You are on page 1of 34

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Dinamika pertumbuhan jumlah penduduk menyebabkan peningkatan jumlah sampah.
Peningkatan jumlah sampah yang tidak diantisipasi dengan pengelolaan sampah yang tepat akan
menyebabkan berbagai permasalahan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak secara
langsung seperti pencemaran lingkungan (baik tanah, air, maupun udara), berbagai penyakit kulit,
dan gangguan pernafasan. Dampak secara tidak langsung seperti banjir yang disebabkan adanya
tumpukan sampah di sungai atau saluran drainase.
Penumpukan sampah di lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) jika tidak dikelola dengan
tepat juga akan menimbulkan berbagai permasalahan. Tumpukan sampah tersebut akan
menghasilkan emisi gas rumah kaca seperti emisi gas karbondioksida (CO2) dan gas metana (CH4) ke
atmosfer yang dapat menyebabkan terjadinya penipisan lapisan ozon. Hal ini berimplikasi terhadap
peningkatan suhu di bumi atau yang lebih dikenal dengan istilah global warming. Upaya
pengurangan emisi gas rumah kaca bermula dari adanya Protokol Kyoto pada tahun 1990 yang
mewajibkan kepada seluruh negara di dunia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca selama kurun
waktu hingga tahun 2008 sampai tahun 2012. Undang- Undang RI Nomor 17 tahun 2004 tentang
Pengesahan Kyoto Protocol To The United Nations Framework Convention On Climate Change
(Protokol Kyoto atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim)
juga mengamanatkan Indonesia sebagai negara berkembang untuk mempercepat pengembangan
industri dan transportasi dengan tingkat emisi rendah melalui pemanfaatan teknologi bersih dan
efisien serta pemanfaatan energi terbarukan. Akibatnya penggunaan bahan bakar yang mempunyai
emisi tinggi beralih menuju bahan bakar yang memiliki emisi rendah, dengan pemanfaatan gas
metana sebagai biogas (Sutarno dan Sukara, n.d.).
Selain Protokol Kyoto, Program Waste To Energy (WTE) perlu didukung oleh pemerintah
karena memberikan keuntungan, diantaranya sebagai sumber energi alternatif dan mengurangi emisi
gas rumah kaca (Themelis, 2008). Enam gas yang termasuk gas rumah kaca diantaranya CO2, CH4,
N2O, hydrofluorocarbons (HFCs), perfluorocarbons (PFCs), dan SF6 (Chalvatzaki dan Lazaridis,n.d.).
Kontributor utama terhadap emisi gas rumah kaca adalah emisi gas metan dari TPA (Scharff dan
Jacobs, 2006). Padahal gas metan merupakan komponen terbesar dari biogas yang dapat dihasilkan
pada tumpukan sampah di TPA dengan persentase antara 55% sampai dengan 75% (Sucipto, 2012).
Emisi gas metan 21 kali lipat lebih berbahaya dibandingkan dengan emisi CO2 (Czepiel, et al., 2003).

LAPORAN AKHIR PERENCANAAN


- PEMASANGAN GAS VENTING TPA -
[1]
Indeks Global Warming Potential (GWP) beberapa gas rumah kaca dapat dilihat pada Tabel 1.1
berikut.
Tabel 1.1. Indeks GWP beberapa gas rumah kaca terhadap CO2 dalam 100 tahun
Jenis Gas Indeks GWP
CO2 1
CH4 21
N2O 310
HFC 500
SF 9200
Sumber: Anon (1999) dalam Sudarman (2010)

Berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, Pemerintah


Daerah memiliki kewajiban untuk melakukan penelitian, pengembangan teknologi pengurangan dan
penanganan sampah; memfasilitasi, mengembangkan dan melaksanakan upaya pengurangan,
penanganan dan pemanfaatan sampah; serta mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat
hasil pengolahan sampah. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tersebut didukung dengan adanya
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/15 September 2006 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan, yang merupakan pedoman
untuk pengaturan, penyelenggaraan, dan pengembangan sistem pengelolaan persampahan yang
ramah lingkungan.
Pemerintah Daerah dapat menentukan kawasan atau lokasi percontohan untuk pengurangan
sampah dengan teknologi yang ramah lingkungan dan kegiatan mendaur ulang serta mengguna
ulang. Dan bahwa kegiatan penanganan sampah meliputi pemrosesan akhir sampah dalam bentuk
pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara
aman. Kota Medan memiliki permasalahan persampahan yang kompleks. Hal ini erat kaitannya
dengan peningkatan jumlah penduduk Kota Medan dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah
timbulan sampah di Kota Medan juga dipicu banyaknya pendatang. Mengingat Kota Medan sebagai
Ibukota Provinsi, Kota Wisata, Kota Pusat Perbelanjaan, dan Kota Industri.
Oleh karena itu, pendatang di Kota Medan didominasi oleh para pelajar/mahasiswa,
pedagang, pekerja, dan wisatawan dari luar Kota Medan (Pemerintah Kota Medan, nd). . Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan menyatakan bahwa jumlah timbulan sampah di Kota
Medan semakin meningkat setiap tahunnya. Laju pertumbuhan sampah melebihi laju pertumbuhan
penduduk, sehingga apabila tidak dilakukan pengelolaan sampah yang tepat akan menimbulkan
berbagai permasalahan di Kota Medan. Themelis (2008) menyatakan bahwa pemisahan materi
sampah yang dapat didaur ulang dan dilakukan pengomposan harus dilakukan sebagai upaya dalam
rangka pengelolaan sampah padat perkotaan yang berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan yang sudah
dilakukan di Kota Medan.

