You are on page 1of 2

OTONOMI DAERAH DI BIDANG PENDIDIKAN

Lahirnya Undang-undang No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan diikuti
dengan Peraturan Pemerintah no. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan propinsi
sebagai daerah Otonomi, mengakibatkan adanya reformasi pada setiap Departeman dalam
menjalankan kewenangan yang diberikan kepanya selama ini. Dalam bab IV pasal 7 ayat (1)
Kewenangan Daerah mencakup dalam seluruh bidang pemerintah, kecuali dalam bidang politik luar
negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama serta kewenangan di bidang
lain. Selanjutnya ayat (2) Kewenangan bidang lain, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi
kebijakan tentang perencanaan dan pengendalian pembangunan nasional secara makro dana
perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara,pembinaan
dan pemberdayaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi dan
standarisasi nasional

Dari ayat (1) di atas, kewenangan pusat yang menjadi kewenangan daerah meliputi banyak hal,
termasuk di bidang pendidikan. Pada ayat (2) perencanaan dan pengendalian pendidikan secaya
makro menjadi kewenangan Pemerintah. Tentang kewenangan Pemerintah ini dalam Peraturan
Pemerintah ( PP) No. 25 tahun 2000 dalam Bab II Pasal 2 kewenangan dalam bidang pendidikan itu
sebagai berikut :

a. Penetapan standar kompetensi siswa dan warga belajar serta pengaturan kurilulum nasional
dan penilaian hasil belajar secara nasional serta pedoman pelaksanaannya.
b. Penetapan standar materi pelajaran pokok..
c. Penetapan persyaratan perolehan dan penggunaan gelar akademik.
d. Penetapan pedoman pembiayaan penyelenggaraan pendidikan
e. Penetapan persyaratan pemerintah, perpindahan, sertivikasi siswa, warga belajar dan
mahasiswa.
f. Penetapan persyaratan permintakan/zoring, pencarian , pemanfaatan, pemindahan
penggandaan, sistem pengamanan dan kepemilikan benda cagar budaya serta persyaratan
penelitian arkeologi.
g. Pemanfaatan hasil penelitian arkeologi nasional serta pengeloalaan museum nasional,
pemanfaatan naskah sumber arsip , dan monumen
Yang diakui secara internasional.
h. Penentapan kalender pendidikan dan jumlah belajar efektif setiap tahun bagi pendidikan
dasar, menengah dan luar sekolah.
i. Pengaturan dan pengembangan pendidikan tinggi, pendidikan jarak jauh serta pengaturan
sekolah internasional.
j. Pembinaan dan pengembangan bahasaa dan satra Indonesia.
Selanjutnya, menurut Bab II pasal 3 ayat 5 butir 10, kewenangan Daerah Otonomi dalam
bidang Pendidikan dan kebudayaan adalah sebagai berikut :
a. Penetapan kebijakan tentang penerimaan siswa dan mahasiswa dari masyarakat minoritas
atau tidak mampu.
b. Penyediaan bantuan pengadaan pengadaan buku pelajaran pokok/modul pendidikan untuk
taman kanak-kanak, pendidikan dasar, pendidikan menengah pendidikan luar sekolah.
c.Mendukung membantu penyelenggaraan pendidikan tinggi. Selain pengaturan kurikulum,
akreditasi dan pengangkatan tenaga akademis.
d. Pertimbangan pembukaan dan penutupan perguruan tinggi.
e. Penyelenggaraan sekolah luar biasa dan balai pelatihan dan / penataan guru
f. Penyelenggaraan museum propinsi, suaka peninggalan sejarah kepurbakalaan, kajian
sejarah kepurbakalaan, kajian sejarah dan serta pengembangan bahasa dan budaya
daerah.

Memperhatikan UU no 22 tahun 1999 dan PP No 25 tahun 2000 peran pemerintah daerah


sangat besar dalam menentukan kebijakan dalam berbagai bidang. Begitu juga dalam
bidang kependidikan sangat besar kemungkinan pemerintah daerah untuk mengambil
kebijakan yang sesuai dan leluasa untuk daerah masing-masing.

Pendelegasian wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, yang disebut


desentralisasi berkaitan dengan otonomi daerah ini juga berkaitan dengan pendidikan.
Pemerintah pusat mempunyai wewenang menetapkan standar kompetensi siswa dan warga
belajar serta pengaturan kurikulum nasional dan penilaian hasils belajar secara nasional
serta pedoman pelaksanaannya.

Semua urusan bidang pendidikan di luar kewenangan pemerintah pusat dan propinsi
tersebut sepenuhnya menjadi wewenang pemerintah daerah tingkat II. Hal ini berarti tugas
dan beban PEMDA II dalam menangani layanan pendidikan amat besar dan berat terutama
bagi daerah yang capacity building dan sumberdaya pendidikannya kurang. Karena itu,
otonomi daerah bidang pendidikan bukan hanya ditujukan bagi daerah tingkat II tetapi juga
dibebankan bagi sekolah sebagai penyelenggara pendidikan terdepan dan dikontrol oleh
stokeholders pendidikan.

Otonomi pendidikan walaupun memberikan kewenangan yang besar bagi daerah dan
sekolah untuk secara kreatif mengelola dan menyelenggarakan pendidikan sesuai sumber
daya yang tersedia dimasing-masing daerah. Kebijakan pendidikan nasional di masa yang
akan datang tetap bertumpu pada tiga hal :

1. Peningkatan akses pendidikan, terutama bagi yang tidak mampu


2. Peningkatan mutu pendidikan, baik akademik maupun non akademik
3. Perbaikan manajemen pendidikan, sehingga lebih produktif dan efisien

Daftar Pustaka

https://tikaliyah. Files.wordpress.com/2010/03/otonomi daerah dibidang-pendidikan.pdf

https:// file.upi.edu/direktori/JURNAL/JURNAL- MIMBAR-PENDIDIKAN/MIMBAR NO-2-2001

You might also like