You are on page 1of 9

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI

PERHITUNGAN JUMLAH ERITROSIT DARAH

Dosen Pengampu: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes

Disusun Oleh :
Nama: Sofyan Dwi Nugroho
NIM : 16708251021
Prodi : Pendidikana IPA

PRODI PENDIDIKAN SAINS

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2017
KEGIATAN 3
PERHITUNGAN JUMLAH ERITROSIT DARAH

A. Tujuan
A.1 Tujuan kegiatan :
Mengetahui cara menghitung sel darah merah (eritrosit) dengan menggunakan
metode manual/ kamar hitung dan jumlah normal eritrosit pada manusia.
A.2 Kompetensi khusus:
Mahasiswa dapat melakukan perhitungan sel darah merah (eritrosit) dengan
menggunakan metode manual/ kamar hitung dan jumlah normal eritrosit pada
manusia.
B. Landasan Teori
Sel darah merah atau eritrosit merupakan sel yang paling sederhana yang ada di
dalam tubuh. Eritrosit tidak memiliki nukleus dan merupakan sel terbanyak dalam darah.
Eritrosit mengandung hemoglobin, yaitu protein yang mengandung besi, berperan dalam
transpor oksigen dan karbondioksida di dalam tubuh. Oleh karena itu eritrosit sangat
diperlukan dalam proses oksigenasi organ tubuh. Dengan mengetahui keadaan eritrosit,
secara tidak langsung dapat diketahui juga keadaan organ tubuh seseorang.

Gambar 1. Sel Darah Merah (Eritrosit)

Beberapa pemeriksaan yang dapat menggambarkan parameter penting dari fungsi


dan struktur eritrosit di dalam tubuh antara lain hitung eritrosit, hemoglobin dan
hematokrit. Hitung eritrosit atau red blood cell count (RBC) adalah menghitung jumlah
total eritrosit dalam darah. Nilai rujukan normal eritrosit adalah 4-5 juta/mm3.
Hemoglobin (Hb) adalah protein dalam eritrosit yang bertugas mengangkut oksigen.
Hematokrit (Ht) adalah jumlah eritrosit dalam 100 ml darah. Ketiga parameter di atas
biasa digunakan untuk menegakkan adanya anemia
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan massa eritrosit dengan
akibat oksigenasi jaringan tidak dapat terpenuhi Secara praktis ada 3 parameter untuk
menegakkan adanya anemia yaitu: kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah eritrosit.
Dari perhitungan ketiga parameter tersebut dapat diperoleh nilai rata-rata eritrosit. Nilai
rata-rata eritrosit terdiri dari Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular
Hemoglobin (MCH) dan Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC).
Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan penunjang yang diperlukan
oleh dokter untuk membantu menegakkan diagnosis. Salah satu pemeriksaan
laboratorium yang sering dilakukan adalah pemeriksaan darah. Darah mempunyai peran
penting dalam tubuh manusia. Hasil pemeriksaan darah secara tidak langsung dapat
memantau keadaan dalam tubuh. Pemeriksaan darah atau pemeriksaan hematologi secara
umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu pemeriksaan hematologi rutin dan hematologi
lengkap.
Pemeriksaan hematologi rutin terdiri dari hemoglobin, hematokrit, hitung jumlah
eritrosit, hitung jumlah leukosit, hitung jenis leukosit, hitung jumlah trombosit dan nilai-
nilai rata-rata eritrosit. Pemeriksaan hematologi lengkap (complete blood count) terdiri
dari pemeriksaan darah rutin ditambah pemeriksaan morfologi sel (ukuran, kandungan
hemoglobin, anisositosis, poikilositosis, polikromasi). Pemeriksaan hematologi lengkap
penting untuk mengetahui morfologi dan fungsi dari berbagai sel yang ada di dalam
darah, contohnya sel darah putih yang berperan dalam imunitas tubuh dan sel darah
merah yang berperan dalam oksigenasi tubuh.
Seiring dengan kemajuan teknologi, alat-alat yang dipakai dalam pemeriksaan
hematologi juga semakin berkembang. Para peneliti mengembangkan alat untuk
menganalisa populasi sel darah secara otomatik. Alat ini dapat digunakan untuk
pemeriksaan hitung eritrosit, hitung leukosit, Hb, Ht, platelet dan nilai-nilai rata-rata
eritrosit. Metode yang banyak dipakai pada alat-alat untuk pemeriksaan hematologi
adalah metode flow cytometri. Pemeriksaan hematologi dengan metode flow cytometri
sekarang sudah popular dilakukan. Metode flow cytometri memiliki prosedur yang relatif
mudah dan hasilnya dapat diperoleh dalam waktu yang singkat. Namun, menurut Perkins
metode ini mempunyai tingkat false positive yang cukup tinggi, yaitu 10-25%.
Pemeriksaan hematologi lain yang cukup sering dilakukan adalah pembuatan
Sediaan Apus Darah Tepi (SADT). SADT atau blood smear adalah salah satu
pemeriksaan untuk mengetahui keadaan populasi sel-sel darah atau kelainan darah.
Lainnya. Pada SADT dapat diketahui morfologi sel-sel darah yaitu ukuran, bentuk, kesan
jumlah, apakah ada sel-sel muda dan sebagainya. SADT dapat digunakan sebagai kontrol
terhadap pemeriksaan hematologi lain seperti nilai rata-rata eritrosit, Hb, dan lain-lain.
Hasil pemeriksaan nilai rata-rata eritrosit dengan flow cytometer apakah sama
atau tidak dengan gambaran populasi eritrosit pada SADT belum diketahui dengan pasti.
Maka dengan penelitian ini penulis ingin mengetahui sejauh mana kesesuaian hasil
pemeriksaan nilai rata-rata eritrosit dengan flow cytometer dengan gambaran populasi
eritrosit pada SADT. Berbagai jenis anemia juga dapat diketahui lebih pasti melalui
kedua pemeriksaan tersebut.

