You are on page 1of 9

PENURUNAN INSIDEN INFEKSI NOSOKOMIAL PASIEN PASCA SECTIO CAESAREA

DI RUMAH SAKIT MELALUI PELATIHAN ASUHAN KEPERAWATAN BERBASIS


KNOWLEDGE MANAGEMENT
(Nursing Care Knowledge Management Based Training Decrease Nosocomial Infection Inciden
in Post Sectio Cesarea Patients)

Ahsan*, Nursalam**, Nyoman Anita Damayanti***


*PSIK FK Universitas Brawijaya,
**Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Airlangga
***Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga
E-mail: ahsanfkub@yahoo.com

ABSTRAK
Introduksi: Model asuhan keperawatan berbasis pada knowledge management dapat menurunkan insiden infeksi
nosokomial melalui performa perawat dalam pencegahan infeksi. Asuhan keperawatan berbasis manajemen knowledge
dibangun atas identifi kasi pengetahuan yang merupakan aktor yang diperlukan dan performa pencegahan atas infeksi
nosokomial post sectio cesaria. Komponen infeksi nosokomial terdiri atas hasil kultur dari luka. Metode: Penelitian
ini menggunakan studi observasional dengan desain quasi eksperimental. Populasi penelitian ini yaitu seluruh perawat
yang bekerja di ruang obstetri dan sejumlah pasien yang dirawat di Rumah sakit A dan B post SC. Responden perawat
adalah seluruh perawat yang memenuhi kriteria sampel, sedangkan responden pasien ditetapkan berdasar simple random
sampling dan didapatkan 15 pasien. Data dikumpulkan melalui lembar observasi dan pemeriksaan hasil kultur luka. Hasil
data dianalisis menggunakan uji T bebas dengan = 0,05. Hasil: Terdapat perbedaan yang signifi kan insiden infeksi
nosokomial pada pasien post SC di Rumah sakit antara sebelum dan sesudah pelatihan berbasis knowledge management
(t value = 2,316 dan p = 0,028). Diskusi: Dapat disimpulkan bahwa pelatihan berbasis knowledge management dapat
menurunkan insiden infeksi nosokomial pada pasien post SC.

Kata kunci: infeksi nosokomial, asuhan keperawatan, knowledge management, seksio sesaria

ABSTRACT
Introduction: Model of nursing care based on knowledge management can reduce the incidence of nosocomial infections
through the performance of nurses in the prevention of infection. Nursing care based on knowledge management is
established from identification knowledge which is required, prevention performance of nosocomial infections post
caesarean section. Nosocomial infections component consists of wound culture result. Method: This study was an
observational study with a quasy experimental design. The population were all of nursing staff who working in obstetrics
installation and a number of patients who is treated in hospitals A and B post sectio caesarea. Sample is comparised a
total population all the nursing staff who worked in obstetrics installation according to criteria of the sample, and most
of patients were taken care by nursing staff post caesarean section which is taken by random sampling 15 patients. Data
was collected through observation sheets and examination of the wound culture. Data analysis which is used the t test.
Result: The result was showed that there was significant difference in the incidence of nosocomial infection in patients
with post sesctio caesarea in hospital before and after nursing care training based on knowledge management (t value =
2.316 and p = 0.028 < = 0.05 level), and the incidence of nosocomial infection was lower after training than before
training . Discussion: It can be concluded that training knowledge management based on nursing care effectives to reduce
Incidence of Nosocomial Infections in Patients after Sectio Caesarea

Keywords: nosocomial infections, nursing care, knowledge management, sectio caesarea

PENDAHULUAN (morbidity) dan angka kematian (mortality) di


rumah sakit. Infeksi nosokomial adalah infeksi
Infeksi nosokomial merupakan salah
yang terjadi di rumah sakit dan terjadi pada
satu indikator kualitas pelayanan kesehatan
pasien yang masuk rumah sakit lebih dari 72
di mata masyarakat yang menjadi penentu
jam sedang mengalami proses keperawatan,
citra institusi pelayanan kesehatan. Hal
disebabkan adanya transmisi mikroba patogen
ini karena infeksi nosokomial merupakan
yang bersumber dari lingkungan rumah sakit
penyebab utama tingginnya angka kesakitan
dan perangkatnya.

