You are on page 1of 11

WALK THROUGH SURVEY DI PERUSAHAAN

PT. BINTANG TOEDJOE

TANGGAL 6 MARET 2015

KELOMPOK 3, KESELAMATAN KERJA

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3

dr. Jailani

dr. Nur Muhammad Karim

dr. Isti Iryan Prianti

dr. Jessica

dr. Jivita Catleya Basarah

dr. Juan Cipta

dr. Kartika Honggo Basuki

dr. Linda Mirawati

dr. M. Ardyansyah Pratama

dr. Susan Julia Malau

PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA

KEMENTERIAN TENAGA KERJA RI.

KELAS A PERIODE 2 9 MARET 2015

JAKARTA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dunia Industri saat ini semakin berkembang dan teknologi proses produksi juga semakin

maju. Semakin banyak mesin dan alat yang amat sulit digunakan dalam proses produksi. Bahan baru

juga banyak diolah dan dipergunakan sehingga mekanisasi serta eletrifikasi banyak dipakai dan

lumrah ditemukan dimana-mana. Hal ini dapat meningkatkan intensitas kerja operasional dan tempo

kerja para pekerja. Intensitas pekerjaan yang meningkat ini dapat menimbulkan kelelahan, kurang

prihatin akan hal-hal lain selain pekerjaan, kehilangan keseimbangan dan lain-lain yang dapat

menyebabkan terjadinya kecelakaan. Pengetahuan keselamatan kerja juga sangat dibutuhkan untuk

mengatasi masalah-masalah tersebut untuk mencapai keamanan yang baik dan realistis dalam

memberikan rasa aman dan gairah bekerja yang kemudian dapat meningkatkan produktivitas kerja.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan standar kerja yang harus dipenuhi oleh

suatu perusahaan guna menciptakan tempat kerja yang aman, efisien dan produktif dengan

mengendalikan berbagai resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja. Ruang lingkup K3 terdiri dari

aspek tenaga kerja, sistem kerja, sarana dan prasarana perusahaan. Sistem manajemen K3 (SMK3)

wajib diterapkan oleh perusahaan di Indonesia dan memiliki landasan hukum yang diatur dalam UUD

45 pasal 27 ayat 2, Undang-undang No.1 tahun 1970, Undang-undang No.13 tahun 2003 dan

Permenaker No. 05/Men/1996.

Berbagai macam permasalahan di bidang K3 masih banyak ditemukan terutama di negara

berkembang seperti Indonesia. Masalah yang masih ditemukan antara lain kurangnya perhatian dari

semua pihak akan pentingnya keselamatan kerja, masih tingginya angka kecelakaan kerja dan

rendahnya komitmen dari pemilik dan pengelola usaha. Hal ini juga berpengaruh terhadap

kemampuan perusahaan untuk dapat bersaing secara global.

Salah satu kegiatan dalam pelatihan hiperkes yang diselenggarakan oleh Pusat K3

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI adalah melakukan kunjungan ke perusahaan PT.

Bintang Toedjoe pada tanggal 6 Maret 2015 yang memiliki jenis usaha dalam bidang konsumsi

obat/minuman yang berlokasi di Pulo Mas, Jakarta Pusat. Melalui laporan ini kami menyampaikan

hasil inspeksi secara obyektif dan subyektif pada PT. Bintang Toedjoe beserta hasil analisa data dan

2
pemecahan masalah yang kami temukan terkait penerapan SMK3 keselamatan kerja dalam Aspek

SOP Kerja, Sarana Penanggulangan Kebakaran, Alat pelindung diri, Tanggap Darurat & Jalur

Evakuasi serta Kejadian Kecelakaan Kerja.

1.2 Profil Perusahaan

PT. Bintang Toedjoe merupakan perusaahan yang bergerak dalam bidang konsumsi obat dan

minuman yang telah didirikan sejak tahun 1946 oleh seorang Sinshe Tan Ji Sia. Awalnya perusahaan

ini berada di Garut dan memproduksi obat-obatan yang kemudian semakin besar dan pindah ke

Jakarta pada tahun 1950 di Pasar Baru. Pabrik Bintang Toedjoe saat ini ada dua buah di Pulo

Gadung dan Pulo Mas yang masing-masing memproduksi Obat/Minuman dalam bentuk serbuk

effervescent, serbuk puyer dan Cairan.