LAPORAN AKHIR PERENCANAAN


- PEMASANGAN GAS VENTING TPA -
[2]
Gas metan sebagai komponen utama biogas juga dapat dimanfaatkan sebagai energi listrik.
Potensi gas metan yang dikelola TPA Terjun Marelan Kota Medan,. Dengan potensi yang besar
tersebut mampu memasok energi listrik. Sedangkan untuk harga jual gas metan rata-rata sebesar 18
dolar AS per ton (Fauzan, 2007). Negara-negara maju seperti Denmark, Swiss, Amerika Serikat, dan
Perancis telah memaksimalkan proses pengolahan sampah dengan mengubah sampah menjadi
energi listrik, bahkan 54% sampah di Denmark telah diubah menjadi energi listrik. (Anonim, 2012).
Proses tersebut dapat mengatasi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dengan pengembangan
energi terbarukan, yaitu biogas dari sampah. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang energi
juga telah menetapkan blue print dalam pengelolaan energi nasional serta menargetkan tercapainya
elastisitas energi kurang dari satu dan mengoptimalkan energi mix primer untuk sumber energi
alternatif pada tahun 2025 (Kuncoro, 2008).
Besarnya potensi gas metan dari biogas hasil fermentasi sampah organik di TPA Terjun
Marelan memberikan peluang bahwa pemanfaatannya tidak hanya dapat dirasakan oleh penduduk
yang tinggal di sekitar lokasi TPA Terjun Marelan, tetapi dapat dirasakan juga oleh seluruh penduduk
Kota Medan. Namun, perlu dilakukan penelitian yang mendalam terhadap potensi biogas di TPA
Terjun Marelan tersebut. Penelitian sebelumnya di TPA Terjun Marelan mengenai teknis pembuatan
pipa penangkapan gas metan dengan metode arrow system (Septiropa, Fauzan, Zainuddin, 2011). Di
dalam Studi Kelayakan TPA Regional Medan diperoleh hasil bahwa TPA Terjun Marelan layak untuk
menjadi TPA Regional di sekitar Kota Medan.
Peningkatan persentase gas metan dapat dilakukan dengan fermentasi yang optimal melalui
digester. Hal yang paling mendasar untuk meningkatkan persentase gas metan adalah memperbesar
volume bahan baku biogas yaitu sampah organik. Proses pemilahan sampah organik dan anorganik
harus dilakukan dimulai dari sampah rumah tangga. Oleh karena itu, sampah yang dibawa ke TPA
Terjun Marelan didominasi oleh sampah organik, sehingga potensi biogas yang dihasilkan akan
semakin besar. Hal ini berimplikasi pada peningkatan persentase gas metan. Dengan
mengoptimalkan pemanfaatan biogas di TPA Terjun Marelan, Pemerintah Kota Medan optimis bahwa
pada waktu mendatang Kota Medan akan mampu mandiri energi.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Sumber energi terbarukan perlu digalakkan untuk keberlanjutan ketersediaan energi. Pemerintah
diharapkan melakukan program konversi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) serta
program Waste To Energy (WTE) guna keberhasilan program pembangunan berkelanjutan
(sustainable development). Dari permasalahan tersebut, maka timbul pertanyaan penelitian
(research question) sebagai berikut:

LAPORAN AKHIR PERENCANAAN


- PEMASANGAN GAS VENTING TPA -
[3]
Bagaimana pengelolaan sampah di Kota Medan, khususnya di TPA Terjun Marelan Kota
Medan?
Bagaimana kondisi pemanfaatan biogas di TPA Terjun Marelan Kota Medan?
Berapa potensi biogas yang dihasilkan di TPA Terjun Marelan Kota Medan?
Berapa persen biogas yang sudah dimanfaatkan sebagai bahan bakar gas bagi penduduk di
sekitar TPA Terjun Marelan dan berapa persen potensi biogas yang dapat dimanfaatkan
sebagai energi listrik?
Bagaimana prediksi pengurangan emisi gas rumah kaca dilihat dari prediksi emisi gas metan
di TPA Terjun Marelan Kota Medan?
Berapa potensi pendapatan yang diperoleh Pemerintah Kota Medan jika potensi energi listrik
dari biogas tersebut dijual ke PLN Kota Medan?
Bagaimana prioritas kebijakan yang dipilih oleh Pemerintah Kota Medan untuk
mengoptimalkan pemanfaatan biogas dalam rangka pengelolaan sampah berkelanjutan di
TPA Terjun Marelan Kota Medan?

1.3. TUJUAN PENELITIAN


Kegiatan pembangunan ini dituangkan dalam bentuk perencanaan teknis, kemudian dilanjutkan
dalam bentuk pelaksanaan (konstruksi). Kegiatan perencanaan teknis ini bertujuan untuk:
a. Menyediakan dokumen teknis yang akan dijadikan dasar pelaksanaan dan pengawasan
konstruksi.
b. Melakukan perhitungan-perhitungan yang dapat dipertanggungjawabkan secara teknis baik
perhitungan estimasi harga (biaya), dan alokasi waktu pelaksanaan konstruksi.
c. Menyusun dokumen pengadaan pelaksanaan konstruksi yang akan dijadikan sebagai dasar
penentuan seleksi penyedia jasa pelaksana konstruksi.
Sedangkan yang menjadi sasaran penyusunan rencana teknis adalah menyusun dokumen
perencanaan teknis yang akan digunakan sebagai dasar pelaksanaan dan pengawasan konstruksi.

1.4. LINGKUP PERENCANAAN


Perencanaan meliputi perencanaan desain penangkapan gas dan pemipaan yang dituangkan
dalam bentuk gambar-gambar teknis dan estimasi anggaran biaya. Perencanaan teknis penangkapan
gas meliputi penentuan tata letak/titik-titik penangkapan gas dan tata sirkulasi penangkapan gas.
Sedangkan perencanaan pemipaan meliputi tata cara perencanaan sistem pemipaannya

1.5. METODE PERENCANAAN

LAPORAN AKHIR PERENCANAAN


- PEMASANGAN GAS VENTING TPA -
[4]
Metode yang digunakan dalam perencanaan adalah deskriptif analisis, yaitu dengan
mengumpulkan, menganalisis dan menyimpulkan data yang diperlukan dan berkaitan dengan
masalah perencanaan. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder dengan metoda
pengumpulan dilakukan dengan cara:
1. Data Primer
a. Wawancara dengan narasumber yang terkait untuk mendapatkan informasi yang
lebih valid;
b. Studi lapangan/observasi lapangan; dan
c. Studi banding, dengan mempelajari kasus lain sejenis sebagai masukan dalam
merancang.
2. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku yang berkaitan teori,
konsep, standar perencanaan.

1.6. KERANGKA BERPIKIR


Dalam hal menyederhanakan proses perencanaan, disusun suatu kerangka berpikir yang meliputi
latar belakang dan orisinalitas perencanaan.
1. Latar Belakang (Aktual)
a. Kondisi sampah yang menumpuk menjadi satu kesatuan seperti terbentuknya bukit
setinggi 17 m dengan menghasilkan gas metan yang dapat membakar semua
sampah yang ada.
b. Kecemasan masyarakat sekitar akan terjadinya kebakaran.
c. Keinginan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk mencegah terjadinya
kebakaran besar diarea pembuangan sampah tersebut.
2. Orisinalitas
Merencanakan sistem pemipaan guna menngeluarkan ga-gas metan yang berada di dalam tumpukan
sampah untuk mencegah terjadinya pemicu kebakaran yang dapat membuat ketidaknyamanan
masyarakat sekitar lokasi tempat pembuangan akhir.

