Professional Documents
Culture Documents
KARYA AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
Oleh
CUT LISNA WATI
035204035
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-2
KARYA AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
Oleh:
P R O G R A M D I P L O M A I V
F A K U L T A S T E K N I K
MEDAN
2009
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan
No. Dok; FM-TS-01-03B Tgl. Total
EfektifProductive Maintenance Di PT.
: Februari 2007: Wika, 2009.
Rev:0 Halaman: 1 dari2
I-3
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada ALLAH SWT, atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Akhir ini dengan
baik.
Karya Akhir ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan
Utara. Karya Akhir ini berjudul Usulan Perbaikan Effektivitas Mesin Dengan
kalimat, untuk itu dengan kerendahan hati Penulis menerima saran dan kritikan
Akhir kata, Penulis mengharapkan semoga Karya Akhir ini berguna bagi
pembaca sekalian. Semoga Allah SWT selalu menyertai kita semua. Terima kasih.
Penulis
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-iii
dan bantuan baik materil maupun moril dari berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak
1. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri yang
2. Bapak Ir. Kores Sinaga selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
3. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT. selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak
4. Bapak Eko Nurmawan, MW. ST. serta seluruh Tim A,B,C,dan Tim D sebagai
5. Orang Tua tercinta, Ayahanda H.T. Abdullah dan Ibunda Hj. Cut Nuraini yang
telah memberi kasih sayang, doa dan dukungan yang tidak terhingga baik moril
maupun material serta kakak dan adik penulis yang terus memberikan dan
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-iv
bagi semua pihak yang memerlukan, akhir kata penulis mengucapkan terima
kasih dan mohon maaf yang sebesarnya jika ada kesalahan maupun
kekurangan dalam penulisan Karya Akhir ini. Semoga Karya Akhir ini
PENULIS
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-v
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
DAFTAR TABEL.......................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................... .I-1
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-vi
BAB HALAMAN
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha .................................................... II-3
2.5.2. Utilitas..II-31
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-vii
3.6.1.Pendahuluan....III-11
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-viii
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-ix
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-x
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
1.1. Frekuensi Mesin Akibat Perbaikan I-2
5.6. Data Speed Rate Time Bulan November 2008-April 2009.. V-6
5.8. Loading Time Setiap Bulan Mesin Mixer Batching Plani.. V-8
5.10. Operation Time Setiap Bulan pada Mesin Mixer Batching Plant.. V-9
November2008-April 2009V-10
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-xi
TABEL HALAMAN
5.12. Performance Efficiency Mesin Mixer Batching Plant Periode
November2008-April 2009.V-11
5.17. Idling and Minor Stoppages di Mesin Mixer Batching Plant. V-17
5.22. Pengurutan Persentase Faktor Six Big Losses Mesin Mixer Batching Plant
6.1. Persentase Faktor six Big Losses Mesin Mixer Batching Plant
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-xii
TABEL HALAMAN
6.2. Usulan Penyelesaian Masalah Set Up/Adjusment Loss VI-6
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-xiii
DAFTAR GAMBAR
TABEL HALAMAN
2.1. Struktur Organisasi PT. Wika Beton II-9
5.2. Diagram Pareto Persentase Faktor Six Big Losses Mesin Mixer Batching Plant
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-xiv
ABSTRAK
PT. WIKA merupakan suatu badan usaha milik Negara (BUMN) yang
bergerak dalam bidang usaha konstruksi, realiti perdagangan dan industri yang
juga tidak terlepas dari masalah yang berkaitan dengan efektifitas mesin/peralatan
yang diakibatkan oleh six big losses tersebut. Hal ini dapat terlihat dengan
frekuensi kerusakan yang terjadi pada mesin/peralatan karena kerusakan tersebut
target produksi tidak tercapai. Oleh karena itulah diperlukan langkah-langkah
yang efektif dan efisien dalam pemeliharaan mesin/peralatan untuk dapat
menanggulangi dan mencegah masalah tersebut.
Fungsi mesin/peralatan yang digunakan dalam proses produksi akan
mengalami kerusakan sejalan dengan semakin bertambahnya usia mesin dan
penurunan kemampuan mesin dan peralatan tersebut, meskipun dengan demikian
umur pemakaian dan kegunaan dari mesin tersebut dapat diperpanjang dengan
penerapan metode perbaikan secara berkala melalui suatu aktifitas pemeliharaan
(maintenance) yang tepat. Total Productive Maintenance (TPM) adalah salah satu
metode yang dikembangkan di Jepang yang dapat digunakan untuk meningkatkan
produktifitas dan efisiensi produksi perusahaan dengan menggunakan
mesin/peralatan secara efektif. Dalam penelitian ini objek yang diteliti adalah
mesin Mixer Batching Plan
Tahapan pertama dalam usaha peningkatan efisiensi produksi pada
perusahaan ini adalah dengan melakukan pengukuran efektifitas mesin Mixer
Batching Plan dengan menggunakan metode Overall Equipment Effectifitas
(OEE) yang kemudian dilanjutkan dengan pengukuran OEE six big losses dan dari
faktor six big losses tersebut dicari faktor terbesar yang mengakibatkan rendahnya
efisiensi. Data yang digunakan adalah data enam bulan terakhir, yaitu mulai bulan
November 2008-April 2009. Hasil perhitungan menunjukan bahwa terjadi
fluktuasi nilai OEE tiap bulannya. Nilai OEE terendah terjadi pada Februari 2009,
yaitu sebesar 69,25% dan OEE terbesar terjadi pada bulan Januari 2009 sebesar
87,97%.
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
BAB I
PENDAHULUAN
tidak terdeteksi selama proses produksi berlangsung, mesin dapat berhenti secara
perawatan atau pemeliharaan yang baik dan tepat sehingga dapat mengurangi
mesin menghasilkan produk cacat atau produk yang harus dikerjakan ulang. Hal
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-2
perusahaan yang memproduksi beton yang juga tidak terlepas dari masalah yang
berkaitan dengan produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan. Hal ini dapat terlihat
tersebut target produksi tidak tercapai. Akibat lain yang ditimbulkan kerusakan
mesin/peralatan yaitu dalam hal kualitas produk yang dihasilkan dimana produk
yang tidak sesuai dengan standar kualitas akan diolah kembali. Oleh karena itulah
komponen yang tinggi dan juga memiliki peluang untuk mengalami kerusakan hal
ini dapat di lihat pada table 1.1. yang menunjukkan Frekuensi mesin tidak
(Jam)
November 1,91
Desember 6,36
Januari 2,20
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-3
(Jam)
Febuari 2,87
Maret 6,52
April 3,66
mesin/peralatan.
maintenance dengan kondisi perusahaan dan melihat faktor mana dari kerugian
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-4
dominan yang diakibatkan oleh tingginya pergantian dan perbaikan mesin tersebut
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-5
1. Penelitian ini hanya meneliti satu mesin produksi saja yaitu mesin Mixer
Batching Plant.
3. Data yang diambil adalah pada periode November 2008 April 2009
sebagai berikut :
berlangsung.
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-6
kerja.
perusahaan ini.
maka dalam pembuatannya akan dibagi menjadi beberapa bab dengan sistematika
sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
penulisan.
perusahaan.
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-7
mesin/peralatan.
hal yang dilakukan penelitian, terutama akan hal pengolahan data yang
pihak perusahaan
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
BAB II
PT. WIKA merupakan suatu badan usaha milik Negara (BUMN) yang
bergerak dalam bidang usaha konstruksi, realiti perdagangan dan industri. PT.
WIKA ini pada mulanya didirikan oleh perusahaan Belanda pada tanggal 11
menjadi Perusahaan Negara dengan nama WIJAYA KARYA atau PN. WIKA.
diversifikasi usaha yang diawali dengan usaha perdagangan dan jasa konstruksi.
konstruksi seperti material dan peralatan listrik, jaringan transmisi dan distribusi,
perumnas.
komponen bangunan beton pracetak, metal works dan peralatan listrik. Dari usaha
pengembangan ini, PN. WIKA sudah termasuk dalam jajaran kontraktor besar di
II-1
II-2I-2
bendungan dan saluran irigasi sampai jembatan serta gedung-gedung tinggi pada
saat itu.
dikembangkan rancangan rumah susun (flats) pada tahun 1979 yang diserahkan
di Tanah Abang.
