You are on page 1of 12

1.

Pengertian Agen Perubahan

Seorang agen perubahan adalah seorang individu yang memengaruhi klien dalam mengambil
keputusan inovasi agar sesuai dengan yang diharapkan oleh agen perubahan itu sendiri. Seorang
agen perubahan biasanya mengadopsi sebuah ide baru, tetapi dia juga dapat memperlambat
proses difusi dan mencegah suatu adopsi dari inovasi dengan efek yang tidak diharapkan.

Banyak perbedaan dalam memutuskan bersama definisi dari agen perubahan. Guru-guru, para
konsultan, dokter umum, agen perluasan agrikultural, pekerja pengembangan, dan sales. Dari
kesemua agen perubahan tersebut memberikan suatu hubungan komunikasi antara sebuah sistem
sumber dari beberapa yang serupa dan sistem klien. Salah satu peran utama dari agen perubahan
adalah memfasilitasi aliran/arus inovasi dari agen perubahan sampai kepada pendengar/audiens
dari klien.

Agar tipe komunikasi ini dapat efektif, inovasi harus diseleksi/dipilih agar cocok/sesuai dengan
kebutuhan klien. Agar pertalian/hubungan dapat berjalan efektif, feedback/umpan balik dari
sistem klien harus mengalir/mengarah sampai agen perubahan kepada perwakilan perubahan
dengan begitu dapat diatur program yang cocok dengan kebutuhan klien.

Agen perubahan mungkin saja tidak dibutuhkan dalam difusi inovasi jika didalamnya tidak
terdapat kemasyarakatan dan perbedaan teknis antara agen perubahan (change agency) dan
sistem klien. Sistem agen (agency) perubahan biasanya terdiri/tersusun dari individu-individu
yang memiliki derajat/tingkat yang tinggi dalam menghargai suatu difusi yang sedang
didifusikan; agen perubahan secara personal mungkin dapat berupa Ph.D dalam bidang
agrikultur, science, atau bidang-bidang teknik lainnya.

Pemimpin mereka (agen perubahan) mengetahui bahwa sulit bagi mereka untuk
mengkomunikasikan secara langsung suatu inovasi dengan klien. Mereka berbeda (heterophily)
dalam sub-kebudayaan bahasa, status sosio-ekonomi, kepercayaan dan nilai-nilai. Jurang
pemisah heterophily ini dari kedua sisi antara agen perubahan membuat peran konflik dan
masalah yang pasti dalam komunikasi. Sebagai jembatan/penengah dua sistem berbeda, agen
perubahan adalah sebuah figur/bentuk yang marginal/terpinggirkan dalam masing-masing dari
dua dunia.

Sebagai tambahan untuk menghadapi masalah marginalitas sosial; agen-agen sosial harus
berhadapan dengan masalah-masalah dari kelebihan informasi (information overload), kondisi
dari individu atau sistem dimana input komunikasi yang berlebihan tidak dapat diproses dan
dimanfaatkan/digunakan dapat menuju kerusakan. Banyaknya volume informasi mengenai
inovasi mengalir/berasal dari agen perubahan (change agency) mungkin dapat mengatasi
kapasitas agen perubahan untuk memilih pesan yang paling relevan untuk sistem klien. Dengan
pemahaman akan kebutuhan dari klien-klien, seorang agen perubahan dapat secara selektif
mengubah mereka hanya menjadi informasi yang relevan.

2. Peran Agen Perubahan


Dalam melaksanakan tugasnya agen perubahan mempunyai peran-peran. Ada tujuh peran agen
perubahan yang dapat diidentifikasi dalam proses mengenalkan sebuah inovasi kepada suatu
sistem klien.

2.1 Untuk mengembangkan kebutuhan akan perubahan pada klien

Seorang agen perubahan awalnya sering membantu klien menjadi sadar akan kebutuhan untuk
merubah sikap/tingkah laku mereka. Dalam tujuan untuk memulai proses perubahan, agen
perubahan mengusulkan alternatif baru dari masalah yang terjadi, menguraikan dengan baik dan
jelas pentingnya masalah tersebut untuk diatasi, dan meyakinkan klien bahwa mereka mampu
untuk menghadapi masalah tersebut. Agen perubahan menilai kebutuhan klien sangat penting
pada tahap ini dan juga mencoba membantu klien untuk mendapat kebutuhan yang lebih baik.