202
Penurunan Insiden Infeksi Nosokomial Pasien Pasca Sectio Caesarea (Ahsan, dkk.)

Menurut World Health Organization, sebaiknya didasarkan atas adanya keluhan


infeksi nosokomial merupakan masalah nyeri pada daerah luka, warna kemerahan,
global dan menimbulkan lebih dari 1,4 juta adanya pembengkaan daerah luka, adanya
pasien yang dirawat di rumah sakit di seluruh nanah pada luka, serta hasil pemeriksaan
dunia. Infeksi nosokomial dapat terjadi di bakteriologis berupa sediaan hapusan dengan
setiap tempat pada rumah sakit. Menurut pewarnaan gram dan pembiakan kuman
tim pengendali infeksi nosokomial RSUP dr. untuk mengetahui penyebab jenis bakteri dan
M. Jamil Padang pada tahun 1996 tercatat menentukan pengobatannya (Graham,2003).
angka prevalensi infeksi nosokomial 9,1% dan Rumah sakit merupakan salah satu
pada tahun 2002 kejadian infeksi nosokomial mata rantai di dalam pemberian pelayanan
10,6 % dan pada tahun 2011 menjadi 10,8%. kesehatan serta suatu organisasi dengan
Angka tersebut di atas prevalensi rata-rata sistem terbuka dan selalu berinteraksi
rumah sakit pemerintah di Indonesia yaitu dengan lingkungannya untuk mencapai suatu
6,6%. Infeksi nosokomial yang terjadi di keseimbangan yang dinamis. Rumah sakit
rumah sakit dipengaruhi faktor ekternal mempunyai fungsi utama melayani masyarakat
seperti tim kesehatan yaitu perawat, dokter, yang membutuhkan pelayanan kesehatan serta
termasuk perilaku perawat dalam perawatan sebagai tempat penelitian. Pencegahan infeksi
luka pascaoperasi dan pencegahan infeksi, nosokomial telah menjadi isu global dalam
lingkungan rumah sakit, makanan, udara, pelayanan kesehatan. Menurut Nursalam
benda dan alat-alat yang tidak steril, dan faktor (2008) indikator infeksi nosokomial meliputi
internal meliputi flora normal dan keadaan adanya mikroorganisme pada jaringan atau
pasien itu sendiri. cairan tubuh disertai gejala klinis baik lokal
Infeksi nosokomial disebabkan oleh maupun sistemik.
bakteri patogen seperti staphylococcus Infeksi nosokomial merupakan masalah
aureus yang merupakan bakteri gram positif, penting di seluruh dunia dan terus meningkat
pseudomonas aereginosa, escheriachia setiap tahunnya (Alvarado, 2000). Berbagai
coli, klebsella pneumonia yang merupakan upaya telah dilakukan tenaga keperawatan
bakteri gram negative. Menurut WHO salah untuk mencegahnya salah satunya dengan
satu kejadian infeksi nosokomial terbanyak penerapan universal precaution (perlindungan
adalah infeksi luka pascaoperasi dan penyebab diri). Angka kejadian infeksi nosokomial yang
kedua terbanyak infeksi saluran kemih. Infeksi tinggi di Negara Amireka Serikat terjadi 20
luka pasca operasi adalah penyebab utama ribu kematian setiap tahunnya akibat infeksi
morbiditas dan mortalitas serta peningkatan nosokomial. Di seluruh dunia 10% pada pasien
biaya rumah sakit. Selain itu, infeksi luka rawat inap di rumah sakit mengalami infeksi
operasi dapat memacu pemberian antibiotika yang baru dirawat atau sebesar 1,4 juta infeksi
tambahan untuk penanganan infeksi tersebut setiap tahunnya. Di Indonesia penelitian yang
yang dapat meningkatkan risiko terjadinya dilakukan DKI Jakarta pada tahun 1994
resistensi bakteri. Luka operasi dapat menunjukkan bahwa 9,8% pasien yang dirawat
menurunkan kualitas hidup. inap mendapatkan infeksi baru selama dirawat.
Pasien dengan infeksi pada daerah Di Yogyakarta kejadian infeksi nosokomial
operasi akan menjalani perawatan dua kali rata-rata 4,26%, untuk lama perawatan 4,43
lebih lama di rumah sakit dari pada pasien 11,2 hari, dengan rata-rata keseluruhan 6,7 hari
yang tidak mengalami infeksi, dengan biaya (Nursalam, 2011).
dua kali lipat lebih besar (Wilson, 2004). Hasil survei awal oleh peneliti yang
Risiko terjadinya setelah pembedahan dilakukan pada tanggal 3 Mei 2012 tentang
dipengaruhi beberapa faktor antara lain: Jenis kejadian infeksi nosokomial pasca sectio
pembedahan, umur pasien, kondisi pasien, caesarea di ruang bersalin dan nifas RSUD
kompetensi perawat dalam perawatan pra dan B diperoleh sebanyak 124 pasien (12,7%)
pasca pembedahan serta perawatan luka. Oleh pasien yang dirawat pasca sectio caesarea
karena itu diagnosis dini infeksi nosokomial mengalamai infeksi pada tahun 2010 dan

