, induksi pada wanita yang belum pernah melahirkan, tingkat dari
dilatasi serviks dan durasi melahirkan berbanding terbalik dengan berat pada
kehamilan (peningkatan 0,3 jam pada oksitosin pada jarak antar kelahiran telah
diobservasi pada setiap 10 kg kenaikan berat badan).7

2. Kemajuan Persalinan
Kehamilan obesitas tampak memiliki efek pada progres kelahiran dan tidak
bergantung pada ukuran fetus, akan tetapi bergantung pada ukuran kehamilan.
Dalam studi kohort pada 612 wanita yang belum pernah melahirkan secara spontan,
rata rata durasi kelahiran dari 4 10 cm secara signifikan lebih lama pada wanita
dengan obesitas dan kelebihan berat badan dibandingkan dengan wanita dengan
berat badan normal.17

3. Makrosomia dan Dystocia Bahu


Makrosomia atau bayi berukuran besar merupakan masalah yang sering terjadi
pada ibu hamil dengan diabetes, namun juga sering ditemukan pada pasien obesitas.
Kejadian ini disebabkan karena maternal hiperglikemi menyebabkan fetal
hiperinsulinemia yang biasanya terjadi pada trimester kedua. Hal ini yang
menyebabkan pertumbuhan bayi menjadi lebih besar dari normal. Pada keadaan ini,
lemak biasanya lebih sering bertumpuk pada bagian bahu dan badannya sehingga saat
persalinan normal sering terjadi distosia bahu.14

16
Masa Postpartum
1. Venous Thromboembolism
Obesitas dengan kelahiran caesarean merupakan faktor resiko yang tinggi untuk
menimbulkan tromboembolisme yang merupakan penyebab meningkatnya
morbiditas dan mortalitas pada ibu hamil. Seamkin tinggi IMT, semakin tinggi
resiko terjadinya venous thromboembolism (VTE).
2. Infeksi
Angka kejadian infeksi postpartum pada ibu hamil dengan obesitas lebih tinggi
daripada yang memiliki IMT normal. Hal ini mencakup infeksi luka, episiotomi,
dan endometritis. Vaskularisasi yang buruk dari lapisan adiposa di subkutan dan
formasi dari seroma juga pembentukan hematoma menaikan resiko dari infeksi luka
operasi.
3. Postpartum Depression
Beberapa penelitian menemukan adanya hubungan antara obesitas pada
kehamilan dengan insidensi dari depresi postpartum.

Masalah pada Fetal


Jika tidak dilakukan pengecekan rutin selama kehamilan dengan baik, maka semakin
tinggi resiko terjadinya komplikasi pada fetal. Obesitas merupakan faktor resiko tertinggi
terjadinya lahir mati (Stillbirth) dengan penyebab yang tidak bisa dijelaskan. Salah satu
penyebabnya adalah turunnya kemampuan untuk melihat pergerakan janin, hiperlipidemia
yang menyebabkan arterosklerosis yang menghambat aliran darah plasenta dan hipoksia
akibat obstructive sleeping apnea (OSA) yang terjadi pada ibu. Beberapa abnormalitas
yang dapat terjadi pada fetal akibat obesitas pada ibu hamil adalah kongenital anomali,
asphyxia dan kematian, ukuran bayi besar, asthma, dan gangguan neurodevelopment.

