Professional Documents
Culture Documents
PEMBIMBING :
PENYUSUN :
JAKARTA
DAFTAR ISI
xi.Pemeriksaan Plasenta.36-38
2
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak diperkenalkan pertama kali di bidang obstetrik oleh Ian Donald sekitar
50 tahun yang lalu, USG telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik
dalam hal teknik maupun kualitas resolusi yang dihasilkan. Hal ini telah membawa
kemajuan yang sangat dramatis di dalam hal diagnosis dan penanganan kehamilan.
Morfologi dan fungsi organ janin dapat dipelajari secara kasat mata dengan
menggunakan USG 2-dimensi (USG 2-D) jenis real-time. Fungsi hemodinamik
uterus-plasenta-janin dapat dipelajari dengan lebih mudah dan akurat dengan teknik
pemeriksaan Doppler (color Doppler dan pulsed Doppler). Dalam dekade terakhir ini
telah dikembangkan teknik pemeriksaan USG 3-dimensi (USG 3-D), baik jenis 3-D
statik maupun 3-D real-time (USG 4-dimensi atau live 3-D). Melalui 3-D morfologi,
perilaku, dan sirkulasi janin-plasenta dapat dipelajari dengan lebih mudah dan jelas
berdasarkan aspek 3 dimensi.
Di Indonesia pemeriksaan USG tidak dikerjakan secara rutin pada setiap ibu hamil.
Hal ini lebih disebabkan oleh biaya pemeriksaan USG yang masih cukup mahal dan
tidak terjangkau oleh sebagian besar ibu hamil yang memerlukannya. Sebagian besar
ibu hamil tidak dilindungi oleh program asuransi kesehatan. (BUKU MERAH)
3
BAB II
Frekuensi gelombang suara yang dapat didengar oleh telinga manusia berkisar antara
25Hz-20kHz. Frekuensi gelombang suara di atas 20kHz disebut gelombang
ultrasonik.
1 kiloHertz (kHz) = 103 Hertz (Hz) atau 103 getar per detik
4
Peristiwa ini disebut atenuasi. Terjadinya atenuasi dapat disebabkan oleh mekanisme
refleksi, refraksi, absorbsi, dan pembauran (scattering) gelombang suara.
Bila gelombang suara mencapai permukaan medium lain yang berbeda sifat
akustiknya dan dalam arah yang tidak tegak lurus, makan intensitas yang
ditransmisikan akan diubah arahnya. Perubahan arah ini akan mengikuti hukum Snell,
dan peristiwa ini disebut refraksi. Absorbsi merupakan mekanisme perubahan energi
mekanis (intensitas) gelombang suara menjadi energi panas. Jaringan tulang memiliki
daya absorbs yang kuat; sedangkan cairan/darah dan jaringan lunak mempunyai daya
absorbs yang lemah. Mekanisme pembauran terjadi apabila gelombang suara melalui
permukaan medium yang tidak rata, atau melalui medium berupa partikel-partikel
kasar, maka gelombang suara akan dipantulkan ke berbagai arah secara tidak
beraturan.
5
Pada peristiwa perambatan gelombang ultrasonik, di dalam medium terjadi
perubahan-perubahan siklik berupa getaran partikel, perubahan tekanan, perubahan
densitas, dan perubahan suhu. Secara teoritis, gelombang ultrasonic mempunyai
potensi yang dapat merusak struktur jaringan tubuh janin, terutama pada kehamilan
trimester I dimana proses organogenesis sedang terjadi dan merupakan saat yang
paling rentan untuk mengalami gangguan.
Kerusakan jaringan tubuh yang terjadi terutama akibat pengaruh panas (efek
termal) dan kavitas (efek mekanis) yang ditimbulkan oleh gelombang ultrasonic. Efek
termal yang terjadi akibat absorbsi gelombang ultrasonic oleh jaringan tubuh.
Peningkatan suhu yang terjadi akibat pemaparan gelombang ultrasonic di dalam suatu
jaringan ditentukan oleh karakteristik akustik (intensitas, frekuensi, luas permukaan
transduser, focus gelombang ultrasonic, lama pemaparan, dsb) dan karakteristik
jaringan (tahanan akustik, absorbsi, perfusi jaringan, konduktivitas panas di dalam
jaringan, struktur anatomi, kecepatan gelombang ultrasonic, dsb).