LAPORAN AKHIR PERENCANAAN


- PEMASANGAN GAS VENTING TPA -
[5]
Gambar I.1. Flowchart Kerangka Berpikir Perencanaan Pemasangan Gas Venting Tempat Pembuang
Akhir Desa terjun Kec. Medan Marelan Kota Medan

RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Mengendalikan Gas Metan Agar Dapat Keluar Melalui Pipa-Pipa Gas ventilasi Yang
Akan Direncanakan

STUDI PUSTAKA
STUDI BANDING Lampiran III Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No : 03/PRT/M/2013

ANALISA
Penyediaan Fasilitas & Sarana Prasarana Serta Pengolahan Lahan Perencanaan

KESIMPULAN, BATASAN & ANGGAPAN


Kesimpulan Adalah Hasil Dari Analisa, Batasan Adalah Batas Ruang Lingkup Perencanaan, &
Anggapan Adalah Hal Yang Mempengaruhi Proses Perancangan Yang Dimisalkan Pada
Keadaaan Ideal

PENDEKATAN & LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN


Pelaku & Kegiatan, Hubungan Kelompok Kegiatan, Kapasitas, Site, Hubungan & Respon
Terhadap Lingkungan, Sirkulasi Serta Utilitas

KONSEP DASAR & PROGRAM PERENCANAAN &


PERANCANGAN

LAPORAN AKHIR PERENCANAAN


- PEMASANGAN GAS VENTING TPA -
[6]
1.7. MANFAAT PERENCANAAN
Manfaat dari perencanaan ini antara lain sebagai berikut:
Bagi lingkungan, pemanfaatan biogas diharapkan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca
seperti emisi gas metan dan gas karbondioksida ke atmosfer sehingga penipisan lapisan ozon
yang berimplikasi terhadap global warming dapat diminimalisir. Selain itu, pemanfaatan
biogas menjadi sumber energi terbarukan akan mengurangi penggunaan energi yang berasal
dari bahan bakar fosil sehingga ketersediaan energi akan terus berlanjut.
Bagi masyarakat, konversi biogas menjadi bahan bakar gas dan energi listrik memberikan
manfaat ekonomis bagi penduduk di sekitar TPA Terjun Marelan Kota Medan maupun bagi
penduduk Kota Medan, sehingga penduduk tidak perlu membeli gas LPG untuk bahan bakar
atau membayar energi listrik ke PLN Kota Medan.
Bagi Pemerintah Kota Medan, penelitian ini berguna untuk rekomendasi pengambilan
kebijakan terkait optimalisasi pengelolaan sampah berkelanjutan khususnya dalam
pemanfaatan biogas di TPA Terjun Marelan Kota Medan.

LAPORAN AKHIR PERENCANAAN


- PEMASANGAN GAS VENTING TPA -
[7]
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi dan Timbulan Sampah

Sampah adalah bahan yang tersisa dan tidak dikehendaki dalam proses produksi atau hasil
buangan dari manusia atau alam (Tchobanoglous dan Kreith, 2002). Sampah adalah bahan yang tidak
bernilai/tidak berharga, merupakan barang cacat atau ditolak dalam proses produksi (Imam dan
Rijaluzzaman, 1994). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari- hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat. Damanhuri dan Padmi (2010) menyatakan bahwa beberapa studi memberikan
angka timbulan sampah kota di Indonesia berkisar antara 2 - 3 liter/orang/hari dengan densitas 200 -
300 kg/m3 dan komposisi sampah organik 70 - 80%. Besaran rata-rata timbulan sampah dan
komposisinya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Departemen Kesehatan RI (1987), jumlah
sampah dipengaruhi oleh beberapa faktor selain aktifitas penduduk diantaranya sistem pengelolaan
sampah, teknologi, musim dan waktu, kepadatan penduduk, kebiasaan penduduk, tingkat sosial
ekonomi serta keadaan geografi.

2.2. Karakteristik Sampah


Damanhuri dan Padmi (2010) menyatakan bahwa karakteristik sampah dapat diklasifikasikan
menurut sifat-sifatnya, yaitu: a. Karakteristik fisika seperti densitas, kadar air, kadar volatil, kadar abu,
nilai kalor, dan distribusi ukuran. b. Karakteristik kimia menggambarkan susunan kimia sampah
seperti adanya unsur C, N, O, P, H, S, dan lain-lain. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah menyatakan bahwa karakteristik sampah yang dikelola
meliputi sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga, dan sampah spesifik.
Sampah rumah tangga berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja
dan sampah spesifik. Sampah sejenis sampah rumah tangga berasal dari kawasan komersiil, kawasan
industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya. Sampah spesifik
meliputi sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun, sampah yang mengandung
limbah bahan berbahaya dan beracun, sampah yang timbul akibat bencana, puing bongkaran
bangunan, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah, dan/atau sampah yang timbul secara
tidak periodik. Komposisi dari sampah perkotaan sangat berhubungan erat dengan gaya hidup
masyarakat dan pertumbuhan ekonomi (Eddine dan Salah, 2012). Secara garis besar sampah
digolongkan menjadi tiga yaitu sampah organik, sampah anorganik, dan sampah B3 (Bahan Beracun

LAPORAN AKHIR PERENCANAAN


- PEMASANGAN GAS VENTING TPA -
[8]
dan Berbahaya). Sampah organik mampu terdegradasi secara alami karena berasal dari makhluk
hidup seperti dedaunan, sisa sayuran, sisa buah-buahan, dan sisa makanan. Sampah anorganik
adalah sampah yang tidak dapat terdegradasi secara alami seperti plastik, kaleng, karet, logam, dan
sebagainya. Sedangkan sampah B3 berasal dari limbah zat-zat kimia yang beracun dan berbahaya
bagi seperti pada limbah rumah sakit, sehingga sampah ini perlu penanganan khusus (Sejati, 2009).

Tabel 2.1. Komposisi Sampah Organik dan Nilai Kalornya di Eropa

No. Jenis Sampah Persentase (%) Nilai Kalor Total Kalor


(MJ/kg) (MJ/ton)
1. Sampah daun 17 5,7 969
2. Sampah sayur dan 43 14,2 6.106
buah
3. Kertas 3 15,6 468
4. Tekstil 5 36,8 1.840
5. Kotoran 12 6,9 828
6. Macam-macam 2 18,1 362

Total Nilai Kalor 82 10.573


Sumber: Wilde, D dan Van, Hille (1986) dalam Sudrajat (2006)

Sudrajat (2006) menyatakan bahwa persentase sampah organik di Eropa sekitar 82%, dan dari
persentase tersebut sebanyak 83% mudah terurai serta sisanya 17% sulit terurai.