Pracetak untuk Struktur Bangunan Tingkat Tinggi dan untuk pertama kalinya
Industri ini tumbuh dengan pesat dan hingga saat ini PT. WIKA juga dikenal
sebagai produsen tiang listrik dan tiang Pancang Sentrifugal terbesar di Indonesia
Negara tetangga Malaysia. Selain itu, PT. WIKA juga memproduksi berbagai
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
II-3I-3
b. Balok-balok jembatan
Pada tanggal 11 Maret 1997, divisi produk beton PT. WIJAYA KARYA
berdasarkan akte notaris IMAS FATIMAH, SH. No. 44 tanggal 11 Maret 1997.
Ruang lingkup dan Bidang usahanya masih sama dengan Divisi PT. Wijaya Karya
produk beton.
industri.
perekayasaan baik secara sendiri maupun bekerja sama dengan perusahaan lain
dari dalam dan luar negeri. Beberapa proyek pada bidang ini yang dibangun PT.
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
II-4I-4
Dalam bidang Realti dan Properti ini, PT. WIKA BETON telah
diantaranya:
nasional tahun 1992 dari Presiden Republik Indonesia pada saat itu.
seperti tiang listrik, tiang pancang, bantalan jalan lorry, dan komponen-komponen
konstruksi lainnya.
penunjang industri lainnya. Untuk melengkapi rangkaian industri ini, PT. WIKA
BETON memiliki fasilitas pembuatan Mould & Dies yang juga dikembangkan ke
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
II-5I-5
dibangun diatas tanah 4,9 Ha setelah mengalami perluasan lahan beberapa kali.
PT. WIKA BETON ini merupakan salah satu industri yang berada di
Pemasaran pada PT. WIKA BETON. Segmentasi pasar dari produk PT.
WIKA BETON ini bisa diraih dari pihak pemerintah, misalnya dengan menangani
bantalan jalur kereta api serta dari pihak swasta yang ingin mendirikan pabrik atau
gudang.
Segmentasi pasar produk yang dihasilkan oleh PT. WIKA BETON dilihat
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-6
II-6
order, yaitu produk akan dihasilkan bila ada pesanan dari pelanggan. Pelanggan
tertentu, namun PT. WIKA BETON tetap terus berusaha untuk mendapatkan
2. Wilayah Penjualan II, yaitu wilayah Sumatera Bagian Selatan, yang meliputi
3. Wilayah Penjualan III yaitu wilayah DKI Jakarta yang juga merupakan kantor
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
II-7
I-7
hal yang sangat penting dan menentukan keberhasilan dan pencapaian tujuan
organisasi.
pelaporan yang resmi ini banyaknya tingkat hirarki serta besarnya rentang
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-8
II-8
struktur organisasi yang dapat mempersatukan seluruh sumber daya dengan cara
yang teratur. Dengan struktur organisasi tersebut diharapkan setiap personil yang
sasaran perusahaan.
kegiatan perusahaan.
usaha tersebut, yang meliputi tata cara pembagian tugas dan wewenang, fungsi,
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-9
II-9
sebagai satuan tugas setelah manajer pabrik adalah para kepala seksi yang terdiri
dari:
4. Seksi Peralatan
struktur organisasi ini semua seksi menuju ke unit produksi dimana masing-
MANAJER PABRIK
SEKSI PERALATAN
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
II-10
I-10
PT. WIKA BETON memiliki tenaga kerja yang terdiri dari tenaga kerja
produksi dan penunjang produksi. Tenaga kerja produksi adalah karyawan harian
keseluruhan 122 orang. Jumlah tenaga kerja diuraikan pada tabel 2.1. sebagai
berikut :
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-11
II-11
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-12
II-12
PT. WIKA BETON terdiri dari 6 departemen yang dibagi lagi atas
1. Departemen Teknik
5. Departemen Peralatan
6. Departemen Produksi
2. Jam Kerja
guna mencapai tujuan, diperlukan pengaturan waktu kerja yang baik. Jam kerja di
PT. WIKA BETON diatur sebagai berikut Supaya perusahaan berjalan lancar
dalam melakukan tugas untuk mencapai tujuannya, maka jam kerja diatur (bagian
Jam kerja normal digunakan 8 jam kerja efektif per hari dengan waktu 5
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-13
II-13
Jam kerja produksi terdiri atas 2 shift kerja dengan perincian sebagai
berikut :
1. Shift I :
2. Shift II :
Bagian Shift kerja produksi dapat diperlihatkan pada tabel 2.2. berikut ini :
Hari
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat
Shift
P I I I I I
M II II II II II
Keterangan :
P = Pagi
M = Malam
I = Shift I
II = Shift II
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-14
II-14
Karyawan yang bekerja melebihi kerja normal atau kerja shift dihitung
sebagai kerja lembur. Hari Sabtu, Minggu dan hari-hari besar lainnya merupakan
1. Sistem Pengupahan
Gaji adalah pembayaran berupa uang yang diberikan kepada pegawai atas
pekerjaan yang dilaksanakan dan diserahkan setiap bulan pada tanggal yang telah
ditetapkan perusahaan.
Jumlah gaji yang diterima oleh pegawai tergantung dari gaji pokok dan
adalah pembayaran berupa uang yang diberikan kepada karyawan atas pekerjaan
didasarkan pada gaji pokok atau tarif upah per hari yang sesuai dengan ketentuan
Staff dan karyawan perusahaan digaji menurut gaji sesuai dengan jenjang
organ yang telah diatur secara terperinci. Pada struktur yang sebanding dengan
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-15
II-15
2. Fasilitas Lainnya
Untuk mendorong staff dan karyawan agar tetap bekerja lebih giat dalam
1. Pemberian Cuti
Pemberian cuti tahunan, cuti sakit kepada staff dan karyawan tetap serta cuti
2. Perawatan kesehatan
Diberikan perawatan Rumah Sakit untuk 1 orang istri dan 3 orang anak
3. Fasilitas Kerja
Perusahaan memberikan pakaian kerja, sarung tangan, kaca mata las, helm,
4. Jaminan sosial
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-16
II-16
5. Dana Pensiun
Kepada seluruh staff dan karyawan diberikan dana pensiun (BPLK) dan
6. Premi Produksi
Setiap karyawan mendapat premi jika mampu bekerja baik sehingga produk
yang dihasilkan melebihi target yang telah ditetapkan untuk shift produksi
7. Memberikan tunjangan
Memberikan tunjangan berupa THR atau Tahun Baru sebesar 1 bulan upah
8. Sarana / fasilitas
lapangan tennis
Seluruh staff dan karyawan mendapat jatah 1 kali makan dan minum
secukupnya setiap hari, serta ekstra puding bubur kacang hijau dan susu setiap
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-17
II-17
sangat tergantung dari seberapa jauh perusahaan dapat mengerahui, mengerti dan
proses produksi yang ditujukan untuk menjaga konsistensi dari mutu produk
dengan melakukan pemeriksaan yang selektif terhadap mutu bahan baku yang
diterima.
Dalam hal mutu tiang pancang dan tiang listrik telah menentukan
spesifikasi teknis. Kriteria yang digunakan untuk memberi batasan pada mutu
adalah untuk pasir, koral/split, semen, PC wire, besi beton, besi plat sambung, dan
yang akan dihasilkan. Oleh sebab itu spesifikasi mutu produk sangat menentukan
Standar mutu bahan dapat diperlihatkan pada table 2.3, table 2.4, dan tabel
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-18
Bahan baku adalah bahan utama dalam proses produksi dimana sifat dan
bentuknya akan mengalami perubahan. Adapun yang menjadi bahan baku utama
1. Semen
semen Padang.
