You are on page 1of 5

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

Ilmu Penyakit Dalam


RS Islam Garam Kalianget
2017

DECOMPENSASI KORDIS (ICD 10: I51.9)

1. Pengertian (Definisi) Dekompensasi kordis adalah ketidakmampuan


jantung untuk memompa darah secara adekuat untuk
memenuhi kebutuhan tubuh.
2. Anamnesis 1. Sesak napas terutama saat beraktivitas. Sesak
napas dapat mengakibatkan kesulitan
makan/minum dan, dalam jangka panjang, gagal
tumbuh;
2. Sering berkeringat (peningkatan tonus simpatis);
3. Ortopnea: sesak nafas yang mereda pada posisi
tegak;
4. Dapat dijumpai mengi;
5. Edema di perifer atau pada bayi biasanya di
kelopak mata.
3. Pemeriksaan Fisik 1. Tanda gangguan miokard
- Takikardia: HR >60 kali/menit pada bayi dan 100
kali/menit pada anak (saat diam). Jika HR >200
kali/menit perlu dicurigai ada takikardia
supraventrikular
- Kardiomegali pada pemeriksaan fisis dan/atau
foto thorak
- Peningkatan tonus simpatis: berkeringat,
gangguan pertumbuhan
- Irama derap (gallop).
2. Tanda kongesti vena paru (gagal jantung kiri)
- Takipne
- Sesak napas, terutama saat aktivitas
- Ortopne
- Mengi atau ronki
- Batuk
3. Tanda kongesti vena sistemik (gagal jantung
kanan)
- Hepatomegali: kenyal dan tepi tumpul
- Peningkatan tekanan vena jugularis (tidak
ditemukan pada bayi)
- Edema perifer (tidak dijumpai pada bayi)
- Kelopak mata bengkak (pada bayi)
4. Kriteria Diagnosis 1. Berdasarkan cardiac output: high dan low cardiac
failure
2. Berdasarkan onset: akut dan kronik
3. Berdasarkan sisi jantung: kiri, kanan, atau kiri
dan kanan
4. Berdasarkan klasifikasi fungsional NYHA (New
York Heart Association):
- Derajat I : asimptomatik
- Derajat II : dispnu bila aktivitas sedang
- Derajat III : dispnu bila aktivitas ringan
- Derajat IV : dispnu dalam keadaan istirahat.
5. Diagnosis Tabel 1. Sistem skoring gagal jantung pada anak
menurut Modifikasi Ross
0 1 2
Berkeringat kepala kepala dan kepala dan
dingin badan badan
waktu waktu
aktivitas isrirahat
Takipneu jarang kadang- sering
kadang
Pola nafas normal retraksi dispneu
Laju nafas
(x/menit)
01 tahun <50 5060 >60
16 tahun <35 3545 >45
710 tahun <25 2535 >35
1114 <18 1828 >28
tahun
HR (x/menit )
01 tahun <160 160170 >170
16 tahun <105 105115 >115
710 tahun <90 90100 > 100
1114 <80 8090 >90
tahun
Jarak tepi <2 cm 23 cm >3 cm
hepar dari
batas kostae

