Professional Documents
Culture Documents
dr. Jailani
dr. Jessica
JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
Dunia Industri saat ini semakin berkembang dan teknologi proses produksi juga semakin
maju. Semakin banyak mesin dan alat yang amat sulit digunakan dalam proses produksi. Bahan baru
juga banyak diolah dan dipergunakan sehingga mekanisasi serta eletrifikasi banyak dipakai dan
lumrah ditemukan dimana-mana. Hal ini dapat meningkatkan intensitas kerja operasional dan tempo
kerja para pekerja. Intensitas pekerjaan yang meningkat ini dapat menimbulkan kelelahan, kurang
prihatin akan hal-hal lain selain pekerjaan, kehilangan keseimbangan dan lain-lain yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan. Pengetahuan keselamatan kerja juga sangat dibutuhkan untuk
mengatasi masalah-masalah tersebut untuk mencapai keamanan yang baik dan realistis dalam
memberikan rasa aman dan gairah bekerja yang kemudian dapat meningkatkan produktivitas kerja.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan standar kerja yang harus dipenuhi oleh
suatu perusahaan guna menciptakan tempat kerja yang aman, efisien dan produktif dengan
mengendalikan berbagai resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja. Ruang lingkup K3 terdiri dari
aspek tenaga kerja, sistem kerja, sarana dan prasarana perusahaan. Sistem manajemen K3 (SMK3)
wajib diterapkan oleh perusahaan di Indonesia dan memiliki landasan hukum yang diatur dalam UUD
45 pasal 27 ayat 2, Undang-undang No.1 tahun 1970, Undang-undang No.13 tahun 2003 dan
berkembang seperti Indonesia. Masalah yang masih ditemukan antara lain kurangnya perhatian dari
semua pihak akan pentingnya keselamatan kerja, masih tingginya angka kecelakaan kerja dan
rendahnya komitmen dari pemilik dan pengelola usaha. Hal ini juga berpengaruh terhadap
Salah satu kegiatan dalam pelatihan hiperkes yang diselenggarakan oleh Pusat K3
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI adalah melakukan kunjungan ke perusahaan PT.
Bintang Toedjoe pada tanggal 6 Maret 2015 yang memiliki jenis usaha dalam bidang konsumsi
obat/minuman yang berlokasi di Pulo Mas, Jakarta Pusat. Melalui laporan ini kami menyampaikan
hasil inspeksi secara obyektif dan subyektif pada PT. Bintang Toedjoe beserta hasil analisa data dan
2
pemecahan masalah yang kami temukan terkait penerapan SMK3 keselamatan kerja dalam Aspek
SOP Kerja, Sarana Penanggulangan Kebakaran, Alat pelindung diri, Tanggap Darurat & Jalur
PT. Bintang Toedjoe merupakan perusaahan yang bergerak dalam bidang konsumsi obat dan
minuman yang telah didirikan sejak tahun 1946 oleh seorang Sinshe Tan Ji Sia. Awalnya perusahaan
ini berada di Garut dan memproduksi obat-obatan yang kemudian semakin besar dan pindah ke
Jakarta pada tahun 1950 di Pasar Baru. Pabrik Bintang Toedjoe saat ini ada dua buah di Pulo
Gadung dan Pulo Mas yang masing-masing memproduksi Obat/Minuman dalam bentuk serbuk
PT Bintang Toedjoe tepatnya berada di jl. Ahmad Yani No.2 Pulomas, Jakarta Pusat yang
merupakan salah satu pabrik yang memproduksi hanya prodak serbuk effervescent. Jumlah pekerja
PT. Bintang Toedjoe yang berada di dua pabrik (Pulo Gadung dan Pulo Mas) kira-kira sekitar 875
pegawai yang sebagian besar merupakan pegawai tetap dan sisanya pegawai kontrak waktu tertentu.
Tenaga kerja bekerja selama 24 jam yang dibagi dalam 3 shift (per 8 jam) dengan 1 jam istirahat.