Pasir ini diperoleh dari sungai. Perusahaan memesan pasir sesuai dengan
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-19
a. Pasir untuk beton adalah merupakan pasir alam sebagai hasil desintegrasi
alami batu-batuan.
b. Pasir harus terdiri dari batu-batuan tajam dan keras. Butiran-butiran ini
II-19
harus bersifat melekat, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh
banyak.
d. Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5 %, karena apabila lebih dapat
berongga.
4. Prestressed Concrete Wire (PC Wire) dengan diameter 7 mm, diimpor dari
5. Kawat baja spiral dengan diameter 4 mm, untuk pembuatan spiral dan cincin
kerangka
6. Kawat beton, untuk mengikat besi baja satu sama lain dalam proses
pembuatan kerangka
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-20
II-20
proses pengolahan untuk melengkapi dan memperbaiki mutu dari produk yang
1. Cat Pylox
langsung atau tidak langsung pada produk jadi dalam suatu proses yang
adukan beton, berfungsi pada saat proses spinning untuk membersihkan sisa
adukan beton pada pinggir cetakan, serta digunakan pada proses penguapan
2. Minyak Ressiner, adalah sejenis minyak pelican yang dioleskan pada bagian
dalam dari mal yang berguna agar bahan-bahan campuran tidak lengket pada
4. Oli, digunakan pada mesin-mesin produksi agar mesin dapat bergerak dengan
lancar.
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-21
II-21
Proses produksi adalah metode atau teknik untuk membuat suatu barang
atau jasa bertambah nilainya dengan menggunakan sumber tenaga kerja, mesin,
bahan baku, bahan penolong dan dana yang ada. Dalam memproduksi beton, PT.
WIKA BETON membagi lantai produksi menjadi dua departemen yang terdiri
- Tiang Pancang
- Tiang Listrik
- Balok Jembatan
- Sheet File
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-22
II-22
Proses pembuatan produk pada PT. WIKA BETON terdiri dari beberapa
tahap yaitu :
a. Pengujian PC Wire
Besi baja dari tempat penumpukan dibawa ke daerah pemotongan besi dengan
c. Pembentukan Heading
Heading PC Wire ini dibuat untuk menahan PC Wire pada saat penarikan
heading.
d. Pembentukan Spiral
Spiral digunakan sebagai tulangan yang dibentuk spiral. Spiral ini dililitkan
Mesin ini dilakukan secara otomatis apabila ukuran spiral untuk tipe tiang
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-23
II-23
yang dikehendaki telah selesai dibentuk atau dengan kata lain hingga jumlah
e. Pembuatan Cincin
las listrik untuk membentuk ring. Bahan untuk cincin ini adalah untuk
menahan PC Wire agar tidak melendut pada saat merangkai tulangan dengan
spiral.
Plat sambung yang telah dipasang keranjang dan secara manual plat sambung
dipasang pada kepala PC wire, diameter dari plat sambung itu sendiri
cetakan dibersihkan dari kotoran/sisa adukan beton yang masih melekat dengan
kape dan kuas pembersih, lalu pada permukaan cetakan atau mal dioleskan
dengan minyak cetakan secara tipis dan merata. Minyak cetak terbuat dari minyak
kelapa sawit ditambahkan solar yang fungsinya agar campuran beton nantinya
Bahan yang digunakan untuk campuran beton ini adalah pasir, koral,
semen dan air dan zat additive(kaomight). Mutu bahan baku terlebih dahulu
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-24
II-24
yang telah ditentukan sesuai dengan standart mutu, dan jenis produk.
molen), sehingga diperoleh adonan yang merata. Untuk menjaga konsistensi mutu
pelaksanaan produksi agar produk yang dihasilkan tetap berada dalam standar
Pasang ujung plate atas dan bawah pada cetakan bawah kemudian kencangkan
baut dorong. Minyak cetakan dioleskan secara tipis dan merata pada cetakan.
Letakkan spiral pada cetakan bawah. Cincin/ring lalu diikatkan pada baja dengan
menggunakan kawat pengikat, dimana ring disusun lebih rapat pada ujung tiang.
Kegunaan ini adalah untuk menahan beban instalasi dan untuk membentuk
rangkaian agar tidak bergelombang. Gulungan spiral yang masih terikat diujung
mal direntangkan, disusun sedemikian rupa dan kemudian diikatkan pada besi
baja dengan kawat pengikat. Bila rangkaian telah rampung, maka diangkut ke
produk yang ingin dibuat, kemudian cetakan siap untuk dicor dengan adukan
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-25
II-25
beton. Cetakan yang telah siap untuk dicor dengan adukan beton dipindahkan
langsung dari daerah perangkaian dimaksukkan ke dalam mal yang sudah bersih
di daerah table of reinforcement. Kedua ujung rangkaian diikatkan pada ujung mal
(atas dan bawah) dengan menggunakan penutup. Bila proses ini selesai, rangkaian
dalam mal diangkut ke daerah pengecoran dan siap untuk dicor. Selnjutnya dalam
mal diangkut kedaearah pengecoran dan siap untuk dicor. Selanjutnya latakkan
cetakan diatas trolly cor. Pasang tebeng cor pada kanan dan kiri cetakan bawah.
Penuangan dimulai 1 meter dari ujung, bergerak maju ke arah ujung yang lain.
ujung. Yang penting diperhatikan adalah bahwa pada bagian mal harus sedikit
dikurangi, karena nantinya pada saat pemutaran, sisa bahan akan bergeser kearah
Prestressing).
Setelah adonan beton merata, lalu dipasang karet spon dibagian kanan dan
kiri cetakan sambil dirapikan. Penutup cetakan dan bersamaan dengan itu penutup
atas dibawa dengan craine hoist. Setelah penutup atas cetakan tepat menutupi
cetakan maka seluruh baut cetakan dikunci dengan menggunakan Inpect tool. Bila
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-26
II-26
Pada bagian pemutaran (spinning) telah tersedia roda atau roll pemutar
yang akan memutar cetakan.Setelah cetakan diletakkan diatas roll pemutar maka
mesin spinning akan menggerakkan roll. Pemutaran cetakan pada mesin putar
putar. Proses pemadatan dengan gaya sentrifugal ini menjadikan beton lebih padat
sehingga memiliki daya tahan terhadap korosi tinggi dan dilakukan secara
dibuang dari dalam cetakan dengan memiringkan posisi cetakan sehingga limbah
waktu pengerasan beton. Proses ini dilakukan selama 3-6 jam. Temperatur
penguapan juga tidak boleh melebihi dari 1000 C, karena dapat mempengaruhi
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-27
II-27
letakkan pada trolly buka. Lepaskan baut. Lakukan pemotongan besi pra-tegang
dengan alat potong las (blander) satu persatu secara menyilang. Potong besi pra
tegang pada ujung yang lain dengan menggunakan blander potong. Kendorkan
baut dengan menggunakan impact tool. Lepaskan klem dan letakkan di atas
cetakan atas. Angkat cetakan atas, cetakan digantung, bersihkan dengan minyak
secara tipis dan merata. Buka ujung plate pada kedua ujungnya dan lakukan
penandaan sesuai dengan instruksi. Dan saat bersamaan pula produk diinspeksi
mutunya dan dibuat label pada produk jadi yaitu dengan cat semprot kompresor
diberikan merek WIKA tanggal produksi nomor produk dan kode tipe produk.
WIKA Artinya
Tipe tiang/klas = CO
Panjang tiang = 15 m
Nomor jalur =2
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-28
II-28
WIKA Artinya
Nomor jalur =2
Merek cat yang digunakan yaitu Nippon Paint. Cetakan diangkat dengan
craine hoist dengan cara dimiringkan untuk mengeluarkan produk jadi ke atas
dan perawatan produk di stock yard. Sebelumnya produk diservice dan diolesi
minyak solar pada plat sambung serta pengecekan akhir pada lubang tembus dan
permukaan tiang. Produk jadi yang memenuhi standart ditumpuk di stock yard
(gudang terbuka) dengan cara susunan memanjang simetris dan melebar, dimana
diantara batangan produk yang ditumpuk tersebut dibatasi dengan kasu atau kayu
balok dan di bagian pinggir diberi penahan segitiga agar susunan produk tidak
jatuh. Penahan segitiga terbuat dari coran semen yang dicetak segi tiga dengan
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
II-29I-29
Untuk lebih jelasnya proses produksi untuk jenis tiang pancang bulat dapat
Persiapan Tulngan
Persiapan Cetakan
Penutupan Cetakan
Stressing 11 PC Wire
Pemutaran Cetakan
PerawatanUap
Pembukaan Cetakan
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-30
Adapun spesifikasi mesin produksi yang ada di PT. WIKA BETON dapat
2.5.2. Utilitas
Utilitas adalah segala sesuatu yang digunakan agar proses yang terjadi
dapat berjalan dengan efektif dan ekonomis guna mendapatkan hasil yang
1. Genset
2. Boiler
Fungsi : Penampung air yang berasal dari sumur untuk kebutuhan produksi
dan pabrik.