2.2 Untuk membuat sebuah hubungan pertukaran informasi

Ketika kebutuhan akan perubahan dibuat/diciptakan, seorang agen perubahan harus


mengembangkan hubungan dengan kliennya. Agen perubahan dapat meningkatkan hubungan
dengan klien dengan sikap dapat dipercaya (credible), kompeten, dan terpercaya (trustworthy)
dan juga empati terhadap kebutuhan dan masalah klien. Klien harus menerima agen perubahan
sebelum mereka akan menerima inovasi yang dipromosikannya. Inovasi dinilai pada dasar
bagaimana agen perubahan itu dirasakan oleh klien.

2.3 Untuk menganalisis masalah klien

Agen perubahan bertanggungjawab untuk menganalisis masalah para klien untuk menentukan
mengapa alternatif yang ada tidak cocok dengan kebutuhan mereka. Dalam menuju kesimpulan
analisis, agen perubahan harus melihat situasi dengan empatik dari sudut pandang klien. Disini
agen perubahan akan mencoba untuk mengetahui masalah apa yang dihadapi klien dan mencoba
menemukan inovasi yang paling tepat.

2.4 Untuk menumbuhkan niat berubah pada klien

Setelah agen perubahan mengeksplorasi/menyelidiki bermacam-macam kesempatan dari


tindakan yang dapat mengantarkan klien mencapai tujuan mereka, agen perubahan mencari cara
agar mereka tertarik dengan inovasi.

2.5 Untuk menerjemahkan niat klien ke dalam tindakan


Agen perubahan mencoba untuk mempengaruhi sikap klien dalam menyesuaikan
saran/rekomendasi berdasarkan kebutuhan para klien. Jaringan interpersonal mempengaruhi dari
pengamatan jarak dekat yang paling penting pada tahap persuasi dan keputusan dalam proses
pengambilan keputusan inovasi. Change agent dapat secara efektif menstabilkan perilaku baru di
kalangan sistem klien melalui penguatan pesan kepada klien yang sudah mengadopsi.

2.6 Untuk menstabilkan adopsi dan mencegah diskontinyu

Agen perubahan mungkin secara efektif menstabilkan tingkah laku baru sampai menguatkan
pesan kepada klien yang telah mengadopsi, dengan demikian seperti membekukan tingkah
laku/sikap baru dari klien. Bantuan ini diberikan ketika seorang klien sedang berada pada tahap
implementasi atau konfirmasi dalam proses keputusan inovasi.

2.7 Untuk mencapai sebuah hubungan yang berulang-ulang

Tujuan akhir dari agen perubahan adalah untuk mengembangkan sikap memperbaharui diri (self-
renewing) dalam bagian dari klien. Ketika perubahan telah terjadi pada klien dan dipandang telah
stabil, maka seorang agen perubahan harus dapat menarik dirinya untuk keluar dari urusan
dengan mengembangkan kemampuan klien untuk menjadi change agent bagi dirinya sendiri.
Dengan kata lain, change agent berusaha untuk merubah sistem klien dari posisi mempercayai
change agent menjadi mempercayai dirinya sendiri atau seseorang dari kalangan mereka sendiri.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesuksesan Agen Perubahan

3.1 Usaha dari Agen Perubahan itu Sendiri

Satu faktor dalam kesuksesan agen perubahan adalah dari banyaknya waktu yang dihabiskan
dalam aktivitas komunikasi dengan klien. Pernyataan generalisasi 9-1: Kesuksesan agen
perubahan dalam menjaga adopsi inovasi oleh klien merupakan sesuatu yang positif
berhubungan dengan usaha agen dalam menghubungi/melakukan mengkontak dengan klien.

3.2 Orientasi Klien

Posisi agen perubahan sosial adalah pertengahan antara agensi perubahan dan sistem klien.
Agen perubahan adalah subjek kebutuhan untuk peran persaingan . seorang agen perubahan
sering diharapkan untuk menjanjikan dalam perilaku pasti oleh agensi perubahan, dan pada
waktu yang sama klien mengharapkan agen perubahan untuk mewujudkan tindakan-tindakan
yang benar-benar berbeda.