C. Metode Praktikum
C.1 Jenis kegiatan : Observasi
C.2 Objek pengamatan : Sel darah merah manusia (Eritrosit)
C.3 Alat dan Bahan :
a) Hemacytometer dengan pipet thoma eritrosit
b) Mikroskop
c) Larutan Hayem
d) Sampel Darah
e) Tissue
f) Aquadest
D. Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Memipet darah dengan pipet thoma eritrosit hingga skala 0,5
3. Memipet larutan hayem hingga skala 101
4. Menghomogenkan campuran tersebut dengan membentuk angka 8
5. Membuang 3 sampai 4 tetes campuran tersebut
6. Meletakkan objek gelas pada kamar hitung kemudian larutan tadi diteteskan pada
kamar hitung
7. Mendiamkan objek yang akan diamati beberapa menit
8. Mengamati dibawah mikroskop pada kotak R
E. Hasil Pengamatan
E.1. Data Kelompok
104 113

109

116 107

E.2 Data Kelas


No Kelompok Jumlah Eritrosit Total Jumlah Eritrosit
(dikalikan jumlah pengenceran)
1. Eka, Jumriani dan Erwin 549 5.490.000
2. Bu Ovi dan Bu Clara 424 4.240.000
3. Luh dan Eka Rahma 917 9.170.000
4. Bu eko, Bu Titin dan 406 4.060.000
Prima
5. Lady, Wulan dan Anis 519 5.190.000
6. Bu uswatun, Sofyan dan 305 3.050.000
Gustin