6
cukup tinggi. Pada binatang percobaan, inertial cavitation diketahui dapat
menyebabkan paralisis, kerusakan sel (lisis), dan pembentukan radikal bebas yang
bersifat toksik dan dapat menimbulkan kerusakan yang irreversible pada kromosom
dan beberapa system enzim.
7
gestasi di dalam uterus ikut tertekan dan bentuknya mengalami distorsi. Keadaan-
keadaan ini akan mempersulit pemeriksaan. Adanya mudigah di dalam kantung
gestasi dapat luput dari pemeriksaan.
Pada kehamilan trimester II dan III uterus telah cukup besar dan letaknya di
luar rongga pelvik. Volume cairan amnion sudah cukup banyak. Pemeriksaan USG-
TA dapat dikerjakan tanpa memerlukan persiapan kandung kemih.
8
a) Indikasi pemeriksaan USG pada kehamilan trimester I
Pada pemeriksaan USG trimester pertama, terutama jika pasien hamil dengan
usia gestasi di bawah 10 minggu, penggunaan USG transvaginal adalah metode yang lebih
baik daripada menggunakan USG transabdominal. Karena keakuratan USG transvaginal
pada usia kehamilan muda lebih akurat daripada USG transabdominal. Yang harus dinilai
oleh pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan USG trimester I adalah:
Beberapa indikasi pemeriksaan USG pada kehamilan trimester II dan III, misalnya :
9
5. Terduga kelainan volume cairan amnion
6. Evaluasi kesejahteraan janin
7. Ketuban pecah dini atau persalinan preterm
8. Penentuan presentasi janin
9. Membantu tindakan versi luar
10. Terduga inkompetensia serviks
11. Terduga plasenta previa
12. Terduga solusio plasenta
13. Terduga kehamilan mola
14. Terdapat nyeri pelvic atau nyeri abdomen
15. Terduga kehamilan ektopik
16. Kecurigaan adanya kelainan kromosomal (usia ibu 35 tahun, atau hasil tes
biokimiawi abnormal)
17. Evaluasi kelainan congenital
18. Riwayat kelainan congenital pada kehamilan sebelumnya
19. Terduga adanya tumor pelvic atau kelainan uterus
20. Membantu tindakan invasive seperti amniosentesis, kordosentesis atau
amnioinfusi.
10
11
V. Ultrasonografi Kehamilan Trimester 1
Kantung Gestasi
Dengan USG-TV yang cukup baik kualitasnya, struktur kantung gestasi (KG)
intrauterine dapat terlihat mulai kehamilan 4,5 minggu (17 hari pascakonsepsi, atau
sekitar 10 hari sejak blastosis bernidasi ke dalam lapisan endometrium). Pada saat itu
diameternya mencapai 2-3 mm. Struktur KG intrauterine secara konsisten terlihat
mulai kehamilan 5 minggu. Saat diameternya mencapai 5 mm 5. Dengan USG-TA
kehamilan intrauterine dapat terlihat setelah diameter KG mencapai 5mm; dan secara
konsisten terlihat mulai kehamilan 6 minggu, saat diameter KG mencapai 10mm6.
Kantung gestasi terlihat sebagai struktur kistik (anekoik) berbentuk budar atau
oval, dengan dinding yang hiperekoik, dan letaknya eksentrik di dalam lapisan
endometrium yang menebal. Struktur tersebut berasal dari kantung korion yang berisi
cairan korion. Gambaran hiperekoik dinding KG berasal dari lapisan korion, jaringan
trofoblas, dan desidua kapsularis. Seringkali dinding KG terlihat sebagai 2 lapisan
konsentrik (double decidual sac), dimana lapisan sebelah dalam berasal dari chorion
12
leave dan desidua kapsularis, sedangkan lapisan sebelah luar berasal dari desidua
parietalis atau desidua vera.
Yolk sac
Selama kehamilan 5-10 minggu diameter yolk sac mencapai 5-6 mm. Setelah
itu yolk sac akan menyusut dan pada kehamilan 12 minggu biasanya tidak terlihat
lagi.
Apabila yolk sac tidak ditemukan di dalam kantung gestasi yang diameternya
>10mm (USG-TV) atau >20mm (USG-TA), maka kemungkinan besar kehamilan
tidak akan berkembang normal dan akan mengalami abortus.