203
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 202210

sebanyak 156 pasien (13,8%) pada tahun 2011. pelatihan dilaksanakan pada tanggal 14
Hal ini mengalami peningkatan dari tahun Juni sampai 20 Juli 2013 dan pemeriksaan
sebelumnya. Hal ini lebih tinggi dari standar infeksi nosokomial dengan lembar observasi
nasional dan internasional yang ditetapkan serta pemeriksaan swab kultur luka operasi
Depkes dan WHO pada tahun 2000. Hasil dilaksanakan pada tanggal 1420 Juli 2013.
survey tentang besar dan waktu munculnya Populasi penelitian ini semua tenaga
infeksi luka Pasca Sectio caesarea di Ruang keperawatan yang bekerja di instalasi
Nifas RSUD B tahun 2011diperoleh dari 43 kebidanan dan sejumlah pasien yang dirawat
pasien menunjukkan kejadian infeksi pada di rumah sakit A dan B pasca sectio caesarea.
hari ke-3 sebanyak 3 pasien (7,0%), kejadian Besar sampel terdiri total populasi yaitu semua
infeksi hari ke-6 sebanyak 9 pasien (20,9%) tenaga keperawatan yang bekerja di instalasi
dan kejadian infeksi hari ke-9 sebanyak 7 kebidanan sesuai kriteria sampel, dan sebagian
pasien (16,3%) dan kejadian terbesar pada hari pasien yang diasuh tenaga keperawatan pasca
ke-6 pascaoperasi (20,9%). Kejadian terbesar sectio caesarea yang diambil secara random
terjadi pada hari ke-6 pascaoperasi. Hal ini sampling.
merupakan alasan pentingnya keuntungan Pengambilan data tahap 1 dilakukan
pencegahan infeksi nosokomial pasca sectio di dua rumah sakit sebelum diberi perlakuan
caesarea. tentang kejadian infeksi nosokomial dengan uji
Berdasar hasil data di atas didapakan kultur. Pengumpulan data ini digunakan untuk
bahwa masih adanya kejadian infeksi mengetahui hasil uji kultur sebelum diberi
nosokomial yang terus meningkat tiap pelatihan apakan berbeda atau tidak. Setelah
tahunnya, maka perlu dilakukan penelitian tahap 1 lalu pada kelompok Rumah Sakit
tentang kejadian infeksi nosokomial. B dilakukan pelatihan asuhan keperawatan
Diharapkan dengan ditemukannya penyebab tentang pencegahan infeksi nosokomial dan
kejadian infeksi nosokomial, maka semakin kelompok RS A tidak dilakukan pelatihan,
tahun akan semakin menurun dan bahkan kemudian diambil data kembali untuk
tidak terjadi. mengetahui perbedaan hasil pencegahan
Tujuan akhir dari penelitian ini infeksi nosokomial antara yang diberi pelatihan
adalah mencari perbedaan kejadian infeksi dengan yang tidak diberi pelatihan.
nosokomial yang terjadi pada pasien pasca Instrumen yang digunakan untuk
section sesarea sebelum dan sesudah pelatihan mengumpulkan data adalah lembar observasi
Asuhan Keperawatan berbasis knowledge dan hasil uji kuktur untuk menilai keadaan
management. luka apakah terjadi infeksi atau tidak. Analisis
data yang digunakan adalah Uji independent
T-Test sampel dengan taraf signifikansi
BAHAN DAN METODE = 0,05.
Penelitian ini merupakan penelitian
quasy eksperimental dengan pendekatan
HASIL
observasional. Sampel penelitian terdiri dari
2 kelompok, yaitu kelompok kontrol dan Obser va si pela k sa na a n a su ha n
kelompok perlakuan. Penelitian ini dilakukan keperawatan dilakukan dengan mengamati
di intalasi ruang perawatan kebidanan yaitu langsung aktivitas tenaga keperawatan dalam
di ruang bersalin, nifas dan poli kandungan melaksankan asuhan keperawatan berbasis
(Ruang Brawijaya) RSUD A sebagai kelompok knowledge management dalam pencegahan
kontrol, ruang Dahlia dan Bougenvil RSUD B infeksi nosokomial pada pasien dengan
sebagai kelompok perlakuan. menggunakan lembar observasi, hasil disajikan
Penelitian tahap pertama dilakukan dalam tabel 1.
tanggal 24 Januari 2013 sampai dengan tanggal Ta b el 1 m e nu nju k k a n b a hw a
26 Februari 2013 dan tanggal 16 Maret sampai pelaksanaan pencegahan Infeksi nosokomial
15 April 2013. Tahap 2 dilakukan perlakuan dalam asuhan keperawatan pasca sectio