Generalisasi 9-2 : Kesuksesan Agen perubahan dalam menjamin adopsi inovasi dari klien
secara positif berhubungan untuk orientasi seorang klien lebih daripada orientasi agensi
perubahan. Orientasi klien agen perubahan lebih kepada untuk diingatkan timbal balik untuk
memilki penutup hubungan dengan klien mereka dan lebih dari kredibilitas dalam penglihatan
klien mereka dan untuk dasar aktivitas difusi mereka dalam kebutuhan para klien.

3.3 Kesesuaian inovasi dengan Kebutuhan Klien

Sebuah peranan penting dan sulit untuk agen perubahan untuk mendiagnosis kebutuhan para
klien. Generalisasi 9-3 : : Kesuksesan Agen perubahan dalam mernjamin adopsi inovasi dari
klien secara positif berhubungan untuk derajat dimana sebuah program difusi sesuai dengan
kebutuhan para klien.

Proyek perubahan itu mengabaikan klien dirasakan dibutuhkan sering serba salah atau membuar
tidak diharapkan konsekuensinya. Untuk contoh, suatu perdesaan India telah disediakan dengan
dana perkembangan untuk memperbaiki sumur-sumur irigasi dimana hasil panen dari lahan-
lahan yang ada dapat menjadi berlimpah. Tapi, masyarakat ingin sumur untuk diminum karena
mereka ingin membawa air mereka beberapa mil dari sebuah sungai. Petani kecil membangun
sumur pada pusat desa, lebih baik daripada pada lahan-lahan mereka dan diminum air,
mengganti mengairi lahan mereka. Jika agen perubahan punya dasar programnya yang sedang
berlangsung dirasakan dibutuhkan dari masyarakat, satu sumur mungkin telah disediakan untuk
tujuan diminum. Mungkin sebuah kebutuhan yang lebih kuat untuk irigasi dapat dijadikan dan
dikembangkan oleh pengarah melunasi pembayaran finansial dari mengadopsi ini.

Seorang agen perubahan dapat mengizinkan para klien untuk mengejar solusi untuk kebutuhan
mereka sangat lengkap bahwa kesalahan komitmen mereka atau prioritas salah arah.

Agen perubahan seharusnya berhati-hati pada para klien mereka dirasakan dibutuhkan dan
diadaptasi program perubahan mereka. Mereka tidak seharusnya melepaskan peran mereka pada
keadaan kebutuhan mereka, sehingga sebagai untuk optimalkan kesejahteraan para klien jangka
panjang.

3.4 Empati dari Agen Perubahan

Empati berasal dari bahasa Yunani yang berarti ketertarikan fisik. Sehingga dapat
didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengenali, mempersepsi, dan merasakan
perasaan orang lain. Empati dapat pula diartikan sebagai derajat untuk individu yang dapat
meletakan dirinya sendiri ke dalam peran dari orang lain. Empati dari agen perubahan dengan
klien adalah ketika klien mengalami kesulitan secara ekstrim yang berbeda dari agen perubahan.
diharapkan agen perubahan lebih sukses jika mereka mendapatkan empati dengan klien mereka.
Generalisasi 9-4 : Kesuksesan agen perubahan dalam menjamin adopsi inovasi secara positif
berhubungan untuk empati dengan para klien.

Agen perubahan secara umum berorientasi untuk mencapai adopsi inovasi klien. Pada banyak
kasus mereka mungkin lebih banyak efekif dalam long run jika mereka dicapai adopsi
berkualitas tinggi, itulah, adopsi oleh klien yang dimana banyak dipuaskan dan yang dilalui
selama sikap positif ini untuk adopter individu lainnya yang berpotensi. Program keluarga
berencana akan diakui jika kualitas servis klien ditingkatkan, kecepatan angka penghentian akan
turun, dan tanggung jawab akan adopsi akan menaik. Salah satu cara mengembangkan kualitas
pelayanan klien telah melatih untuk perawat dan staf klinik lainnya untuk menyambut klien
ketika mereka memasuki klinik, untuk mendengarkan apa yang menjadi kebutuhan klien untuk
membentuk rencana keluarga, untuk lakukan kontak mata dengan klien, untuk bersenyum, dan
untuk mengembangkan hubungan baik dengan klien. Ketrampilan interpersonal ini diakarkan
untuk staf klinik di Nigeria dalam pelatihan selama tiga hari, dimana setelah dievaluasi oleh data
yang ada dari rekaman klinik.

