Professional Documents
Culture Documents
Kelompok I
Fembriya Tenny Utami, S.Ked
Arini Damayanti, S.Ked
Pradita Adiningsih, S.Ked
Yulius Nugroho, S.Ked
Stephanie Carmerlita Fernandez, S.Ked
Riza Ernaldy, S.Ked
R. Ifan Arief Fahrurozi, S.Ked
Ni Kadek Sri Rahayu Wijayanti, S.Ked
Mohammad Haikal Bakry, S.Ked
Monica Olivine, S.Ked
Otty Mitha Octriza, S.Ked
Rosalina Hutapea, S.Ked
Trian Satrio, S.Ked
5. Kegiatan Usaha
PT. Bridgestone Tire Indonesia (Bekasi Plant) merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang otomotif (ban, tabung dan flap).
6. Jumlah Karyawan
4
Total karyawan di PT. Bridgestone Tire Indonesia (Bekasi Plant) adalah 3454
orang.
5
A. Raw Material House (RMH).
Merupakan seksi produksi yang bersifat menyimpan bahan baku, baik
impor maupun lokal. Ada beberapa bahan baku yang digunakan dalam proses
pembuatan ban, antara lain:
Carbon black, rubber, chemical, dan oil, yang digunakan sebagai bahan
pembuat compound atau adonan utama dari ban, serta digunakan pada
tahap extruding.
Dipp cord/ steel cord, yang digunakan pada tahap calendaring.
Bead wire, yang digunakan pada tahap bead.
B. Banbury
Merupakan seksi produksi yang berfungsi melakukan proses mixing
terhadap raw material. Pada tahap ini, beberapa raw material, yaitu carbon black,
rubber, chemical, dan oil dicampur jadi satu di dalam suatu alat yang disebut mesin
banbury. Hasil dari tahap ini berupa lembaran-lembaran karet ban yang dinamakan
compound sebagai bahan utama dari pembuatan komponen-komponen ban yang
lain.
6
C. Extruding
Merupakan seksi produksi yang berfungsi melakukan proses mixing karet
(compound) yang berasal dari banbury untuk diolah menjadi lembaran tread (top
tread, side tread, tread) yang kemudian diberi size mark.
D. Bead
Merupakan seksi produksi yang berfungsi melakukan proses pelapisan karet
(compound) pada bead wire atau steel belt sehingga dihasilkan bead. Bead
berfungsi sebagai tempat velg menempel pada ban.
E. Calendering
Merupakan seksi produksi yang berfungsi juga melakukan proses pelapisan
karet (compound) pada benang atau dipp cord dengan menggunakan mesin
calendar sehingga dihasilkan coated cord atau ply cord.
F. Cutting
Merupakan seksi produksi yang berfungsi melakukan pemotongan
lembaran karet (ply cord) menjadi suatu bagian-bagian kecil sesuai dengan ukuran
ban yang akan dibuat.
G. Building
Merupakan seksi produksi yang berfungsi melakukan proses pembentukan
tire. Pada tahap ini, seluruh komponen bahan yang dihasilkan dari proses
extruding, bead, calendaring dan cutting digabung menjadi satu. Hasil dari proses
building berupa ban setengah jadi atau biasa disebut green tire yang terdiri dari tiga
jenis, yaitu:
PSR (Passenger Radial), yaitu ban yang digunakan untuk kendaraan jenis
sedan, jeep, van, dan minibus.
PSS (Passenger Standard), yaitu ban yang digunakan untuk kendaraan
angkutan umum atau sejenisnya.
TBS (Truck, Bus, Standard), yaitu ban yang digunakan untuk kendaraan-
kendaraan besar, seperti truk, taktor, atau sejenisnya.
H. Curing
Merupakan seksi produksi yang berfungsi melakukan proses pencetakan
green tire menjadi tire melalui proses vulkanisasi yaitu menggunakan mesin
7
dengan tekanan dan suhu panas yang tinggi.
I. Tire Finishing
Merupakan seksi quality assurance/ quality control yang melakukan proses
terakhir dari pembuatan ban yang menyangkut kualitas ban. Pada seksi ini, terdiri
dari empat proses, antara lain:
Trimming
Proses pencukuran atau menghilangkan rambut ban dengan standar tertentu.
Untuk PSR dan PSS dilakukan pencukuran sepanjang 1 ml, sedangkan
untuk TBS dilakukan pencukuran sepanjang 5 ml.
Inspection
Proses pemeriksaan ban secara menyeluruh untuk mencari defect atau cacat
pada ban yang dilakukan oleh inspector. Jika ban sudah sesuai dengan
standar maka ban tersebut dapat langsung dikirimkan ke proses berikutnya,
tetapi bila ban tidak sesuai standar maka ban tersebut akan mengalami
proses repairing. Balance Proses keseimbangan ban di mana pada proses
ini dicari titik teringan dari ban tersebut. Pada proses balance ini dilakukan
oleh dua mesin, yaitu Automatic Machine dan Manual Machine. Jika hasil
dari proses tersebut ban dalam keadaan inspect maka dilakukan proses
berikutnya yaitu uniformity. Proses kestabilan ban yang terdiri dari kelas A,
B, C. Conicity (proses keseimbangan ban dimana ban mengarah ke
kestabilan normal) RFV (Radial Force Variation) LFV (Lateral Force
Variation) Jika ban yang berdasarkan kelas A, B, C telah memenuhi
standar maka dapat langsung disimpan sebagai stok untuk dijual.
Tube
Merupakan seksi produksi ini khusus untuk membuat ban dalam dan flap
(pelindung ban dalam terhadap velg) dari segala ukuran mobil.
8
A, B, C). Untuk rank A, merupakan tire yang akan diekspor, tirerank B
dijual di Indonesia, sedangkan tirerank C tidak dijual atau dipotong untuk
bahan bakar boiler incinerator (mesin penghasil uap atau steam).