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-31
II-31
berat seperti buttem tiang pancang, drum additive dan besi untuk produk
penumpukan.
Fungsi : Memindahkan material alam seperti pasir, split keatas drum truck
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-32
II-32
yang dihasilkan.
peralatan, supaya jangan terjadi kecelakaan tenaga kerja, selamat, dan sehat
alat keselamatan kerja sehingga dapat dioperasikan dengan baik dan aman tanpa
berikut :
1. Panel control : Hubungan listrik (baik antar fasa atau fasa netral atau fasa
3. Jenis zat additive dapat mengakibatkan nyeri dan bercak luka pada kulit.
mempengaruhi daya kerja otot mata. Setiap 2 jam alihkan pandangan dari
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-33
II-33
1. Pastikan jenis racun api yang anda pakai (CO2, AF11/Halon, Powder).
2. Pastikan racun api masih ada isi dan baik (Lihat code tekanan).
6. Setelah selesai tutup valve hydrant dan pastikan air tidak ada tersisa
pada pipa.
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-34
II-34
Limbah yang dihasilkan oleh produksi pada PT. WIKA BETON berupa
cairan yang mengandung serbuk halus semen. Penanganan lingkungan hidup ini
keselamatan lingkungan hidup disekitar pabrik. Limbah yang ada pada PT. WIKA
BETON adalah merupakan limbah cair yang berasal dari bagian pengecoran.
buah sumur limbah, dimana air keras coran disimpan didalam sumur ini. Setelah
berupa air pencucian split, tumpahan sisa-sisa hasil produk, limbah padat akibat
pencampuran pasir, screen dan sisa additive pada saluran air. Dan limbah berupa
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-35
BAB III
LANDASAN TEORI
mesin dan penurunan kemampuan mesin dan peralatan tersebut. Oleh karena itu,
penggunaan mesin/peralatan.
aktivitas produksi secara lebih berhasil dan berdaya guna, maka keberadaan suatu
organisasi perawatan mesin cukup mempunyai arti tersendiri. Pada dasarnya apa
yang diharap dari keberadaan perawatan mesin tidak lain adalah untuk
Hal ini bisa dimungkinkan, karena dengan perawatan mesin maka dapat ditekan
Efektivitas (tepat saran) merupakan upaya untuk mencapai tujuan dengan waktu
yang cepat dan tepat yaitu upaya yang dilakukan dengan perbaikan yang
dan siap pakai dibutuhkan setiap saat proses produksi akan dimulai. Fungsi
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-37
III-3
sebab dan terjadi pada waktu yang berbeda sepanjang umur mesin/peralatan
tersebut digunakan. Oleh karena itulah dalam usaha mencegah dan berusaha untuk
pemeliharaan mesin/peralatan.
dilakukan untuk menjaga agar kondisi mesin/peralatan tetap baik dan dapat
melakukan segala fungsinya dengan baik, efisien, dan ekonomis sesuai dengan
terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang
direncanakan.
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-38
III-4
penggantian komponen mesin tepat pada waktunya sesuai dengan jadwal yang
dilakukan adalah untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan seperti terjadinya
kerusakan yang terlalu cepat dimana kerusakan tersebut bisa saja dikarenakan
harus efektif, efisien dan berbiaya rendah. Dengan adanya kegiatan maintenance
ini, maka mesin/peralatan produksi dapat digunakan sesuai dengan rencana dan
tidak mengalami kerusakan selama jangka waktu tertentu yang telah direncanakan
tercapai.
2. Menjaga agar setiap mesin/peralatan dalam kondisi baik dan dalam keadaan
produksi
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
III-5
I-39
(mengurangi downtime)
pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh karena
itu program maintenance yang akan dilakukan harus dinamis dan memerlukan
dapat diperbaiki dengan informasi yang dapat memberi data yang lengkap untuk
pelaksanaan, yaitu :
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-40
III-6
untuk menjaga agar mesin/peralatan tidak rusak dan mendeteksi gejala akan
kondisi atau keadaan yang siap dipergunakan untuk setiap operasi atau proses
rencana dan jadwal pemeliharaan dan perawatan yang sangat cermat dan rencana
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-41
III-7
mesin/peralatan.
dilakukan pada tanggal yang telah ditetapkan berdasarkan prediksi hasil analisa
dan evaluasi data operasi yang diambil pada interval-interval waktu tertentu. Data
rekaman yang untuk melakukan predictive maintenace itu dapat berupa data
masih dapat beroperasi, sampai mesin/peralatan tersebut rusak dan tidak dapat
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-42
III-8
inspeksi
lubricating standards)
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-43
III-9
pengoperasian pada tingkat yang dapat diterima dan tetap memaksimumkan laba
peralatan produksi
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-44
III-10
1. Inspeksi (Inspection)
dibeli, dan kegiatan pengembangan komponen atau peralatan yang perlu diganti,
3. Kegiatan Produksi
4. Kegiatan Administrasi
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-45
III-11
5. Pemeliharaan Bangunan
3.6.1. Pendahuluan
teknologi yang ada dan kemudian pada tahun 1960-an muncul apa yang disebut
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-46
III-12
Subjek utama yang menjadi ide dasar dari kegiatan TPM adalah manusia
dan mesin. Dalam hal ini diusahakan untuk dapat merubah pola pikir manusia
terhadap konsep pemeliharaan yang selama ini biasa dipakai. Pola pikir saya
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-47
III-13
menggunakan peralatan dan orang lain yang memperbaiki harus diubah menjadi
saya merawat peralatan saya sendiri. Untuk itu para karyawan dituntut untuk
dapat belajar menggunakan dan merawat mesin/peralatan dengan baik dan dengan
Manfaat dari penerapan TPM secara sistematik dalam rencana kerja jangka
4. Biaya produksi rendah karena rugi-rugi dan pekerjaan yang tidak memberi
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-48
III-14
efektif dan efisiensi terdapat dalam enem faktor yang disebut enam kerugian besar
(Six Big Losses). Efisiensi adalah ukuran yang menunjukkan bagaimana sebaiknya
aktual dari sumber daya relatif terhadap standar yang ditetapkan. Sedangkan
pencapaian output mesin dalam suatu sistem produksi. Efektivitas diukur dari
rasio output actual terhadap output yang direncanakan. Dalam era persaingan
bebas saat ini pengukuran sistem produksi yang hanya mengacu pada kuantitas
output semata akan dapat menyesatkan (Misleading), karena pengukuran ini tidak
efektivitas.
mesin/peralatan pada Six Big Losses. Adapun enam kerugian besar (Six Big
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-49
III-15
losses pada mesin/peralatan. Keenam faktor dalam six big losses seperti telah
downtime losses, speed losses dan defect losses seperti dapat dilihat pada Gambar
3.1.
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-50
III-16
CALCULATION OF
EQUIPMENT SIX BIG LOSESS
OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS
3
Operating Time Performance theoretical cycle time x processed amount
Iddling and minor X 100
efficiency = operating time
stoppages
(e.g.)
4
X 100 = 50%
Reduced speed efficiency = 400 mins.
Net Operating
Time
(e.g.)