2.3. Pengelolaan Sampah Berkelanjutan


Sistem pengelolaan sampah terpadu dapat diterapkan mulai dari sumber sampah,
pengumpulan, pengangkutan, pengolahan antara di TPS, dan pengolahan akhir di TPA. Proses daur
ulang dalam sistem pengolahan sampah terpadu dipengaruhi oleh enam aspek yaitu aspek teknologi,
aspek partisipasi masyarakat (sosial), aspek ekonomi dan financial, aspek hukum dan peraturan,
aspek organisasi dan manajemen, dan aspek operasional (Sucipto, 2012). BPPT (2007)
mengemukakan tentang 3 asumsi dasar yang harus dilakukan untuk pengelolaan sampah yang
berkelanjutan adalah sebagai berikut:
a. Pemilahan sampah sehingga bisa dijadikan kompos atau didaur ulang dengan menerapkan konsep
4R (Reduce, Reuse, Recycle, dan Replace).
b. Peran industri untuk mendesain ulang produk yang dihasilkan agar lebih mudah untuk didaur
ulang kembali.
c. Program-program pengelolaan persampahan kota harus disesuaikan dengan kondisi fisik, ekonomi,
hukum, dan budaya setempat untuk mencapai keberhasilan.

LAPORAN AKHIR PERENCANAAN


- PEMASANGAN GAS VENTING TPA -
[9]
Tiga komponen pembangunan yang merupakan satu kesatuan dalam pembangunan berkelanjutan
meliputi ekologi, ekonomi, dan sosial budaya. (Muschett, 1997 dalam Kristiyanto, 2007). Hal ini juga
diterapkan dalam pengelolaan persampahan. Ekologi artinya pengelolaan persampahan tetap
menjamin keberlanjutan ekosistem dan daya dukung lingkungan. Ekonomi artinya hasil pengelolaan
persampahan dapat memberikan keuntungan dan manfaat ekonomi bagi daerah dan masyarakat.
Sosial budaya artinya perlunya partisipasi dan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan
persampahan. Lima prinsip dasar untuk membangun kota yang berkelanjutan adalah ecology
(lingkungan), economy (kesejahteraan), equity (pemerataan), engagement (peran serta), dan energy
(Budiharjo, 2005 dalam Kristiyanto, 2009).

2.4. Proses Fermentasi Sampah Organik


Sampah organik dapat memberikan manfaat antara lain mengurangi sampah, mencegah
pencemaran lingkungan, mendapatkan biogas sebagai sumber energi terbarukan, dan mendapatkan
pupuk organik cair (Sucipto, 2012). Sampah organik juga dapat menghasilkan kompos. Proses
fermentasi sampah organik menguraikan bahan organik menjadi komponen yang lebih sederhana.
Fermentasi sampah ada yang bersifat aerobik (memerlukan oksigen), anaerobik (tanpa oksigen), dan
fakultatif (dengan dan tanpa oksigen) (Sudrajat, 2006).
Proses fermentasi sampah dapat menghasilkan kompos sehingga disebut proses pengomposan.
Prinsip pengomposan adalah menurunkan rasio C/N (perbandingan unsur karbon dan nitrogen)
bahan organik hingga sama dengan C/N tanah yaitu kurang dari 15 (Sudrajat, 2006). Menurut
Sucipto (2012), proses pengomposan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya nilai C/N
sampah, ukuran sampah, komposisi sampah, jumlah mikroorganisme, kelembaban dan aerasi,
temperatur, dan pH. Proses pengomposan lebih cepat jika C/N sampah semakin rendah, sampah
organik berukuran lebih kecil, komposisi sampah organik dari tumbuhan yang ditambah dengan
kotoran hewan, jumlah mikroorganisme yang banyak, kelembaban sekitar 40 - 60%, temperatur
sekitar 30 - 50oC, serta pH sekitar 6,5 - 7,5. Saputro, dkk (2006) menyatakan bahwa rasio C/N untuk
pembuatan biogas antara 20 - 25, sedangkan pada sampah rasio C/N di atas 40. Oleh karena itu,
perlu dilakukan upaya untuk menurunkan rasio C/N dengan menambahkan sumber N baru yang
berasal darikotoran maupun pupuk (urea). Sampah rumah tangga sebesar 1000 liter atau 300 kg
dapat menghasilkan 50% - 60% gas metan dan sisanya gas karbondioksida. Biogas dapat dihasilkan
dalam waktu satu bulan. Popov (2005) dalam Abreu, dkk (2011) menyatakan bahwa proses anaerobik
terjadi dalam 10 50 hari.
Secara teori 1 kg TOC menghasilkan 1,87 m3 biogas. Persamaan reaksi pembentukan gas metan
adalah: C + H2 0,5 CH4 + 0,5 CO2

LAPORAN AKHIR PERENCANAAN


- PEMASANGAN GAS VENTING TPA -
[10]
Berat atom karbon adalah 12, sehingga produksi biogas dari 1 kg karbon adalah:
= 0,5 x 1/12 kmol CH4 + 0,5 x 1/12 kmol CO2
= 1/12 kmol gas
= 1/12 x 22,4 m3/kmol
= 1,87 m3/kg karbon
dimana 1 kmol setara dengan 22,4 m3 gas (pada 1 atm, 30oC) (Sucipto, 2012).

Bakteri sangat berperan pada proses fermentasi sampah. Dalam menguraikan sampah organik,
bakteri bersinergi satu sama lain atau disebut effective microorganism (EM). Aktivator dan cacing
tanah juga dapat mempercepat pengomposan. Orgadec, Harmony, EM- 4, Fix-up Plus, dan Stardec
adalah beberapa aktivator yang tersedia di pasaran. Aktivator EM4 memiliki sekitar 80 genus
mikroorganisme fermentasi, tetapi lima golongan yang pokok adalah bakteri Fotosintetik,
Actinomycetes, Streptomyces sp, Ragi (yeast), dan Streptomyces sp (Sucipto, 2012).
2.4.1. Pengomposan Aerobik
Pengomposan aerobik adalah proses pengomposan yang melibatkan adanya unsur oksigen. Reaksi
kimia pengomposan aerobik adalah:
C6H12O6 + 6O2 6H2O + 6CO2
Faktor yang berpengaruh dalam pengomposan aerobik adalah jenis sampah, ukuran sampah,
kandungan air dan aerasi, serta suhu (Sudrajat, 2006).

