You are on page 1of 36

REFERAT

USG DALAM KEHAMILAN

PEMBIMBING :

Dr.DODDY RODIAT, Sp.OG

PENYUSUN :

NOR FATEHAH BT HAMDAN 030.08.292

SUBBIHAH BT KAMARALARIFIN 030.08.306

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRIK DAN GINEKOLOGI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG

PERIODE 13 JANUARI 22 MARET 2014

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN ...........................................................................................3

BAB II. ULTRASONOGRAFI DALAM KEHAMILAN

i. Fisika Dasar Gelombang Suara..... 4-5

ii.Bioefek Gelombang Ultrasonik.6-7

iii.Teknik Pemeriksaan USG.7-8

iv.Indikasi Pemeriksaan USG..9-12

v.USG Kehamilan Trimester I..12-21

vi.Kelainan Pada Kehamilan Trimester I21-23

vii.Penapisan Kelainan Bawaan..23-27

viii.Pemeriksaan USG Trimester II-III.27-31

ix.Penentuan dan Pertumbuhan Besar Janin..31-32

x.Pemeriksaan Cairan Amnion.32-36

xi.Pemeriksaan Plasenta.36-38

BAB III : Kesimpulan

BAB IV: Daftar Pustaka

2
BAB I

PENDAHULUAN

Pemeriksaan ultrasonografi (USG) merupakan suatu metode diagnostik


dengan menggunakan gelombang ultrasonik untuk mempelajari morfologi dan fungsi
suatu organ berdasarkan gambaran eko dari gelombang ultrasonik yang dipantulkan
oleh organ.

Sejak diperkenalkan pertama kali di bidang obstetrik oleh Ian Donald sekitar
50 tahun yang lalu, USG telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik
dalam hal teknik maupun kualitas resolusi yang dihasilkan. Hal ini telah membawa
kemajuan yang sangat dramatis di dalam hal diagnosis dan penanganan kehamilan.

Morfologi dan fungsi organ janin dapat dipelajari secara kasat mata dengan
menggunakan USG 2-dimensi (USG 2-D) jenis real-time. Fungsi hemodinamik
uterus-plasenta-janin dapat dipelajari dengan lebih mudah dan akurat dengan teknik
pemeriksaan Doppler (color Doppler dan pulsed Doppler). Dalam dekade terakhir ini
telah dikembangkan teknik pemeriksaan USG 3-dimensi (USG 3-D), baik jenis 3-D
statik maupun 3-D real-time (USG 4-dimensi atau live 3-D). Melalui 3-D morfologi,
perilaku, dan sirkulasi janin-plasenta dapat dipelajari dengan lebih mudah dan jelas
berdasarkan aspek 3 dimensi.

Di Indonesia pemeriksaan USG tidak dikerjakan secara rutin pada setiap ibu hamil.
Hal ini lebih disebabkan oleh biaya pemeriksaan USG yang masih cukup mahal dan
tidak terjangkau oleh sebagian besar ibu hamil yang memerlukannya. Sebagian besar
ibu hamil tidak dilindungi oleh program asuransi kesehatan. (BUKU MERAH)

Ultrasonografi atau sonografi (USG) adalah sebuah teknik yang memvisualisasikan


struktur superfisial atau dalam pada tubuh dengan merekam denyut dari gelombang
ultrasonik yang direfleksikan dari jaringan. USG dalam obstetrik merupakan
pemeriksaan ultrasound dalam kehamilan. Menurut WHO, pemeriksaan USG untuk
keperluan antenatal, sebaiknya dilakukan sesuai usia gestasi, satu kali pada trimester
pertama, satu kali pada trimester kedua, dan satu kali pada trimester ke tiga.
Selebihnya dilakukan bila ada indikasi seperti pecah ketuban sebelum waktunya,
kehamilan lewat waktu dan sebagainya. (NAD)

3
BAB II

ULTRASONOGRAFI DALAM KEHAMILAN

I. Fisika Dasar Gelombang Suara

Frekuensi gelombang suara yang dapat didengar oleh telinga manusia berkisar antara
25Hz-20kHz. Frekuensi gelombang suara di atas 20kHz disebut gelombang
ultrasonik.

1 kiloHertz (kHz) = 103 Hertz (Hz) atau 103 getar per detik

I MegaHertz (MHz) = 103 kHz = 106 Hz

Semakin tinggi frekuensi gelombang suara, panjang gelombangnya akan


semakin pendek. Semakin pendek panjang gelombang suara yang ditransmisikan ke
dalam medium, daya penetrasinya akan semakin berkurang. Pada pemeriksaan USG,
semakin pendek panjang gelombang yang ditransmisikan ke dalam medium, daya
resolusinya akan semakin baik. Daya resolusi adalah kemampuan membedakan 2 titik
terdekat secara terpisah.

Frekuensi gelombang ultrasonik yang digunakan pada alat USG diagnostik


disesuaikan dengan keperluan. Pemeriksaan USG pada kehamilan trimester II dan III
dilakukan melalui dinding perut ibu (transabdominal). Frekuensi gelombang
ultrasonik yang digunakan berkisar antara 3-5 MHz, yang mampu memberikan
kedalaman penetrasi hingga 15-20 cm. Pada kehamilan trimester I pemeriksaan USG
paling baik dikerjakan melalui vagina (transvaginal). Frekuensi gelombang ultrasonik
yang digunakan adalah 7,5 Mhz atau lebih, yang mempunyai kedalaman penetrasi
sekitar 5-10 cm, tetapi memberikan kualitas resolusi yang lebih baik.

Pada peristiwa perambatan gelombang suara, yang dihantarkan oleh medium


adalah energi mekanis dari gelombang suara. Banyaknya energy mekanis yang
dihantarkan setiap detik melalui suatu bidang medium tegak lurus terhadap arah
rambat gelombang suara disebut intensitas gelombang suara. Selama melewati
medium, intensitas gelombang suara mengalami pengurangan yang besarnya semakin
bertambah dengan semakin jauhnya jarak yang ditempuh oleh gelombang suara.

4
Peristiwa ini disebut atenuasi. Terjadinya atenuasi dapat disebabkan oleh mekanisme
refleksi, refraksi, absorbsi, dan pembauran (scattering) gelombang suara.

Refleksi adalah mekanisme pemantulan intensitas gelombang suara oleh


permukaan medium. Semakin besar intensitas gelombang suara yang dipantulkan,
akan semakin sedikit intensitas gelombang suara yang ditransmisikan di dalam
medium. Udara dan tulang merupakan medium yang mempunyai daya reflektor
sangat kuat, sehingga sulit dilalui oleh gelombang suara. Cairan, darah dan berbagai
jaringan lunak tubuh memiliki daya reflektor yang lemah, sehingga mudah dilalui
oleh gelombang suara.