3.5 Homofilitasnya dengan klien

Seperti yang telah didefinisikan pada sebelumnya, homophily adalah interaksi yang terjadi antara
individu yang memiliki kesamaan pada pandangan, pengetahuan dan lainnya. Sedangkan
heterophily adalah kebalikan dari homophily yaitu merupakan interaksi antar individu yang
memiliki perbedaan. Agen perubahan memiliki banyak perbedaan dalam banyak hal dari
kliennya dan mereka memiliki kontak dengan kilen yang memiliki lebih banyak kesamaan pada
diri mereka. Pernyataan umum seperti menimbulkan serangkaian generalisasi mengenai kontak
agen perubahan dengan klien yang memiliki dukungan empiris yang kuat.

Generalisasi 9-5: kontak agen perubahan positif berkaitan dengan status sosial lebih tinggi di
antara klien.

Generalisasi 9-6: kontak agen perubahan positif terkait partisipasi sosial yang lebih besar
antara klien.

Generalisasi 9-7: kontak agen perubahan positif berkaitan dengan pendidikan formal lebih tinggi
di antara klien.

Generalisasi 9-8: kontak agen perubahan positif terkait dengan pandangan internasional antara
klien.

Semua generalisasi tersebut menunjukkan bahwa komunikasi terjadi lebih efektif antara agen
perubahan dan kliennya jika mereka memiliki lebih banyak kesamaan antar satu sama lain.
Komunikasi akan berlangsung efektif seperti itu dan bermanfaat sehingga mendorong agen
perubahan untuk menghubungi klien yang jauh seperti mereka.
Nida (Institut Nasional Penyalahgunaan Narkoba) memperkirakan bahwa sekitar 15,000 orang
bekerja di program terapi obat di Amerika Serikat, sebagian besar dari mereka bekerja sebagai
konselor penyalahgunaan obat-obatan. Konselor ini dibayar relatif rendah (rata-rata sekitar $
16,000 per tahun pada tahun 1990) yang memiliki tingkat pendidikan formal yang rendah dan
sebagian besar mantan pecandu narkoba.

Dengan demikian mereka relatif homophilous (memiliki kesamaan) dengan klien mereka. Peran
konselor terutama disiplin: Mendesak klien-klien untuk mengambil metadon mereka,
mengharuskan mereka harus menjalani tes urin rutin untuk menjamin bahwa mereka bebas
narkoba, dan sebagainya. Rekan dekat agen perubahan tersebut tampaknya relatif sukses sebagai
konselor penyalahgunaan obat, dimana homophily dengan klien pada variabel seperti status
sosial ekonomi, budaya dan status minoritas, dan sebelumnya pengalaman pribadi dalam
penggunaan obat penting.

3.6 Kredibilitas Agen Perubahan

Meskipun asisten agen perubahan kurang memiliki kredibilitas kompetensi, yang didefinisikan
sebagai sejauh mana sumber komunikasi atau saluran dianggap berpengetahuan dan ahli, mereka
memiliki keuntungan khusus yaitu kredibilitas keamanan, sejauh mana sumber komunikasi atau
saluran dianggap sebagai dipercaya.

Sumber heterophilous / saluran (seperti agen perubahan profesional) dianggap memiliki


kredibilitas kompetensi, sedangkan sumber homophilous / saluran (seperti asisten) dianggap
memiliki kredibilitas keamanan. Seorang agen perubahan yang ideal akan memiliki
keseimbangan antara kompetensi dan kredibilitas keamanan. Seorang agen perubahan mungkin
homophilous dengan kliennya dalam karakteristik sosial (seperti status sosial ekonomi, etnisitas,
dan sebagainya) tetapi heterophilous dalam hal kompetensi teknis tentang inovasi yang
disebarkan.