Dengan USG-TV struktur mudigah pertama kali dapat terlihat pada kehamilan
5,5 minggu, berupa penebalan pada sebagian dinding yolk sac. Panjangnya sekitar 2-
3mm dan belum memperlihatkan denyut jantung. Panjang mudigah akan bertambah
sekitar 1-2mm per hari. Panjang mudigah dinyatakan dengan ukuran jarak kepala-
bokong (JKB) atau crown-rump length (CRL), meskipun sebelum kehamilan 8
minggu bagian kepala dan badan masih belum dapat dibedakan. Mudigah mulai
menunjukkan aktivitas denyut jantung pada usia kehamilan sekitar 6 minggu, setelah
JKB mencapai 5mm dan diameter KG sekitar 18mm. Sejak saat itu struktur mudigah
dan aktivitas denyut jantung akan konsisten terlihat dengan USG-TV. Dengan USG-
TA struktur mudigah akan konsisten terlihat setelah diameter KG25mm.
13
Pengukuran denyut jantung mudigah sebaiknya dilakukan melalui cara M-
mode (Motion mode) dan tidak dengan cara Doppler. Frekuensi denyut jantung(FDJ)
mudigah pada kehamilan 6 minggu sekitar 110 denyut per menit (dpm), meningkat
mencapai 175 dpm pada kehamilan 9 minggu, kemudian menurun hingga 166 dpm
pada kehamilan 12 minggu. Apabila FDJ <80 dpm pada kehamilan 6 minggu; atau
<100 dpm pada kehamilan 7 minggu, umumnya mudigah akan mati dalam beberapa
hari kemudian.
Penentuan usia kehamilan melalui pemeriksaan USG paling akurat bila dilakukan
pada kehamilan trimester I. Pada saat itu laju pertumbuhan mudigah paling cepat dan
variasi biologiknya paling kecil. Sebelum struktur mudigah dapat terlihat, penentuan
usia kehamilan dilakukan melalui pengukuran diameter rata-rata kantung gestasi
(KG). Setelah struktur mudigah terlihat, maka usia kehamilan ditentukan melalui
pengukuran panjang mudigah (JKB). Mulai trimester I pertumbuhan janin sudah
cukup besar dan bagian-bagian spesifik janin (seperti kepala dan ekstremitas) sudah
dapat dilihat lebih jelas. Sejak saat itu pengukuran JKB tidak akurat lagi, dan
penentuan usia kehamilan sebaiknya dilakukan melalui pengukuran bagian-bagian
spesifik janin, seperti diameter biparietal (BPD).
14
Usia kehamilan (hari) = diameter KG (mm) + 305
Gambar 4: Pada kehamilan 4 minggu biasanya hanya akan terlihat kantong gestasi
berdiameter 2-5mm, tertanam dalam endometrium. Yolk Sac biasanya belum dapat
teridentifikasi.
15
Gambar 5: Kantong gestasi tampak dalam cavum uteri, dikelilingi endometrium, dan
berisi embrio yamg tampak seperti garis lurus menempel pada yolk sac.
Pada usia kehamilan ini kadang sudah dapat terlihat denyut jantung janin (pulsasi)
Gambar 6: Bentuk embrio mulai berubah dari lurus menjadi sedikit fleksi. Ductus
vitellinus tampak menghubungkan embrio dengan yolk sac. Panjang embrio berkisar
4-10mm
Gambar 7: Embrio tampak terpisah dari yolk sac dan dihubungkan melalui ductus
vitellinus, berbentuk seperti huruf C dengan bagian kepala tampak dominan. Mulai
terlihat tonjolan ekstremitas. CRL berkisar 11-16 mm. Sudah mulai dapat dibedakan
struktur kepala dari bagian tubuh janin.
16
Setelah mengetahui peristiwa-peristiwa penting pada kehamilan trimester
pertama diatas, kita dapat menyimpulkan kapankah kita mulai bisa mengukur kantong
gestasi, yaitu pada usia kehamilan, kapan kita mulai bisa mengukur CRL, dan
mengukur yolk sac.
Penentuan usia gestasi dengan mengukur kantong gestasi hanya dilakukan bila
echo janin belum tampak
Dilakukan pada usia kehamilan 4-6 minggu
Dapat dilihat sejak kehamilan 4 minggu via transvaginal dan 5-6 minggu via
transabdominal
Terlihat sebagai struktur kristik berbentuk bundar atau oval dengan dinding
hiperekoik, letaknya eksentrik dalam lapisan endometrium yang menebal. Struktur
tersebut berasal dari kantong korion yang berisi cairan korion.