204
Penurunan Insiden Infeksi Nosokomial Pasien Pasca Sectio Caesarea (Ahsan, dkk.)

Tabel 1. Pelaksanaan pencegahan infeksi dalam asuhan keperawatan di rumah sakit A dan B, Juli
2013

Kategori (%)
No Indikator Sangat Tidak Jumlah
Baik Cukup Kurang
baik baik
1 Mencuci tangan dengan benar 8 33 4 0 0 46
sebelum, sesudah melakukan (17,4%) (73,9%) (8,7%) (0%) (0%) (100%)
asuhan
2 Menyiapkan alat perawatan secara 8 29 8 1 0 46
steril (17,4%) (63,%) (17,4%) (2,2%) (0%) (100%)
3 Mencegah penularan melalui 2 39 4 1 0 46
percikan ludah (4,3%) (84,8%) (8,7%) (2,2%) (0%) (100%)
4 Melakukan perawatan luka secara 9 33 4 0 0 46
steril (19,6%) (71,7%) (8,7%) (0%) (0%) (100%)
5 Melakukan teknik pembalutan luka 9 33 4 0 0 46
dengan benar (19,6%) (71,7%) (8,7%) (0%) (0%) (100%)

saesarea, menunjukan kecenderungan ke arah pemeriksaan kultur luka yang hasil disajikan
positif pada kategori baik dalam komponen dalam tabel 1.
mencuci tangan dengan benar sebelum dan Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil
sesudah melakukan asuhan, menyiapkan alat pemeriksaan kultur didapatkan hasil positif
perawatan secara steril, mencegah penularan sebanyak 26 pasien (56,6%), Dinyatakan
melalui percikan ludah, melakukan teknik terindikasi infeksi, didapatkan gram negatif
pembalutan luka dengan benar. Kecenderungan (Acinetobacter baumannii) sebanyak 19,5%
ke arah positif pada kategori sangat baik dalam (9 orang) dan gram positif (Stapylococcus
komponen melakukan perawatan luka secara aureus) sebanyak 15,2% (7 Orang), keadaan ini
steril dan teknik pembalutan luka dengan menunjukkan kecenderungan ke arah negatif
benar. Sebaliknya kecendrungan ke arah terjadinya infeksi nosokomial dan harus
negatif pada kategori cukup dalam kompenen mendapatkan perhatian tenaga keperawatan,
menyiapkan alat secara steril serta kategori karena sectio saesarea yang direncanakan
kurang pada komponen menyiapkan alat dengan baik (elective) adalah operasi bersih
secara steril, mencegah penularan melalui yang seharusnya harus dibebaskan dari infeksi
percikan ludah. nosokomial. Sebaliknya kecenderungan ke
Hasil uji T sebelum dan sesudah arah positif tidak didapatkan infeksi dengan
pelatihan menunjukkan hasil yang signifikan hasil kultur negatif sebanyak 20 orang
antara pelaksanaan asuhan keperawatan dalam (43,4%).
pencegahan infeksi nosokomial terhadap Hasil observasi keadaan luka pasca
kinerja tenaga keperawatan dengan hasil mean sectio caesarea setelah pelatihan pada
sebelum pelatihan antara 3,90 s/d 4,805 dan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
delta t antara -2,449 -11,000 dengan p 0,01 s/d (Y2) dengan mengamati langsung keadaan
0,005. luka pasien pasca Sectio Caesarea yang
Observasi kejadian infeksi nosokomial dilakukan tenaga keperawatan yang telah
dilakukan dengan mengamati langsung diberikan pelatihan pada kelompok perlakukan
keadaan luka pasien pasca sectio caesarea dan tidak diberikan perlakuan pada kelompok
yang dilakukan tenaga keperawatan dalam control dalam memberikan asuhan pada pasien
memberikan asuhan pada pasien dengan dengan menggunakan lembar observasi, dan
mengg unakan lembar obser vasi, dan pemeriksaan cultur luka yang hasil disajikan
dalam Tabel 3.