PT Bintang Toedjoe tepatnya berada di jl. Ahmad Yani No.2 Pulomas, Jakarta Pusat yang

merupakan salah satu pabrik yang memproduksi hanya prodak serbuk effervescent. Jumlah pekerja

PT. Bintang Toedjoe yang berada di dua pabrik (Pulo Gadung dan Pulo Mas) kira-kira sekitar 875

pegawai yang sebagian besar merupakan pegawai tetap dan sisanya pegawai kontrak waktu tertentu.

Tenaga kerja bekerja selama 24 jam yang dibagi dalam 3 shift (per 8 jam) dengan 1 jam istirahat.

Kepedulian PT. Bintang Toedjoe akan pentingnya Kesehatan dan Keselamatan Kerja

membuat PT Bintang Toedjoe memberikan Asuransi kesehatan pada tenaga kerjanya yang dinaungi

oleh BPJS (milik pemerintah) dan INHEALTH (milik swasta). Kepedulian ini lah yang membuat PT

Bintang Toedjoe di sertifikasi banyak lembaga internasional (OHSAS, ISO 14001, HACCP, SMK3,

ISO 9001 dan GMP )yang kebijakan standardisasi tersebut dikaitkan satu sama lain.

1.3 Alur Produksi

Alur produksi prodak yang kami amati tidak begitu jelas karena sebagian besar pekerjaan

tersebut terjadi dalam ruangan yang rahasia , secara umum kami simpulkan alur produksi prodak

efferfescent PT.Bintang Toedjoe sebagai berikut:

PENGANGKUTAN BAHAN BAKU UNPACKING/PENYIMPANAN BAHAN BAKU WEIGHING

COMPOUNDING MIXING QUALITY CONTROL FIRST PACKAGING SECONDARY

PACKAGING QUALITY CONTROL PENYIMPANAN PENGANGKUTAN KE DISTRIBUTOR

3
1.4 Landasan Teori

Undang-undang no. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja menyatakan bahwa:

1. setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatannya dalam

melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan dan meningkatkan produktivitas nasional.

2. Setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin keselamatannya.

3. Setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Undang-undang ini mengatur keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam

tanah, di permukaan air maupun udara yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik

Indonesia. Adapun tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak

atau tetap dimana tenaga kerja atau sering dilewati tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan

dimana terdapat sumber bahaya. Syarat-syarat keselamatan kerja ditetapkan untuk:

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan

2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran

3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan

4. Memberi kesempatan atau jalan menyelematkan diri pada waktu kebaran atau kejadian

berbahaya

5. Memberi pertolongan pada kecelakaan

6. Memberi alat-alat perlindungan pada para pekerja

7. Mencegah atau menyebar luasnya suhu, kelembapan, kotoran, asap, uap, gas, hembusan

angina, cuaca, sinar, radiasi dan getaran

8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik secara psikis, keracunan,

infeksi dan penularannya

9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai

10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik

11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup

12. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban

13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya

14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang

15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan

4
16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkat muat, perlakuan dan penyimpanan

barang

17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya

18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengaman pada pekerjaan yang baya kecelakaannya

bertambah tinggi

Tujuan penerapan keselamatan kerja adalah mencapai kecelakaan nihil. Perusahaan yang

bisa mencapai kecelakaan nihil adalah perusahaan yang bebas dari kerugian baik manusia maupun

harta benda. Kecelakaan nihil dapat diraih dengan kerjasama yang baik antar tim, punya rasa

memiliki, peduli terhadap lainnya, punya rasa kebanggan terhadap perusahaan dan contributor

jaringan kerja. Sektor yang termasuk dalam keselamatan kerja adalah pencegahan kebakaran,

pencegahan peledakan, K3 Bidang mekanik, K3 Bidang Konstruksi Bangunan, K3 Bidang Listrik dan

K3 di tempat kerja berisiko tinggi.