Valuable
Operating 6 Rate of quality 400 units - 8 units
X 100 = 98%
Time Reduced yield products = 400 units
Overall Equipment
= Availability Performance Efficiency Rate of Quality Products
Effectiveness
teori. Pengukuran ini sangat penting untuk mengetahui area mana yang perlu
menunjukkan area bottleneck yang terdapat pada lintasan produksi. OEE juga
merupakan alat ukur untuk mengevaluasi dan memberikan cara yang tepat untuk
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-51
III-17
jika hanya didasarkan pada perhitungan satu faktor saja, misalnya performance
efficiency saja. Enam faktor pada six big losses baru minor stoppages saja yang
dihitung. Keenam faktor dalam six big losses harus diikutkan dalam perhitungan
OEE, kemudian kondisi aktual dari mesin/peralatan dapat dilihat secara akurat.
1. Ketersediaan (Availability)
nilai dari :
operation time
Availability = x 100 %
loading time
Loading time adalah waktu yang tersedia (availability time) perhari atau
downtime).
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-52
III-18
lainnya.
downtime mesin (non-operation time), dengan kata lain operation time adalah
waktu operasi yang tersedia (available time) setelah waktu-waktu downtime mesin
dikeluarkan dari total available time yang direncanakan. Downtime mesin adalah
waktu proses yang seharusnya digunakan mesin akan tetapi karena adanya
2. Performance Effieciency
rate dan net operating speed, atau rasio kuantitas produk yang dihasilkan
dikalikan dengan waktu siklus idealnya terhadap waktu yang tersedia untuk
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-53
III-19
diproses (processed amount) dikalikan dengan actual cycle time dengan operation
time. Net operating time berguna untuk menghitung rugi-rugi yang diakibatkan
Rate of quality products adalah rasio jumlah produk yang baik terhadap
jumlah total produk yang diproses. Jadi Rate of quality products adalah hasil
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-54
III-20
Dengan memasukkan keenam faktor yang terdapat dalam six big losses
mempunyai tingkat OEE sekitar 50% sampai 60%, dengan kata lain pabrik hanya
mereka miliki.
- Availability 90%
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-55
III-21
pada jenis perusahaan, metode produksi yang ditetapkan, serta kondisi dan jenis
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
III-22
I-56
Diagram ini dikenal dengan istilah diagram tulang ikan (fish bone
diagram) diperkenalkan pertama kalinya pada tahun 1943 oleh Prof. Kaoru
karakteristik kualitas output kerja. Dalam hal ini metode sumbang saran akan
hasil kerja maka, orang akan selalu mendapatkan bahwa ada 5 faktor penyebab
a. Manusia (man)
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-57
III-23
KUALITAS
HASIL KERJA
LINGKUNGAN MESIN /
KERJA PERALATAN
menggunakan mesin-mesin buatan luar negri. Pada umumnya semua mesin dapat
modifikasi terhadap mesin yang dilakukan oleh bagian seksi peralatan. Adapun
mesin yang digunakan yang menjadi objek penelitian adalah pada bagian
penggilinga yaitu pada Mesin Mixer Batching Plant. Mesin ini berfungsi untuk
mencampur atau mengadukan pasir, koral/split, semen dan air dengan zat additive
selama 80 detik sehingga homogen. Dengan merek Tatchi TSM 15, kapasitas 1,5
m3, tegangan 380 V, daya 37 KW, buatan Malaysia dan tahun pembuatannya 2004
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-58
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
pengumpulan data baik melalui dari referensi, maupun pengambilan data langsung
dari lapangan, melakukan sistem berdasarkan data yang ada sampai pengambilan
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas MesinIV-1Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-59
IV-2
langkah awal untuk dapat menerapkan total productive maintenance pada PT.
WIKA BETON.
Data yang dibutuhkan dalam tugas akhir diperoleh dari data primer dan
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan dan penelitian secara
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-60
IV-3
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang tidak langsung diamati oleh peneliti. Data
ini merupakan dokumentasi perusahaan, hasil penelitian yang sudah lalu dan
data lainnya. Dalam penelitian ini data sekunder yang dibutuhkan adalah:
equipment effectiveness dan diawali dengan perhitungan ideal cycle time (Waktu
siklus ideal/waktu standar). Data ideal cycle time yang telah diperoleh akan
rate of quality product, OEE dan OEE six big losses. Data dari komponen
pembentuk rasio OEE merupakan data yang akan digunakan untuk pengukuran
tingkat produktivitas dan efisiensi penggunaan mesin. Hal ini penting dilakukan
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-61
IV-4
performance efficiency, rate quality product, OEE, OEE six big losses, dan
Dari hasil pengolahan data dan analisa yang telah dilakukan, maka dapat
diambil kesimpulan dari penelitian ini, dan juga memberikan saran perbaikan
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-62
IV-5
Studi Pendahuluan
Pengumpulan Data :
1. Data Primer (Observasi Langsung)
- Proses Produksi
- Struktur Organisasi
- Jumlah Tenaga Kerja
- Jam Kerja
- Mesin dan Peralatan
Pengolahan Data :
Penerapan pengukuran tingkat efektivitas dan
efisiensi dengan metode OEE
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-63
IV-6
Mulai
Data :
Loading Time
Down Time
Processed Amount
Operation Time
Defect Amount
LoadingTime DownTime
Availability =
LoadingTime
processedA mountxIdealcycleTime
PerformanceEfficiency =
OperationTime
Selesai
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-64
BAB V
penggilingan di PT. WIKA BETON yaitu pada Mesin Mixer Batching Plan. Dari
WIKA BETON, dimana pada Mesin Mixer Batching Plan sering terjadi
Sasaran dari penerapan TPM adalah meminimumkan six big losses yang
terdapat pada mesin Mixer Batching Plant, sehingga dapat diperoleh efektivitas
penggunaan mesin pada area tersebut secara maksimal. Maka terlebih dahulu
yang digunakan saat ini dengan menggunakan indikator OEE (overall equipment
Mixer Batching Plan dibutuhkan data yang bersumber dari laporan produksi.
2009, yaitu:
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
V-1
I-65
V-2
Data yang diperlukan untuk analisa produktivitas dan efisiensi mesin Mixer
Batching Plan pada PT. WIKA BETON dengan menggunakan Overall Equipment
Effectiveness
terjadi tiba-tiba. Downtime merupakan kerugian yang dapat terlihat dengan jelas.
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-66
V-3
2. Planned Downtime
perusahaan untuk menjaga agar mesin tidak rusak saat proses produksi
berlangsung. Pemeliharaan ini dilakukan secara rutin dan sesuai jadwal yang
dibuat oleh departemen maintenance. Data waktu pemeliharaan dapat dilihat pada
Tabel 5.2.
Waktu setup adalah waktu produksi untuk memproduksi satu jenis produk
setelah jenis produk lain selesai dilaksanakan. Waktu yang dibutuhkan untuk
melaksanakan setup mesin mulai dari waktu berhenti mesin sampai proses untuk
kegiatan produksi berikutnya. Data waktu setup mesin Mixer Batching Plan dapat
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-67
V-4
4. Data Produksi
PT. WIKA BETON dalam periode November 2008 April 2009 adalah :
a. Machine working time adalah total waktu proses untuk memproduksi tiang
pancang pada setiap bulan di mesin Mixer Batching Plan dalam satuan jam
pancang pada setiap bulan di Mesin Mixer Batching Plan dalam satuan
kg/menit
c. Total product processed (gross product) adalah jumlah masa produk yang
d. Total broke adalah jumlah massa produk yang ditolak karena cacat pada
produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi kualitas produk yang telah
Data produksi di Mesin Mixer Batching Plan dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-68
V-5
Total available time adalah total waktu mesin Mixer Batching Plan yang
tersedia untuk melakukan proses produksi dalam satuan jam. Data Jumlah jam
kerja yang tersedia (available time) tiap bulan dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Data Speed Rate Mesin Mixer Batching Plan setiap bulan dapat dilihat
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-69
V-6
Tabel 5.6. Data Speed Rate Time Bulan November 2008-April 2009
berdasarkan data hasil pengamatan, langkah yang dilakukan mulai dari pengujian
kenormalan data.
menghasilkan 1 buah tiang pancang, dimana satu buah tiang pancang bermassa
3.505 kg. Rata-rata massa 1 unit tiang pancang adalah 3.505 kg, sehingga ideal
cycle time/kg adalah 2,37 jam/ 3.505kg = 0,00068 jam/kg. Hasil perhitungan ideal
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-70
V-7
Operation time
Availability = 100%
Loading time
Operation time
= 100%
Loading time
Loading time adalah waktu yang tersedia per hari atau per bulan dikurangi
dengan downtime mesin yang direncanakan. Perhitungan loading time ini dapat
Hasil loading time setiap bulan dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
V-8
I-71
Tabel 5.8. Loading Time setiap Bulan pada Mesin Mixer Batching Plan
5.2.2.2. DownTime
proses produksi akan tetapi karena adanya gangguan pada mesin (equipment
sebagai mestinya.
