Professional Documents
Culture Documents
6
7
Pilihan siapa yang harus bekerja di dalam suatu keluarga didasarkan atas
perhitungan siapa yang lebih layak jual yakni ia yang memiliki keterampilan
bekerja seperti pengalaman dan ijazah. Sementara itu anggota keluarga yang
tidak marketable atau layak jual ditempatkan pada urusan domestik rumah
tangga. Apabila yang bekerja adalah pasangan yang tidak layak jual maka
hasil yang mereka dapat tidak maksimal (Agger, 2007:316). Artinya
pengambilan keputusan dalam keluarga pun diperhitungkan secara matang
untuk memperoleh keuntungan atau hasil yang semaksimal mungkin.
Termasuk dalam konteks pemilihan lembaga pendidikan bagi anak. Orang tua
telah menghitung berbagai keuntungan dan kerugian dari sekian banyak jenis
sekolah hingga akhirnya meyakini bahwa pesantren merupakan pilihan yang
paling menguntungkan.
Pilihan rasional dirangsang oleh stimulus tertentu, dan pilihan yang
ditawarkan sifatnya terbatas. Stimulus dari setiap pilihan antar individu
berbeda-beda tergantung sistem dimana individu-individu itu berada (Agger,
2007:315). Maksudnya, alternatif pilihan yang ditawarkan pada individu
sifatnya terbatas, oleh karenanya individu menggunakan informasi yang
dimiliki untuk menentukan alternatif pilihan yang paling tepat dan memberikan
keuntungan yang maksimal. Pemilihan tersebut juga seringkali dipengaruhi
oleh nilai yang berkembang di masyarakat. Apa yang dipilih oleh individu
cenderung mengikuti apa yang dianggap baik oleh masyarakat.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa teori pilihan rasional memandang suatu
tindakan individu sebagai sesuatu yang purposive atau bertujuan. Tujuan dari
tindakan tersebut adalah memperoleh keuntungan yang semaksimal mungkin
dan berusaha meminimalkan resiko yang mungkin akan diperoleh jika tidak
melakukan tindakan tersebut. Dalam melakukan tindakannya, individu
dipengaruhi oleh berbagai informasi yang dimiliki dan nilai yang berkembang
dalam masyarakat. Individu mempergunakan informasi tersebut untuk
memperhitungkan secara matang alternatif pilihan yang akan mendatangkan
keuntungan atau manfaat yang besar. Keuntungan tidak selalu berkaitan
8
serta memberikan contoh dalam menjalankan taqorub kepada Allah, jika santri
melanggar aturan akan diberlakukan sanksi.
Selama di dalam pesantren, santri mempelajari kitab-kitab agama Islam
secara bertahap. Namun, dalam pelaksanaannya tidak semua santri setiap hari
berada di dalam pesantren. Santri yang berasal dari dalam desa atau desa
tetangga dan tidak suka tinggal di pondok diperbolehkan tinggal dirumah dan
hanya datang pada saat pengajian (Dirdjosanjoto, 1999:145). Pada akhirnya
terdapat dua jenis santri, yakni santri mukim dan santri kalong.
a. Santri mukim: santri yang berdatangan dari tempat-tempat yang jauh yang
tidak memungkinkan dia untuk pulang kerumahnya, maka ia mondok
tinggal) di pesantren. Sebagai santri mukim mereka memiliki kewajiban-
kewajiban tertentu.
b. Santri kalong: siswa-siswa yang berasal dari daerah sekitar yang
memungkinkan mereka pulang ke tempat tinggal masing-masing. Santri
kalong ini mengikuti pelajaran dengan cara pulang-pergi antara rumahnya
dengan pesantren. (Daulay 2001: 15)
Eksistensi pesantren sebagai lembaga pendidikan dikarenakan terdapat
potensi yang dimilikinya. Pertama, pendidikan di asrama berlangsung 24 jam
baik sebgai lembaga pendidikan kegamaan, sosial kemasyarakatan, atau
pengembangan potensi umat dapat diterapkan secara tuntas, optimal dan
terpadu. Kedua, pesantren berkembang atas tuntutan dan kebutuhan
masyarakat Ketiga, kepercayaan masyarakat menyekolahkan anaknya di
pesantren (Zubaedi, 2005: 146-147). Orang tua menganggap pesantren sebagai
tempat yang aman untuk menghindarkan anak dari lingkungan pergaulan yang
tidak kondusif (Abdullah, 2008:109).