5
BAB II

PELAKSANAAN

Tanggal : 6 Maret 2015

Waktu : 08.00 WIB 11.00 WIB

Lokasi : PT Bintang Toedjoe

Jl. A Yani no. 2 Pulo Mas , Jakarta Pusat

Survey seluruh bagian pabrik secara walkthrough survey

6
BAB III

HASIL PENGAMATAN

Berdasarkan hasil pengamatan melalui walkthrough survey pada PT. Bintang Toedjoe

didapatkan beberapa hasil inspeksi terhadap 5 aspek keselamatan kerja yaitu sebagai berikut:

a. Mesin/Alat, Bahan & Proses Kerja

Mesin yang digunakan dalam PT.Bintang Toedjoe banyak terkait dengan

compounding maupun mixing dan packaging yang tidak secara jelas dapat dilihat

oleh kami karena berada dalam ruangan yang tidak dapat dimasuki. Namun secara

garis besar kami mendapatkan informasi bahwa keselamatan para pekerja dalam

menangani alat dan bahan serta proses kerja diberikan melalui training yang terpadu,

sertifikasi tenaga kerja, SOP kerja yang jelas dan detil, briefing sebelum memulai

pekerjaan sekitar 1 jam, tanda-tanda peringatan yang ditempel, pengawasan

terhadap para pekerja serta penggunaan alat pelindung diri. Usaha tersebut sudah

cukup baik namun terkendala oleh kedisiplinan tenaga kerja yang belum terbudaya

(khususnya tenaga kerja baru) sehingga kecelakaan kerja karena mesin merupakan

kecelakaan terbanyak.

b. Sarana penanggulangan kebakaran

PT bintang toedjoe memiliki pegawai yang dilatih keselamatan dan kesehatan kerja

selain dalam pengawasan supervisor namun pegawai juga dapat belajar dan diuji

melalui e-learning. Salah satu bentuk promosi pengetahuan mengenai

penanggulangan kebakaran dibuat dalam suatu simulasi maupun dilombakan.

PT Bintang Toedjoe memiliki APAR di setiap lantai dan pojok-pojok lantai bahkan

ruang hydrant serta alat pemecah kaca dalam keadaan gawat darurat. APAR tersebut

penempatannya diberikan tanda di lantai, berwarna merah, menggantung di dinding

tanpa kunci, mudah dilihat akan tetapi ketinggiannya belum diatas 125 cm. pengujian

komponen apar dilakukan secara berkala setiap 3 bulan sekali. Cara menggunakan

7
APAR juga diletakkan di dekat APAR serta tanda lulus sertifikasi APAR juga jelas

dibubuhkan.

c. perencanaan tanggap darurat & Jalur Evakuasi

PT. Bintang Toedjoe memiliki suatu sistem tanggap darurat melalui alarm dan

megaphone yang ditempatkan disetiap lantai dan pemberitahuan resepsionis untuk

memandu tenaga kerja maupun tamu untuk keluar. Drill kebakaran maupun keadaan

gawat darurat lain (bahkan banjir) dilakukan setiap tahun sekali dan memiliki alarm.

Tanda-tanda Exit serta evakuasi juga cukup jelas dan memiliki alternative pilihan.

d. Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri tenaga kerja PT.Bintang Toedjoe secara inspeksi terlihat telah

dipakai oleh seluruh tenaga kerja. Alat pelindung diri ini terdiri dari seragam yang

wajib dipakai untuk masuk ke dalam ruangan kerja, penutup kepala (baik helm untuk

outdoor maupun topi untuk indoor), menggunakan masker biasa pada bagian

produksi, dan safety shoes. Menurut kelompok kami, penggunaan masker tipe biasa

ini tenaga kerja yang bekerja dengan bahan serbuk-serbuk efferfescent belum sesuai

karena kemungkinan terhirup masih besar.

e. Kejadian Kecelakaan Kerja

Jumlah kecelakaan kerja di PT Bintang Toedjoe disumbangkan oleh kecelakaan kerja

karena mesin produksi dimana zero accidentI masih belum tercapai. Pada tahun

2014 terjadi 11 kecelakaan kerja yang membutuhkan pertolongan pertama, 4

kecelakaan kerja yang membutuhkan penatalaksanaan medis lanjut dan tidak ada

kecelakaan kerja yang menghilangkan satu shift. Pelaporan kecelakaan kerja selain

melalui kejadian sesungguhnya, PT bintang toedjoe disediakan sebuah near miss

box dimana tenaga kerja dapat melaporkan kejadian-kejadian hampir celaka yang

dapat menjadi bahan perkembangan perusahaan.