Kepedulian PT. Bintang Toedjoe akan pentingnya Kesehatan dan Keselamatan Kerja
membuat PT Bintang Toedjoe memberikan Asuransi kesehatan pada tenaga kerjanya yang dinaungi
oleh BPJS (milik pemerintah) dan INHEALTH (milik swasta). Kepedulian ini lah yang membuat PT
Bintang Toedjoe di sertifikasi banyak lembaga internasional (OHSAS, ISO 14001, HACCP, SMK3,
ISO 9001 dan GMP )yang kebijakan standardisasi tersebut dikaitkan satu sama lain.
Alur produksi prodak yang kami amati tidak begitu jelas karena sebagian besar pekerjaan
tersebut terjadi dalam ruangan yang rahasia , secara umum kami simpulkan alur produksi prodak
3
1.4 Landasan Teori
2. Setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin keselamatannya.
3. Setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Undang-undang ini mengatur keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam
tanah, di permukaan air maupun udara yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik
Indonesia. Adapun tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap dimana tenaga kerja atau sering dilewati tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelematkan diri pada waktu kebaran atau kejadian
berbahaya
7. Mencegah atau menyebar luasnya suhu, kelembapan, kotoran, asap, uap, gas, hembusan
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik secara psikis, keracunan,
13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya
14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang
4
16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkat muat, perlakuan dan penyimpanan
barang
18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengaman pada pekerjaan yang baya kecelakaannya
bertambah tinggi
Tujuan penerapan keselamatan kerja adalah mencapai kecelakaan nihil. Perusahaan yang
bisa mencapai kecelakaan nihil adalah perusahaan yang bebas dari kerugian baik manusia maupun
harta benda. Kecelakaan nihil dapat diraih dengan kerjasama yang baik antar tim, punya rasa
memiliki, peduli terhadap lainnya, punya rasa kebanggan terhadap perusahaan dan contributor
jaringan kerja. Sektor yang termasuk dalam keselamatan kerja adalah pencegahan kebakaran,
pencegahan peledakan, K3 Bidang mekanik, K3 Bidang Konstruksi Bangunan, K3 Bidang Listrik dan
5
BAB II
PELAKSANAAN
6
BAB III
HASIL PENGAMATAN
Berdasarkan hasil pengamatan melalui walkthrough survey pada PT. Bintang Toedjoe
didapatkan beberapa hasil inspeksi terhadap 5 aspek keselamatan kerja yaitu sebagai berikut:
compounding maupun mixing dan packaging yang tidak secara jelas dapat dilihat
oleh kami karena berada dalam ruangan yang tidak dapat dimasuki. Namun secara
garis besar kami mendapatkan informasi bahwa keselamatan para pekerja dalam
menangani alat dan bahan serta proses kerja diberikan melalui training yang terpadu,
sertifikasi tenaga kerja, SOP kerja yang jelas dan detil, briefing sebelum memulai
terhadap para pekerja serta penggunaan alat pelindung diri. Usaha tersebut sudah
cukup baik namun terkendala oleh kedisiplinan tenaga kerja yang belum terbudaya
(khususnya tenaga kerja baru) sehingga kecelakaan kerja karena mesin merupakan
kecelakaan terbanyak.
PT bintang toedjoe memiliki pegawai yang dilatih keselamatan dan kesehatan kerja
selain dalam pengawasan supervisor namun pegawai juga dapat belajar dan diuji
PT Bintang Toedjoe memiliki APAR di setiap lantai dan pojok-pojok lantai bahkan
ruang hydrant serta alat pemecah kaca dalam keadaan gawat darurat. APAR tersebut
tanpa kunci, mudah dilihat akan tetapi ketinggiannya belum diatas 125 cm. pengujian
komponen apar dilakukan secara berkala setiap 3 bulan sekali. Cara menggunakan
7
APAR juga diletakkan di dekat APAR serta tanda lulus sertifikasi APAR juga jelas
dibubuhkan.
PT. Bintang Toedjoe memiliki suatu sistem tanggap darurat melalui alarm dan
memandu tenaga kerja maupun tamu untuk keluar. Drill kebakaran maupun keadaan
gawat darurat lain (bahkan banjir) dilakukan setiap tahun sekali dan memiliki alarm.
Tanda-tanda Exit serta evakuasi juga cukup jelas dan memiliki alternative pilihan.