Setelah proses finishing selesai, tahap selanjutnya yaitu dilakukan uji coba
terhadap produk yang telah dihasilkan dengan melakukan ranking menurut kelas A,
B, C untuk kemudian siap dipasarkan sesuai dengan permintaan konsumen.
9
B. Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Kerja
Beberapa faktor mempengaruhi kesehatan kerja daripada tenaga kerja
antara lain faktor fisik, faktor biologis, faktor kimia, sanitasi industry, dan
pengolahan limbah.
1. Faktor Fisik
a. Bising
Kebisingan diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki,
misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara, musik dan
sebagainya atau yang menyebabkan rasa sakit atau yang
menghalangi gaya hidup.
Jenis kebisingan
Kebisingan terus-menerus: dihasilkan oleh mesin-mesin
yang berputar.
Kebisingan terputus-putus: seperti suara pesawat terbang
di udara.
Kebisingan menghentak: seperti suara dentuman meriam,
bom meledak.
Akibat kebisingan
Tipe Uraian
Perubahan ambang batas sementara
Kehilangan
akibat kebisingan, perubahan ambang
pendengaran
Akibat batas permanen akibat kebisingan
lahiriah Rasa tidak nyaman atau stress meningkat,
Akibat fisiologis tekanan darah meningkat, sakit kepala,
bunyi dering
Gangguan
Kejengkelan, kebingungan
emosional
Gangguan tidur atau istirahat, hilang
Gangguan
Akibat konsentrasi waktu bekerja, membaca dan
gaya hidup
psikologis sebagainya.
Merintangi kemampuan mendengarkan
Gangguan
TV, radio, percakapan, telpon dan
pendengaran
sebagainya.
10
sehari atau 40 jam seminggu, yaitu 85 dB (A)
(Permenakertrans No. 13/MEN/X/2011). Agar kebisingan
tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan, perlu
diambil tindakan seperti penggunaan peredam pada sumber
bising, penyekatan, pemindahan, pemeliharaan, penanaman
pohon, pembuatan bukit buatan ataupun pengaturan tata
letak ruang dan penggunaan alat pelindung diri sehingga
kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau
membahayakan.
b. Getaran
Yang dimaksud dengan getaran adalah gerakan yang teratur
dari benda atau media dengan arah bolak-balik dari kedudukan
keseimbangan. Getaran terjadi saat mesin atau alat dijalankan
dengan motor sehingga pengaruhnya bersifat mekanis.
Jenis getaran
o Getaran seluruh tubuh, mempunyai frekuensi 1-
80 Hz.
o Vibrasi segmental, dapat memapari tubuh pekerja
seperti lengan dan tangan. Getaran ini
mempunyai frekuensi 5 1500 Hz.
d. Pencahayaan
Sifat-sifat pencahayaan yang baik:
- Pembagian iluminasi pada lapangan penglihatan;
- Pencegahan kesilauan;
11
- Arah sinar;
- Warna;
- Panas penerangan terhadap keadaan lingkungan.
Pengaruh pencahayaan yang kurang terhadap penglihatan:
- Iritasi, mata berair dan mata merah
- Penglihatan rangkap
- Sakit kepala
- Ketajaman penglihatan menurun, begitu juga sensitifitas
terhadap kontras warna juga kecepatan pandangan
- Akomodasi dan konvergensi menurun
Intensitas cahaya di ruang kerja adalah sebagai berikut
dibawah :
Tingkat
Jenis Kegiatan pencahayaan Keterangan
minimal (Lux)
Ruang penimpanan dan ruang
Pekerjaan kasar &
peralatan/instalasi yang
tidak terus- 100
memerlukan pekerjaan yang
menerus
kontinyu
Pekerjaan kasar Pekerjaan dengan mesin dan
200
dan terus-menerus perakitan kasar
Pekerjaan kantor/administrasi,
Pekerjaan rutin 300 ruang kontrol dan pekerjaan mesin
dan perakitan atau penyusun
Pembuatan gambar atau bekerja
Pekerjaan agak dengan mesin kantor pekerja
500
halus pemeriksaan atau pekerjaan dengan
mesin
Pemilihan warna, pemrosesan,
Pekerjaan halus 1000 tekstil, pekerjaan mesin halus dan
perakitan halus
1500
Mengukir dengan tangan, pekerjaan
Pekerjaan amat (tidak
mesin dan perakitan yang sangat
halus menimbulkan
halus
bayangan)
3000
(tidak Pemeriksaan pekerjaan, perakitan
Pekerjaan detail
menimbulkan sangat halus
bayangan)
12
- Kotornya kaca jendela, untuk penerangan alami;
- Perubahan letak barang-barang.
2. Faktor Biologis
Dasar hukum faktor biologis yang mempengaruhi lingkungan kerja
adalah Kepres No. 22/1993 tentang penyakit yang timbul karena
hubungan kerja (point) penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus,
bakteri, atau parasit yang didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki
resiko kontaminan khusus.
Biological hazard adalah semua bentuk kehidupan atau mahkluk
hidup dan produknya yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia
dan hewan. Faktor biologis dapat dikategorikan menjadi:
1. Mikroorganisme dan toksinnya (virus, bakteri, fungi, dan
produknya);
2. Arthopoda (crustacea, arachmid, insect);
3. Alergen dan toksin tumbuhan tingkat tinggi (dermatitis kontak,
rhinitis, asma);
4. Protein alergen dari tumbuhan tingkat rendah (lichen, liverwort,
fern) dan hewan invertebrata (protozoa, ascaris).