205
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 202210

Tabel 2. Hasil pemeriksaan kultur keadaan luka pasca sectio caesaria di rumah sakit A dan B, bulan
Juli 2013 (sebelum Pelatihan)

Hasil Test Kultur Luka


No Sebelum Pelatihan
Jenis Kuman
Infeksi Tidak infeksi
1 Gram negative
a. Acinetobacter baumannii 9 (19,0%)
b. Pseudomanas stutzeri 3(6,5%) 20 (43,4%)
c. Salmonella aizona 2(4,3%)
d. Seratia liquifaciens 2(4,3%)
e. Stapylococcus aureaus 7(15,2%)
f. Staphylo coccus koag negative 3(6,3%)
2 Gram positif
a. Stapylococcus aureaus 7(15,2%)
b. Staphylo coccus koag negative 3(6,3%)
Jumlah 26 (56,52%) 20 (43,4%)

Tabel 3. Hasil pemeriksaan kultur keadaan luka pasca sectio caesaria pada kelompok kontrol dan
perlakuan bulan Juli 2013 setelah pemberian pelatihan

Hasil Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol


No.
Kultur Sebelum Pelatihan Sesudah Pelatihan Sebelum Pelatihan Sesudah Pelatihan
1 Positif 7 (46,6%) 4 (26,6%) 10 (66,6%) 10(66,6%)
2 Negatif 8 (53,3%) 11 (73,3%) 5(33,3%) 5(33,3%)

Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil infeksi nosokomial rata-rata dalam kategori


ada perbedaan kejadian infeksi sebelum dan sering atau baik pada komponen mencuci
sesudah pelatihan dengan kecendrungan ke tangan dengan benar sebelum dan sesudah
arah positif, tetapi dari persentase kejadian melakukan asuhan, mencegah penularan
infeksi semakin menurun sebelum pelatihan melalui percikan ludah atau menggunakan
kejadian infeksi 46,6%, sebaliknya sesudah masker, melakukan perawatan luka secara
pelatihan kejadian infeksi 26,6%. steril, melakukan teknik pembalutan luka
Hasil uji T perbedaan kejadian infeksi dengan benar. Kategori sangat baik atau selalu
nosocomial pada kelompok perlakuan dan pada komponen melakukan perawatan luka
dan kelompok kontrol sesudah pemberian secara steril, melakukan teknik pembalutan
pelatihan diperoleh t value = 2,316 dan luka dengan benar. Sebaliknya kategori
p = 0,028 < 0,05. Hal ini dapat disimpulkan cukup atau kadang-kadang pada komponen
bahwa ada perbedaan bermakna kejadian menyiapkan alat secara steril.
infeksi nokocomial pada pasien pasca Section Hasil uji t test sebelum dan sesudah
Cesarea di rumah sakit sebelum dan sesudah pelatihan menunjukkan hasil yang signifikan
pemberian pelatihan asuhan keperawatan antara pelaksanaan asuhan keperawatan dalam
berbasis knowledge management. pencegahan infeksi nosokomial terhadap
kinerja tenaga keperawatan dengan hasil mean
sebelum pelatihan antara 3,90 s/d 4,805 dan
PEMBAHASAN delta t antara 2,449 s/d 11,000 dengan p 0,01
Hasil penelitian tingkat kemampuan s/d 0,005.
responden dalam pelaksanaan pencegahan