F. Analisis Data
1. Jumlah eritrosit = Ruang I + Ruang II + Ruang III + Ruang IV + Ruang V
= 104 + 113 + 116 + 107 + 109
= 549
2. Kedalaman objek = 10
Pengenceran = 200
Jumlah sampel = 5
Pengenceran: 10 x 200 x 5 = 10.000
3. Jumlah eritrosit total = 549 x 10.000
= 5.490.000
G. Pembahasan
Pada percobaan kali ini, hal yang dilakukan adalah menghitung jumlah sel darah
merah menggunakan alat yang dinamakan hematositmeter.
Darah hewan mamalia khususnya manusia mengandung komponen: plasma darah
yang terdiri atas 92% air, protein plasma 7% dan zat terlarut lainnya sebesar 1% serta
elemen seluar yang terdiri dari eritrosit 99,9%, dan sisanya adalah leukosit. Protein plasma
yang terdapat dalam darah antara lain terdiri atas albumen 60%, globulin 35%, fibrinogen
4% serta protein pengaturseperti enzim, proenzim dan hormon sebanyak kurang lebih 1%.
Zat terlarut lain berupa elektrolit Na+, K+, Ca2+, Mg2+, Cl-, HCO3-, HPO4-, dan SO42-
serta nutrien organik yang penting menghasilkan energi antara lain asam lemak, kolesterol,
glukosa dan asam amino. Selain bahan yang berguna bagi tubuh, ada juga bahan yang
harus dibuang tubuh, antara lain urea, asam urat, kreatinin, bilirubin dan amonia. Fungsi
darah antara lain :
1. alat transportasi yang berkaitan dengan respirasi, ekskresi dan regulasi
2. mengatur keseimbangan antara darah dengan cairan jaringan (osmoregulasi)
3. mengatur keseimbangan asam-basa cairan tubuh
4. mengatur suhu tubuh (osmoregulasi)
5. sebagai alat pertahanan tubuh dengan adanya antibodi
6. mencegah pendarahan terus menerus dengan adanya trombosit.
Yang dimaksud hematokrit adalah jumlah sel darah merah yang terdapat dalam
darah dalam persen. Nilai ini tergantung pada jenis kelamin. Pada pria dewasa normal
nilainya sekitar +/- 47% dan pada wanita dewasa normal nilainya sekitar 45%. Selain itu
hematokrit tidak merata pada seluruh bagian tubuh, pada limpa sekitar 70% dan pada ginjal
hanya sekitar 20%.
Eritrosit merupakan sel yang hanya terdiri atas membran sel dan sitoplasma.
Bagian inti sel dan organel-organel sel lainnya telah tereduksi. Eritrosit ini berwarna merah
karena didalamnya terdapat hemoglobin yang berperan dalam transportasi oksigen (O2).
Hemoglobin terdiri atas heme (porfirin tipe III atau protoporfirin III) dan globin yang
berupa protein. Variasi hemoglobin antar hewan dapat dilihat dari : 1. bentuk kristalnya,
2. posisi ikatan absorbsi, 3. kekuatan berikatan dengan oksigen. Sintesa hemoglobin
dimulai pada saat sel darah tingkat eritoblast dan dilanjutkan sampai tingkat normoblast.
Materi selular lainnya yaitu leukosit (sel darah putih).
Hemasitometer terdiri dari gelas objek kamar hitung (counting chamber) dan pipet
pengisap-pengencer Thoma. Pada percobaan ini dijunakan counting chamber jenis
Improved Neubauer. Dalam kamar hitung terdapat gelas objek yang tebal. Counting
chamber tipe Improved Neubauer mempunyai ukuran 3 mm x 3 mm x 0,1 mm dan terdiri
dari 9 bagian kotak masing-masing dengan luas 1 mm2. Pipet pengisap-pengencer Thoma
terbagi atas 2 bagian yaitu bagian atas yang menggelembung yang berfungsi sebagai
tempat pengocok serta bagian bawah yang berskala. Pipet Thoma ini ada dua macam, yaitu
jenis pertama yang berskala 101 digunakan untuk pengukuran jumlah eritrosit dan jenis
kedua yang berskala 11 digunakan untuk pengukuran jumlah leukosit. Alasan
digunakannya dua ukuran pipet Thoma ini adalah karena jumlah eritrosit jauh lebih banyak
(5 juta/mm3 darah) dibandingkan dengan leukosit yang jumlahnya hanya 8000 sel/mm3
darah.
Pengenceran yang dilakukan pada penghitungan eritrosit menggunakan larutan
Hayem. Larutan ini merupakan larutan yang isotonik dengan sitoplasma eritrosit dan
memiliki kemampuan untuk melisis sel darah putih. Larutan pengencer yang digunakan
pada penghitungan leukosit adalah larutan Turk. Larutan ini merupakan larutan yang
isotonis dengan sitoplasma sel darah putih sekaligus memberikan pewarnaan (ungu muda)
dan dapat menghemolisiskan eritrosit.
Dalam percobaan, setelah darah diencerkan dengan larutan di atas, dilakukan
pengocokan hingga sel-sel darah tadi homogen dalam larutan. Setelah darah tersebut
homogen, 3-5 tetes larutan yang dalam pipet dibuang karena pada beberapa tetes pertama,
larutan yang didapatkan tidak homogen sehingga akan mengacaukan perhitungan.
Kemudian larutan tersebut baru dimasukkan dalam counting chamber. Kamar R yang
ukurannya lebih kecil, yaitu 5 x 0,1 x 0,04 mm3 adalah tempat pengukuran jumlah eritrosit.
Kamar W yang ukurannya lebih besar, yaitu 5 x 0,1 x 1 mm3 untuk mengukur jumlah sel
darah putih. Hal ini karena jumlah eritrosit jauh lebih banyak dibandingkan leukosit.
Rumus jumlah sel darah dalam satu satuan mm3 ialah sel darah yang terlihat dikalikan
dengan faktor pengenceran dibagi dengan volume counting chamber (dalam mm3)
dikalikan dengan satu mm3. Pada eritrosit, nilai volume counting chamber ialah 0,02 mm3
sedangkan nilai volume counting chamber pada leukosit adalah 0,5 mm3.
Jumlah eritrosit dari beberapa kelompok yang didapatkan yaitu 5.490.000,
4.240.000, 9.170.000, 4.060.000, 5.190.000, dan 3.050.000 sel. Sebagian besar hasil dari
kelompok sesuai dengan jumlah eritrosit normal yaitu sekitar 6,8 juta sel. Namun ada satu
kelompok yang didapatkan hasil kurang dari 6,8 juta sel. Hal ini kemungkinan disebabkan
adanya koagulasi darah sehingga sel-sel darah menggumpal bersatu dan tidak dapat
dihitung.. Faktor yang dapat mempengaruhi jumlah sel darah merah :
1. keadaan fisiologis spesies (suhu tubuh, aktivitas spesies sebelum diambil darahnya)
2. perubahan rata-rata pembentukan atau disintegrasi sel darah merah
3. penyakit : anemia, erythopenia, polyeyrthamia.
4. Jenis kelamin
H. Kesimpulan
Hasil perhitungan jumlah eritrosit dari masing-masing kelompok adalah sebagai berikut:
5.490.000, 4.240.000, 9.170.000, 4.060.000, 5.190.000, dan 3.050.000 sel.
I. DAFTAR PUSTAKA
Campbell et all. 2008. Biology Eight Edition. Benjamin Cummings. San Fransisco.
Guyton dan Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Hidayanti D. 2006. Modul Ajar Fisiologi Hewan. Prodi Biologi: FMIPA ITS.
Kimball, Jhon W. 1993. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi. Jakarta: Kedokteran EGC.
LAMPIRAN

Gambar 1. Kamar Hitung Eritrosit

Gambar 2. Sel Darah Merah Diamati Melalui Mikroskop (40 X)

You might also like