13
4. Penggunaan masker yang baik untuk pekerja yang berisiko tertular
lewat debu yang mengandung organisme patogen dengan cara
menutupi hidung dan mulut dengan tujuan untuk menghindari debu
respirabel (< 10 mikrometer);
5. Menggunakan sarung tangan yang menutupi sampai siku saat
menuangkan bahan baku;
6. Desinfeksi secara teratur terhadap lantai, dinding dan peralatan
produksi;
7. Membersihkan semua debu yang ada di sistem pendingin paling
tidak satu kali setiap bulan;
8. Membuat sistem pembersihan yang memungkinkan terbunuhnya
mikroorganisme yang patogen pada sistem pendingin;
9. Menggunakan alas kaki dan baju khusus dalam area produksi untuk
menghindari kontaminasi mikroorganisme dari luar;
10. Sebelum dan sesudah bekerja dalam area produksi diharuskan
mencuci tangan di air mengalir dan sabun;
11. Pengontrolan suhu dan kelembaban udara dengan menggunakan
pendingin ruangan untuk menekan pertumbuhan dari
mikroorganisme;
12. Melakukan pengolahan terhadap limbah produksi.
3. Faktor Kimia
Faktor kimia merupakan salah satu sumber bahaya potensial bagi
pekerja. Bahan kimia yang didefinisikan sebagai unsur kimia, senyawa,
dan campurannya yang bersifat alami maupun buatan (sintetis) selalu
terdapat di setiap proses industri. Paparan terhadap zat-zat kimia
tertentu di tempat kerja dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, baik
dalam jangka waktu pendek maupun panjang. Untuk memahami faktor
14
kimia di tempat kerja, seorang ahli K3 harus memiliki pengetahuan
tentang efek toksik dan sifat dari suatu zat kimia. Identifikasi zat kimia
berbahaya dapat dilakukan dengan melihat pelabelan bahan kimia dan
Material Safety Data Sheet (MSDS).
a. Klasifikasi (berdasarkan bentuknya)
i. Partikulat, yaitu setiap sistem titik-titik cairan atau debu
yang mendispersi di udara yang mempunyai ukuran
demikian lembutnya sehingga kecepatan jatuhnya
mempunyai stabilitas cukup sebagai suspensi di udara.
Bentuk ini memiliki ukuran 0.02-500m.Yang termasuk
dalam bentuk partikulat diantaranya adalah sebagai
berikut.
1. Debu: merupakan suspensi partikel benda padat
di udara. Butiran debu ini dihasilkan oleh
pekerjaan mekanisasi, seperti pekerjaan yang
berkaitan dengan gerinda, pemboran, pemecahan,
dan penghancuran material padat. Ukuran debu
dapat bervariasi mulai dari yang dapat terlihat
dengan mata telanjang (50m) sampai dengan
yang tidak terlihat. Partikel debu yang berukuran
kurang dari 10m dapat membahayakan
kesehatan karena dapat terhirup dan masuk ke
dalam paru-paru, dan yang berukuran 0.5 4 m
dapat terdeposit pada alveolus paru, seperti debu
kapas, silica, dan asbes.
2. Fume: adalah partikel-partikel benda padat hasil
kondensasi bahan-bahan dari bentuk uap,
biasanya terjadi setelah penguapan dari logam
cair. Uap dari logam cair terkondensasi menjadi
partikel-partikel padat di dalam ruangan logam
cair tersebut, misalnya pada pekerjaan
penyolderan, pengelasan, atau peleburan logam.
Contoh: metal fume pada peleburan logam seperti
ZnO dan PbO.
15
3. Kabut (fog): adalah sebaran partikel-partikel cair
di udara sebagai hasil proses kondensasi dari
bentuk uap atau gas melalui proses
electroplanting dan penyemprotan di mana cairan
tersebar, terpercik atau menjadi busa partikel buih
yang sangat kecil. Contoh: kabut minyak yang
dihasilkan selama operasi memotong dan gerinda.
4. Asap (smoke):adalah partikel-partikel karbon
yang mempunyai ukuran kurang dari 0.5m dan
bercampur dengan senyawa hidrolarbon sebagai
hasil pembakaran tidak sempurna dari bahan
bakar, seperti hasil pembakaran batubara.
5. Smog: adalah bentuk suspense antara smoke dan
fog bersama di udara. Smog terdapat pada
pekerjaan pembuihan.
ii. Non Partikulat
1. Gas adalah molekul dalam udara yang menempati
ruang yang tertutup dan dapat diubah menjadi
cairan atau keadaan padat dengan pengaruh dari
gabungan kenaikan tekanan dan pengurangan
suhu. Gas dapat berdifusi dengan cara menjalar
atau menyebar. Contoh : bahan seperti oksigen,
nitrogen, atau karbon dioksida dalam bentuk gas
pada suhu dan tekanan normal, dapat diubah
bentuknya hanya dengan kombinasi penurunan
suhu dan penambahan tekanan.
2. Uap adalah bentuk gas dari suatu bahan yang
dalam keadaan normal berbentuk padat atau
cairan pada suhu dan tekanan ruang. Uap dapat
dirubah kembali menjadi padat atau cair dengan
menambah tekanan atau menurunkan suhu.
Bahan-bahan yang memiliki titik didih yang
rendah lebih mudah menguap dari pada yang
memiliki titik didih yang tinggi. Contoh bentuk
16
uap adalah uap air, uap minyak, uap merkuri, uap
toluen.
17
langsung dapat mempengaruhi dan mengganggu
kemampuan tubuh untuk mengangkut dan
menggunakan zat asam, sebagai contoh adalah
karbon monoksida, nitrogen, propan, argon, dan
metana.
Bahan kimia bersifat zat pembius dapat mehilangkan
kesadaran dan mati rasa. Paparan terhadap konsentrasi yang
relatif tinggi dari bahan kimia tertentu seperti ethyl dan
prophyl alcohol (aliphatic alcohol), dan methylethyl keton
(aliphatic keton), acetylene hydrocarbon ethyl dan
isoprophyl ether, dapat menekan susunan syaraf pusat.
Bahan kimia beracun/toksin merupakan bahan kimia yang
dalam kosentrasi relatif sedikit dapat mempengaruhi
kesehatan manusia atau bahkan menyebabkan kematian.