8
BAB IV

PEMECAHAN MASALAH

Masalah yang ditemukan dalam walkthrough survey singkat menurut kelompok kami adalah

ketinggian posisi APAR yang belum sesuai ketentuan, Training tenaga kerja serta pengawasan

tenaga kerja baru yang kurang memadai dan penggunaan APD yang belum sesuai.

Menurut kelompok kami, perbaikan posisi APAR harus dilakukan agar menunjang

kemudahan akses penanggulangan kebakaran. Ketinggian lebih 125 cm sebaiknya dilakukan namun

dari segi lain seperti informasi penggunaan, training penggunaan dan pemeliharaannya kami lihat

sudah sangat baik dan sangat diperhatikan.

Training tenaga kerja serta pengawasan tenaga kerja baru perlu dilakukan agar kecelakaan

kerja akibat mesin tidak lagi terjadi sehingga tercapai kecelakaan kerja nihil. Pengawasan ini

dilakukan sebaiknya sesame tenaga kerja peer to peer review agar subyektif dan tanpa tekanan bagi

sesame tenaga kerja. Training juga sebaiknya dilakukan secara berkala dan promosi kesehatan

mengenai penggunaan mesin yang baik dan benar terus diberikan.

Penggunaan APD mengingat kecelakaan kerja akibat mesin juga banyak sebaiknya ditambah

dengan sarung tangan serta alat pengaman pada mesin yang dapat menyebabkan kecelakaan

terbanyak tersebut. Penggunaan APD masker pada bagian yang berhubungan dengan serbuk

menurut kelompok kami belum sesuai karena serbuk efferfescent yang jauh lebih ringan dari sebuk

non efferfescent. Kami menyarankan apabila masker tersebut tidak dapat diganti dengan yang lbih

baik dapat ditambah dengan barrier lain didalam masker seperti tissue serta pengurangan pemaparan

serbuk dengan rotasi berkala agar tidak terjadi penyakit akibat kerja. Pemeriksaan spirometri juga

sudah amat baik bagi tenaga kerja yang bekerja dengan serbuk tersebut namun rontgen berkala serta

pengaduan gejala klinis baik ringan maupun berat juga diperlukan.

9
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan dapat disimpulkan sebagai berikut:

A. Mesin, bahan & proses kerja yang lekat dengan tenaga kerja memiliki SOP,

Sertifikasi, dan Informasi yang sudah baik namun masih tetap menimbulkan

kecelakaan kerja.

B. Sarana penanggulangan kebakaran yang lengkap dari hydrant, hose, hingga

APAR dan training tenaga kerja dalam penggunaannya telah baik namun

ketinggian APAR belum sesuai ketentuan.

C. Jalur Evakuasi serta Perencanaan Gawat Darurat yang baik dan matang,

serta mampu dilakukan oleh tenaga kerja

D. Alat pelindung diri sudah cukup baik namun masker harus diganti atau

dikembangkan yang lebih baik dan sesuai

E. Kecelakan kerja nihil belum tercapai namun tidak sampai kehilangan waktu

hingga 1 shift

5.2 Saran

1. peer to peer review tenaga kerja untuk performance tenaga kerja yang lebih baik

dan mengurangi kecelakaan kerja

2. Penyesuaian ketinggian APAR dengan ketentuan

3. Alat pelindung diri masker pada tenaga kerja yang banyak bekerja dengan serbuk

baiknya diganti atau diperbaiki.

10
BAB VI

PENUTUP

Melalui walkthrough survey pada PT Bintang Toedjoe pada tanggal 6 maret 2015 kami

menyimpulkan bahwa aspek keselamatan kerja sudah sangat baik namun masih ditemukan

ketidaksesuaian antara APD masker yang dipakai, ketinggian APAR yang kurang dan penggunaan

mesin yang masih menjadi penyebab kecelakaan tertinggi.

Kelompok kami menyarankan agar ketinggian APAR disesuaikan, perbaikan dan

perkembangan APD masker yang disesuaikan dengan kebutuhan serta terjadi peer to peer review

untuk mengurangi kecelakaan kerja akibat mesin.

Sekian hasil laporan walkthrough survey PT Bintang Toedjoe dari kami, semoga menjadi

bahan pertimbangan serta perbaikan bagi perusahaan serta peserta belajar.

11

You might also like