Bila gelombang suara mencapai permukaan medium lain yang berbeda sifat
akustiknya dan dalam arah yang tidak tegak lurus, makan intensitas yang
ditransmisikan akan diubah arahnya. Perubahan arah ini akan mengikuti hukum Snell,
dan peristiwa ini disebut refraksi. Absorbsi merupakan mekanisme perubahan energi
mekanis (intensitas) gelombang suara menjadi energi panas. Jaringan tulang memiliki
daya absorbs yang kuat; sedangkan cairan/darah dan jaringan lunak mempunyai daya
absorbs yang lemah. Mekanisme pembauran terjadi apabila gelombang suara melalui
permukaan medium yang tidak rata, atau melalui medium berupa partikel-partikel
kasar, maka gelombang suara akan dipantulkan ke berbagai arah secara tidak
beraturan.

Pengaruh atenuasi dalam pemeriksaan USG adalah sebagai berikut :

Atenuasi akan membatasi kemampuan alat USG dalam memeriksa struktur


jaringan tubuh hanya sampai pada tingkat kedalaman tertentu
Atenuasi berbeda pada berbagai jaringan tubuh dan memberikan gambaran
USG yang berbeda. Jaringan tubuh masing-masing memiliki koefisien
atenuasi yang berbeda, sehingga pada pemeriksaan USG akan memberikan
gambaran yang berbeda.
Atenuasi dapat menimbulkan gambaran artifak yang dapat mempersulit
pemeriksaan USG dan menyebabkan kesalahan diagnosis.
Alat USG tidak dapat digunakan untuk memeriksa struktur jaringan tulang
atau organ yang berisi udara atau gas (paru,usus). Organ janin tidak berisi gas,
sehingga pemeriksaan paru dan usus janin dapat dikerjakan dengan USG.

II. Bioefek gelombang ultrasonik

5
Pada peristiwa perambatan gelombang ultrasonik, di dalam medium terjadi
perubahan-perubahan siklik berupa getaran partikel, perubahan tekanan, perubahan
densitas, dan perubahan suhu. Secara teoritis, gelombang ultrasonic mempunyai
potensi yang dapat merusak struktur jaringan tubuh janin, terutama pada kehamilan
trimester I dimana proses organogenesis sedang terjadi dan merupakan saat yang
paling rentan untuk mengalami gangguan.

Kerusakan jaringan tubuh yang terjadi terutama akibat pengaruh panas (efek
termal) dan kavitas (efek mekanis) yang ditimbulkan oleh gelombang ultrasonic. Efek
termal yang terjadi akibat absorbsi gelombang ultrasonic oleh jaringan tubuh.
Peningkatan suhu yang terjadi akibat pemaparan gelombang ultrasonic di dalam suatu
jaringan ditentukan oleh karakteristik akustik (intensitas, frekuensi, luas permukaan
transduser, focus gelombang ultrasonic, lama pemaparan, dsb) dan karakteristik
jaringan (tahanan akustik, absorbsi, perfusi jaringan, konduktivitas panas di dalam
jaringan, struktur anatomi, kecepatan gelombang ultrasonic, dsb).

Jaringan tulang paling banyak menyerap gelombang ultrasonic, sehingga


paling banyak mengalami perubahan panas. Semakin besar intensitas (power) dan
frekuensi gelombang ultrasonic yang ditansmisikan ke dalam jaringan, maka panas
yang ditimbulkan pada jaringan akan semakin besar. Perfusi jaringan dan
konduktivitas panas di dalam jaringan merupakan mekanisme yang paling dominan
dalam mengurangi efek termal yang ditimbulkan oleh pemaparan gelombang
ultrasonic. Hipertermia yang terjadi pada masa organogenesis dapat menimbulkan
cacat pada janin (teratogenik), pertumbuhan janin terhambat, dan kematian janin.
Oleh karena efek termal ini, pemeriksaan USG obstetric sebaiknya dihindari pada ibu
yang sedang mengalami demam, terutama pada kehamilan trimester I.

Kavitasi terjadi bila gelombang ultrasonic ditransmisikan ke dalam suatu


medium yang mengandung inti-inti berisi gas (microbubble). Osilasi amplitudo
tekanan dari gelombang ultrasonic menyebabkan inti-inti gas mengalami proses
kompresi (diameter mengecil akibat tekanan positif) dan dekompresi ( diameter
membesar akibat tekanan negatif) terus- menerus. Apabila amplitude tekanan cukup
besar, inti-inti gas akan mengalami kerusakan (kolaps). Peristiwa ini disebut inertial
cavitation (transient cavitation atau collapse cavitation). Energy kinetik yang terjadi
akibat kolapsnya inti gas akan menimbulkan reaksi panas dan perubahan tekanan yang

6
cukup tinggi. Pada binatang percobaan, inertial cavitation diketahui dapat
menyebabkan paralisis, kerusakan sel (lisis), dan pembentukan radikal bebas yang
bersifat toksik dan dapat menimbulkan kerusakan yang irreversible pada kromosom
dan beberapa system enzim.

Apabila osilasi amplitude tekanan gelombang ultrasonic tidak terlalu besar,


diameter inti-inti gas relatif stabil tidak mengalami kolaps. Fenomena ini disebut
stable cavitation. Osilasi yang terjadi pada inti-inti gas dapat menimbulkan gelombang
mikro (microstreaming) yang dipancarkan dengan kecepatan tinggi ke medium
sekitarnya dan menimbulkan panas.

III.Teknik pemeriksaan USG

Pemeriksaan USG obstetric dapat dikerjakan melalui cara transabdominal


(USG-TA) atau transvaginal (USG-TV).

a) Pemeriksaan USG Transabdominal

Transduser (probe) yang digunakan untuk pemeriksaan USG-TA adalah jenis


linear atau konveks. Transduser jenis konveks lebih popular digunakan pada saat ini
karena dapat menampilkan lapang pandangan yang lebih luas dibandingkan jenis
linear. Pemeriksaan USG-TA terutama dikerjakan pada trimester II dan III.

Pada kehamilan trimester I pemeriksaan USG-TA sebaiknya dikerjakan


melalui kandung kemih yang terisi penuh (sehingga disebut juga pemeriksaan USG
transvesikal), gunanya untuk menyingkirkan usus keluar dari rongga pelvic, sehingga
tidak menghalangi pemeriksaan genitalia interna. Massa usus yang berisi gas akan
menghambat transmisi gelombang ultrasonic.

Sebelum memulai pemeriksaan, dinding abdomen ibu harus dilumuri gel


untuk lubrikasi dan menghilangkan udara diantara permukaan transduser dan dinding
abdomen.