Manusia memiliki sistem yang komplek. Keracunan sistemik
dihubungkan dengan reaksi dari salah satu sistem atau lebih
dari tubuh terhadap bahan-bahan kimia yang mana reaksi ini
merugikan dan dapat menyebar keseluruh tubuh. Contoh
bahan kimia toksin antara lain pestisida, benzene, dan
sianida.
Bahan kimia karsinogenik. Paparan bakan-bahan kimia
tertentu bisa menyebabkan pertumbuhan sel-sel yang tidak
terkendali, menimbulkan tumor (benjolan-benjolan) yang
bersifat karsinogen. Tumor tersebut mungkin baru muncul
setelah beberapa tahun bevariasi antara 4 tahun sampai 40
tahun. Bahan kimia seperti arsenic, asbestos, kromium, nikel
dapat menyebabkan kanker paru-paru.
Bahan kimia fibrotic merupakan bahan kimia yang bila
masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan terbentuknya
jaringan fibrotik, seperti pneumoconiosis. Pneumoconiosis
adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh mengendapnya
partikel-partikel debu halus daerah pertukaran gas dalam
paru-paru dan adanya reaksi dari jaringan paru dan
18
membentuk jaringan fibrotik. Contoh bahan-bahan yang
menyebabkan pneumoconiosis adalah crystalline silica,
asbestos, talc, batubara dan beryllium.
c. Pengukuran
Untuk mengetahui kondisi real tentang kadar kontaminan
kimiawi di tempat kerja, maka perlu dilakukan
pengukuran/pengujian terhadap faktor kimia yang memapari
tempat tersebut dengan cara pengambilan sample yang
selanjutnya akan dianalisa. Dalam melakukan pengukuran pada
lingkungan kerja diperlukan pengambilan sample yang dapat
dilakukan secara terus menerus dalam kurun waktu tertentu yang
pada prinsipnya harus representatif dalam 8 jam kerja.Metode
yang digunakan antara lain Standar Nasional Indonesia (SNI),
NIOSH, AIHA, dan lain-lain. Beberapa instrument analisis yang
digunakan dalam pengujian faktor kimia adalah AAS untuk
analisis kadar logam, GC untuk kadar hidrokarbon,
spectrophotometer UV/Vis untuk analisis gas organic, dan X-
Ray deffractometer.Nilai Ambang Batas (NAB), diatur
berdasarkan surat edaran Permenakertrans No.13/MEN/X/2011
tentang NAB faktor kimia dan faktor fisika di tempat kerja.
Kategori nilai ambang batas:
1. NAB rata-rata selama jam kerja
2. NAB pemaparan singkat
3. NAB tertinggi
d. Pengendalian
Pengendalian potensi bahaya kimia dapat dilakukan dengan
berbagai cara seperti:
Pemberian label dan simbol pada wadah untuk bahan yang
berisikan tentang: nama bahan kimia, resiko yang
ditimbulkan, jalan masuknya ke tubuh, efek paparan, cara
penggunaan yang aman dan pertolongan pertama keracunan.
19
Memiliki MSDS, yaitu semua informasi mengenai suatu
bahan kimia yang dibuat oleh seuatu perusahaan, berisikan
antara lain kandungan/komposisi, sifat fisik dan kmia, cara
pengankutan dan penyimpanan, informasi APD sesuai NAB,
efek terhadap kesehatan, gejala keracunan, pertolongan
pertama keracunana, alamat dan nomer telepon pabrik
pembuat atau distributor.
Memiliki petugas K3 kimia dan ahli K3 kimia yang
mempunyai kewajiban , melakukan identifikasi bahaya
melaksanakan prosedur kerja aman, penganggulangan
keadaan darurat dan mengembankan pengetahuan K3 di
bidang kimia.
Prinsip pengendalian bahan kimia di lungkungan kerja
dilakukan dengan tahapan sebaai berikut:
- Pengendalian secara teknis
a. Substitusi
b. Isolasi
c. Ventilasi (alamiah dan buatan)
- Pengendalian administrasi
a. Pemilihan bahan produksi potensi bahaya serendah
mungkin
b. Labelling. Telah dijelaskan sebelumnya.
c. Penyimpanan bahan sesuai dengan kelompok sifat dan
besar potensi bahaya
d. Penanganan limbah dan sampah kimia secara khusus
dan benar.
Dasar hukum yang mengatur pengendalian bahan kimia
berbahaya adalah keputusan menteri tenaga kerja RI, No. Kep.
187/MEN/1999.
20
C. Sanitasi Industri
a. Prinsip dasar sanitasi terdiri dari:
i. Sanitasi adalah serangkaian proses yang dilakukan untuk
menjaga kebersihan;
ii. Sanitasi ini merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh
industri dalam menerapkan Good Manufacturing Practices
(GMP);
iii. Sanitasi dilakukan sebagai usaha mencegah penyakit pada
tenaga kerja dan lingkungan sekitar perusahaan;
iv. Manfaat yang diperoleh bagi konsumen bila industri pangan
adalah,konsumen terhindar dari penyakit atau kecelakaan karena
keracunan makanan;
v. Manfaat yang diperoleh bagi produsen adalah produsen dapat
meningkatkan mutu dan umur simpan produk, mengurangi
komplain dari konsumen;
vi. Mengurangi biaya recall;
vii. Praktik sanitasi meliputi pembersihan, pengelolaan limbah, dan
higiene pekerja yang terlibat.
21
iii. Sanitasi makanan
Sanitasi makanan memegang peranan penting dalam proses
produksi. Sanitasi makanan berhubungan langsung kepada
tenaga kerja ataupun proses produksi dalam industri pangan.