206
Penurunan Insiden Infeksi Nosokomial Pasien Pasca Sectio Caesarea (Ahsan, dkk.)

Hasil penelitian tingkat kemampuan yang tergesa-gesa karena beban kerja yang
responden dalam melakukan cuci tangan melebihi kemampuan tenaga keperawatan.
dengan benar rata-rata dalam kategori sangat Hasil penelitian tingkat kemampuan
baik atau selalu dalam komponen melakukan responden dalam pelaksanaan mencegah
cuci tangan sesuai SPO. Kategori baik atau penularan melalui percikan ludah dengan
sering pada komponen mencuci tangan menggunakan masker baik pada komponen
setiap merawat pasien sebelum dan sesudah menggunakan masker ketika melakukan
melakukan asuhan. Sebaliknya kategori perawatan luka dan menggunakan masker
cukup pada komponen mencuci tangan dengan benar. Menurut Nursalam (2011)
setiap merawat pasien sebelum dan sesudah penggunaan masker dapat menurunkan
melakukan asuhan. Trasmisi penyakit dapat 90 % penularan melalu udara, debu yang
diminimalisasi dengan menjaga kebersihan mengandung kuman. Penggunaan masker
tangan, tetapi kenyataannya, hal ini sulit yang baik pada waktu merawat luka dapat
dilakukan karena banyak alasan seperti mencegah penularan kuman melalui udara.
peralatan kurang, alergi produk pencuci Percikan ludah dapat menyebakan penularan
tangan, kurangnya pengetahuan mengenai infeksi pneumonia terutama pada pasien-
pentingnya hal ini, waktu mencuci tangan yang pasien yang menggunakan ventilator, tindakan
lama, kurang kesadaran dan budaya menjaga tracheostomy, intubasi, pemasangan NGT,
kebersihan. Selain itu penggunaan sarung terapi inhalasi. Kuman penyebab infeksi ini
tangan sangat dianjurkan bila akan melakukan paling sering berasal dari gram negative seperti
tindakan atau pemeriksaan pada pasien dengan klebsiella dan pseudomonas. Organisme ini
penyakit infeksi. Menurut Nursalam (2011), sering berada di mulut, hidung, kerongkongan
hal yang perlu diingat adalah memakai sarung dan perut. Keberadaan organisme ini dapat
tangan ketika akan mengambil atau menyentuh menyebabkan infeksi karena adanya aspirasi
darah, cairan tubuh, atau keringat, tinja urine, oleh organisme ke tractus respiratorius
membran mukosa dan bahan yang kita anggap bagian bawah. Sedangkan dari klompok virus
telah terkontaminasi, segera mencuci tangan penyebab pneumonia adalah cytomegalovirus,
setelah melepas sarung tangan. influenzavirus, adenovirus, parainflunza virus,
Hasil penelitian tingkat kemampuan enterovirus, dan coronavirus.
responden dalam pelaksanaan mencegah Hasil penelitian tingkat kemampuan
penularan dengan menyiapkan alat perawatan responden dalam pelaksanaan mencegah
secara steril rata-rata dalam kategori sering penularan dengan melakukan perawatan luka
atau baik pada komponen satu set alat steril secara steril rata-rata dalam kategori baik atau
dalam perawatan luka dan menggunakan sering pada komponen tindakan aseptic dan
alat sesuai standar atau satu pasie satu anti septic, perawatan luka sesuai SPO yang
alat disposible. Menurut Simonsen (1999) benar. Sebaliknya sebagian dalam kategori
menyimpulkan lebih dari 50% suntikan yang sangat baik atau sering pada komponen
dilakukan di negara berkembang tidak aman yang sama. Sebaliknya sebagian kecil dalam
(contonya jarum, tabung dan keduanya yang kategori cukup atau kadang pada komponen
dipakai berulang-ulang) dan banyak suntikan yang sama. Menurut ACHPR, (1994) teknik
tidak penting (misal penyuntikan antibiotika). aseptic dan anti septic harus diterapkan tenaga
Pengamatan di lapangan infeksi nosokomial perawatan pada saat merawat luka dengan
pada luka operasi disebabkan penggunaan menjaga sterilitas alat, tangan perawat, luka
alat perawatan luka yang tidak steril terutama serta setiap benda yang bersentuhan dengan
satu alat untuk beberapa pasien. Hal ini akan luka operasi. Perawatan luka secara steril dapat
menyebabkan penularan pada satu pasien ke menurunkan kejadian infeksi nosokomial.
pasien yang lain, keterbatasan alat dan jumlah Pembersihan luka dapat digunakan cairan
tenaga, jumlah tenaga yang tidak sebanding fisiologis (norma salin 0,9%) dengan teknik
dengan jumlah pasien yang dirawat, cara kerja mekanik yang tidak menimbulkan cedera,