Pemeriksaan USG-TA mempunyai beberapa kerugian. Kandung kemih yang


penuh akan mengganggu kenyamanan pasien dan pemeriksa. Kandung kemih yang
terlampau penuh akan mendesak genitalia interna ke posterior, sehingga letaknya
diluar daya jangkau transduser. Uterus mudah mengalami kontraksi, sehingga kantung

7
gestasi di dalam uterus ikut tertekan dan bentuknya mengalami distorsi. Keadaan-
keadaan ini akan mempersulit pemeriksaan. Adanya mudigah di dalam kantung
gestasi dapat luput dari pemeriksaan.

Pemeriksaan USG-TA tanpa persiapan kandung kemih pada trimester I dapat


dikerjakan dengan cukup memuaskan pada pasien yang kurus, dengan dinding perut
yang tipis dan uterus anteversi.

Pada kehamilan trimester II dan III uterus telah cukup besar dan letaknya di
luar rongga pelvik. Volume cairan amnion sudah cukup banyak. Pemeriksaan USG-
TA dapat dikerjakan tanpa memerlukan persiapan kandung kemih.

b) Pemeriksaan USG Transvaginal

Berbeda dengan USG-TA, pemeriksaan USG-TV harus dilakukan dalam


keadaan kandung kemih yang kosong agar organ pelvic berada dekat dengan
permukaan transduser dan berada dalam area penetrasi transduser. Jika dibandingkan
USG-TA (yang harus dikerjakan dalam keadaan kandung kemih penuh), pemeriksaan
USG-TV pada kehamilan trimester I lebih dapat diterima oleh pasien. Pemeriksaan
USG-TV dapat dilakukan setiap saat, dan organ pelvic berada dalam posisi yang
sebenarnya.

Dalam pemeriksaan transduser terlebih dulu diberi jel pada permukaan


elemennya (untuk menghilangkan udara di permukaan transducer), kemudian
dibungkus dengan alat pembungkus khusus atau kondom (berfungsi sebagai alat
pelindung). Sebelum dimasukkan ke dalam vagina, ujung pembungkus transduser
diberi jel lagi (berfungsi sebagai lubrikan dan menghilangkan udara diantara
permukaan elemen transduser dan serviks uteri). Transduser dimasukkan ke dalam
vagina hingga mencapai daerah forniks. Mauver gerakan transduser di dalam vagina
merupakan kombinasi gerakan maju-mundur, gerakan maneuver (rotasi), dan gerakan
angulasi ke samping kiri-kanan atau ke atas-bawah.

IV. INDIKASI PEMERIKSAAN USG

8
a) Indikasi pemeriksaan USG pada kehamilan trimester I

Pada pemeriksaan USG trimester pertama, terutama jika pasien hamil dengan
usia gestasi di bawah 10 minggu, penggunaan USG transvaginal adalah metode yang lebih
baik daripada menggunakan USG transabdominal. Karena keakuratan USG transvaginal
pada usia kehamilan muda lebih akurat daripada USG transabdominal. Yang harus dinilai
oleh pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan USG trimester I adalah:

1. Penentuan adanya kehamilan intrauterine


2. Penentuan adanya denyut jantung mudigah atau janin
3. Penentuan usia kehamilan
4. Penentuan kehamilan kembar
5. Perdarahan pervaginam
6. Terduga kehamilan ektopik
7. Terdapat nyeri pelvic
8. Terduga kehamilan mola
9. Terduga adanya tumor pelvic atau kelainan uterus
10. Membantu tindakan invasive, seperti pengambilan sampel jaringan vili
koriales (chorianic villus sampling), pengangkatan IUD

b) Indikasi pemeriksaan USG pada kehamilan trimester II dan III

Beberapa indikasi pemeriksaan USG pada kehamilan trimester II dan III, misalnya :

1. Penentuan usia kehamilan


2. Evaluasi pertumbuhan janin
3. Terduga kematian janin
4. Terduga kehamilan kembar

9
5. Terduga kelainan volume cairan amnion
6. Evaluasi kesejahteraan janin
7. Ketuban pecah dini atau persalinan preterm
8. Penentuan presentasi janin
9. Membantu tindakan versi luar
10. Terduga inkompetensia serviks
11. Terduga plasenta previa
12. Terduga solusio plasenta
13. Terduga kehamilan mola
14. Terdapat nyeri pelvic atau nyeri abdomen
15. Terduga kehamilan ektopik
16. Kecurigaan adanya kelainan kromosomal (usia ibu 35 tahun, atau hasil tes
biokimiawi abnormal)
17. Evaluasi kelainan congenital
18. Riwayat kelainan congenital pada kehamilan sebelumnya
19. Terduga adanya tumor pelvic atau kelainan uterus
20. Membantu tindakan invasive seperti amniosentesis, kordosentesis atau
amnioinfusi.

10
11
V. Ultrasonografi Kehamilan Trimester 1

Kantung Gestasi

Dengan USG-TV yang cukup baik kualitasnya, struktur kantung gestasi (KG)
intrauterine dapat terlihat mulai kehamilan 4,5 minggu (17 hari pascakonsepsi, atau
sekitar 10 hari sejak blastosis bernidasi ke dalam lapisan endometrium). Pada saat itu
diameternya mencapai 2-3 mm. Struktur KG intrauterine secara konsisten terlihat
mulai kehamilan 5 minggu. Saat diameternya mencapai 5 mm 5. Dengan USG-TA
kehamilan intrauterine dapat terlihat setelah diameter KG mencapai 5mm; dan secara
konsisten terlihat mulai kehamilan 6 minggu, saat diameter KG mencapai 10mm6.

Kantung gestasi terlihat sebagai struktur kistik (anekoik) berbentuk budar atau
oval, dengan dinding yang hiperekoik, dan letaknya eksentrik di dalam lapisan
endometrium yang menebal. Struktur tersebut berasal dari kantung korion yang berisi
cairan korion. Gambaran hiperekoik dinding KG berasal dari lapisan korion, jaringan
trofoblas, dan desidua kapsularis. Seringkali dinding KG terlihat sebagai 2 lapisan
konsentrik (double decidual sac), dimana lapisan sebelah dalam berasal dari chorion

12
leave dan desidua kapsularis, sedangkan lapisan sebelah luar berasal dari desidua
parietalis atau desidua vera.

Struktur KG harus dibedakan dari struktur anekoik lainnya di dalam kavum


uteri, seperti hematometra, hidrometra, kista endometrial, endometritis, atau kantung
gestasi palsu (pseudo-gestational sac) pada kehamilan ektopik.