Struktur kantong gestasi harus dibedakan dengan struktur anekoik lainnya di
kavum uteri seperti hematometra,hidrometra, kista endometrial,endometritis, atau
kantong gestasi palsu pada kehamilan ektopik.
Pengukuran dilakukan dari tepi bagian dalam ke tepi bagian dalam
Kesalahan pengukuran sekitar 1-2 minggu
Kandung kemih pasien tidak boleh terlalu penuh karena akan mempengaruhi
bentuk dan hasil pengukuran
Gestational Sac masih relevan / akurat diukur sampai usia kehamilan 6 minggu
17
Dapat diukur pada usia kehamilan 8-12 minggu, sebelum usia 8 minggu
kepala dan badan tidak dapat dibedakan.
Mudigah mulai menunjukkan aktivitas denyut jantung setelah usia kehamilan
sekitar 6 minggu.
Diukur pada posisi netral (mendatar)
Pengukuran diukur dari kepala sampai bokong
Jangan sampai ekstremitas dan yolk sac ikut terukur
Tingkat kesalahan sekitar 5-7 hari
Masih relevan diukur sampai usia gestasi 12 minggu
Satu kehamilan dapat dipastikan bila terlihat struktur Yolk Sac dalam KG
Normalnya berbentuk hampir bulat seperti cincin berdinding tipis yang
letaknya di dalam ruang korion
Diameter sekitar 4-6 mm
Dapat diidentifikasi pada usia gestasi 6 minggu setelah diameter KG 10 mm.
Diameter maximal 6 mm pada usia kehamilan 10 minggu
18
Gambar 10: diamaeter yolk sac
Kehamilan Kembar
Kehamilan kembar bisa berasal dari 2 buah ovum yang dibuahi, disebut
kembar dizigotik (DZ) atau tidak-identik; atau dari sebuah ovum yang dibuahi dan
kemudian membelah menjadi 2 bagian yang masing-masing berkembang menjadi
mudigah, disebut kembar monozigotik (MZ) atau identik. Sekitar 70% kehamilan
kembar merupakan kembar DZ, sedangkan 30% lainnya merupakan kembar MZ.
Berdasarkan korionitas dan amnionitasnya, kembar DZ pasti merupakan kembar
dikorionik-diamniotik (DK-DA); sedangkan kembar MZ bisa berupa DK-DA,
monokorionik-diamniotik (MK-DA), atau monokorionik-monoamniotik (MK-MA).
Jenis korionitas dan amnionisitas kehamilan kembar akan sangat berpengaruh
terhadap morbiditas dan mortalitas hasil konsepsi.
Sedangkan khorionitas dapat dilihat dari batas / sekat antara kedua amnion,
apabila batasnya memiliki ketebalan >2mm (sering disebut (lambda sign) maka
kehamilan tersebut memiliki dua khorion, namun jika kurang dari 2 mm, (sering
disebut T sign), maka kehamilan tersebut memiliki satu khorion.
19
Gambar 1 : Gambaran USG hamil kembar pada usia gestasi 5 minggu dengan dua
kantung gestasi.
Gambar 2: Gambaran USG hamil kembar pada usia gestasi 5 minggu dengan dua yolk
sac.
Gambar 3: Gambaran kehamilan kembar pada usia gestasi 10 minggu. Pada gambar
ini, terlihat bahwa kehamilan multiple nya terdiri dari dua amnion, dan dua khorion.
20
Sering dijumpai pada kehamilan trimester I, akibat kegagalan pembentukan
mudigah. Mungkin terjadi karena perkambangan mudigah terhenti sebelum dapat
terdeteksi dengan USG, atau mudigah mati dan mengalami resorpsi sehingga tidak
terlihat dengan USG. Sekitar 50-90% abortus yang terjadi pada kehamilan
trimester 1 disebabkan oleh kehamilan nirmudigah yang sering berhubungan
dengan kelainan kromosom. Diagnosis kehamilan nirmudigah ditegakkan bila :
Struktur mudigah tidak terlihat dalam kantong gestasi (KG) yang
diameternya >25 mm dengan USG-trans abdominal
Kantong amniomn tidak berisi mudigah
21
endometrium. Dalam hal ini pemeriksaan -HCG serum sangat membantu dalam
menegakkan diagnosis.
4. Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik (KE) adalah kehamilan dimana implantasi blastosis terjadi
diluar kavum uteri. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap KE adalah:
Riwayat KE sebelumnya
Kontrasepsi IUD
Kegagalan sterilisasi
Perdangan pelvic
Bayi tabung (fertilisasi in vitro)
Tanda kegagalan kehamilan dapat kita ketahui dengan melihat berbagai hal sebagai
berikut:
1. Nuchal Translusensi
22
2. Nasal Bone
3. Fokus echogenik intrakardiac
4. Echogenik bowels
Empat tanda di atas sudah dapat ditentukan pada penapisan trimester pertama. Dengan
menjumpai salah satu dari empat tanda di atas, kemungkinan besar janin tersebut akan
mengalami kelainan congenital pada saat lahirnya.
1.Nuchal Translusensi
23
2.Nasal Bone
Gambar 12 a:Gambaran hidung janin normal, di daerah hidung tampak tiga buah
garis hiperekhoik, garis bagian atas adalah kulit hidung, dibawahnya garis tulang
hidung, dan yang ketiga adalah kelanjutan dari hidung yang berada diatas garis
hidung, yang letaknya lebih tinggi.
Gambar 12 b: Gambaran janin yang tidak memiliki tulang hidung, dimana hanya
terlihat dua hiperekhoik saja.
24
3.Fokus echogenik intrakardiac
Gambar 13: Pada gambaran potongan melintang jantung (four chamber view) di atas,
Nampak adanya suatu struktur yang hiperekhoik pada ruang jantung, menunjukkan
adanya kelainan pada janin ini.
4.Echogenik bowel
1. Tampak sebagai massa usus yang tampak lebih padat dan ekhogenik (putih
terang).
2. Pertanda kelainan kromosom
25
VIII. PEMERIKSAAN USG TRIMESTER II DAN III
Pada pemeriksaan pada trimester kedua dan ketiga berbeda dengan pemeriksaan
trimester pertama, pada pemeriksaan ini, janin sudah terbentuk, di mana hal-hal yang
harus diperhatikan pada trimester II dan III adalah:
1. Keadaan janin
2. Usia gestasi
3. Cairan ketuban
4. Plasenta
1.Keadaan janin
janin hidup atau mati, dengan cara kita mencari pulsasi jantung janin
jumlah janin, kita perhatikan apakah tunggal/multipel, jika lebih dari 1 janin,
harus ditentukan khorionitas dan amnionitas
kelainan kongenital mayor
presentasu dan letak janin, jika usia gestasi sudah memasuki trimester III,
harus diperhatikan letak janin, apakah memanjang/melintang, oblique, dan
presentasi/bagian terbawahnya, apakah presentasi kepala, atau presentasi
bokong
2.Usia gestasi
Menentukan usia gestasi pada trimester II dan III berbeda dengan trimester I,
beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
Banyak sekali cara menentukan usia gestasi pada trimester II dan III, namun yang
essensial / wajib dalam pemeriksaan adalah:
26
2..1. Diameter Biparietal (Biparietal Diameter/ BPD)
Dalam mengukur lingkar kepala, cara menampilkan kepala sama dengan cara
menampilkan kepala untuk mengukur BPD. Lingkar kepala diukur pada sisi luar
tulang kepala (outer-outer)
27
Gambar 15: Tampilan potongan melintang kepala yang baik untuk mengukur
BPD, HC dan APD. Kepala berbentuk seperti bola rugby, terlihat echo garis
tengah dan septum pelusidum yang memotong di sepertiga, dan terlihat
thalamus.
Sebelum mengukur lingkar perut, kita harus bisa dulu menampilkan potongan
melintang perut yang benar, caranya adalah:
28
Gambar 16:Gambar diatas adalah gambaran potongan melintang abdomen
yang baik, dimana terlihat vertebrae, gaster dan vena umbilical
1. Lakukan rotasi sampai tampak vertebra sampai daerah lumbal atau sacrum.
2. Lakukan rotasi 45 derajat ke kiri atau ke kanan untuk mencari gambaran
femur yang baik.