Seorang asisten agen perubahan yang sebelumnya mengadopsi suatu inovasi dia akan
mempromosikan pendekatan dengan menggunakan kombinasi homophily / heterophily dan
kredibilitas kompetensi / kredibilitas sumber.

Generalisasi 9-10 menyatakan: keberhasilan agen perubahan dalam penerapan inovasi oleh
klien secara positif terkait dengan kredibilitas di mata klien.

Salah satu agen perubahan yang diragukan mengenai kredibilitasnya adalah salesman. Penerapan
ide baru selalu mensyaratkan pembelian produk baru. Klien mengganggap bahwa salesman
mempunyai kredibilitas yang rendah. Sebagai contoh, ditemukan bahwa 97% dari sampel para
petani Ohio mereka lebih percaya kepada tetangga mereka daripada kepada salesman (Rogers,
1961).

3.7 Sejalan dengan Pemimpin Opini


Pemimpin Opini adalah sejauh mana seorang individu dapat mempengaruhi individu lain secara
informal sikap atau perilaku terbuka cara yang dikehendaki dengan frekuensi yang relatif.
Kampanye difusi akan lebih berhasil jika agen perubahan mengidentifikasi dan memobilisasi
para pemimpin opini.

Generalisasi 9-11 adalah: agen perubahan dalam menjamin keberhasilan adopsi inovasi oleh
klien secara positif berkaitan dengan memperpanjang bahwa ia bekerja melalui pemimpin opini.

Waktu dan energi dari agen perubahan adalah sumber daya yang langka. Dengan memfokuskan
kegiatan komunikasi pada pemimpin opini dalam suatu sistem sosial, agen perubahan dapat
memanfaatkan sumber daya yang langka ini dan mempercepat laju difusi suatu inovasi di antara
klien. Upaya ekonomi dicapai karena menghubungi pemimpin opini membutuhkan jauh lebih
sedikit dari sumber daya agen perubahan dibandingkan jika setiap anggota sistem klien itu harus
dikonsultasikan.

Terkadang agen perubahan keliru mengira inovator sebagai pemimpin opini. Pemimpin opini
memiliki pengikut, sedangkan inovator adalah yang pertama mengadopsi ide-ide baru. Ketika
agen perubahan berkonsentrasi pada upaya-upaya komunikasi inovator, bukan pemimpin
pendapat, hasilnya mungkin adalah untuk meningkatkan kesadaran-pengetahuan tentang inovasi,
tetapi hanya sedikit klien yang akan dibujuk untuk mengadopsi. Dengan memusatkan
komunikasi kepada para pemimpin opini dalam sistem sosial klien, seorang agen perubahan
dapat mengendalikan sumberdaya yang terbatas ini, bahkan dapat meningkatkan kecepatan difusi
inovasi. Di sisi lain, dengan memanfaatkan bantuan para pemimpin opini, agen perubahan
mendapatkan perlindungan dari sponsor lokal. Jaringan pesan dari near-peer seperti pemimpin
opini dianggap kredibel dalam meyakinkan perorangan untuk mengadopsi inovasi.

3.8 Kemampuan Evaluasi Klien

Salah satu masukan unik agen perubahan untuk proses difusi kompetensi teknis. Tetapi jika agen
perubahan membutuhkan pendekatan jangka panjang untuk melakukan perubahan, ia harus
berusaha untuk meningkatkan kompetensi teknis klien dan kemampuan klien untuk
mengevaluasi potensi inovasi sendiri. Kemudian klien dapat menjadi agen perubahan bagi diri
mereka sendiri. Ini menunjukkan Generalisasi 9-12: keberhasilan agen perubahan untuk
mengamankan adopsi inovasi oleh klien terkait dengan meningkatkan kemampuan klien untuk
dapat mengevaluasi inovasi.

Sayangnya, seringkali agen perubahan lebih peduli dengan tujuan-tujuan jangka pendek seperti
peningkatan laju adopsi inovasi. Sebaliknya, dalam banyak kasus, kemandirian klien harus
menjadi tujuan utama dari agen perubahan, sehingga dapat menghentikan ketergantungan klien
terhadap agen perubahan. Tujuan ini, jarang dicapai oleh sebagian besar agen-agen perubahan,
mereka biasanya lebih mementingkan untuk mempromosikan adopsi inovasi, daripada mencari
klien untuk diajarkan keterampilan dasar tentang bagaimana untuk mengevaluasi inovasi bagi
diri mereka sendiri.

