Professional Documents
Culture Documents
1) Kata-kata Mokoginta semuanya diilhami oleh Roh Kudus ketika mereka menulis
kitab tersebut. Kalau memang Alkitab itu benar-benar 100% firman Allah tentu didalam
Alkitab itu ada pernyataan dari Allah bahwa Dia-lah yang mewahyukan Alkitab itu, dan
Dia pula yang menjaganya. Oleh sebab itu sangatlah wajar jika ada yang
mempertanyakan mana dalilnya firman Allah didalam Alkitab yang mengatakan Akulah
yang mewahyukan Alkitab, dan Aku pula yang menjaganya., menunjukkan bahwa
Mokoginta selalu membuat rumus sendiri, dan rumus itu sendiri tak
didukung oleh satu dalilpun dalam Alkitab! Saya tidak menerima kata
tentu dan sangatlah wajar yang saya garis-bawahi dari kata-kata
Mokoginta di atas. Kalau mau yang kata-katanya persis seperti yang ia
katakan, maka tentu saja tidak ada. Tetapi kalau dalam kata-kata
yang berbeda, dan dengan cara yang berbeda, maka memang ada.
b) Ro 3:1-2 - (1) Jika demikian, apakah kelebihan orang Yahudi dan apakah
gunanya sunat? (2) Banyak sekali, dan di dalam segala hal. Pertama-tama:
sebab kepada merekalah dipercayakan firman Allah.
Dari kata-kata ini terlihat jelas bahwa Allah / Paulus menganggap
bahwa Perjanjian Lama adalah Firman Allah.
c) 2Pet 1:20-21 - (20) Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa
nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak
sendiri, (21) sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia,
tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.
Pulpit Commentary memberikan penafsiran sebagai berikut tentang text ini:
No prophecy of Scripture arises from the prophets own interpretation of the
vision presented to his mind; for it was from God that the prophecy was brought,
and men spoke as they were borne on by the Holy Spirit (= Tak ada nubuat dari
Kitab Suci muncul dari penafsiran sang nabi sendiri tentang penglihatan yang
diberikan kepada pikirannya; karena nubuat itu dibawa dari Allah, dan
manusia berbicara pada waktu mereka diarahkan oleh Roh Kudus).
Sedangkan John Walvoord (Bible Knowledge Commentary) memberikan
penafsiran sebagai berikut: The statement, No prophecy of Scripture came
about by the prophets own interpretation, has been interpreted several ways: (1)
Scripture should be interpreted only in context, that is, a prophecy cannot stand
alone without other prophecies to aid in its understanding. (2) Scripture should not
be interpreted according to ones own individual liking. (3) Scripture cannot be
correctly interpreted without the Holy Spirit. (4) The prophecies did not originate
with the prophets themselves. The word EPILYSEOS (interpretation, lit.,
unloosing) and the word GINETAI (came about) favor the fourth view. The
Scriptures did not stem merely from the prophets themselves; their writings came
from God. Verse 20, then, speaks not of interpretation, but of revelation, the source
of the Scriptures [= Pernyataan, tidak pernah nubuat dihasilkan oleh
kehendak manusia, telah ditafsirkan dalam beberapa cara: (1) Kitab Suci harus
ditafsirkan hanya dalam kontext, yaitu, suatu nubuat tidak boleh berdiri sendiri
tanpa nubuat-nubuat yang lain untuk membantu dalam pengertiannya. (2)
Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kesenangan seseorang. (3) Kitab
Suci tidak bisa ditafsirkan dengan benar tanpa Roh Kudus. (4) Nubuat-nubuat
tidak muncul dari nabi-nabi itu sendiri. Kata EPILYSEOS (penafsiran, secara
hurufiah, melepaskan) dan kata GINETAI (terjadi) menyokong pandangan
keempat. Kitab Suci tidak semata-mata berasal dari nabi-nabi itu sendiri;
tulisan-tulisan mereka datang dari Allah. Maka, ay 20, tidak berbicara tentang
penafsiran, melainkan tentang pewahyuan, sumber dari Kitab Suci].
f) Wah 1:1 - Inilah wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepadaNya,
supaya ditunjukkanNya kepada hamba-hambaNya apa yang harus segera
terjadi. Dan oleh malaikatNya yang diutusNya, Ia telah menyatakannya kepada
hambaNya Yohanes.
Saya akan menyoroti kata-kata yang saya garis-bawahi, yaitu
wahyu Yesus Kristus / the revelation of Jesus Christ (ay 1).
1. wahyu / revelation.
Kata revelation / wahyu dalam bahasa Yunani adalah
APOKALUPSIS. APO = away from / jauh dari; KALUPSIS = a
veiling / tudung / selubung. Ini menunjuk pada tindakan
membukakan sesuatu yang tadinya tersembunyi (uncovering),
misalnya membuka kain / terpal yang tadinya menutupi patung.
Leon Morris (Tyndale): The making known what a man could not find
out for himself (= Pemberi-tahuan apa yang manusia tidak bisa mengetahui
untuk dirinya sendiri) - hal 45.
G. R. Beasley - Murray: It can signify the act of unveiling, or the object
which is uncovered (= Ini bisa berarti tindakan membukakan, atau obyek
yang dibukakan) - hal 50.
George Eldon Ladd: in the New Testament it usually has a distinctly
religious connotation, desig-nating the supernatural revelation of divine truths
unknown to men and incapable of being discovered by them (Rom. 16:25;
Gal. 1:12) [= dalam Perjanjian Baru biasanya kata ini mempunyai arti
agamawi yang berbeda, menunjukkan suatu wahyu / penyataan dari
kebenaran ilahi yang tidak diketahui oleh manusia dan tidak dapat
ditemukan oleh mereka (Ro 16:25 Gal 1:12)] - hal 19.
Dari arti dari kata APOKALUPSIS ini maka bisa didapatkan 2 hal:
a. Pada masa lalu Allah menutup / belum membukakan
kebenaran ini.
Bdk. Amsal 25:2 - kemuliaan Allah ialah merahasiakan sesuatu.
b. Lalu Allah membukakan kebenaran yang tertutup itu.
Tanpa ini manusia akan terus ada dalam keadaan tidak tahu.