207
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 202210

dengan cara yang lembut sehingga tidak protap perawatan luka dengan kejadian infeksi
menimbulkan perlukaan atau cedera yang luka pasca sectio caesaria.
dapat menjadi pintu masuk kuman. Menurut Nursalam (2011), indikator
Hasil penelitian tingkat kemampuan keselamatan pasien (patient safety) yang
responden dalam pelaksanaan mencegah tinggi, alur komunikasi yang kurang tepat,
penularan melalui tek nik pembalutan penggunaan sarana kurang tepat dan lain
lu ka denga n bena r rat a-rat a d ala m sebagainya. Indikator keselamatan pasien
kategori baik atau sering pada komponen meliputi adanya mutu pelayanan meliputi
melakukan teknik pembebatan sesuai usaha menurunkan angka Kejadian Tidak
indikasi, melakukan pembebatan dengan Diharapkan (KTD), yang sering terjadi selama
menyerap drainase, menjaga kebersihan. perawatan di rumah sakit disebabkan faktor
Pembalutan yang tepat dapat mempercepat beban kerja dari waktu ke waktu, area standar
penyembuhan luka, pemberian balutan pelayanan klinik tidak memenuhi standar yang
yang tidak sesuai karakteristik luka dapat diharapkan, tingginya variasi antar rumah
mengganggu penyembuhan luka Balutan sakit dan antar pemberi pelayanan, ketidak
juga harus dapat menyerap drainase untuk sepadanan antar unit pelayanan kesehatan.
mencegah terkumpulnya eksudat yang dapat Indikator keselamatan pasien menurut
memungkinkan pertumbuhan bakteri dan Joint Comition International (JCI), (2012),
maserasi di sekeliling luka akibat eksudat meliputi angka kejadian dekubitus, kesalahan
luka (Potter & Perry, 2005). pemberian obat oleh perawat, pasien jatuh
Hasil analisis jalur terbukti ada (patient fall), cedera akibat restraint,
hubungan pelaksanaan pencegahan infeksi infeksi nosokomial, phlebitis yang akan
nosokomial dengan kinerja perawat dalam mengakibatkan mutu pelayanan asuhan,
pencegahan infeksi meliputi subvariabel lama perawatan, biaya yang bertambah serta
(melakukan cuci tangan, upaya desinfeksi kepuasan pasien menurun (Nursalam, 2011).
dan sterilisasi, upaya tindakan isolasi dan Menurut Alvarado (2000), berbagai
pencegahan transmisi melalui penggunaan upaya yang dilakukan tenaga kesehatan untuk
masker, melakukan perawatan luka secara mencegah terjadinya infeksi nosokomial salah
steril, melakukan teknik pembalutan) terhadap satunya universal precaution (perlindungan
kejadian infeksi nosokomial yakni: Keadan diri). Angka kejadian infeksi nosokomial
luka bersih, keluhan nyeri dan panas, keadaan di seluruh dunia di ruang rawat inap (10%)
luka bengkak, keadaan luka kemerahan, dari total pasien yang dirawat di rumah sakit,
keadaan luka bernanah, dinyatakan infeksi di DKI Jakarta (2004) sebanyak (9,8%), di
oleh dokter yang merawat, hasil pemeriksaan RS Yogjakarta, 1999 (12,6%). Berdasarkan
laboratorium, hasil kultur luka (gram positif penelit ia n ya ng tela h d ila k sa na k a n
dan gram negatif). penggunaan antibiotika, penyakit penyerta,
Hasil penelitian Hamatussujana et al tidak didapatkan data pada dokumen rekaman
(2010) menunjukkan 1) Tingkat kepatuhan medik, kebersihan r uangan, peralatan
pelaksanaan prosedur tetap baik, perawat perawatan, lama pasien dirawat, dan kepadatan
dan bidan yang memiliki tingkat kepatuhan pengunjung. Dari ketujuh variabel ini yang
pelaksanaan prosedur tetap kurang, 2) berpengaruh terjadinya infeksi nosokomial
Responden (pasien) pasca sectio caesaria, adalah lama perawatan dan perawatan luka
terdapat kejadian infeksi sebesar 3) Responden karena p < 0,05.
(pasien) paska sectio caesaria, sebagian besar Hubungan pelaksanaan pencegahan
mengalami infeksi pada hari ke7 pasca sectio infeksi nosokomial dengan kinerja perawat
caesaria dan yang paling kecil responden dalam pencegahan infeksi nosokomial sangat
mengalami infeksi pada hari ke3 pasca sectio signifikan karena perawat harus menjaga
caesaria. 4) Ada hubungan yang bermakna kebersihan, keseterilan alat yang digunakan
(signifikan) antara kepatuhan pelaksanaan dalam pemberian asuhan, serta menjaga jangan