Hasil Down time setiap bulan produksi dapat dilihat pada Tabel 5.9.
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-72
V-9
Operation time adalah total waktu proses yang efektif. Dalam hal ini
operation time adalah hasil pengurangan loading time dengan downtime mesin.
. Tabel 5.10. Operation Time setiap Bulan Pada Mesin Mixer Batching Plan
Nilai avaibility Mesin Mixer Batching Plan pada Bulan November dapat dihitung
dengan rumus :
Operation time
Availability = 100%
Loading time
303,67
Availability = x 100% = 93,38 %
325,2
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-73
V-10
Tabel 5.11. Availability mesin Mixer Batching Plan Periode November 2008
April 2009
dikalikan dengan waktu siklus idealnya terhadap waktu yang tersedia untuk
Mesin Mixer Batching Plan pada Bulan November 2008 memiliki Performance
353.887x0,00068
Performance effeciency = x 100% = 78,68%
303,67
Bulan Juli sampai periode April 2009 dapat dilihat pada Tabel 5.12.
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-74
V-11
Rate of Quality Product adalah rasio produk yang baik (good products)
yang sesuai dengan spesifikasi kualitas produk yang telah ditentukan terhadap
data produksi pada Tabel 5.4. yaitu gross product dan total broke. Dalam
perhitungan rasio rate of quality product ini, process amount adalah total product
processed sedangkan defect amount adalah total broke, dengan rumusan sebagai
berikut :
353.887 9.166
Rate of Quality Product = x 100% = 97,41 %
353.887
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-75
V-12
mesin Mixer Batching Plan dari periode November 2008 April 2009 dapat
Tabel 5.13. Rate of Quality Product Mesin Mixer Batching Plan Periode
product pada Paper Machine diperoleh maka dilakukan perhitungan nilai overall
OEE (%) = Availability (%) Performance Rate (%) Quality Rate (%)
Mesin Mixer Batching Plant pada Bulan November 2008 memiliki Overall
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-76
V-13
Dengan perhitungan yang sama, maka nilai OEE mesin Mixer Batching
Plant sampai periode April 2009 dapat dilihat pada Tabel 5.14.
proses produksi akan tetapi karena adanya gangguan pada mesin (equipment
(OEE), equipment failures dan waktu setup and adjustment dikategorikan sebagai
(breakdown) yang tiba-tiba dan tidak diharapkan terjadi adalah penyebab kerugian
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-77
V-14
yang terlihat jelas, karena kerusakan tersebut akan mengakibatkan mesin tidak
menghasilkan output.
Mesin Mixer Batching Plan Bulan November 2008 memiliki breakdown losess
sebesar :
3,17
Breakdowns Loss = x 100% = 0,975 %
352,2
Dengan cara perhitungan yang sama maka nilai persentase breakdown loss
mesin Mixer Batching Plan sampai Bulan April 2009 dapat dilihat pada Tabel
5.15.
Tabel 5.15. Breakdown Loss pada Mesin Mixer Batching Plan Periode
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-78
V-15
penyesuaian terhadap fungsi mesin tersebut yang dinamakan dengan waktu setup
diakibatkan oleh waktu setup dan adjustment tersebut digunakan rumusan sebagai
berikut
Untuk Mesin Mixer Batching Plan bulan November 2008 memiliki nilai Set up
18,36
Setup dan Adjustment Loss = = 5,646%
325,2
Dengan cara yang sama dilakukan untuk periode berikutnya dan dapat dilihat pada
Tabel 5.16.
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-79
V-16
Tabel 5.16. Set Up and Adjustment Losessdi Mesin Mixer Batching Plan
Speed loss terjadi pada saat mesin tidak beroperasi sesuai dengan
dirancang. Faktor yang mempengaruhi speed losses ini adalah idling and minor
Idling dan minor stoppages terjadi jika mesin berhenti secara berulang-
Jika idling dan minor stoppages sering terjadi maka dapat mengurangi
karena factor idling dan minor stoppages digunakan rumusan sebagai berikut :
Nonproductive time
Idling and minor stoppages = 100%
Loading time
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-80
V-17
Mesin Mixer Batching Plan Bulan November 2008 memiliki Idling and Minor
Stoppages sebesar :
1,91
Idling and Minor Stoppages = x 100% = 0,587
325,2
Dengan cara perhitungan yang sama maka nilai persentase breakdown loss
mesin Mixer Batching Plan sampai Bulan April 2009 dapat dilihat pada Tabel
5.17.
Tabel 5.17. Idling and Minor Stoppages Di Mesin Mixer Batching Plan
1. Reduced Speed
persentase faktor reduced speed yang hilang, maka digunakan rumusan berikut :
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-81
V-18
Mesin Mixer Batching Plan bulan November 2008 memiliki Reduced Speed Loss
sebesar :
301,76 238,918
Reduced Speed Loss = x 100% = 19,32 %
352,52
Dengan cara yang sama dilakukan untuk periode berikutnya dapat dilihat
Defect loss artinya adalah mesin tidak menghasilkan produk yang sesuai
dengan spesifikasi dan standar kualitas produk yang telah ditentukan dan scrap
sisa hasil proses selama produksi berjalan. Faktor yang dikategorikan ke dalam
1. Rework Loss
Rework Loss adalah produk yang tidak memenuhi spesifikasi kualitas yang
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
V-19
I-82
Mesin Mixer Batching Plan Bulan November 2008 memiliki rewok losses
sebesar :
Dengan cara yang sama dilakukan untuk periode berikutnya dapat dilihat
2. Yield/Scrap Loss
belum mencapai keadaan produksi yang stabil pada saat proses produksi mulai
dilakukan sampai tercapainya keadaan proses yang stabil, sehingga produk yang
dihasilkan pada awal proses sampai keadaan proses stabil dicapai tidak memenuhi
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-83
V-20
Mesin Mixer Batching Plant bulan November 2008 memiliki yield/scrap loss
sebesar :
Hasil perhitungan pada bulan berikutmya dapat dilihat pada Tabel 5.20.
Tabel 5.20. Yield/scrap Loss Mesin Mixer Batching Plan Periode November
Untuk melihat lebih jelas six big losses yang mempengaruhi efektivitas
Mesin Mixer Batching Plan ini, maka akan dilakukan perhitungan time loss untuk
masing-masing faktor dalam six big losses tersebut seperti yang terlihat pada hasil
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-84
V-21
Persentase time loss dari keenam faktor tersebut juga akan lebih jelas lagi
diperlihatkan dalam bentuk histogram seperti yang terlihat pada Gambar 5.1.
300
253.06
250
200
150
106.97
100 S eries 1
Gambar 5.1. Histogram Persentase Faktor Six Big Losses Paper Machine
terbesar dari keenam faktor tersebut adalah Reduced Speed Loss sebesar 58,60%.