Sebagai lembaga pendidikan, pesantren harus memiliki sistem
managemen yang jelas. Pertama perencanaan, salah satu elemen pokok
pesantren adalah kiai, ia merupakan orang yang berpengaruh dalam
keberlangsungan pesantren. Perencanaan pengembangan pesantren banyak
dipengaruhi oleh pemikiran kiainya. Keberhasilan pesantren tergantung
14
Jadi, saat ini banyak pesantren salah satunya SMP MTA Gemolong telah
mengalami proses modernisasi. Modernisasi tersebut terjadi pada sistem
pengajarannya. Beberapa pesantren yang berkembang saat ini tidak lagi hanya
mengajarkan kitab-kitab agama Islam secara bertahap. Akan tetapi telah
memasukkan materi pelajaran umum seperti Ilmu Alam, Ilmu Sosial, Bahasa
Indonesia, dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini.
Sistem pengajaran di pesantren juga tidak lagi menggunakan sistem sorogan
dan bandongan melainkan ceramah, diskusi, tanya jawab, dan sebagainya.
Modernisasi sistem pengajaran di pesantren mengingat kebutuhan masyarakat
saat ini. Individu tidak hanya membutuhkan pemahaman terhadap kitab
melainkan perlu memiliki pengetahuan yang luas dan skill sebagai bekal
memperoleh pekerjaan dan menghadapi persaingan dalam masyarakat yang
semakin kompetitif.
5. Karakteristik Remaja Awal
Masa remaja merupakan masa peralihan individu dari masa anak-anak
menuju kedewasaan. Masa remaja ini seringkali dianggap rentan terhadap
permasalahan. Hal ini disebabkan oleh perkembangan emosinya menunjukkan
sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau
situasi sosial, emosinya bersifat negatif dan temperamental (Yusuf, 2008:197).
Kondisi emosional yang belum matang pada diri remaja tersebut akan beresiko
terjadinya kenakalan. Dalam sebuah studi psikologi, kejahatan seksual, tindak
merampok, menipu, menjambret, dan kejahatan lain banyak terjadi pada usia
remaja (Kartono, 2014:7). Oleh karena itu dalam proses pencapaian emosional
remaja, orang tua berperan untuk mengendalikan dan mengarahkan
perilakunya.
Pada umumnya, masa remaja terbagi menjadi 2 fase yakni masa remaja
awal dan masa remaja akhir. Masa remaja awal dimulai ketika anak telah
genap berusia 12 atau 13 tahun, dan berakhir pada usia 17 atau 18 tahun.
Sementara itu WHO menggolongkan remaja awal pada usia 10 14 tahun
(Mighwar, 2006:68). Pada usia remaja awal, secara umum mereka sedang
18
suatu tindakan karena memiliki tujuan tertentu. Tujuan tersebut dalam rangka
memaksimalkan keuntungan dan meminimalisasi resiko dari sekian banyak
pilihan yang ditawarkan. Sama halnya dengan pilihan orang tua terhadap
pesantren MTA sebagai lembaga pendidikan anak. Orang tua telah
memperhitungkan berbagai jenis sekolah yang mampu memberikan
keuntungan yang maksimal. Orang tua menganggap pesantren jenis MTA
mampu membentuk anak memiliki ahklak yang bagus, ekonomis, serta
menunjukkan loyalitasnya sebagai anggota MTA. Disamping itu terdapat
berbagai macam keuntungan yang ingin dimaksimalkan dan resiko yang ingin
diminimalisir oleh orang tua. Keuntungan dan resiko tersebut erat kaitannya
dengan ideologi MTA yang mereka pegang. Secara lebih jelas kerangka
berpikir dapat dilihat pada Gambar 2.1.
21
Angka kenakalan
Upaya Orang tua
remaja tinggi
Pemilihan
Pendidikan Anak
Bagaimana rasionalitas
pilihan orang tua?
Pilihan Rasional
James S Coleman