2.1.6 Tatalaksana
Dengan banyaknya komplikasi yang dapat terjadi pada ibu hamil dengan obesitas,
penting menjelaskan kepada ibu hamil untuk selalu rutin mengikuti asuhan antenatal.
Tatalaksana yang dilakukan untuk menjaga kondisi ibu hamil dan kandungannya agar tetap
sehat dapat dibedakan pada saat kedatangan pada trimester pertama, trimester kedua,

17
trimester ketiga, pada saat proses melahirkan, postpartum dan masa nifas. Kerja sama tim
dari tenaga kesehatan juga diperlukan antara dokter spesialis kandungan, spesialis
kehamilan resiko tinggi (High Risk Pregnancy), ahli nutrisi, bidan, dokter spesialis
anastesi, dan tenaga lainnya.7
Setiap wanita yang merencanakan untuk hamil disarankan melakukan konseling ke
tenaga kesehatan terlebih dahulu terutama pada kasus obesitas. Tujuan dari konseling pra-
kehamilan pada wanita obesitas adalah untuk menjelaskan masalah-masalah yang dapat
timbul pada wanita obesitas dan bagaimana cara mengatasinya agar kondisi maternal dan
fetal tetap sehat dan bayi dapat lahir dengan baik. Informasi yang dapat diberikan salah
satunya adalah masalah fertilitas pada wanita obesitas. Komplikasi kehamilan yang dapat
terjadi harus disampaikan terlebih dahulu kepada pasien agar dapat dipersiapkan dengan
baik. Untuk mencegah terjadinya hal buruk, sarankan pasien untuk mengurangi berat badan
dengan mengatur pola makan dan olahraga yang maksimal sebelum hamil. Menurunkan
berat badan pada saat hamil akan memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan sebelum
hamil.18 Jauhkan obat-obatan untuk menurunkan berat badan selama kehamilan
berlangsung.
Pada trimester pertama, lakukan pemeriksaan antenatal seperti biasa dengan dilakukan
pengecekan indeks massa tubuh (IMT) yaitu dengan mengukur tinggi badan dan berat
badan. Cek tanda-tanda vital seperti tekanan darah, suhu tubuh, nadi, dan laju pernafasan.
USG dilakukan untuk mengetahui usia gestasi dan mengetahui berapa banyak janin yang
hidup. Lakukan pemeriksaan diabetes dan cek riwayat pengobatan pasien. Untuk
pemeriksaan laboratorium, dapat dilakukan pemeriksaan urin, konsentrasi kreatinin,
pemeriksaan darah lengkap untuk melihat jumlah platelet dan fungsi hati. Pada pertemuan
ini, penting dilakukan konseling tentang pola diet, olahraga, dan kenaikan normal berat
badan pada ibu hamil. Pada ibu hamil yang obesitas, membatasi kenaikan berat badan dapat
mengurangi resiko terjadinya makrosomia dan komplikasi lainnya.7
Pada trimester kedua, pemberian low-dose aspirin sudah boleh diberikan untuk
mengurangi resiko terjadinya preeklamsia. Lakukan pemeriksaan rutin seperti biasa seperti
pemeriksaan USG. Pada usia kehamilan 18-24 minggu, sudah dapat dilihat apakah terdapat
fetal anomali. Pemeriksaan gula darah juga dilakukan untuk melihat apakah sudah terjadi
gestasional diabetes.
Pada trimester ketiga, pemeriksaan palpasi abdomen dilakukan untuk mencari tinggi
fundus, namun pemeriksaan ini biasanya sulit dilakukan turutama pada pasien obesitas
kelas III (IMT>40). USG dapat dilakukan setiap 4-6 minggu. Pastikan kondisi bayi, apakah
18
dalam keadaan yang baik untuk dilakukan persalinan normal atau memerlukan tindakan
operasi.
Untuk persalinan dengan sectio caesarean, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah
pemberian thromboprophylaxis dan antibiotic prophylaxis. Setelah itu, jelaskan pada ibu
untuk tetap memberikan ASI dan jika ibu ingin menggunakan kontrasepsi, maka alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yang bersifat non-hormonal merupakan pilihan yang
terbaik dibanding kontrasepsi yang mengandung estrogen-progesteron. Pasien dengan
diabetes gestasional harus melakukan pengecekan gula darah lagi 6-12 minggu setelah
kelahiran. Dan terakhir, selalu dukung pasien untuk menjaga pola hidup yang baik dengan
pola diet yang sehat dan rajin berolahraga agar tercapai indeks massa tubuh yang
diinginkan sehingga mengurangi resiko terjadinya kelainan di kehamilan berikutnya.