Sanitasi makanan merupakan usaha pencegahan penyakit, dapat
menjadi pertimbangan ekonomi dalam penyediaan makanan dan
merupakan pencegahan penyakit yang efektif. Halhal yang
diperhatikan dalam sanitasi makanan adalah:
Kebersihan makanan penyediaan bahan makanan,
pengolahan makanan, pengangkutan bahan makanan dan
penyajian makanan
Kebersihan peralatan
Kebersihan fasilitas
Kantin dan ruang makan
Kercunan makanan
iv. Pencegahan dan pembasmian vektor dan roden
Vektor adalah binatang yang berperan dalam pemindahan
penyakit dari sumbernya ke manusia. Contoh-contoh vektor
seperti tikus, lalat, nyamuk, kecoa, kutu dan lain-lain. Masing-
masing vektor membawa penyakit tertentu dan dapat mengenai
tenaga kerja, sehingga dapat menurunkan
produktivitas.Pengendalian vektor dapat dilakukan oleh pihak
perusahaan sendiri ataupun memakai jasa pengendalian vektor
profesional.
v. Penyediaan fasilitas kebersihan
Fasilitas kebersihan merupakan hal yang mutlak harus tersedia
dalam industri. Memgang peranan penting dalam proses
produksi. Fasilitas kebersihan menjamin tenaga kerja untuk
menjalankan fungsi-fungsi biologis seperti buang air kecil,
buang air besar, makan, tempat ganti pakaian, dan lain-lain.
Hal hal yang termasuk fasilitas kebersihan, yaitu:
WC (kakus) memenuhi syarat-syarat wc sehat, jumlah
wc sebanding dengan jumlah pekerja
22
Tempat cuci
Tempat mandi membersihkan badan sebelum pulang
Tempat baju kerja (locker) tempat ganti pakaian
sebelum dan sesudah kerja
Ruang makan dan kantin memenuhi syarat syarat
rumah makan sehat atau kantin sehat.
D. Pengolahan Limbah
Limbah industri merupakan buangan yang keberadaannya di tempat tertentu
tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi.
Limbah industri tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu yang
memiliki nilai ekonomis berupa limbah yang dengan melakukan proses lanjut
akan memberi nilai tambah, serta limbah yang tidak mempunyai nilai ekonomis
berupa limbah yang diolah dalam bentuk proses apapun tidak dapat
memberikan nilai tambah tetapi hanya dapat mempermudah sistem
pembuangan.
Limbah padat dan cair yang dihasilkan akibat proses produksi sebaiknya
ditempatkan pada bak sampah tersendiri yang telah dipilah-pilah berdasarkan
jenisnya serta apakah termasuk limbah B3 atau bukan. Untuk limbah yang
bukan termasuk B3 perlu dipilah lagi apakah bisa didaur ulang atau bisa
langsung dibakar atau dikubur. Yang termasuk kedalam limbah B3 adalah
limbah industri yang mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan
berbahaya, dimana limah B3 tersebut merupakan bahan dalam jumlah sedikit
tetapi mempunyai potensi mencemari dan merusak lingkungan hidup dan
sumber daya. Limbah cair yang dihasilkan industri harus diolah terlebih dahulu
sesuai dengan spesifikasinya. Kontainer tempat menampung limbah yang
termasuk kategori B3 tidak boleh bocor, sampah tidak boleh tercecer pada
waktu pengumpulan dan penyimpanan sementara sebelum dibawa ke tempat
pembuangan akhir B3. Secara umum, pengolahan limbah industri dapat
dilakukan melalui 3 proses, yaitu:
1) Proses pengolahan secara fisika:
Sedimentasi,yaitu suatu proses pemisahan bahan padat dari cairan
secara gravitasi.
23
Flotasi, yaitu memisahkan partikel dengan densitasnya,
menggunakan aliran udara yang dimasukkan kedalam sistim.
Separasi minyak-air, yaitu dengan memisahkan bagian terbesar
minyak dari aliran limbah dengan menggunakan prinsip dasar
perbedaan spesifitas gravities anatara air dan minyak yang dibuang.
2) Proses pengolahan secara kimiawi:
Koagulasi-presipitasi, yaitu pencampuran bahan kimia secara
merata menjadi gumpalan-gumpalan yang cukup besar.
Netralisasi, yaitu proses untuk menurunkan sifat asam atau basa
dalam air.
3) Proses pengolahan secara biologi:
Aerobic suspended growth process, yaitu memasukkan air limbah
kedalam reaktor concrete steel earthen tank dengan aliran
konsentrasi yang sangat tinggi.
Aerobic attached growth process, yaitu proses mikroorganisme
dimasukkan kedalam beberapa media.
Aerobic lagoons (kolam stabilisasi), yaitu kolam tanah yang luas
dan dangkal untuk mengolah air limbah dengan menggunakan
proses alami dengan melibatkan ganggang dan bakteri.
Anaerobic lagoons, yaitu air limbah mentah bercampur dengan
massa microbial aktif dalam lapisan sludge.
24
menggunakan filter basah (wet scrubber);
Mekanisme kerja filter basah ini akan dibahas lebih lanjut pada
pembahasan berikutnya, yaitu mengenai metode menghilangkan
materi partikulat, karena filter basah juga digunakan untuk
menghilangkan materi partikulat;
Gas nitrogen oksida dapat dikurangi dari hasil pembakaran
kendaraan bermotor dengan cara menurunkan suhu pembakaran.
Produksi gas karbon monoksida dan hidrokarbon dari hasil
pembakaran kendaraan bermotor dapat dikurangi dengan cara
memasang alat pengubah katalitik (catalytic converter) untuk
menyempurnakan pembakaran;
Selain cara-cara yang disebutkan diatas, emisi gas buang jugadapat
dikurangi kegiatan pembakaran bahan bakar atau mulai
menggunakan sumber bahan bakar alternatif yang lebih sedikit
menghasilkan gas buang yang merupakan polutan.
2) Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan:
Filter Udara:
Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau
stack, agar tidak ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara
bersih yang saja yang keluar dari cerobong. Filter udara yang
dipasang ini harus secara tetap diamati (dikontrol), kalau sudah
jenuh (sudah penuh dengan abu/ debu) harus segera diganti dengan
yang baru.Jenis filter udara yang digunakan tergantung pada sifat
gas buangan yang keluar dari proses industri, apakah berdebu
banyak, apakah bersifat asam, atau bersifat alkalis dan lain
sebagainya
Pengendap Siklon:
Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu /
abu yang ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik
yang berdebu. Prinsip kerja pengendap siklon adalah pemanfaatan
gaya sentrifugal dari udara / gas buangan yang sengaja dihembuskan
melalui tepi dinding tabung siklon sehingga partikel yang
relatif berat akan jatuh ke bawah.Ukuran partikel / debu / abu
25
yang bisa diendapkan oleh siklon adalah antara 5 - 40 . Makin
besar ukuran debu makin cepat partikel tersebut diendapkan.
Filter Basah:
Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet Collectors.
Prinsip kerja filter basah adalah membersihkan udara yang kotor
dengan cara menyemprotkan air dari bagian atas alt, sedangkan
udara yang kotor dari bagian bawah alat. Pada saat udara yang
berdebu kontak dengan air, maka debu akan ikut semprotkan air
turun ke bawah.Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat juga
prinsip kerja pengendap siklon dan filter basah digabungkan
menjadi satu. Penggabungan kedua macam prinsip kerja tersebut
menghasilkan suatu alat penangkap debu yang dinamakan.
Pegendap Sistem Gravitasi:
Alat pengendap ini hanya digunakan untuk membersihkan udara
kotor yang ukuran partikelnya relatif cukup besar, sekitar 50 atau
lebih. Cara kerja alat ini sederhana sekali, yaitu dengan mengalirkan
udara yang kotor ke dalam alat yang dibuat sedemikian rupa
sehingga pada waktu terjadi perubahan kecepatan secara tiba-tiba
(speed drop), zarah akan jatuh terkumpul di bawah akibat gaya
beratnya sendiri (gravitasi). Kecepatan pengendapan tergantung
pada dimensi alatnya.
Pengendap Elektrostatik:
Alat pengendap elektrostatik digunakan untuk membersihkan udara
yang kotor dalam jumlah (volume) yang relatif besar dan pengotor
udaranya adalah aerosol atau uap air. Alat ini dapat membersihkan
udara secara cepat dan udara yang keluar dari alat ini sudah relatif
bersih.Alat pengendap elektrostatik ini menggunakan arus searah
(DC) yang mempunyai tegangan antara 25-100 kv. Alat pengendap
ini berupa tabung silinder di mana dindingnya diberi muatan positif,
sedangkan di tengah ada sebuah kawat yang merupakan pusat
silinder, sejajar dinding tabung, diberi muatan negatif. Adanya
perbedaan tegangan yang cukup besar akan menimbulkan corona
discharga di daerah sekitar pusat silinder. Hal ini menyebabkan
26
udara kotor seolah-olah mengalami ionisasi. Kotoran udara menjadi
ion negatif sedangkan udara bersih menjadi ion positif dan masing-
masing akan menuju ke elektroda yang sesuai. Kotoran yang
menjadi ion negatif akan ditarik oleh dinding tabung sedangkan
udara bersih akan berada di tengah-tengah silinder dan kemudian
terhembus keluar.
27
BAB II
PELAKSANAAN
28
BAB III
HASIL PENGAMATAN
b. Pencahayaan
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung penerangan di
tempat kerja PT. Bridgestone Tire Indonesia (Bekasi Plant)
menggunakan sumber pencahayaan alami dan buatan karena cahaya
matahari dapat masuk dan para pekerja yang di dalam di ruangan dapat
dibantu dengan lampu neon. Menurut informasi yang diperoleh dari
29
narasumber bahwa intensitas pencahayaan di tempat kerja mereka
yaitu sebesar 200 dimana pekerjaan menggunakan mesin dan
perakitan kasar yang mengacu kepada Peraturan Mentri Perburuhan
No.7 tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan, serta
Penerangan dalam Tempat Kerja. Menurut pengamatan yang kami
lakukan ditempat kerja secara langsung, para pekerja tidak tampak
mengalami gangguan dalam hal pencahayaan/penerangan ditempat
kerja mereka, namun terdapat beberapa pekerja yang bekerja dengan
pencahayaan redup / kurang.
c. Getaran
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung, beberapa alat
yang digunakan untuk menunjang kegiatan perusahaan, baik dalam
proses produksi maupun penyimpanan maupun pengangkutan di PT.
Bridgestone Tire Indonesia (Bekasi Plant) berpontensi menimbulkan
getaran di dalam penggunaannya oleh para pekerja. Dari pengamatan
yang dilakukan, para pekerja terlihat tidak mengalami masalah dengan
getaran yang ditimbulkan oleh alat-alat produksi tersebut dan memakai
sarung tangan.
d. Radiasi
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung. Terdapat alat
yang disebut pesawat radiasi pengion berupa mesin X-ray. Alat ini
digunakan untuk mendeteksi barang barang yang masuk secara tidak
sengaja ke dalam ban misalnya peniti, pulpen dan lain-lain. Namun
dari pengamatan yang dilakukan secara langsung, tidak ada masalaah
yang ditimbulkan akibat radiasi karena para pekerja berjarak lebih dari
40 meter dari alat ini.
e. Iklim Kerja
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung, beberapa
ruangan tidak di fasilitasi dengan air conditioner ataupun kipas angin.
Terdapat alat dengan tingkat panas tinggi yaitu mesin curring. Alat
tersebut menyebabkan peningkatan suhu ruangan berkisar antara 34-38
30
C. Pada para pekerja dianjurkan untuk banyak minum supaya tidak
mengalami dehidrasi. Tidak ada paparan matahari langsung pada para
pekerja. Dari pengamatan yang dilakukan ditempat produksi para
pekerja sebagaian terlihat tidak mengalami masalah yang berkaitan
iklim kerja di tempat mereka bekerja.