208
Penurunan Insiden Infeksi Nosokomial Pasien Pasca Sectio Caesarea (Ahsan, dkk.)

sampai menimbulkan kecelakaan, cedera semakin kecil. Hal ini dapat dilihat pada hasil
pada pasien serta melindungi pasien dari pelatrihan bahwa pada kelompok perlakuan
bahaya infeksi, penurunan daya tahan tubuh kejadian infeksi lebih kecil dari pada kelompok
serta komplikasi lain yang membahayakan kontrol.
kesehatan (Nursalam, 2011). Pelatihan dan observasi dilaksanakan
Mutu pelayanan keperawatan dapat selama 1 bulan dengan dimulai dari pelatihan
meningkatkan, mencegah penyebarluasan dan bimbingan pelaksanaan knowledge
infeksi nosokomial perlu diadakan pelatihan management dalam asuhan keperawatan
bagi tenaga kerja di lingkungan rumah sakit, pasien pasca sectio caesaria. Kegiatan ini
semua tenaga yang terlibat dalam pelayanan dilakukan selama 2 jam dengan metoda
dari cleaning service sampai orang-orang mempelajari modul, diskusi tanya jawab
yang terlibat dalam asuhan serta perbaikan dilanjutkan bimbingan asuhan pada pasien
pencegahan infeksi nosokomial, untuk peneliti kelolaan masing-masing selama 6 hari.
selanjutnya perlu parameter pemeriksaan Bimbingan dilakukan oleh peneliti dibantu
kultur pada beberapa aspek pada kasus infeksi kepala ruangan dan wakil kepala ruangan
nosokomial. Cempaka pada setiap siklus dinas. Untuk dinas
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan pagi dilakukan oleh peneliti dibantu kepala
hasil test kultur luka pasca sectio caesaria ruangan dan wakil kepala ruangan dan untuk
sebagian besar hasil test dinyatakan positif dinas sore dibantu kepala jaga atau ketua tim,
baik dari kuman gram negatif maupun positif. pelatihan dan bimbingan berkaitan dengan
Hasil uji t test menunjukan terdapat hubungan proses pelaksanaan knowledge management
yang signifikan kinerja perawat dalam asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian
pelaksanaan asuhan keperawatan berbasis pasien, diagnosa keperawatan, perencanaan
knowledge management terhadap kejadian a s u h a n ke p e r awat a n , i m ple me nt a si
infeksi nosokomial dengan = 1,274 dan p asuhan keperawatan, dan evaluasi asuhan
= 0,028. keperawatan.
Hasil analisis jalur menunjukkan
ada hubungan positif antara pelaksanaan
pengetahuan tentang asuhan keperawatan SIMPULAN DAN SARAN
infeksi nosokomial terhadap pelaksanaan Simpulan
pencegahan infeksi nosokomial. Jadi ada Ada perbedaan positif yang signifikan
pengaruh pelaksanaan knowledge management kejadian inf kesi nosokomial pada pasien
terhadap kejadian infeksi nosokomial. pasca sectio saesarea di rumah sakit sebelum
Pengaruh pelaksanaan knowledge management dan sesudah pelatihan asuhan keperawatan
terhadap kejadian infeksi nosokomial berbasis knowledge management.
mempunyai nilai dengan tingkat signifikan.
Pelaksanaan knowledge management (X 2) Saran
mampu menjelaskan pelaksanaan knowledge
management sebesar 28%, sisanya ditentukan Model asuhan keperawatan berbasis
oleh faktor lain. knowledge management dapat dikembangkan
Hasil analisis dengan menggunakan uji dan mempunyai kontribusi positif dalam
t-test didapatkan nilai tvalue = 2,316 dan p = menurunkan kejadian infeksi nosokomial di
0,028 < = 0,05. Hal ini dapat disimpulkan rumah sakit pemerintah, 2) rumah sakit perlu
bahwa ada perbedaan bermakna kejadian melakukan pengembangan model asuhan
infeksi nokocomial pada pasien pasca section keperawatan berbasis knowledge management
sesarea di rumah sakit sebelum dan sesudah dan meningkatkan pengetahuan perawat
pemberian pelatihan asuhan keperawatan dan bidan dengan memberikan pelatihan
berbasis knowledge management. Nilai t dan bimbingan serta pendidikan tentang
value didapatkan nilai posutit yang berarti pentingnya menjaga sterilitas dan pencegahan
dengan pemberian pelatihan kejadian infeksi infeksi nosokomial.

209
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 202210

KEPUSTAKAAN Protap oleh Prawat, Skripsi, Universitas


Muhammadiyah Surakarta
ACHPR.1994. African Commition of Human
Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi
Right Relation, Standar Praktik Luka
Kepera watan, Jakar ta: Salemba
Operasi, Infeksi Nosokomial.
Medika
Alvarado, L. 2000. Tahap-Tahap dalam
Pot ter & Per r y. 2005. Fundamental
Evaluasi.Terjemahan Edisi ke-2,
Keperawatan,Jakarta: Penerbit Buku
Jakarta.
Kedokteran EGC.
Graham. 2003. Specifiying a Knowledge
Wilson. 2004. Local Government in the United
Management System, Journal.
Kingdom, London: Macmillan.
Hammatussujana, et al. 2010. Hubungan
Tingkat Kepat uhan Pelaksanaan

210

You might also like