4. Hubungan Agen Perubahan

4.1 Hubungan dengan klien status rendah

Kurang terdidik serta berpenghasilan rendah, maka dari itu klien status rendah memerlukan
bantuan dari agen perubahan untuk melakukan lebih dari yang dilakukan oleh klien elit.
Kebanyakan dari klien elit homophilous dengan agen perubahan sehingga komunikasi antara
mereka menjadi lebih mudah dan efektif. Klien status rendah secara sosial ekonomi berbeda
dengan agen perubahan dan gap perbedaan ini menhambat komunikasi yang efektif. Jika agen
perubahan merupakan karyawan dari pemerintah atau institusi lembaga, klien status rendah
mungkin akan ragu-ragu terhadap agen perubahan.

Akhirnya, banyak dari agen perubahan yang tidak mencoba untuk menghubungi mereka yang
lebih membutuhkan, karena ramalan memenuhi diri dari klien status rendah agen perubahan
telah dikembangkan dari pengalaman lalu mereka. Para agen perubahan berpikir bahwa klien
status rendah tidak responsif terhadap usaha dari agen perubahan dalam mendifusikan suatu
inovasi. Dalam pikiran suatu agen perubahan klise ini menghambat agen perubahan dalam
memulai kontak dengan klien berpenghasilan rendah. Agar komunikasi dapat terjalin lagi yaitu
dengan mencari agen perubahan yang sama seperti klien agar dapat terjadi komunikasi yang
lebih efektif.

4.2 Hubungan dengan Asisten Agen Perubahan

Seorang asisten agen perubahan tidak lebih dari agen perubahan profesional yang intensif
menghubungi klien untuk mempengaruhi keputusan inovasi. Salah satu keuntungan dari asisten
agen perubahan adalah mereka lebih rendah biaya dalam menghubungi per-klien. Di Asia, 30
asisten dapat digunakan untuk biaya yang sama sebagai salah satu dokter. Keuntungan utama
dari asisten agen perubahan yaitu asisten secara sosial lebih dekat dengan anggota yang berstatus
lebih rendah dari pengguna sistem yang mereka layani. Keahlian teknis mungkin bukan kualitas
yang paling penting dari agen perubahan di mata klien. Penerimaan pribadi dari agen perubahan
adalah sama pentingnya, atau lebih penting daripada keahlian teknis. Asisten agen perubahan
secara teknis jauh kurang ahli dari profesional, tetapi mereka sering lebih dari menebus status
mereka lebih rendah dari keahlian teknis melalui keahlian sosial mereka lebih besar. Misalnya,
asisten keluarga berencana di sebagian besar negara-negara Dunia Ketiga adalah
paraprofessional perempuan, yang lebih mampu membahas topik sensitif budaya kontrasepsi
dengan klien perempuan dibandingkan laki-laki mayoritas dokter (Rogers, 1973).

Dengan demikian, pemilihan asisten agen perubahan menurut jenis kelamin, pendidikan formal
dan kenalan pribadi dengan sistem klien dapat meminimalkan jarak sosial antara sistem agen
perubahan dan sistem klien. asisten sering membagi dua jarak sosial antara profesional dan klien
status rendah.

5. Sentralisasi dan Desentralisasi Difusi


Selama ini pendifusian inovasi masih menggunakan model klasik. Dalam model klasik inovasi
berasal dari beberapa sumber yang ahli dalam hal ini dapat berupa para ulama, pembuat
kebijakan dan agen perubahan. Di Amerika Serikat, keputusan mengenai difusi inovasi pertanian
disana cenderung untuk terpusat. Jadi pengambil keputusan-keputusan penting seperti untuk
siapa inovasi tersebut, bagaimana penyebarannya, dan sebagainya dilakukan oleh pusat. Hal ini
juga berlaku dengan di bidang lain diluar pertanian.