31
gas sulfur dioxide bercampur dengan air, akan memproduksi asam sulfur dan
sulfat. Apabila konsentrasi asam tersebut tinggi dapat dapat bersifat korosif
dan menyebabkan kerukasakan jaringan. Apabila terjadi kebocoran asap hasil
pembakaran sulfur yang bercampur dengan udara bebas di ruang yang tertutup
akan menyebabkan terbentuknya hidrogen sulfida. Hidrogen sulfida apabila
terhirup akan menyebabkan kematian. Menurut OSHA nilai ambang batas
pemaparan Hidrogen sulfida ialah 10 ppm untuk 8 jam kerja dan 20 ppm
untuk kerja selama 15 menit.
32
Upaya pengendalian faktor biologi yang sudah dilakukan antara lain
tidak ada pekerja yang makan / minum di area produksi, tersedia beberapa
wastafel dan toilet untuk mencuci tangan dan pekerja menggunakan alat
pelindung diri seperti baju, sarung tangan dan alas kaki khusus di area
produksi.
3.4. Kebersihan
Dilihat dari pengamatan selama berada di PT. Bridgestone Tire
Indonesia (Bekasi Plant), secara umum sanitasi ditempat tersebut sudah cukup
baik. Kebersihan terutama dilihat dari dalam pabrik seperti dinding, lantai dan
atap yang sudah baik. Hanya pada beberapa bagian pabrik seperti tempat
cutting terdapat banyak tumpukan debu pada langit-langit. Daerah kerja
tampak bersih dan terdapat tempat sampah di setiap ruangan, dimana
dipisahkan kebagiannya masing-masing yaitu, tempat sampah berwarna merah
untuk sampah besi, kuning untuk sampah karet, hijau untuk sampah organic,
biru untuk sampah B-3, oranye untuk sampah plastic serta putih untuk sampah
kertas. Didalam pabrik terdapat tempat sampah darurat dimana apabila terjadi
kebocoran bahan baku (seperti oli, sulfur, dll) maka harus segera dibuang
kedalam tempat sampah tersebut dan secepatnya diberikan oleh cleaning
service.
Setiap ruangan juga dilengkapi dengan tata cara penggunaan P3K.
pada toilet termasuk kurang baik, dimana lampu yang masih remang-remang,
keadaan lantai yang becek, sabun cuci tangan kurang memadai, dan terdapat
beberapa peralatan makan didalam toilet. Pada perusahaan ini setiap pekerja
telah disediakan loker masing-masing dan setiap loker pekerja berisi APD
(sesuai dengan jabatan pekerjaan).
Berdasarkan pengamatan dibahan penyimpanan produk gagal sudah
sangat baik dan penyimpanan ban tersusun rapi. Menurut narasumber
penyediaan air untuk proses produksi terutama untuk pendingin besi
menggunakan air permukaan yang merupakan air sungai yang diolah,
sedangkan untuk air dikamar mandi menggunakan air PAM, untuk air minum
menggunakan air gallon yang bermerk aqua.
Untuk masalah sanitasi makanan bagi para pekerja PT Bridgestone
Indonesia (Bekasi Plant), hal ini berkaitan dengan tempat makan, kantin,
33
proses penyajian serta gizi. Dalam kunjungan ini didapatkan setiap karyawan
mendapatkan makan siang yang dibagi 2 gelombang yaitu jam 11.00-12.00
dan 12-00-13.00 WIB. Dan disajikan dikantin. Apabila karyawan tersebut
mendapat kegiatan diluar, maka diberikan uang jalan untuk makan. Serta
perhitungan gizi tiap karyawan adalah 1600 kalori.
Dari hasil pengamatan tidak tampak adanya genangan air, hanya saja
terdapat sampah besi dan ban yang ditaruh didepan pabrik dan tidak ditutup,
sehingga dapat meningkatkan terjadinya kecelakaan kerja. Limbah ini
dikumpulkan dan nantinya menurut narasumber akan dijual kembali kepada
pedagang-pedagang yang memerlukan.
34
3.5. Petugas Higiene Industri
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung tidak terdapat peraturan
yang mengharuskan bagi seluruh tenaga kerja untuk melakukan cuci tangan di
tempat kerja. Dari hasil pengamatan ditemukan peraturan yang mengharuskan
pemakaian helm, masker debu dan sarung tangan ketika berada diruangan
produksi. Berdasarkan wawancara dengan Bagian HSE PT. Bridgestone Tire
Indonesia Bekasi Plant untuk menjaga kebersihan di pabrik diserahkan kepada
pihak ketiga penyedia jasa tenaga kebersihan (cleaning sevice) yang bekerja
selama 3 Shift . Namun, tidak ditemui adanya tenaga kebersihan yang bekerja
di ruang produksi selama survey berlangsung.
35
dilakukan dengan cara semua limbah cair dimasukkan ke bak
penampungan (WWTP). Selanjutnya, dilakukan penyaringan untuk
memisahkan bagian lumpur dan airnya. Kemudian, bagian airnya
dinetralisasi dengan penambahan NaOH 100%. Kemudian dimasukkan
dalam tangki aerasi untuk mengaktifkan bakteri pengurai dan sedimentasi.