Untuk melihat urutan persentase keenam faktor tersebut mulai dari yang terbesar
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-85
V-22
Tabel 5.22. Pengurutan Persentase Faktor Six Big Losses mesin Mixer
Dari hasil pengurutan persentase faktor six big losses tersebut akan
digambarkan diagram paretonya sehingga terlihat jelas urutan dari keenam faktor
yang mempengaruhi efektivitas di Mesin Mixer Batching Plan. Diagram pareto ini
300
250
Jumlah (Jam)
200
150
100
50
0
Reduced Set up and Idling and Breakdown Rework Loss Scrap/yield
Speed Loss Adjustment Minor Loss Loss
Loss Stoppages
Six Big Losess
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-86
BAB VI
1. Tingginya nilai OEE mesin Mixer Batching Plan pada periode Januari 2009
2. Rendahnya nilai OEE mesin Mixer Batching Plan pada periode November
Analisa OEE six big losses agar perusahaan mengetahui faktor apa dari
keenam faktor six big losses yang memberikan kontribusi terbesar yang
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
VI-1
I-87
VI-2
Tabel 6.1. Persentase Faktor Six Big Losses mesin Mixer Batching Plan
Persentase time loss dari keenam faktor tersebut juga akan lebih jelas lagi
diperlihatkan dalam bentuk histogram seperti yang terlihat pada Gambar 6.1.
300
253.06
250
200
150
106.97
100 S eries 1
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-88
VI-3
Analisa dilakukan akan lebih efisien jika hanya diterapkan pada faktor-faktor sig
big losses yang dominan seperti pada diagram pareto yang dibuat. Faktor-faktor
lain:
1. Manusia/operator
2. Mesin/peralatan
a. Waktu yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu dan tekanan mesin yang
3. Lingkungan
a. Debu yang menempel pada mesin akan mempengaruhi kinerja mesin akibat
jarang dibersihkan.
4. Metode
a. Cara setting yang tidak standar akibat tidak adanya standara acuan yang
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-89
VI-4
5. Bahan
a. Berat bahan yang masuk kedalam mesin yang tidak memiliki ukuran standar.
Semua waktu setup termasuk waktu penyesuaian dan juga waktu yang
dengan kecepatan produksi mesin yang ideal. Jika Reduced speed sering terjadi
1. Manusia/operator
2. Mesin/peralatan
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-90
VI-5
3. Lingkungan
a. Debu yang menempel pada mesin akan mempengaruhi kinerja mesin akibat
jarang dibersihkan.
4. Metode
a. Cara setting yang tidak standar akibat tidak adanya standara acuan yang
5. Bahan
a. Berat bahan yang masuk kedalam mesin yang tidak memiliki ukuran standar
efisiensi pada mesin Mixer Batching Plan diperusahaan adalah dengan melakukan
perhitungan OEE untuk mengetahui faktor-faktor dalam six big losses yang
menjadi prioritas utama untukdilakukan perbaikan pada mesin. Dari hasil analisa
diagram sebab akibat yang dilakukan dapat dilihat pada faktor reduced speed
losess dan set up and adjustment loss yang merupakan faktor yang dominan yang
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-91
VI-6
2 Mesin/peralatan
- Mesin tidak bertenaga
a. Perawatan mesin secar berkala
- Mesintidak stabil
b. Penggantian mesin /peralatan
3
Lingkungan a. Membersihkan mesin dan area
- Kebersihan kerja sebelum atau sesudah
proses operasi
4
Metode
- Pemeliharaan tidak standar a. Menentukan standar pelaksanaan
setting tools
5
Bahan
a. Membuat standar ukuran bahan
- Standar ukuran bahan
yang sesuai
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-92
VI-7
2 Mesin/peralatan
- Mesin tidak bertenaga a. Perawatan mesin secar berkala
- Mesintidak stabil selama empat kali sebulan
b. Penggantian mesin /peralatan
3
Lingkungan a. Membersihkan mesin dan area
- Kebersihan kerja sebelum atau sesudah
proses operasi
4
Metode
- Pemeliharaan tidak standar b. Menentukan standar
pelaksanaan setting tools
5
Bahan
c. Membuat standar ukuran
- Standar ukuran bahan
bahan yang sesuai
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-93
VI-8
maintenance ini melibatkan seluruh karyawan mulai dari pimpinan sampai dengan
operator.
operator akan terlibat dalam perawatan dan penanganan setiap masalah yang
yang terjadi Pada mesin Mixer Btaching Plan merupakan tanggung jawab pada
oleh karena keahlian dari operator yang rendah sehingga tidak cepat tanggap
terhadap masalah yang timbul pada mesin yang dioperasikan yang dapat dilihat
pada analisa diagram sebab akibat terhadap faktor six big losses yang dominan.
operator yang berpikir bahwa operator hanya menggunakan peralatan dan orang
lain yang akan memperbaikinya dapat diubah sehingga perawatan mesin dan
peralatan di perusahaan ini dapat berjalan dengan baik dan kerusakan dapat
dicegah. Agar hal tersebut dapat tercapai maka dibutuhkan waktu dan usaha untuk
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
VI-9
I-94
sukar dijangkau
10. Membuat standar pembersihan dan pelumasan yang tepat sehingga dapat
pada petunjuk pemeriksaan pada mesin Mixer Batching Plan yang diperoleh
mesin yang memiliki six big losess yang paling besar yaitu : proses idling and
metode perbaikan fishbone yang terlihat pada gambar 6.2 dan 6.3.
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
VI-10
Mesin/operator Mesin/peralatan
Kurang teliti
Mesin obsolances
Jarang dibersikan
I-95
I-96
VI-11
Mesin/operator Mesin/peralatan
Kurang teliti dan
detail
Operator memiliki skill Waktu yg lama ut
Yang rendah menaikkan
suhu & tekanan
Tidak teratur
Kurang
Kurang tanggap perawa
pada
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-97
BAB VII
7.1. Kesimpulan
kesimpulan, yaitu :
2. Tidak tepatnya penangan dan pemeliharaan mesin dan peralatan tidak saja
ataupun yang harus dikerjakan ulang (defect and rework), mesin beroperasi
speed) dan juga kerugian yang timbul pada awal produksi sampai produksi
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-98
VII-2
3. Persentase masing-masing faktor six big losses yang dominan selama periode
November 2008 - April 2009 pada mesin Mixer Batching Plan adalah
Reduced Speed Losess 58,60% sebesar dan diikuti dengan faktor setup and
VII-1
adjusment sebesar 24,77%.
yang diberikan oleh faktor six big losses yang juga mengakibatkan rendahnya
produktivitas dan efisiensi mesin Mixer Batching Plan pada perusahaan yaitu
5. Dari hasil perhitungan OEE pada mesin Mixer Batching Plan pada periode
November 2008 April 2009 ini telah dapat dilihat bahwa nilai OEE terbesar
ada pada bulan Januari 2009 sebesar 87,97% dan persentase terkecil terjadi
7.2. Saran
penggunaan mesin. Penggunaan metode OEE realtif lebih mudah dan dapat
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-99
VII-3
dalam menanggulangi permasalahan yang ada pada mesin/peralatan sehingga
dalam peningkatan produktivitas dan efisiensi untuk perusahaan dan bagi diri
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-100
DAFTAR PUSTAKA
Universitet, 2000
5. Shirose, Kunio., TPM Team Guide, Productivity Press, Inc., Portland, Oregon,
1995.
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-101
L-1
Lampiran 1
Manajer atau Kepala Pabrik PT. WIKA BETON memiliki tugas dan
tugasnya.
di bawah kekuasaannya.
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
L-2
I-102
menjadi tanggung jawabnya berpedoman pada biaya mutu dan waktu yang
telah ditetapkan.
11. Mengupayakan peningkatan mutu hasil kerja yang meliputi biaya, mutu
12. Mengendalikan dan mengevaluasi produksi dari segi biaya, mutu dan
ditetapkan.
Tugas dan tanggung jawab dari kepala seksi teknik antara lain :
penggunaannya.