Yolk sac

Suatu kehamilan intrauterine baru dapat dipastikan setelah terlihat struktur


yolk sac di dalam KG . Yolk sac berbentuk cincin berdinding tipis yang letaknya
didalam ruang korion. Dengan USG-TV yolk sac akan konsisten terlihat mulai
kehamilan 5,5 minggu, saat diameter KG 10 mm; sedangkan dengan USG-TA yolk
sac akan konsisten terlihat mulai kehamilan 6 minggu setelah diameter KG 20mm.

Selama kehamilan 5-10 minggu diameter yolk sac mencapai 5-6 mm. Setelah
itu yolk sac akan menyusut dan pada kehamilan 12 minggu biasanya tidak terlihat
lagi.

Apabila yolk sac tidak ditemukan di dalam kantung gestasi yang diameternya
>10mm (USG-TV) atau >20mm (USG-TA), maka kemungkinan besar kehamilan
tidak akan berkembang normal dan akan mengalami abortus.

Mudigah dan Janin

Dengan USG-TV struktur mudigah pertama kali dapat terlihat pada kehamilan
5,5 minggu, berupa penebalan pada sebagian dinding yolk sac. Panjangnya sekitar 2-
3mm dan belum memperlihatkan denyut jantung. Panjang mudigah akan bertambah
sekitar 1-2mm per hari. Panjang mudigah dinyatakan dengan ukuran jarak kepala-
bokong (JKB) atau crown-rump length (CRL), meskipun sebelum kehamilan 8
minggu bagian kepala dan badan masih belum dapat dibedakan. Mudigah mulai
menunjukkan aktivitas denyut jantung pada usia kehamilan sekitar 6 minggu, setelah
JKB mencapai 5mm dan diameter KG sekitar 18mm. Sejak saat itu struktur mudigah
dan aktivitas denyut jantung akan konsisten terlihat dengan USG-TV. Dengan USG-
TA struktur mudigah akan konsisten terlihat setelah diameter KG25mm.

13
Pengukuran denyut jantung mudigah sebaiknya dilakukan melalui cara M-
mode (Motion mode) dan tidak dengan cara Doppler. Frekuensi denyut jantung(FDJ)
mudigah pada kehamilan 6 minggu sekitar 110 denyut per menit (dpm), meningkat
mencapai 175 dpm pada kehamilan 9 minggu, kemudian menurun hingga 166 dpm
pada kehamilan 12 minggu. Apabila FDJ <80 dpm pada kehamilan 6 minggu; atau
<100 dpm pada kehamilan 7 minggu, umumnya mudigah akan mati dalam beberapa
hari kemudian.

Istilah mudigah (embrio) digunakan terhadap hasil konsepsi sampai usia


kehamilan 10 minggu, yaitu selama berlangsungnya proses organogenesis. Mulai usia
kehamilan 11 minggu hasil konsepsi disebut janin(fetus). Masa transisi terjadi pada
saat JKB mencapai 30-35mm.

Penentuan Usia Kehamilan

Penentuan usia kehamilan melalui pemeriksaan USG paling akurat bila dilakukan
pada kehamilan trimester I. Pada saat itu laju pertumbuhan mudigah paling cepat dan
variasi biologiknya paling kecil. Sebelum struktur mudigah dapat terlihat, penentuan
usia kehamilan dilakukan melalui pengukuran diameter rata-rata kantung gestasi
(KG). Setelah struktur mudigah terlihat, maka usia kehamilan ditentukan melalui
pengukuran panjang mudigah (JKB). Mulai trimester I pertumbuhan janin sudah
cukup besar dan bagian-bagian spesifik janin (seperti kepala dan ekstremitas) sudah
dapat dilihat lebih jelas. Sejak saat itu pengukuran JKB tidak akurat lagi, dan
penentuan usia kehamilan sebaiknya dilakukan melalui pengukuran bagian-bagian
spesifik janin, seperti diameter biparietal (BPD).

Penentuan usia kehamilan dilakukan berdasarkan tabel data atau nomogram


yang menggambarkan hubungan antara ukuran biometri janin dan usia kehamilan
pada kehamilan normal. Akan lebih baik lagi bila data yang digunakan berasal dari
populasi setempat.

Pengukuran diameter KG untuk menentukan usia kehamilan hanya akurat bila


digunakan pada usia kehamilan 5-6,5 minggu. Selain menggunakan nomogram
perkembangan KG, usia kehamilan dapat juga dihitung dengan menggunakan formula
sederhana;

14
Usia kehamilan (hari) = diameter KG (mm) + 305

Pengukuran JKB dilakukan mulai kehamilan 6 minggu, saat struktur mudigah


secara konsisten terlihat melalui pemeriksaan USG . Jarak-kepala-bokong merupakan
parameter yang paling baik digunakan untuk menentukan usia kehamilan, dengan
tingkat kesalahan 3-5 hari.

1. Usia Kehamilan 4 minggu

Gambar 4: Pada kehamilan 4 minggu biasanya hanya akan terlihat kantong gestasi
berdiameter 2-5mm, tertanam dalam endometrium. Yolk Sac biasanya belum dapat
teridentifikasi.

2. Usia Kehamilan 5 minggu

15
Gambar 5: Kantong gestasi tampak dalam cavum uteri, dikelilingi endometrium, dan
berisi embrio yamg tampak seperti garis lurus menempel pada yolk sac.

Pada usia kehamilan ini kadang sudah dapat terlihat denyut jantung janin (pulsasi)

3. Usia Kehamilan 6 minggu

Gambar 6: Bentuk embrio mulai berubah dari lurus menjadi sedikit fleksi. Ductus
vitellinus tampak menghubungkan embrio dengan yolk sac. Panjang embrio berkisar
4-10mm

4. Usia Kehamilan 8 minggu

Gambar 7: Embrio tampak terpisah dari yolk sac dan dihubungkan melalui ductus
vitellinus, berbentuk seperti huruf C dengan bagian kepala tampak dominan. Mulai
terlihat tonjolan ekstremitas. CRL berkisar 11-16 mm. Sudah mulai dapat dibedakan
struktur kepala dari bagian tubuh janin.

16
Setelah mengetahui peristiwa-peristiwa penting pada kehamilan trimester
pertama diatas, kita dapat menyimpulkan kapankah kita mulai bisa mengukur kantong
gestasi, yaitu pada usia kehamilan, kapan kita mulai bisa mengukur CRL, dan
mengukur yolk sac.