Perusahaan menggunakan proses recycling air limbah domestik atau
sewage treatment plant (STP). Unit pengolahan limbah ini dirancang dan
dibangun sebagai utility dalam proyek pengembangan di dalam ruang
lingkup PT. Bridgestone Tire Bekasi Plant, proses pengolahan melalui
tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Pretreatment
Pemisahan padatan berukuran besar agar tidak terbawa pada unit
pengolahan selanjutnya.
b.Aerasi
Tiga tahapan aerasi yang dilalui berupa aerasi alami, aerasi difusi,
dan aerasi mekanik. Secara umum aerasi merupakan proses yang
bertujuan untuk meningkatkan kontak antara udara dan air untuk
meningkatkan konsentrasi oksigen di dalam air limbah.
c. Post aerasi
Untuk memastikan tingkat oksigen terlarut terpenuhi.
d.Clarifier
Pemisahan pasrtikel yang mengendap secara gravitasi.
e. Chlorinasi
Penginjeksian chlorine untuk membunuh bakteri pathogen dan
meningkatkan kejernihan air.
f. Effluent
Pengaliran menuju Effluent Tank untuk selanjutnya dibuang pada
saluran kota. Sebagian air ini diproses lagi untuk keperluan
recycling untuk menyiram tanaman maupun mencuci kendaraan.
36
selanjutnya dijual kepada pihak kedua untuk diproses dan dijadikan
perlatan atau bahan baku barang lain selain ban (mainan, dll). Pada
pengolahan limbah padat PT. Bridgestone Tire Bekasi Plant juga bekerja
sama dengan PPLT dalam menangani B3 lainya selain dari ban bekas
seperti kertas, besi, plastik, maupun logam lainnya dan kemudian semua
limbah padat dikumpulkan dan diangkut tiap 3 bulan.
37
2. Adanya jamur pada menghilangkan
papan kayu tempat adanya genangan
meletakkan karet air dan hewan.
38
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
4.1.Faktor Fisik
Sesuai dengan hasil pengamatan di tempat kerja PT.Bridgestone Tire
Indonesia (Bekasi Plant), untuk menghindari penyakit akibat kerja yang
disebabkan oleh faktor fisik maka perlu dilakukan:
a. Bising
1) Dilakukan pengukuran secara berkala untuk kebisingan di
tempat kerja.
2) Dipastikan kembali berapa nilainya dari alat alat berat yang
menimbulkan bising.
3) Sebaiknya diberikan tanda peringatan untuk alat-alat berat yang
intensitas bising melebihi 85 dB.
4) Melakukan rotasi kerja kepada para pekerja untuk menghindari
penurunan pendengaran.
5) Melakukan pembatasan jam kerja pada para pekerja yang
menggunakan alat berat yang menimbulkan bising.
b. Pencahayaan
Pemasangan sumber cahaya yang memadai. Pencahayaan sebaiknya
disesuaikan dengan kebutuhan pencahayaan di masing-masing
ruangan/ tempat kerja dengan memperhatikan detail pekerjaan yang
akan dilakukan oleh para pekerja, di mana pekerjaan yang
membutuhkan ketelitian tinggi, membutuhkan lux yang baik (tinggi).
4.2.Faktor Kimia
Sesuai dengan hasil pengamatan di tempat kerja PT. Bridgestone Tire
Indonesia (Bekasi Plant) untuk menghindari penyakit akibat kerja yang
disebabkan oleh faktor kimia, perlu dilakukan:
1) Promosi kepada tenaga kerja berupa pengenalan terhadap :
Bahan-bahan kimia apa saja yang dapat terpapar pada tubuh pekerja di
masing-masing sektor produksi, termasuk tingkat potensi bahaya dari
masing-masing bahan tersebut.
39
Efek yang dapat ditimbulkan apabila pekerja terpapar bahan tersebut, baik
efek jangka pendek maupun jangka panjang.
Tindakan yang sebaiknya dilakukan untuk terhindar dari paparan bahan
kimia tersebut.
Tindakan yang dapat segera dilakukan apabila terpapar bahan kimia yang
berbahaya.
4.3.Faktor Biologi
Sesuai dengan hasil pengamatan di tempat kerja PT.Bridgestone Tire
Indonesia (Bekasi Plant), untuk menghindari penyakit akibat kerja yang
disebabkan oleh faktor biologi, maka perlu dilakukan:
1) Identifikasi faktor biologis yang ada di tempat kerja mengingat penyakit
terbanyak yang dialami oleh pekerja berupa infeksi saluran pernapasan dan
radang tenggorokan.
2) Memperbaiki saran dan prasarana yang dapat menyebabkan genangan air
dimana dapat menimbulkan penyakit. Hal ini berkaitan dengan upaya
pengendalian vektor penyakit.
3) Pemakaian alat pelindung diri selama bekerja di area produksi,
mewajibkan pekerja untuk disiplin mengenai mencuci tangan setelah
bekerja dan kontak dengan vektor, tidak membawa dan mengonsumsi
makanan dan minuman di area produksi.
4) Memaksimalkan tenaga kebersihan dalam menjaga sarana dan prasarana
yang ada disekitar area pabrik dengan membuat jadwal pelaksanaan
kebersihan yang dicatat setiap harinya. Selain itu juga dipasang stiker
peringatan diarea didepan pintu toilet
5) Melakukan pengecekkan secara berkala terhadap barang-barang yang
digunakan dalam proses industri (maintenance) dan menjaga serta
merawat barang-barang tersebut. dalam hal ini papan kayu dapat dijemur
secara rotasi agar tidak ditumbuhi jamur kayu.
6) Menetralisir area pabrik dari faktor-faktor biologis seperti kucing dan
dapat membuat tanda larangan untuk tidak membiarkan hewan masuk ke
area pabrik.
40
4.4.Sanitasi
Sesuai dengan hasil pengamatan di tempat kerja PT.Bridgestone Tire
Indonesia (Bekasi Plant), untuk menghindari penyakit akibat kerja yang
disebabkan oleh sanitasi, maka perlu dilakukan:
1) Langit langit seluruh ruangan area produksi dibersihkan secara rutin.
2) Menjaga kebersihan toilet, melakukan pembersihan secara rutin dan
menyediakan sabun cuci tangan sesuai standar.
3) Menyediakan wadah khusus tertutup untuk limbah besi dan karet ban.
41