3. Untuk mendapatkan femur yg baik, transduser harus sejajar dengan femur.
4. Panjang femur diukur dari ujung ke ujung
29
genetic/) dan ekstrinsik yaitu bahan teratogenik, infeksi intrauterine, malnutrisi
berat, dan sebagainya yang terjadi sejak kehamilan muda. PJT asimetrik
penyebabnya adalah faktor ekstrinsik, terutama insufisiensi plasenta, yang
umunya terjadi pada kehamilan trimester III. Gambaran spesifik PJT asimetrik
terlihat pada besar atau berat janin berkurang sedangkan panjang janin hanya
sedikit berpengaruh. Bentuk tubuh tidak proporsional :lingkar abdomen yang
kecil dengan lingkar kepala. Volume cairan amnion berkurang karena produksi
urin berkurang. Ukuran palsenta mengecil. PJT asimetrik jarang disertai
kelainan kongenital.
Pada PJT simetrik, gangguan pertumbuhan terlihat pada berat dan
panjang janin yang berkurang. Ukuran kepala lebih kecil dari normal,
mikrosefalus. Kelainan kongenital sering ditemukan dn biasanya multiple dan
menyebabkan kelainan dari volume cairan amnion (oligohidramnion atau
polihidramnion).
2. Kehamilan kembar
30
Aktivita biofisik janin yang berkurang
Pengukuran volume cairan amnion telah menjadi suatu komponen integral dari
pemeriksaan kehamilan untuk melihat adanya resiko kematian janin. Hal ini
didasarkan bahwa penurunan perfusi uteroplasenta dapat mengakibatkan gangguan
aliran darah ginjal dari janin, menurunkan volume miksi dan menyebabkan terjadinya
oligohidroamnion. Kelainan jumlah amnion dapat menimbulkan gangguan pada janin
seperti hipolplasia paru, deformitas janin, kompresi tali pusat, PJT, prematuritas,
kelainan letak dan kematian janin. Pemeriksaan cairan amnion dapat dilakukan
dengan tiga cara, yaitu: pemeriksaan secara subjektif, pemeriksaan dengan vertical
deep single pocket, dan dengan metode AFI (Amniotic Fluid Indeks) yang
diperkenalkan oleh Phelan.
Secara Subjektif
31
Gambar 18:Gambar di atas adalah contoh pengukuran secara single pocket, dimana
yang diukur adalah jarak vertical terjauh antara bagian janin dan dinding uterus, dan
tidak ada bagian janin yang terletak dalam area pengukuran tersebut.
>8cm Polihidramnion
<1 cm Oligohidramnion
32
Setiap kuadran diukur indeks cairan amnionnya
Pengukuran harus tegak lurus dengan bidang horizontal dan tidak ada
boleh ada bagian janin diantaranya
Gambar 19: Pemeriksaan cairan amnion menurut Phelan, abdomen dibagi atas 4
kuadran, dan setiap kuadran diukur indeks cairan amnionnya
Gambar 20: di atas menunjukkan cara meletakkan probe yang benar pada perut
pasien.
33
>2cm , <8cm Volume cairan amnion normal
>8cm Polihidramnion
<1 cm Oligohidramnion
34
Kalsifikasi plasenta merupakan proses fisiologis dalam kehamilan akibat
deposisi kalsium pada plasenta. Mulai terlihat pada akehamilan 29 minggu dan
semakin meningkat dengan bertambahnya usia kehamilan. Pada USG, deposisi
kalsium terlihat sebagai bercak-bercak ekogenik yang tidak memberikan
bayangan akustik. Deposisi kalsium terutamanya di bagian basal dan septa
plasenta sehingga gambaran kalsifikasi terlihat lebih kasar. Proses klasifikasi
plasenta seringkali terjadi lebih dini pada preeclampsia dan PJT. Kalsifikasi
lebih lambat pada ibu DM dan inkompatibilitas rhesus.
g. Solution plasenta
Adalah peristiwa terlepasnya plasenta yang letaknya normal dari dinding
uterus sebelum waktunya. Lokasi tersering adalah di daerah retroplasenta atau
daerah marginal. Perlepasan di retroplasenta terjadi karena rupture arteri
spiralis; sedangkan di marginal karena rupture vena marginalis. Namun,
solusio plasenta seringkali tidak terdiagnosis melalui pemeriksaan USG.
h. Tumor plasenta
Tumor yang sering terdapat pada plasenta adalah koriongioma. Pada USG,
korioangioma terlihat sebagai massa padat hiperekoik terletak di daerah
subkorionik dan sering menonjol dari permukaan fetal plasenta.
35
DAFTAR PUSTAKA
36