Mengukur Kantung Gestasi (Gestational Sac / GS)

Penentuan usia gestasi dengan mengukur kantong gestasi hanya dilakukan bila
echo janin belum tampak
Dilakukan pada usia kehamilan 4-6 minggu
Dapat dilihat sejak kehamilan 4 minggu via transvaginal dan 5-6 minggu via
transabdominal
Terlihat sebagai struktur kristik berbentuk bundar atau oval dengan dinding
hiperekoik, letaknya eksentrik dalam lapisan endometrium yang menebal. Struktur
tersebut berasal dari kantong korion yang berisi cairan korion.
Struktur kantong gestasi harus dibedakan dengan struktur anekoik lainnya di
kavum uteri seperti hematometra,hidrometra, kista endometrial,endometritis, atau
kantong gestasi palsu pada kehamilan ektopik.
Pengukuran dilakukan dari tepi bagian dalam ke tepi bagian dalam
Kesalahan pengukuran sekitar 1-2 minggu
Kandung kemih pasien tidak boleh terlalu penuh karena akan mempengaruhi
bentuk dan hasil pengukuran
Gestational Sac masih relevan / akurat diukur sampai usia kehamilan 6 minggu

Gambar 8: mengukur kantong gestasional

Mengukur Panjang Kepala-Bokong Janin (Crown Rump Length / CRL)

17
Dapat diukur pada usia kehamilan 8-12 minggu, sebelum usia 8 minggu
kepala dan badan tidak dapat dibedakan.
Mudigah mulai menunjukkan aktivitas denyut jantung setelah usia kehamilan
sekitar 6 minggu.
Diukur pada posisi netral (mendatar)
Pengukuran diukur dari kepala sampai bokong
Jangan sampai ekstremitas dan yolk sac ikut terukur
Tingkat kesalahan sekitar 5-7 hari
Masih relevan diukur sampai usia gestasi 12 minggu

Gambar 9: mengukur kepala- bokong janin

Mengukur diameter Yolk Sac (YS)

Satu kehamilan dapat dipastikan bila terlihat struktur Yolk Sac dalam KG
Normalnya berbentuk hampir bulat seperti cincin berdinding tipis yang
letaknya di dalam ruang korion
Diameter sekitar 4-6 mm
Dapat diidentifikasi pada usia gestasi 6 minggu setelah diameter KG 10 mm.
Diameter maximal 6 mm pada usia kehamilan 10 minggu

18
Gambar 10: diamaeter yolk sac

Kehamilan Kembar

Kemungkinan suatu kehamilan kembar dapat diketahui sejak usia kehamilan 5


minggu, dengan melihat jumlah kantung gestasi di dalam kavum uteri. Diagnosis
definitif kehamilan kembar baru boleh ditegakkan bila terlihat lebih dari satu mudigah
yang menunjukkan aktivitas denyut jantung.

Kehamilan kembar bisa berasal dari 2 buah ovum yang dibuahi, disebut
kembar dizigotik (DZ) atau tidak-identik; atau dari sebuah ovum yang dibuahi dan
kemudian membelah menjadi 2 bagian yang masing-masing berkembang menjadi
mudigah, disebut kembar monozigotik (MZ) atau identik. Sekitar 70% kehamilan
kembar merupakan kembar DZ, sedangkan 30% lainnya merupakan kembar MZ.
Berdasarkan korionitas dan amnionitasnya, kembar DZ pasti merupakan kembar
dikorionik-diamniotik (DK-DA); sedangkan kembar MZ bisa berupa DK-DA,
monokorionik-diamniotik (MK-DA), atau monokorionik-monoamniotik (MK-MA).
Jenis korionitas dan amnionisitas kehamilan kembar akan sangat berpengaruh
terhadap morbiditas dan mortalitas hasil konsepsi.

Jenis korionitas dan amnionisitas kehamilan kembar paling mudah diketahui


pada kehamilan trimester I. Sampai kehamilan 10 minggu, bila terlihat 2 kantung
gestasi yang masing-masing berisi mudigah hidup, maka kehamilan kembar terlihat
DK-DA. Bila hanya terlihat satu kantung gestasi yang berisi 2 mudigah hidup, maka
kehamilan kembar tergolong kehamilan MK. Bila pada kembar MK terlihat 2 kantung
amnion yang saling terpisah dan masing-masing terisi 2 mudigah hidup, kehamilan
kembar terlihat MK-MA. Pemeriksaan yolk sac juga berguna untuk menentukan
amnionisitas kembar MK. Pada kembar MK-DA terlihat 2 yolk sac di dalam kantung
gestasi; sedangkan pada kembar MK-MA hanya terlihat terlihat 1 yolk sac.

Sedangkan khorionitas dapat dilihat dari batas / sekat antara kedua amnion,
apabila batasnya memiliki ketebalan >2mm (sering disebut (lambda sign) maka
kehamilan tersebut memiliki dua khorion, namun jika kurang dari 2 mm, (sering
disebut T sign), maka kehamilan tersebut memiliki satu khorion.

19
Gambar 1 : Gambaran USG hamil kembar pada usia gestasi 5 minggu dengan dua
kantung gestasi.

Gambar 2: Gambaran USG hamil kembar pada usia gestasi 5 minggu dengan dua yolk
sac.

Gambar 3: Gambaran kehamilan kembar pada usia gestasi 10 minggu. Pada gambar
ini, terlihat bahwa kehamilan multiple nya terdiri dari dua amnion, dan dua khorion.

VI. KELAINAN PADA KEHAMILAN TRIMESTER I

1. Kehamilan nirmudigah (blighted ovum,anembryonic pregnancy, empty


amnion)

20
Sering dijumpai pada kehamilan trimester I, akibat kegagalan pembentukan
mudigah. Mungkin terjadi karena perkambangan mudigah terhenti sebelum dapat
terdeteksi dengan USG, atau mudigah mati dan mengalami resorpsi sehingga tidak
terlihat dengan USG. Sekitar 50-90% abortus yang terjadi pada kehamilan
trimester 1 disebabkan oleh kehamilan nirmudigah yang sering berhubungan
dengan kelainan kromosom. Diagnosis kehamilan nirmudigah ditegakkan bila :
Struktur mudigah tidak terlihat dalam kantong gestasi (KG) yang
diameternya >25 mm dengan USG-trans abdominal
Kantong amniomn tidak berisi mudigah

2. Perdarahan pada kehamilan trimester I


Abortus imminens pada kehamilan trimester 1 biasanya disebabkan oleh
pendarahan retrokorionik yang letaknya dibelakang korion frondosum dan
ppendarahan subkorionik yang letaknya di belakang selaput korion dan mengisi
kavum uteri . Perdarahan terjadi karena terlepasnya sebagian korion frondosum
dari dinding uterus. Pendarahan retrokorionik dan subkorionik umunya terjadi
bersamaan. Perdarahan yang masih baru terlihat hiperekoik terhadap korion
sedangkan yang sudah berlangsung 1-2 minggu terlihat hipoekoik atau anekoik.
Gambaran USG pada abortus insipiens bervariasi tergantung pada jumlah
perdarahan, kondisi kantong gestasi, dan derajat pembukaan serviks. Sering kali
KG bentuknya irregular, letaknya turun ke bagian bawah kavum uteri, atau
mengisi kanalis servikalis yang terbuka.
Gambaran abortus inkompletus tidak spesifik tergantung pada usia kehamilan
dan banyaknya sisa jaringan konsepsi yang tertinggal di kavum uteri. Kavum uteri
mungkin berisi KG yang bentuknya tidak utuh lagi. Mungkin juga sisa konsepsi
terlihat sebagai massa ekogenik yang tebal irregular dalam kavum uteri.
Pada abortus kompletus, seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari kavum
uteri. Missed abortion merupakan kematian hasil konsepsi sebelum kehamilan 22
minggu dan tertahan di kavum uteri selama 8 minggu atau lebih.