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-103
L-3
6. Bertanggung jawab atas kualitas setiap produk yang keluar dari pabrik
untuk didistribusikan.
konsumen
11. Menyusun sistem pengujian kwalitas proses produk jadi membuat laporan
secara berkala
penggunaannya
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
L-4
I-104
pemanfaatan sumber daya tanpa mengurangi kualitas dan waktu yang telah
ditetapkan.
ada di pabrik.
luasnya
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
L-5
I-105
8. Mengelola secara tertib kas dan bank, jaminan bank dan perpajakan serta
mengendalikan perskot
10. Menyusun anggaran biaya dan kas untuk keperluan seluruh kegiatan
pabrik
dan efisien
regunya
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
L-6
I-106
mungkin
5. Bertanggung jawab atas pelaksanaan mesin dan peralatan dengan baik dan
benar
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-107
L-7
produksinya
mungkin
peralatan pabrik
7. Bertanggung jawab atas masuknya produk jadi sesuai dengan sistem dan
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
L-8
I-108
Lampiran 2
a. Mesin
Kapasitas : 1,5 m3
Tegangan : 380 V
Daya : 37 KW
Cos : 0,9
Buatan : Malaysia
Tahun : 2004
Spare Part : Box tranmisi, timing belt, motor mixer, twin shapt,
2. Pan Mixer
Kapasitas : 0,5 m3
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
L-9
I-109
Tegangan : 380 V
Daya : 18 KW
Cos : 0,9
Buatan : Italy
Tahun : 1992
Spare Part : Box tranmisi, timing belt, motor mixer, sophel, air control,
Kapasitas : 5 ton
Tegangan : 380 V
Daya : 7,5 KW
Cos : 0,81
Buatan : Italy
Tahun : 1997
Spare Part : Magnet brake, motor bucket, wire rope, box transmisi
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
L-10
I-110
Merek : MEZ
Tegangan : 380 V
Daya : 5,5 KW
Cos : 0,81
Buatan : Italy
Tahun : 1999
5. Submersible pump
tower air
Merek : Grundfos
Tegangan : 380 V
Daya : 7,5 KW
Cos : 0,81
Buatan : German
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
L-11
I-111
Tahun : 2004
6. Pompa Air
Merek : Groudfos
Kapasitas : 30 m3/hr
Tegangan : 380 V
Daya : 2,5 KW
Cos : 0,81
Buatan : German
Tahun : 2006
Merek : Chenta
Kapasitas : 0,6 m3
Tegangan : 380 V
Daya : 7,5 KW
Cos : 0,81
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
L-12
I-112
Buatan : Taiwan
Tahun : 2004
Spare Part : Box tranmisi, V belt, motor hopper, roda traveling, gear
box
8. Steam Boiler
(Steam Curing)
Tegangan : 380 V
Daya : 4,6 KW
Cos : 0,81
Tahun : 1990
coil
Tegangan : 380 V
Daya : 7,5 KW
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
L-13
I-113
Cos : 0,84
Buatan : Italy
Tahun : 2003
coil
Merek : Teco
Kapasitas : 0,6 m3
Tegangan : 380 V
Daya : 5,5 KW
Cos : 0,84
Buatan : Singapur
Tahun : 1992
Merek : Teco
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
L-14
I-114
Tegangan : 380 V
Daya : 7,5 KW
Cos : 0,84
Buatan : Singapur
Tahun : 1992
Spare Part : Gear box, sprocket, chain, sling, pulley, box transmisi
Merek : Centricon
Tegangan : 460 V
Daya : 120 KW
Cos : 0,84
Buatan : German
Tahun : 2005
Spare Part : Box tranmisi, rubber join, V belt, saringan udara, pulley
Merek : controls
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
L-15
I-115
Tegangan : 230 V
Daya : 0,75 KW
Cos : 0,9
Buatan : Italy
Tahun : 2004
Merek : Demag
Kapasitas : 8 ton
Tegangan : 380 V
Daya : 7,1 KW
Cos : 0,85
Buatan : German
Tahun : 1998
Spare Part : wire rope, sling, rol spider, kampas brake, gear box, box
transmisi
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
L-16
I-116
Merek : Demag
Kapasitas : 2 ton
Tegangan : 380 V
Daya : 5 KW
Cos : 0,85
Buatan : German
Tahun : 1985
Spare Part : Wire rope, sling, rol spider, kampas brake, gear box, box
transmisi
pengoperasian.
Merek : Ingersoll-Rand
Kapasitas : 12 bar
Tegangan : 380 V
Daya : 11,2 KW
Cos : 0,85
Buatan : Singapur
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
L-17
I-117
Tahun : 1996
Merek : Enerpac
Kapasitas : 50 ton
Tegangan : 220 V
Daya : 1 HP
Cos : 0,94
Putaran : 1425rpm
Buatan : Amerika
Tahun : 2004
18. Softener
steam boiler
Kapasitas : 1,5 m3
Buatan : taiwan
Tahun : 1995
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
L-18
I-118
Merek : Cummins
Tegangan : 380 V
Cos : 0,8
Buatan : German
Tahun : 1995
Kegunaan : Untuk mengangkat cetakan bawah dan end plate dari atas
Kapasitas : 2 x 8 ton
Buatan : Indonesia
Tahun : 1995
Merek : parilla
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-119
L-19
Kapasitas : 7/9 mm
Tegangan : 380 V
Daya : 2,2 KW
Cos : 0,81
Buatan : Amerika
Tahun : 1994
Tegangan : 380 V
Daya : 5,5 KW
Cos : 0,84
Buatan : Jepang
Tahun : 1991
Merek : MEZ
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
L-20
I-120
Tegangan : 380 V
Daya : 4 KW
Cos : 0,83
Buatan : Italy
Tahun : 2006
penampungan
Merek : TECO
Kapasitas : 6 m3/hr
Tegangan : 380 V
Daya : 5,5 KW
Cos : 0,8
Putaran : 1450rpm
Buatan : Singapura
Tahun : 1992
Spare Part : Chain, sproker, gear box, motor conveyor, rol conveyor,
kain conveyor
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
L-21
I-121
Merek : TECO
Tegangan : 380 V
Daya : 2,2 KW
Cos : 0,8
Buatan : Singapur
Tahun : 1997
Merek : TECO
Tegangan : 380 V
Daya : 11 KW
Cos : 0,8
Buatan : Singapur
Tahun : 1997
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
L-22
I-122
Merek : Demag
Kapasitas : 10 ton
Tegangan : 380 V
Daya : 1,2 KW
Cos : 0,82
Buatan : German
Tahun : 2003
Spare Part : Gear box, magnet brake, rol spider, as roda, roda end
carriage
29. Scraper
Merek : TECO
Tegangan : 380 V
Daya : 7,5 KW
Cos : 0,85
Buatan : Singapur
Tahun : 2002
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-123
L-23
b. Peralatan
jadi.
1. Trolly
Fungsi : Untuk mengangkut cetakan dari suatu daerah kerja kedaerah kerja
berikutnya
2. Sottener
Fungsi : Alat untuk menyaring air dari zat-zat yang dapat merusak steam
boiler
3. Lifting Beam
Fungsi : Merupakan tempat gantungan dari rantai atau sling pada hoist
4. Cetakan
5. Sapu cetakan
Fungsi : Untuk membersihkan sisa karat yang terdapat pada baja penguat dan
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
L-24
I-124
Fungsi : Alat yang dikaitkan pada baja dengan kawat pengikat, yang disusun
lebih rapat pada ujung tiang untuk menahan beban instalasi dan untuk
7. Gegep
Fungsi : Alat untuk mengencangkan seluruh baut yang digunakan pada proses
10. Kuas
Fungsi : Alat untuk membersihkan cetakan dan ujung plate dari kotoran
Fungsi : Alat yang dipasang pada kanan dan kiri cetakan bawah agar cetakan
9. Bak perawatan
Fungsi : Bak yang digunakan pada saat proses penguapan (steam curring)
berlangsung dengan metode bak dimana produk beton yang masih dalam
10. Terpal
Fungsi : Alat yang digunakan pada saat proses penguapan (steam curring)
berlangsung dengan metode terpal dimana produk beton yang masih dalam
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
L-25
I-125
penguapan.
11. Blander
Fungsi : Alat untuk memotong besi pra tegang berupa alat potong las yang
16. Hopper
penulanggan.
Fungsi : Untuk mengangkat cetakan bawah dan end plate dari atas trolly
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.
I-126
L-26
mixer.
Cut Lisna Wati : Usulan Perbaikan Efektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Efectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. Wika, 2009.