Tabel 2. Sistem Skoring Gagal Jantung pada Bayi


menurut Ross
0 poin 1 poin 2 poin
Volume sekali minum >115 75-115 <25
(cc)
Waktu per sekali
minum (menit) <40 mnt >40 mnt
50-60 >60
Laju nafas <50 mnt mnt mnt
Pola nafas Normal Abnormal
Perfusi perifer Normal Menurun
S3 atau diastolic Tidak
rumble ada ada
Jarak tepi hepar dari <2 cm 2-3 cm 3 cm
batas kostae
Tanpa gagal jantung : 0-2 poin
Gagal jantung ringan: 3-6 poin
Gagal jantung sedang : 7-9 poin
Gagal jantung berat :10-12 poin
Dasar diagnosis
Dispnu/ortopnu, pulsus alternans, takikardia/irama
gallop, ronki basah tak nyaring di basal paru (gagal
jantung kiri), tekanan vena yugularis meningkat,
hepatomegali, edema (gagal jantung kanan),
kardiomegali
Langkah diagnosis
Perhatikan gejala dan tanda:
- Kardiovaskuler: takikardi/irama
gallop, kardiomegali, nadi: pulsus alternans
- Respirasi: dispnu, ortopnu,
batuk produktif, ronki basah tak nyaring di basal
paru
- Tanda-tanda bendungan
sistemik: tekanan vena jugularis, hepatomegali
(tumpul, lunak), edema
6. Diagnosis Banding Dekompensasi Kordis (ICD-10 : I51.9)
7. Pemeriksaan Diagnosis banding etiologi:
Penunjang 1. Peningkatan beban volume:
DSV, DAP, insufisiensi katup jantung, anemia,
gagal ginjal dengan retensi cairan, dsb.
2. Peningkatan beban
tekanan: stenosis katup aorta atau pulmonal,
hipertensi sistemik/pulmonal, dsb
3. Gangguan miokard:
kardiomiopati, miokarditis
4. Perubahan frekuensi
denyut jantung: SVT, atrial flutter, atrial fibrilasi
dsb.
8. Terapi 1. EKG
2. Lab darah: Hb, lekosit, hitung jenis, LED.
3. Foto thorak
4. Analisis gas darah dan elektrolit
5. Ekokardiografi
9. Edukasi 1. Istirahat di tempat tidur, posisi setengah duduk.
Bayi ditidurkan dengan posisi 30-45 derajat.
2. Berikan oksigen (2-4 L/menit)
3. Berikan cairan kebutuhan normal perhari. Bila
terdapat anemia berat berikan tranfusi darah
(packed cell) terlebih dahulu, jumlah: 5-10 cc/kgBB
diberikan selama 2-3 jam.
4. Medikamentosa:
a. Diuretika (Furosemid) 1-2 mg/kgBB/kali iv
diberikan 2 kali perhari
b. Digitalisasi
Digitalisasi awal digoksin 30-50 g/kgBB sehari
peroral, dengan cara pemberian:
- dosis diberikan pertama kali
- dosis 8 jam kemudian
- dosis diberikan 16 jam setelah dosis
pertama
Dosis pemeliharaan digoksin (oral) 10-20
g/kgBB/hari diberikan pada hari kedua dan
seterusnya. Indikasi digitalis: takikardia, atrial
flutter, kardiomiopati.
Untuk dekompensasi dengan NYHA derajat I-III
dapat langsung dengan dosis pemeliharaan.
Hati-hati pemberian digitalis pada DR/PJR,
bronkopnemonia. Digitalis tidak boleh diberikan
pada stenosis aorta, stenosis pulmonal,
koarktasio aorta, anemia (Hb <6 g%).
c. Vasodilator
Diberikan pada:
- Dekompensasi kordis yang
disebabkan pirau besar (DSV, DAP, DSAV)
- Dekompensasi kordis yang tidak
responsif dengan pengobatan di atas.
Dapat diberikan Kaptopril oral, dengan dosis 0,1-
2 mg/kgBB/kali, dengan dosis maksimum 6
mg/kgBB/hari (dipilih dosis rendah). Diberikan
dalam tiga kali pemberian.
5. Atasi penyakit utama atau penyakit penyerta
(RHD), bronkopnemonia, anemia, CHD, dll.
6. Diet rendah garam
7. Pengawasan yang ketat terhadap gejala klinik
untuk menilai:
- Frekuensi denyut jantung, frekuensi napas
- Berat badan
- Tekanan vena jugularis
- Pembesaran hati, edema
- Produksi urin dalam 24 jam
10.Prognosis 1. Definisi dan etiologi: memahami penyebab dan
gejala yang timbul.
2. Prognosis: memahami faktor-faktor yang
mempengaruhi prognosis
3. Pemantauan gejala: mengetahui mengapa dan
kapan harus ke dokter/rumah sakit
4. Terapi farmakologi: memahami indikasi, dosis, dan
efek obat
5. Diit, latihan
11.Tingkat Evidens Tergantung faktor pencetus/penyebab yang
mendasari;
Ad vitam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad malam
12. Tingkat Rekomendasi I / II
13. Penelaah Kritis dr. Endah P, Sp.PD
14.Indikator Medis 1. Gagal jantung teratasi
15.Kepustakaan 1. pedoman diagnosis dan penatalaksanaan
Dekompesasi Kordis di Indonesia (PDPI)

Sumenep, 15 April 2017

Ketua Komite Medik DPJP Ilmu Penyakit Dalam

dr. Utomo, Sp.KJ. dr. Endah P, Sp.PD


NIP NIP

Direktur Rumah Sakit


Islam Garam Kalianget

dr. Budi Herlambang


NIP

You might also like