2.4.2. Pengomposan Anaerobik

Menurut Sudrajat (2006), proses pengomposan anaerobik ini harus terjadi pada reaktor tertutup.
Kompos yang dihasilkan perlu diproses lebih lanjut dengan pengepresan dan pengeringan untuk
mengurangi kadar air. Reaksi kimia pada proses tersebut adalah:
C6H12O6 3CH4 + 3CO2
Sudrajat (2006) mengemukakan bahwa proses pengomposan anaerobik melalui 4 tahap:
1. Proses Hidrolisis Pada proses ini terjadi dekomposisi bahan organik polimer menjadi monomer
yang mudah larut serta dihasilkan asam amino, volatile acid, gliserol, dan lain-lain. Lemak diuraikan
oleh lipolytic bacteria dengan enzim lipase, karbohidrat diuraikan oleh cellulotic bacteria dengan
enzim selulose, dan protein diuraikan oleh proteolytic bacteria dengan enzim protease.
2. Proses Asidogenesis Pada proses ini terjadi dekomposisi monomer organik menjadi asam-asam
organik (seperti asam format, asetat, butirat, propionat, valeriat) dan alkohol oleh acidogenic
bacteria. Selain itu dihasilkan CO2, H2, serta metanol.

LAPORAN AKHIR PERENCANAAN


- PEMASANGAN GAS VENTING TPA -
[11]
3. Proses Asetogenesis Pada proses ini, asam organik dan alkohol diubah menjadi asam asetat,
format, methanol, CO2, dan H2 oleh acetogenic bacteria
4. Proses Metanogenesis Pada proses ini asam asetat diubah menjadi CH4, CO2, dan H2O oleh
metanogenic bacteria. Hampir sekitar 70% gas metana dibentuk dari asam asetat sedangkan sisanya
30% dari asam format, CO2, dan H2.
Proses pengomposan anaerobik dipengaruhi oleh jenis sampah, suhu, pH, dan toksisitas. Jenis
sampah dikaitkan dengan nilai nisbah C/N/P dimana nilai nisbah ideal adalah 150:5:1. Sedangkan
suhu mempengaruhi aktifitas bakteri umumnya bakteri aktif pada suhu mesofilik (30 35oC),
sebagian pada suhu termofilik (50 55oC). Metanogenic bacteria hanya sedikit yang mampu bekerja
pada suhu termofilik, sehingga perlu ditetapkan suhu yang ideal pada fase termofilik tersebut.
Sedangkan pH terkait dengan aktifitas bakteri. Acidogenic bacteria bekerja optimum pada pH 6 7,
sedangkan metanogenic bacteria bekerja optimum pada pH 7 7,2. Toksisitas terkait dengan ion
alkali yang dapat menghambat proses anaerobik, kecuali pada tahap methanogenesis. Ion sulfat
menyebabkan bakteri pengonsumsi sulfat mengalahkan dominasi methanogenic bacteria pada akhir
proses pengomposan (Sudrajat, 2006).
Sudrajat (2006) juga mengemukakan bahwa ada tiga jenis proses pada pengomposan anaerobik,
yaitu proses konvensional (conventional digestion), proses 2 tahap (two-phase digestion), dan proses
kering (dry anaerobik digestion).
1. Proses Konvensional Bahan organik yang sangat encer (3 5% TS) diberi inokulum kotoran sapi
secukupnya dan diaduk rata dalam reaktor (digester) tertutup. Biogas akan terbentuk setelah larutan
dibiarkan selama 20 30 hari. Bahan padat yang tersisa harus dilakukan pengepresan dan
pengeringan agar menjadi kompos. Pada proses ini, biogas yang terbentuk sangat sedikit, dan sering
terjadi scum (lapisan padat di permukaan larutan) yang dapat menghambat keluarnya gas. Produksi
biogas terbesar yang pernah dicapai di luar negeri pada proses ini adalah 0,43 0,53 m3/kg VS atau
1,3 1,6 m3 CH4/m3r.d.
2. Proses Dua Tahap Proses ini dilakukan pada reaktor terpisah. Tahap pertama adalah pelarutan
(liquefaction) yaitu gabungan proses hidrolisis, asidogenesis, dan asetogenesis. Sedangkan tahap
kedua adalah gasifikasi atau proses metanogenesis. Waktu yang dibutuhkan reaktor 1 hanya 3 hari
dan reaktor 2 hanya 5 hari. Prosesnya adalah adanya perlakuan pendahuluan dengan memanaskan
substrat (15% TS) sampai suhu 60oC selama 3 jam dengan pH 9,8 kemudian didiamkan selama 1 hari.
Kemudian pelarutan pada reaktor 1 dengan suhu 60oC dan pH 6 selama 2 hari. Selanjutnya larutan
masuk ke reaktor 2 dengan suhu 60oC dan pH 7,5 8,2 selama 5 hari. Sisa bahan padat dipres dan
dikeringkan agar menjadi kompos. Hasil uji coba pada reaktor 1 dengan kapasitas 0,5 m3 dan reaktor

LAPORAN AKHIR PERENCANAAN


- PEMASANGAN GAS VENTING TPA -
[12]
2 kapasitas 1,5 m3, loading rate 9,4 kg VS/m3r.d menghasilkan 3,2 m3 CH4/m3r.d. Proses ini
membutuhkan biaya operasional dan investasi yang tinggi.
3. Proses Kering Proses ini terjadi pada substrat dengan konsentrasi TS lebih tinggi dari 20%. Sampah
kota di landfill bagian bawah dengan kadar TS 40 70% dapat memproduksi biogas. Produksi biogas
landfill umumnya sekitar 200 liter per kg TS sampah, tetapi yang dapat didaur ulang hanya 20 25%
(40 50 liter). Sebagai contoh landfill di Jerman dengan luas area 16 ha, kedalaman 40 m, kapasitas
penampungan sampah 3,4 juta m3 dan baru terisi 2/3 bagiannya. Biogas dikeluarkan melalui pipa-
pipa vertical dan menghasilkan 1.200 m3 biogas per jam (50% CH4) menghasilkan energi listrik
berkapasitas 288 kW dengan 2 buah generator. Kasus yang sama juga terjadi di Swiss dengan luas
area 10 ha, daya tampung 3 juta m3 dapat menghasilkan listrik 260 kW dengan 4 buah generator.
Proses ini dapat dilakukan pada suatu reaktor yang disebut Dranco (Dry Anaerobik Conversion
Process) yang dikembangkan oleh Prof. Willy Verdtraete dari Rijksuniversiteit Gent di Belgia pada
tahun 1985. Kelebihan proses dranco adalah dapat menghasilkan biogas yang banyak dan kompos
yang terbentuk bebas dari hama penyakit.
2.5. Biogas