3. Kehamilan mola (Mola Hidatinosa)


Merupakan penyakit trofoblas gestasional yang paling sering dijumpai
terutama pada awal dan akhir masa reproduksi. Bisa berupa komplit, yaitu
proliferasi jaringan trofoblas; inkomplit, yaitu proliferasi trofoblas disertai elemen
mudigah. Gambaran USG mola pada trimester I tidak spesifik. Bisa terlihat
menyerupai kehamilan nirmudigah dengan dinding yang menebal, missed
abortion, abortus inkompletus, mioma berdegenarasi kistik, atau hiperpalsi

21
endometrium. Dalam hal ini pemeriksaan -HCG serum sangat membantu dalam
menegakkan diagnosis.

4. Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik (KE) adalah kehamilan dimana implantasi blastosis terjadi
diluar kavum uteri. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap KE adalah:
Riwayat KE sebelumnya
Kontrasepsi IUD
Kegagalan sterilisasi
Perdangan pelvic
Bayi tabung (fertilisasi in vitro)

Diagnosis definitif KE ditegakkan bila terlihat KG terisi struktur mudigah


hidup yang letaknya di luar kavum uteri. Diagnosis KE sukar ditegakkan pada hamil
yang masih muda sehingga memerlukan pemeriksaan serial. Gambaran spesifik
kehamilan tuba berupa massa ekogenik berbentuk sirkular dengan diameter 10-30 mm
yang letaknya di adneksa. Di bagian tengahnya terlihat struktur anekoik yang berasal
dari kantong gestasi, sehingga massa adneksa membentuk gambaran cincin.

Tanda Kegagalan Kehamilan

Tanda kegagalan kehamilan dapat kita ketahui dengan melihat berbagai hal sebagai
berikut:

Kejadian penting dalam trimester I tidak ditemukan


Diameter rata-rata kantong gestasi >10 mm tanpa yolk sac
Diameter rata-rata kantong gestasi >18 mm tanpa embrio
Panjang CRL > 5mm namun tak tampak denyut jantung

VII. PENAPISAN KELAINAN BAWAAN

Kelainan kongenital, sebenarnya sudah dapat diperkirakan mulai dari pemeriksaan


trimester pertama. Ada beberapa hal penting yang perlu diketahui dalam mendiagnosis
adanya kelainan kongenital mayor pada janin:

1. Nuchal Translusensi

22
2. Nasal Bone
3. Fokus echogenik intrakardiac
4. Echogenik bowels

Empat tanda di atas sudah dapat ditentukan pada penapisan trimester pertama. Dengan
menjumpai salah satu dari empat tanda di atas, kemungkinan besar janin tersebut akan
mengalami kelainan congenital pada saat lahirnya.

1.Nuchal Translusensi

1. Pengukuran ketebalan jaringan di daerah tengkuk


2. Sebagai deteksi dini kelainna kromosom (sindroma down)
3. Usia gestasi 10-14 minggu
4. Pengukuran dilakukan tegak lurus terhadap kulit tengkuk ke arah luar sampai
daerah seperti pita tipis di atas kulit
5. Bila NT>3mm , maka kita curiga sindroma down

Gambar 11a:menunjukkan nuchal translusensi yang masih dalam batas normal.

Gambar 11 b:menunjukkan penebalan nuchal yang mencapai 8.3cm, Hal ini


merupakan tanda bahwa adanya kelainan kromosom pada janin ini.

23
2.Nasal Bone

1. Dilakukan pada kehamilan 11-14 minggu dan panjang CRL 45-84mm


2. Tampilan gambar diperbesar : tampak seluruh kepala dan bagian atas thoraks
3. Potongan mid sagital
4. Pada daerah hidung harus tampak tiga buah garis hiperekhoik, garis bagian
atas adalah kulit hidung, di bawahnya garis tulang hidung, dan yang ketiga
adalah kelanjutan dari hidung yang berada di atas garis hidung, letaknya harus
lebih tinggi

Gambar 12 a:Gambaran hidung janin normal, di daerah hidung tampak tiga buah
garis hiperekhoik, garis bagian atas adalah kulit hidung, dibawahnya garis tulang
hidung, dan yang ketiga adalah kelanjutan dari hidung yang berada diatas garis
hidung, yang letaknya lebih tinggi.

Gambar 12 b: Gambaran janin yang tidak memiliki tulang hidung, dimana hanya
terlihat dua hiperekhoik saja.

24
3.Fokus echogenik intrakardiac

1. Tampak sebagai suatu struktur yang berwarna putih terang


2. Terletak pada ventrikel kiri
3. Dilakukan pada usia gestasi 10-14 minggu
4. Pertanda kelainan kromosom

Gambar 13: Pada gambaran potongan melintang jantung (four chamber view) di atas,
Nampak adanya suatu struktur yang hiperekhoik pada ruang jantung, menunjukkan
adanya kelainan pada janin ini.

4.Echogenik bowel

1. Tampak sebagai massa usus yang tampak lebih padat dan ekhogenik (putih
terang).
2. Pertanda kelainan kromosom

Gambar 14: tampak massa padat.