Di Indonesia sendiri nampaknya hal ini juga berlaku, dalam hal pendidikan jelas terlihat bahwa
pemerintah memegang peranan penting dalam melakukan inovasi. Misalnya dalam inovasi
KTSP, pemerintah jelas memegang peranan penting dalam pendifusian inovasi tersebut.

Sekitar tahun 1967, Schon mencatat bahwa teori difusi yang terpusat tertinggal dibandingkan
dengan realita yang ada. Dia mengkritik teori difusi klasik karena teori ini menganggap bahwa
inovasi harus berasal dari pusat baru kemudian disebar artinya inovasi tidak mungkin berasal
dari lokal.

Belakangan ini, teori difusi klasik dianggap tidak efektif lagi untuk diterapkan. Muncul ide-ide
baru untuk menyebarkan inovasi yaitu dengan jaringan horizontal. Dengan munculnya jaringan
horizontal inovasi yang dikembangkan akan dimodifikasi oleh para ahli atau agen perubahan
agar dapat disebarkan ke suatu lingkungan masyarakat yang sesuai dengan kondisi mereka.
Penemuan yang dilakukan biasanya berasal dari local innovators Difusi dengan cara ini disebut
dengan difusi desentralisasi. Difusi ini tidak diputuskan oleh pusat atau para ahli. Sebaliknya,
pengambilan keputusan dalam sistem difusi ini dilakukan secara bersama dengan masyarakat
yang akan mengadopsi suatu inovasi. Dalam beberapa hal, adopters dapat mengganggap diri
mereka sebagai agen perubahan.

5.1 Perbandingan Sentralisasi dengan Desentralisasi Sistem

Perbedaan mengenai difusi secara sentralisasi dan desentralisasi sistem terdapat dalam tabel
berikut :

No Karakteristik sistem difusi Sentralisasi Sistem DIfusi Desentralisasi Sistem Difusi


1 Pemegang kekuasaan dan Di pegang oleh pemerintah dan Pengambilan keputusan
pengambil keputusan orang yang ahli berdasarkan dari anggota. Banyak
difusi yang bersifat spontan dan
tidak terencana
2 Arah difusi Bersifat top down innovation Dilakukan dengan unit lokal dan
dari orang yang ahli kepada lewat network horizontal
masyarakat/klien lokal
3 Sumber inovasi Inovasi berasal dari orang- Inovasi berasal dari pengalaman
orang yang ahli (Research and dan ujicoba yang dilakukan oleh
Development) inovator lokal
4 Siapa yang memutuskan Keputusan mengenai Unit lokal yang akan memutuskan
untuk mendifusikan bagaimana pendifusian inovasi berdasarkan evaluasi yang mereka
inovasi ? dilakukan oleh pemerintah dan lakukan terhadap inovasi
orang yang ahli
5 Seberapa penting Inovasi berdasar pada Inovasi dikembangkan
kebutuhan klien dalam perkembangan teknologi dan berdasarkan masalah yang terjadi,
mendorong proses difusi ? menekankan kebutuhan pada berdasarkan kebutuhan yang ingin
tersedianya inovasi dipenuhi
6 Jumlah penemuan kembali Penemuan lebih sedikit Penemuan lebih banyak terjadi.
?

Secara umum sentralisasi difusi didasarkan atas komunikasi satu arah. Sedangkan di dalam
sistem desentralisasi komunikasi lebih bersifat konvergen sehingga terjadi komunikasi antar
lainnya sehingga dapat terjadi tukar informasi sehingga ditemukan satu kata sepakat. Asumsi
dasar mengenai sistem difusi desentralisasi adalah setiap anggota berhak untuk menentukan
keputusan bagaimana proses difusi dilaksanakan.

Sistem difusi desentralisasi yang ada di berbagai bidang dan lokasi menunjukan bahwa kita telah
meremehkan kemampuan dari para penggunan untuk mengelola proses difusinya sendiri.
Penelitian yang masih sedikit mengenai difusi ini menyebabkan pemahaman yang terbatas.