Biogas dihasilkan dari proses dekomposisi sampah secara anaerobik. Popov (2005) dalam
Abreu, dkk (2011) menyatakan bahwa proses anaerobik terjadi dalam 10 50 hari. Biogas
merupakan campuran gas metana dengan gas-gas lain seperti CO2 dan H2S (Sudrajat, 2006). Biogas
di TPA terdiri dari 55 - 65% CH4, 35 - 45% CO2, 0 - 1% N2, 0 - 1% H2, dan 0 - 1% H2S (Polpraset, 1996
dalam Abreu, dkk, 2011). Komposisi biogas seperti disajikan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Komposisi Biogas

Komponen %
Metana (CH4) 55 75
Karbondioksida (CO2) 25 45
Nitrogen (N2) 0 - 0,3
Hidrogen (H2) 15
Hidrogen Sulfida (H2S) 03
Oksigen (O2) 0,1 - 0,5
Sumber: Sucipto (2012)

Gas metana merupakan komponen utama dari biogas. Pada suhu ruangan dan tekanan standar, gas
ini tidak berwarna dan tidak berbau. Gas ini memiliki sifat mudah terbakar. Sedangkan metana dalam
bentuk cair (liquid methane) dapat dibakar pada tekanan tinggi sekitar 4-5 atmosfer (Syafputri,
2012). Menurut Sudrajat (2006), komposisi dan nilai kalor biogas antara lain:
CH4 : 50 85%
CO2 : 15 50%
H2S : <1%
Nilai Kalor : 20 25 MJ/m3 (47.000 8.000 kkal/m3).

LAPORAN AKHIR PERENCANAAN


- PEMASANGAN GAS VENTING TPA -
[13]
BAB 3

GAMBARAN UMUM
Pemasangan Gas Venting Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

3.1. GAMBARAN UMUM PEMASANGAN GAS VENTING TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA)
Merupakan layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu diberbagai bidang
keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir (brainware). Sedangkan perencanaan seperti yang
tercantum dalam Permen PU No. 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan
Gedung Negara menyebutkan bahwa perencanaan teknis merupakan tahap penyusunan rencana
teknis (detail) bangunan gedung, termasuk yang penyusunannya dilakukan dengan menggunakan
disain berulang atau disain prototip. Penyusunan rencana teknis bangunan gedung dilakukan dengan
cara menggunakan penyedia jasa perencanaan konstruksi, baik perorangan ahli maupun badan
hukum yang kompeten, sesuai dengan ketentuan, dan apabila tidak terdapat penyedia jasa
perencanaan konstruksi yang bersedia, dapat dilakukan oleh instansi Pekerjaan Umum/instansi teknis
setempat. Dari pengertian tersebut di atas, Pemasangan Gas Venting Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) merupakan suatu proses penyusunan rencana teknis (detail) bangunan negara yang dilakukan
dengan cara menggunakan penyedia ketenaga profesional ahli tertentu diberbagai bidang keilmuan
yang mengutamakan adanya olah pikir (brainware) yang hasil akhirnya dijadikan sebagai dasar
pelaksanaan dan pengawasan konstruksi dalam maksud mewujudkan suatu bentuk fisik bangunan
yang akan difungsikan sebagai bangunan pencagahan terhadap limbah sampah. Perwujudan bentuk
konstruksi fisik itu sendiri tidak hanya pada bangunannya saja, melainkan meliputi sarana dan
prasarana pendukung yang diperlukan.
Dokumen rencana teknis yang akan disusun umumnya meliputi:
a. Gambar rencana teknis;
b. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dan Rencana anggaran biaya pembangunan;
c. Laporan akhir tahap perencanaan;
d. Keluaran akhir tahap perencanaan, yang meliputi dokumen perencanaan, berupa : Gambar
Rencana Teknis, Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), Rencana Anggaran Biaya (Engineering
Estimate), dan Daftar Volume Pekerjaan (Bill of Quantity) yang disusun sesuai ketentuan.

LAPORAN AKHIR PERENCANAAN


- PEMASANGAN GAS VENTING TPA -
[14]
3.2. Persiapan Perencanaan termasuk Survey
Tahap persiapan meliputi pekerjaan persiapan administrasi, surat menyurat, mobilisasi personil
dan peralatan, serta penetapan jadwal pelaksanaan setiap kegiatan. Tahap kegiatan survey dan
pengumpulan data adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi yang
berkaitan dengan perencanaan bangunan gedung. Kegiatan ini meliputi:
a. Pengumpulan data eksisting lokasi dan berupa informasi dan gambar teknis.
Rangkuman pengumpulan data lapangan menggunakan instrumen verifikasi untuk menginventarisasi
dan menilai kerusakan bangunan. Tujuan dari pelaksanaan ini adalah untuk mendapatkan data
umum kondisi lapangan yang akan direncanakan berikut dengan kondisi di sekitarnya. Data-data yang
diperoleh dalam pemeriksaan ini sebagai berikut:
1. Penilaian terhadap kondisi lapangan;
2. Penilaian kondisi aktual lokasi kawasan sekitar;
3. Koordinasi dengan pengelola teknis dan atau pengguna untuk mendapatkan gambaran
mengenai kondisi lapangan;
4. Pemeriksaan Lokasi Sumber Material
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui informasi bahan yang dapat dipakai,
seperti: perkiraan harga satuan tiap jenis bahan dan upah, perkiraan jarak angkut bahan dari
lokasi sumbber bahan ke lokasi rencana.
5. Pengukuran lapangan (kontrol horizontal, vertikal, situasi, dan pekerjaan).

b. Survey dan pengecekan lapangan berupa pengukuran kembali lokasi pekerjaan dan/atau
bangunan eksisting.
Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan, tenaga ahli harus mengadakan analisa data dengan
mengikuti ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Mempelajari kemungkinan konsep struktur yang sesuai dengan bangunan;
2. Mempelajari kemungkinan pemakaian tipe bahan pengganti sesuai yang diizinkan;
3. Menganalisa dan menghitung volume pekerjaan ikutan (site works); dan
4. Perkiraan jangka waktu pelaksanaan konstruksi fisik bangunan.

c. Pengolahan Data
Tahap pengolahan data meliputi pengolahan data sesuai hasil survey lapangan. Pekerjaan ini secara
berurut meliputi
1. Kompilasi data