Alat pelindung diri tenaga kerja PT.Bintang Toedjoe secara inspeksi terlihat telah
dipakai oleh seluruh tenaga kerja. Alat pelindung diri ini terdiri dari seragam yang
wajib dipakai untuk masuk ke dalam ruangan kerja, penutup kepala (baik helm untuk
outdoor maupun topi untuk indoor), menggunakan masker biasa pada bagian
produksi, dan safety shoes. Menurut kelompok kami, penggunaan masker tipe biasa
ini tenaga kerja yang bekerja dengan bahan serbuk-serbuk efferfescent belum sesuai
karena mesin produksi dimana zero accidentI masih belum tercapai. Pada tahun
kecelakaan kerja yang membutuhkan penatalaksanaan medis lanjut dan tidak ada
kecelakaan kerja yang menghilangkan satu shift. Pelaporan kecelakaan kerja selain
box dimana tenaga kerja dapat melaporkan kejadian-kejadian hampir celaka yang
8
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
Masalah yang ditemukan dalam walkthrough survey singkat menurut kelompok kami adalah
ketinggian posisi APAR yang belum sesuai ketentuan, Training tenaga kerja serta pengawasan
tenaga kerja baru yang kurang memadai dan penggunaan APD yang belum sesuai.
Menurut kelompok kami, perbaikan posisi APAR harus dilakukan agar menunjang
kemudahan akses penanggulangan kebakaran. Ketinggian lebih 125 cm sebaiknya dilakukan namun
dari segi lain seperti informasi penggunaan, training penggunaan dan pemeliharaannya kami lihat
Training tenaga kerja serta pengawasan tenaga kerja baru perlu dilakukan agar kecelakaan
kerja akibat mesin tidak lagi terjadi sehingga tercapai kecelakaan kerja nihil. Pengawasan ini
dilakukan sebaiknya sesame tenaga kerja peer to peer review agar subyektif dan tanpa tekanan bagi
sesame tenaga kerja. Training juga sebaiknya dilakukan secara berkala dan promosi kesehatan
Penggunaan APD mengingat kecelakaan kerja akibat mesin juga banyak sebaiknya ditambah
dengan sarung tangan serta alat pengaman pada mesin yang dapat menyebabkan kecelakaan
terbanyak tersebut. Penggunaan APD masker pada bagian yang berhubungan dengan serbuk
menurut kelompok kami belum sesuai karena serbuk efferfescent yang jauh lebih ringan dari sebuk
non efferfescent. Kami menyarankan apabila masker tersebut tidak dapat diganti dengan yang lbih
baik dapat ditambah dengan barrier lain didalam masker seperti tissue serta pengurangan pemaparan
serbuk dengan rotasi berkala agar tidak terjadi penyakit akibat kerja. Pemeriksaan spirometri juga
sudah amat baik bagi tenaga kerja yang bekerja dengan serbuk tersebut namun rontgen berkala serta
9
BAB V
5.1 Kesimpulan
A. Mesin, bahan & proses kerja yang lekat dengan tenaga kerja memiliki SOP,
Sertifikasi, dan Informasi yang sudah baik namun masih tetap menimbulkan
kecelakaan kerja.
APAR dan training tenaga kerja dalam penggunaannya telah baik namun
C. Jalur Evakuasi serta Perencanaan Gawat Darurat yang baik dan matang,
D. Alat pelindung diri sudah cukup baik namun masker harus diganti atau
E. Kecelakan kerja nihil belum tercapai namun tidak sampai kehilangan waktu
hingga 1 shift
5.2 Saran
1. peer to peer review tenaga kerja untuk performance tenaga kerja yang lebih baik
3. Alat pelindung diri masker pada tenaga kerja yang banyak bekerja dengan serbuk
10
BAB VI
PENUTUP
Melalui walkthrough survey pada PT Bintang Toedjoe pada tanggal 6 maret 2015 kami
menyimpulkan bahwa aspek keselamatan kerja sudah sangat baik namun masih ditemukan
ketidaksesuaian antara APD masker yang dipakai, ketinggian APAR yang kurang dan penggunaan
perkembangan APD masker yang disesuaikan dengan kebutuhan serta terjadi peer to peer review
Sekian hasil laporan walkthrough survey PT Bintang Toedjoe dari kami, semoga menjadi
11