5.2 Keuntungan dan kerugian dari Sistem Difusi Desentralisasi

Dibandingkan dengan sistem terpusat, inovasi disebarkan oleh sistem desentralisasi cenderung
cocok dan lebih dekat dengan kebutuhan dan masalah pengguna. Pengguna merasa memiliki
kontrol atas sistem difusi desentralisasi, saat mereka berpartisipasi dalam membuat keputusan-
keputusan, seperti dengan memilih masalah yang mereka rasa paling memerlukan perhatian
maka akan ditentukan inovasi terbaik yang dapat mengatasi masalah tersebut.

Masalah mengenai bagaimana untuk mencari informasi mengenai setiap inovasi, sumber apa
yang diperlukan dan seberapa perlu untuk memodifikasi inovasi juga akan menjadi mudah
karena menggunakan sistem desentralisasi.. Tingginya kontrol pengguna dalam menentukan
keputusan-keputusan berarti bahwa sistem difusi desentralisasi erat kaitannya dengan kebutuhan
lokal.

Beberapa kelemahan Namun, biasanya ditandai difusi sistem desentralisasi (dibandingkan


dengan sistem difusi terpusat);

1. Keahlian teknis yang kurang sehingga menyebabkan sulit untuk mengarahkan keputusan
tentang inovasi dalam hal menyebar dan mengadopsi, dan mungkin penyebaran inovasi
tidak efektif melalui sistem desentralisasi karena kurangnya kontrol kualitas. Jadi, ketika
sistem difusi menyebarkan inovasi dengan melibatkan tingkat keahlian teknis yang
tinggi, sistem desentralisasi difusi mungkin kurang tepat dari sistem difusi lebih terpusat.
2. Selanjutnya, non experts dalam sistem desentralisasi difusi. Kurangnya pemahaman
mengenai strategi difusi yang mungkin digunakan. Akibatnya, situs-kunjungan untuk
mengamati inovasi digunakan oleh sebuah adopter adalah saluran utama difusi. Seperti
situs-mengunjungi dapat menjadi cara yang efektif untuk difusi, tetapi dapat
menimbulkan masalah overload untuk situs yang dikunjungi, seperti yang terjadi untuk
individu, organisasi, atau kota yang memiliki ribuan situs-pengunjung per
tahun. Sepenuhnya sistem desentralisasi difusi mungkin menderita dari kenyataan bahwa
pengguna lokal, yang mengontrol sistem, kurangnya pengetahuan yang memadai masalah
pengguna dan tersedia inovasi tentang yang bisa menyelesaikannya.

1. Terkadang sebuah pemerintah nasional ingin suatu inovasi yang disebarkan dan orang-
orang tidak merasa perlu dengan inovasi yang dibuat. Contohnya adalah keluarga
berencana di negara-negara Dunia Ketiga, yang mungkin menganggap pemerintah
sebagai prioritas tinggi tetapi masyarakat lokal mungkin tidak ingin. Sistem
desentralisasi difusi untuk pengguna inovasi tidak ada di Amerika Latin, Afrika, dan
Asia. Demikian pula, inovasi lingkungan seperti daur ulang mungkin menjadi prioritas
nasional, tetapi tidak populer dengan orang-orang. Pendekatan difusi desentralisasi tidak
akan bekerja di sini.

Difusi dengan sistem desentralisasi bisa diterapkan dengan cara :

1. Sistem desentralisasi difusi paling tepat dilakukan dengan kondisi tertentu, seperti untuk
penyebaran inovasi yang tidak melibatkan tingkat keahlian teknis tinggi, dimana
pengguna mempunyai kondisi yang relatif heterogen. Ketika kondisi homogen, sebuah
pendifusiaan dengan sistem yang terpusat mungkin relatif lebih tepat.

1. Beberapa elemen sistem difusi terpusat dan tidak terpusat dapat dikombinasikan untuk
membentuk sistem difusi hibrida yang unik sesuai situasi tertentu. Misalnya, sebuah
sistem difusi dapat menggabungkan jenis mengkoordinasikan peran-pusat, dengan
keputusan desentralisasi yang dibuat tentang inovasi yang harus disebarkan dan yang
pengguna harus mengunjungi situs. Teknis evaluasi inovasi yang menjanjikan dapat
dibuat dalam sistem desentralisasi dinyatakan difusi.

DAFTAR PUSTAKA
Rogers, E. M. 1995. Diffusion of Innovation. New York: The Free Press.

You might also like