LAPORAN AKHIR PERENCANAAN


- PEMASANGAN GAS VENTING TPA -
[15]
Merupakan kegiatan yang mengurutkan seluruh data yang telah dikumpulkan. Urutan data yang
terkumpul disusun berdasarkan tingkat kebutuhannya. Hasil dari kompilasi data ini kemudian akan
dianalisa untuk menghasilkan konsep-konsep perencanaan. Pada tahap ini akan diketahui
data/informasi yang masih dibutuhkan namun belum terkumpul, ataupun data/informasi yang tidak
diperlukan. Data/informasi yang dikompilasi meliputi data primer (data teknis) maupun data
sekunder termasuk data literatur.
2. Analisa Data
Proses analisa dilakukan untuk pengolahan data/informasi terkompilasi. Analisa dimaksudkan
untuk mendapatkan data/informasi terolah berdasarkan ketentuan perencanaan teknis yang baku.
Hasil dari poses analisis ini dijadikan sebagai dasar penyusunan konsep perencanaan. Analisis yang
akan dilakukan meliputi:
- Analisis Wilayah dan Lingkungan
Proses ini menghasilkan luasan area lokasi terhadap penduduk sekitar yang berada di
kawasan pembuangan akhir.
- Analisis Lokasi lapangan
Meliputi luasan tempat pembuangan akhir dengan kondisi yang membukit dan ketinggian
sampah yang telah menumpuk bercampur gas metan di dalamnya.
3. Konsep Perencanaan
Merupakan pengembangan lebih lanjut dari proses analisis. Seluruh data/informasi yang
dianalisa dihimpun menjadi satu kesatuan berupa konsep-konsep perencanaan.

Pengembangan Rencana
Tahap Pengembangan Rencana, berupa gambar pengembangan rencana dan draft rencana
anggaran biaya.

Penyusunan Rencana Detail


Tahap Rencana Detail, berupa gambar rencana teknis bangunan, bill of quantity lengkap
dengan calculation sheet, Rencana Anggaran Biaya (RAB).

Penyusunan Rencana Anggaran Biaya


Rencana anggaran biaya merupakan proses menaksir besarnya biaya yang dibutuhkan dalam
mewujudkan hasil perencanaan dalam wujud konstruksi fisik. Faktor-faktor yang berhubungan dalam
penyusunan rencanan anggaran biaya ini meliputi besarnya volume estimasi setiap elemen pekerjaan
dikalikan dengan harga satuan pekerjaan konstruksi. Sedangkan harga satuan pekerjaan konstruksi

LAPORAN AKHIR PERENCANAAN


- PEMASANGAN GAS VENTING TPA -
[16]
merupakan hasil perkalian harga satuan dasar upah dan/atau bahan dikalikan dengan koefisien
waktu pelaksanaan pekerjaan yang dibutuhkan personil yang mengerjakan pekerjaan dan/atau
koefisien jumlah bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaiakan setiap item pekerjaan per satuan
volume pekerjaan. Besarnya koefisien pesonil dan/atau bahan merupakan besaran baku yang telah
ditetapkan berupa standar pekerjaan konstruksi. Rekapitulasi biaya pelaksanaan pekerjaan per
satuan volume pekerjaan untuk setiap item pekerjaan telah memperhitungkan faktor pajak (PPN)
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Selanjutnya jika ditentukan oleh Direksi Pekerjaan,
penyusunan rencana anggaran biaya ini dapat memperhitungkan faktor profit (keuntungan).

Pelelangan Konstruksi
Sesuai dengan ketentuan Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang
dan Jasa Pemerintah, pelaksanaan konstruksi dilakukan melalui tahap pelelangan. Pada tahap ini,
ketenaga ahlian berkewajiban untuk membantu panitia dalam menyiapkan dokumen lelang terutama
yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat teknis seperti penyusunan Daftar Kuantitas Pekerjaan
(Bill of Quantity)dan Spesifikasi Teknis. Pada proses pelaksanaan pelelangan, tenaga ahli akan
mendampingin panitia pengadaan pada saat Rapat Penjelasan (Aanwijzing) baik penjelasan
pendidikan maupun lapangan.
Dalam setiap pelaksanaan lingkup pekerjaan diperlukan pendekatan-pendekatan. Pendekatan yang
dilaksanakan berupa pendekatan operasional dan konseptual.
a. Pendekatan Operasional
Data berupa data kualitatif fan kuantitatif dimana pengumpulan datanya dilakukan dengan
penerapan metoda baku berupa survey baik instansional maupun lapangan.
b. Pendekatan Konseptual
Dilaksanakan untuk mencapai tingkat keberhasilan pekerjaan dengan penerapan:
1. Koordinatif dan integratif
Dilakukan secara terkoordinasi dan terintegrasi dengan ketentuan yang berlaku.
2. Berkelanjutan
Bergantung pada keberlanjutan program dan pembiayaan kegiatan yang
direncanakan.
3. Inovatif
Pelaku kegiatan dapat melakukan pengembangan kreatifitas untuk melakukan
berbagai inovasi dalam paradigma, prinsip, pendekatan, metode, dan teknik
pelaksanaan.

LAPORAN AKHIR PERENCANAAN


- PEMASANGAN GAS VENTING TPA -
[17]
BAB4

PENYIAPAN RENCANA TEKNIS


Pemasangan Gas Venting Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

4.1 METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN


Metoda pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan berdasar batasan-batasan yang telah
ditetapkan didalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) untuk kemudian disempurnakan melalui koordinasi
dengan Direksi Pekerjaan (PPK dan PPTK). Acuan tersebut didukung dengan kriteria-kriteria
perencanaan yang ada baik berupa standar-standar teknis maupun regulasi/kebijakan terkait
perencanaan bangunan gedung. Dalam pelaksanaannya, perlu dilakukan pendekatan baik berupa
pendekatan operasional maupun konseptual. Tidak tertutup kemungkinan untuk melakukan studi
banding terhadap kegiatan sejenis yang pernah ada.

Pelaksanaan pekerjaan dilakukan melalui tahapan-tahapan pelaksanaan yang meliputi :


tahap persiapan, survey dan pengumpulan data, kompilasi dan analisa data, penyusunan konsep
perencanaan, pengembangan rencana, rencana detail, penyusunan rencanan anggaran biaya, dan
penyusunan laporan.

4.1.1. Tahap Persiapan


Tahap persiapan meliputi pekerjaan persiapan administrasi, surat menyurat, mobilisasi
personil dan peralatan, serta penetapan jadwal pelaksanaan setiap kegiatan. Tahapan ini merupakan
tahap administrasi proyek. Kegiatan ini tetap dikoordinasikan dengan Direksi Pekerjaan untuk
mendapatkan persetujuan terutama yang berkaitan dengan rencana pelaksanaan pekerjaan dan
jadwal pelaksanaan setiap tahapan.