25
VIII. PEMERIKSAAN USG TRIMESTER II DAN III

Pada pemeriksaan pada trimester kedua dan ketiga berbeda dengan pemeriksaan
trimester pertama, pada pemeriksaan ini, janin sudah terbentuk, di mana hal-hal yang
harus diperhatikan pada trimester II dan III adalah:

1. Keadaan janin
2. Usia gestasi
3. Cairan ketuban
4. Plasenta

1.Keadaan janin

janin hidup atau mati, dengan cara kita mencari pulsasi jantung janin
jumlah janin, kita perhatikan apakah tunggal/multipel, jika lebih dari 1 janin,
harus ditentukan khorionitas dan amnionitas
kelainan kongenital mayor
presentasu dan letak janin, jika usia gestasi sudah memasuki trimester III,
harus diperhatikan letak janin, apakah memanjang/melintang, oblique, dan
presentasi/bagian terbawahnya, apakah presentasi kepala, atau presentasi
bokong

2.Usia gestasi

Menentukan usia gestasi pada trimester II dan III berbeda dengan trimester I,
beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:

Diameter biparietal (Biparietal Diameter/BPD)


Diameter Oksipito Frontalis (Occipito Frontal Diameter/OFD)
Lingkar kepala (Head Circumference/HC)
Panjang humerus (Humerus Length/HL)
Lingkar Perut (Abdominal Circumference/AC)
Panjang Femur (Femur Length/FL)

Banyak sekali cara menentukan usia gestasi pada trimester II dan III, namun yang
essensial / wajib dalam pemeriksaan adalah:

26
2..1. Diameter Biparietal (Biparietal Diameter/ BPD)

Sebelum mengukur diameter biparietal, kita harus mendapatkan gambaran potongan


melintang kepala, adapun syarat-syaratnya adalah:

1. Gambaran seperti bola rugby


2. Echo garis tengah terletak simetris dari anterior ke posterior kepala dan
berjalan sepanjang kepala
3. Kavum septum pelusidum membelah echo garis tengah pada sepertiga anterior
kepala
4. Diameter biparietal diukur dari parietal yg satu ke parietal yg lain, dari outer-
inner, atau outer-out

2.2. Lingkar Kepala (head circumference/ HC)

Dalam mengukur lingkar kepala, cara menampilkan kepala sama dengan cara
menampilkan kepala untuk mengukur BPD. Lingkar kepala diukur pada sisi luar
tulang kepala (outer-outer)

2.3. Diameter Antero-Posterior (antero-posterior diameter)

Dalam mengukur diameter antero-posterior, cara menampilkan kepala sama dengan


cara menampilkan kepala untuk mengukur BPD. Diameter antero-posterior diukur
dengan cara mengukur jarak dari os occipital ke os frontal, diukur outer-outer.

27
Gambar 15: Tampilan potongan melintang kepala yang baik untuk mengukur
BPD, HC dan APD. Kepala berbentuk seperti bola rugby, terlihat echo garis
tengah dan septum pelusidum yang memotong di sepertiga, dan terlihat
thalamus.

2.4. Mengukur lingkar perut (Abdominal Circumference / AC)

Sebelum mengukur lingkar perut, kita harus bisa dulu menampilkan potongan
melintang perut yang benar, caranya adalah:

1. Ambil potongan longitudinal tubuh janin sehingga tampak gambaran


vertebra, dan jantung
2. Setelah tampak jantung, putar transducer 90 derajat hingga tampak
gambaran transversal jantung,
3. Lalu gerakkan transducer beberapa milimeter ke inferior hingga tampak
gambaran vertebra, gaster, dan vena umbilikal dalam satu bidang potong.
4. Setelah mendapatkan potongan melintang abdomen yang baik, maka dapat
diukur diameter abdomen, yang diukur dari sisi luar kulit.

28
Gambar 16:Gambar diatas adalah gambaran potongan melintang abdomen
yang baik, dimana terlihat vertebrae, gaster dan vena umbilical

2.5. Mengukur Panjang Femur (femur length / FL)

Pertama tentukan letak kepala.

1. Lakukan rotasi sampai tampak vertebra sampai daerah lumbal atau sacrum.
2. Lakukan rotasi 45 derajat ke kiri atau ke kanan untuk mencari gambaran
femur yang baik.
3. Untuk mendapatkan femur yg baik, transduser harus sejajar dengan femur.
4. Panjang femur diukur dari ujung ke ujung

Gambar 17:Gambaran diatas adalah contoh gambaran femur yang baik,


panjang femur diukur dari ujung-ujung.

IX. PENENTUAN PERTUMBUHAN DAN BESAR JANIN

Pada pemeriksaan USG, penilaian pertumbuhan janin terutama didasarkan atas


penilaian ukuran anatomi dan perubahan fungsional janin selama masa kehamilan.
Penyimpangan pada prose pertumbuhan janin bisa dketahui lebih mudah dengan
ukuran anatomi janin.

1. Pertumbuhan janin terhambat


Pertumbuhan janin terhambat (PJT) dapat terbagi kepada simetrik dan
asimetrik. PJT simetrik terjadi disebabkan oleh faktor intrinsic (kelainan

29
genetic/) dan ekstrinsik yaitu bahan teratogenik, infeksi intrauterine, malnutrisi
berat, dan sebagainya yang terjadi sejak kehamilan muda. PJT asimetrik
penyebabnya adalah faktor ekstrinsik, terutama insufisiensi plasenta, yang
umunya terjadi pada kehamilan trimester III. Gambaran spesifik PJT asimetrik
terlihat pada besar atau berat janin berkurang sedangkan panjang janin hanya
sedikit berpengaruh. Bentuk tubuh tidak proporsional :lingkar abdomen yang
kecil dengan lingkar kepala. Volume cairan amnion berkurang karena produksi
urin berkurang. Ukuran palsenta mengecil. PJT asimetrik jarang disertai
kelainan kongenital.
Pada PJT simetrik, gangguan pertumbuhan terlihat pada berat dan
panjang janin yang berkurang. Ukuran kepala lebih kecil dari normal,
mikrosefalus. Kelainan kongenital sering ditemukan dn biasanya multiple dan
menyebabkan kelainan dari volume cairan amnion (oligohidramnion atau
polihidramnion).

2. Kehamilan kembar

Kehamilan kembar pada trimester I harus selalu dievaluasi untuk mengetahui


kemungkinan terjadinya reduksi spontan (vanishing twin) atau gangguan lain
semasa kehamilan. Pada kehamilan trimester II korionisitas kehamilan kembar
dapat diketahui dengan memeriksa jenis kelamin kedua janin, jumlah plasenta
dan sekat pemisah kedua janin. Pada dikorion, sekat pemisah terlihat tebal
(terdiri daripada 2 lapisan amnion dan 2 lapisan korion) sedangkan pada
kembar monokorion diamnion seringkali sangat tipis sehingga sulit
diidentifikasi.

3. Kelainan kongenital janin


Sebagian besar kelainan kongenital janin dapat diketahui sebelum usia
kehamilan 20 minggu yaitu sebelum memasuki perinatal. Beberapa petanda
kelainan kongenital yang dijumpai di USG adalah:
Volume cairan amnion yang abnormal
Pertumbuhan janin terhambat terutama sebelum usia kehamilan 20
minggu
Kelainan morfologi bentuk tubuh dan struktur organ janin
Ukuran biometri janin yang abnormal
Ukuran plasenta yang abnormal
Arteri umbilical tunggal

30
Aktivita biofisik janin yang berkurang

X. PEMERIKSAAN CAIRAN AMNION

Pengukuran volume cairan amnion telah menjadi suatu komponen integral dari
pemeriksaan kehamilan untuk melihat adanya resiko kematian janin. Hal ini
didasarkan bahwa penurunan perfusi uteroplasenta dapat mengakibatkan gangguan
aliran darah ginjal dari janin, menurunkan volume miksi dan menyebabkan terjadinya
oligohidroamnion. Kelainan jumlah amnion dapat menimbulkan gangguan pada janin
seperti hipolplasia paru, deformitas janin, kompresi tali pusat, PJT, prematuritas,
kelainan letak dan kematian janin. Pemeriksaan cairan amnion dapat dilakukan
dengan tiga cara, yaitu: pemeriksaan secara subjektif, pemeriksaan dengan vertical
deep single pocket, dan dengan metode AFI (Amniotic Fluid Indeks) yang
diperkenalkan oleh Phelan.