19
Bab III Daftar Pustaka

1. Colin W, Jacqueline B, Bill C, Travis H, Melyn G, Paul La B, Erika N, Jennifer W,


Richard K. Obesity: Prevalence, Theories, Medical Consequences, Management, and
Research Directions. Journal of the International Society of Sports Nutrition. 2(2): 4-
31, 2005.
2. WHO. 2015. Global Health Observatory (GHO) data for Overweight and obesity.
3. http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/overweight_text/en/ , diakses tanggal 29-03-
2017.
4. National Institue of Health. 2012. Overweight and Obesity Statistic.
http://www.niddk.nih.gov/health-information/health-statistics/Pages/overweight-
obesity-statistics.aspx , diakses tanggal 29-03-2017.
5. Queensland Clinical Guide. 2015. Obesity in Pregnancy.
https://www.health.qld.gov.au/__data/assets/pdf_file/0019/142309/g-obesity.pdf.
Diakses pada tanggal 29-03-2017
6. WHO. Public Health: Appropriate body-mass index for Asian populations and its
implications for policy and intervention strategies. THE LANCET : Vol 363 p.157-
163,2004.
7. Susan Y, Donald J, William M, Evelyn P, Patricia M, Cynthia J. Association between
Obesity during Pregnancy and Increased Use of Health Care. The New England Journal
Of Medicine, vol. 358, pp. 1444-1453. 2008.
8. Patrick S, Robert S. 2017. Obesity in Pregnancy: Complication and Maternal
Management. http://www.uptodate.com/contents/obesity-in-pregnancy-complications-
and-maternal-
management?source=search_result&search=obese+pregnancy&selectedTitle=1~150.
Diakses pada tanggal 01-04-2017
9. Centre for Maternal and Child Enquiries. Maternal obesity in the UK: findings from a
national project. Corporate Affairs UK/Ireland UK/DB/1010/0359 October 2010.

10. Boots C, Stephenson MD. Does obesity increase the risk of miscarriage in
spontaneous conception: a systematic review. Semin Reprod Med 2011; 29:507.
11. Bellver J, Melo MA, Bosch E, et al. Obesity and poor reproductive outcome: the
potential role of the endometrium. Fertil Steril 2007; 88:446.

20
12. Mohammed Chyad Al-Noaemi1 and Mohammed Helmy Faris Shalayel2 1Al-Yarmouk
College, Khartoum, 2National College for Medical and Technical Studies, Khartoum,
Sudan. Pathophysiology of Gestational Diabetes Mellitus: The Past, the Present and the
Future. 2011
13. World Health Organization. 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan. Jakarta:
14. Barbara L. Hoffman, Robyn Horsager, Scott W. Roberts. Williams Obstetrics. 24th ed.
USA: McGraw-Hill Education.2014

15. Yamamoto M, Feigenbaum SL, Crites Y, et al. Risk of preterm delivery in non-
diabetic women with polycystic ovarian syndrome. J Perinatol 2012; 32:770.
16. Reddy UM, Branum AM, Klebanoff MA. Relationship of maternal body mass index
and height to twinning. Obstet Gynecol 2005; 105:593.
17. Wolfe KB, Rossi RA, Warshak CR. The effect of maternal obesity on the rate of
failed induction of labor. Am J Obstet Gynecol 2011; 205:128.e1.
18. Vahratian A, Zhang J, Troendle JF, et al. Maternal prepregnancy overweight and
obesity and the pattern of labor progression in term nulliparous women. Obstet
Gynecol 2004; 104:943.
19. Julliette K. 2009. Your Weight Before Pregnancy.
http://www.weightlossresources.co.uk/weight_loss/pregnancy/before.htm. Diakses
pada 01-04-2017

21

You might also like