Secara Subjektif

Membutuhkan pengalaman yang cukup


Secara subjektif dikatakan normal bila: tampak sebagian tubuh janin
melekat pada dinding uterus, dan sebagian lagi tidak menempel
,diantara tubuh janin dan dinding uterus masih terdapat cairan amnion

Secara Single Pocket

Berdasarkan satu kuadran saja


Diambil kantong terbesar yang terletak antara dinding uterus dan
tubuh janin
Tidak boleh ada bagian janin yang terletak di dalam area pengukuran
tersebut

31
Gambar 18:Gambar di atas adalah contoh pengukuran secara single pocket, dimana
yang diukur adalah jarak vertical terjauh antara bagian janin dan dinding uterus, dan
tidak ada bagian janin yang terletak dalam area pengukuran tersebut.

Interpretasi pengukuran cairan amnion berdasarkan single pocket.

Hasil Pengukuran Interpretasi

>2cm , <8cm Volume cairan amnion normal

>8cm Polihidramnion

8-12cm Polihidramnion ringan

12-16cm Polihidramnion sedang

>16cm Polihgidramnion berat

>1cm , <2cm Borderline, evaluasi ulang

<1 cm Oligohidramnion

Pengukuran Amnion dengan metode Phelan (4 kuadran / AFI)

Abdomen dibagi atas 4 kuadran

32
Setiap kuadran diukur indeks cairan amnionnya
Pengukuran harus tegak lurus dengan bidang horizontal dan tidak ada
boleh ada bagian janin diantaranya

Gambar 19: Pemeriksaan cairan amnion menurut Phelan, abdomen dibagi atas 4
kuadran, dan setiap kuadran diukur indeks cairan amnionnya

Gambar 20: di atas menunjukkan cara meletakkan probe yang benar pada perut
pasien.

Interpretasi Pengukuran cairan amnion dengan metode AFI

Hasil Pengukuran Interpretasi

33
>2cm , <8cm Volume cairan amnion normal

>8cm Polihidramnion

8-12cm Polihidramnion ringan

12-16cm Polihidramnion sedang

>16cm Polihgidramnion berat

>1cm , <2cm Borderline, evaluasi ulang

<1 cm Oligohidramnion

XI. PEMERIKSAN PLASENTA

a. Menentukan letak plasenta : untuk menentukan apakah letak plasenta normal


(di fundus / corpus uteri, atau abnormal (plasenta previa/ plasenta marginal/
plasenta letak rendah)
b. Menentukan grade maturasi plasenta : untuk menentukan apakah kehamilan
tersebut cukup bulan (aterm) atau tidak.
c. Kelainan bentuk plasenta
Bentuk normal menyerupai cakram. Dalam perkembangannya, plasenta dapat
mengalami berbagai variasi kelainan bentuk. Kelainan yang dapat diketahui
melalui pemeriksaan USG adalah plasenta membranesa, plasenta suksenturia,
plasenta bilobata dan plasenta sirkumvalata.
d. Menentukan kelainan ukuran plasenta.
Sampai kehamilan 20 minggu, tebal plasenta tidak lebih dari 2-3 cm.
menjelang aterm ketebalanny mencapai 4-5 cm.
e. Perlekatan abnormal plasenta
Dalam perkembangannya, plasenta melekat pada dinding uterus melalui
desidua basalis. Kadang-kadang desidua basalis tidak terbentuk sempurna
sehingga vili korionik melekat langsung pada miometrium (plasenta akreta),
menginvasi lapisan miometrium (plasenta inkreta), bahkan menembus lapisan
miometrium dan serosum uterus (plasenta pankreta). Diagnosis plasenta akreta
melalui USG menjadi lebih mudah bila implantasi plasenta berada di segmen
bawah uterus bagian depan.
f. Kalsifikasi plasenta

34
Kalsifikasi plasenta merupakan proses fisiologis dalam kehamilan akibat
deposisi kalsium pada plasenta. Mulai terlihat pada akehamilan 29 minggu dan
semakin meningkat dengan bertambahnya usia kehamilan. Pada USG, deposisi
kalsium terlihat sebagai bercak-bercak ekogenik yang tidak memberikan
bayangan akustik. Deposisi kalsium terutamanya di bagian basal dan septa
plasenta sehingga gambaran kalsifikasi terlihat lebih kasar. Proses klasifikasi
plasenta seringkali terjadi lebih dini pada preeclampsia dan PJT. Kalsifikasi
lebih lambat pada ibu DM dan inkompatibilitas rhesus.
g. Solution plasenta
Adalah peristiwa terlepasnya plasenta yang letaknya normal dari dinding
uterus sebelum waktunya. Lokasi tersering adalah di daerah retroplasenta atau
daerah marginal. Perlepasan di retroplasenta terjadi karena rupture arteri
spiralis; sedangkan di marginal karena rupture vena marginalis. Namun,
solusio plasenta seringkali tidak terdiagnosis melalui pemeriksaan USG.
h. Tumor plasenta
Tumor yang sering terdapat pada plasenta adalah koriongioma. Pada USG,
korioangioma terlihat sebagai massa padat hiperekoik terletak di daerah
subkorionik dan sering menonjol dari permukaan fetal plasenta.

Gambar 21: adalah tingkat gradasi plasenta beserta ciri-cirinya.

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S. Buku ilmu kebidanan, Sarwono Prawirohardjo. Penerbit


Prawirohardjo, Jakarta, 2009. Ms 247-269
2. Endjun, Judi Januadi. (2007). Ultrasonografi Dasar Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
3. Karsono B.Ultrasonografi Obstetri (Standard dan indikasi pemeriksaan).
Bagian Obstetri danGinekologi FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo,
Jakarta. 20035. Wijayanegara H, Wirakusumah FF, Mose JC, Sukarya WS.
4. Kursus Dasar Ultrasonografi dan Kardiotokografi. Bagian/SMF Obstetri dan
Ginekologi FK Universitas Padjadjaran RSUP dr.Hasan Sadikin, Bandung,
2000

36

You might also like