4.1.2. Survey dan Pengumpulan Data


Tahap kegiatan survey dan pengumpulan data merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan dengan perencanaan bangunan. Survey dan
pengumpulan data ini meliputi data/informasi primer dan data/informasi sekunder. Pelaksanaannya
dilakukan dengan melakukan opname langsung ke lokasi perencanaan maupun dengan pengumpulan
data-data literatur yang berkaitan dengan pekerjaan perencanaan termasuk peraturan/regulasi yang
berlaku. Data primer yang harus diadakan meliputi:

LAPORAN AKHIR PERENCANAAN


- PEMASANGAN GAS VENTING TPA -
[18]
a. Pengumpulan data eksisting lokasi dan bangunan berupa informasi dan gambar teknis (jika ada)
Pelaksanaan pengumpulan data eksisting lokasi dan bangunan ini meliputi data kondisi lahan,
Data-data yang diperoleh dalam pemeriksaan ini meliputi

1. Penilaian terhadap kondisi lapangan;


2. Penilaian kondisi aktual kawasan sekitar; dan
3. Koordinasi dengan Direksi Pekerjaan dan/atau pengguna untuk mendapatkan gambaran
mengenai kendala lokasi lapangan.
b. Survey Topography dan Penyelidikan Tanah/Sampah
Survey Topography

Dimaksudkan untuk mendapatkan data/informasi mengenai kondisi areal perencanaan berupa


peta dasar lokasi. Peta yang dimaksud meliputi tata letak sampah eksisting dan
sarana/prasarana lainnya yang ada pada areal lokasi perencanaan (saluran drainase, pedestrian,
sumber air, dan lain sebagainya).

Penyelidikan Sel Sampah

Pelaksanaan penyelidikan sampah dimaksudkan untuk mengetahui keadaan sampah dan


stratifikasinya. Penyelidikan sampah ini dilaksanakan sebagai dasar perencanaan sistem struktur
khususnya sistem struktur bagian bawah (lower structure) yaitu elemen pondasi sehingga
didapatkan kedalaman pondasi. Melalui penyeldikan sampah ini akan diperoleh gambaran sifat
dan karakteristik lapisan sampah, tebal lapisan samapah, dan lain sebagainnya.

c. Survey Pengumpulan Data Literatur


Data/informasi literatur yang dikumpulkan berupa data/informasi yang menyangkut kondisi
dengan fungsi sejenis yang ada pada lingkup wilayah perencanaan. Data/informasi ini meliputi
konsep rencana pengembangan berdasarkan regulasi yang ada. Daerah layanan juga menjadi hal
penting untuk dianalisa. Selain iitu, data/informasi pendukung juga perlu dihimpun sebagai
dasar pertimbangan dalam penentuan konsep skematik rencana teknis. Diantaranya
data/informasi yang berkaitan dengan sumber material, jarak angkut material ke lokasi
perencanaan, harga satuan material dan upah, ketersediaan material pada lingkup wilayah
perencanaan, standar-standar teknis yang baku, maupun data-data pendukung teknis lainnya.

4.2. Kompilasi dan Analisa Data


Kompilasi dan analisa data dimaksudkan untuk men-tabulasi seluruh data/informasi yang
telah dikumpulkan melalui kegiatan survey dan pengumpulan data. Data hasil tabulasi tersebut

LAPORAN AKHIR PERENCANAAN


- PEMASANGAN GAS VENTING TPA -
[19]
dianalisa untuk dijadikan sebagai dasar penyusun konsep perencanaan. Data/informasi hasil survey
topography dilakukan perhitungan untuk mendapatkan data-data hasil pengukuran sehingga dapat
di-plot-kan dalam bentuk gambar-gambar teknis. Data/informasi dari pelaksanaan survey
topography akan menghasilkan peta situasi dari setiap lokasi perencanaan (termasuk tata letak
massa bangunan).

Sedangkan untuk survey penyelidikan sampah, data/informasi yang didapatkan dilakukan


perhitungan dan test uji laboratorium untuk mengetahui konsistensi dan kepadatan relatif dari tiap
lapisan sampah.

4.2.1. Penyusunan Konsep Skematik Rencana Teknis


Konsep skematik rencana teknis merupakan skema rencana yang meliputi rencana system
perencanaan. Untuk konsep skematik rencana teknis gambaran-gambaran rencana kerja, seperti
lokasi eksisting lapangan, rencana, sistem pembagian titik-titik penyaluran gas, dan detai-detail
rencana.

4.2.2. Konsep Rencana dan Perhitungan


Skematik rencana teknis kemudian dikembangkan menjadi konsep rencana yang diperkuat
dengan pehitungan-perhitungan teknis. Hasil dari perhitungan teknis ini akan melahirkan dimensi
baku bagi setiap elemen yang ada, baik itu elemen pembagian titik penyaluran gas, Konsep rencana
yang disusun berdasarkan hasil perhitungan-perhitungan teknis ini dituangkan dalam bentuk
gambar-gambar teknis yang merupakan bagian dari gambar-gambar pengembangan rencana.

4.2.3. Gambar Pengembangan Rencana


Gambar-gambar pengembangan rencana meliputi gambar-gambar teknis perencanaan.
Untuk gambar pengembangan perencanaan meliputi Site Plan Eksisting, Site Plan rencana, denah
rencana, titik-titik elevasi, peta hasil topografi, dan gambrar-gambar detail lainnya.

4.2.4. Draft Rencana Anggaran Biaya


Rencana anggaran biaya merupakan hasil pentaksiran/estimasi biaya pelaksanaan konstruksi
untuk mewujudkan hasil perencanaan kedalam bentuk fisik. Elemen utama dari Rencana Anggaran
Biaya adalah volume pekerjaan dari setiap item pekerjaan dan harga satuan pekerjaan. Harga satuan
itu sendiri merupakan rekapitulasi dari koefisien material dan upah pekerjaan dikalikan dengan harga
satuan material dan upah. Koefisin material dan upah yang digunakan mengikuti Standar Nasional
Indonesia (SNI) yang ada untuk pekerjaan-pekerjaan yang baku. Namun untuk pekerjaan-pekerjaan
ikutan menggunakan analisa perhitungan sendiri yang diadopsi dari standar dan/atau ketentuan yang
telah pernah ada. Yang dimaksud dengan draft merupakan gambaran awal perhitungan Rencana

LAPORAN AKHIR PERENCANAAN


- PEMASANGAN GAS VENTING TPA -
[20]
Anggaran Biaya yang akan dilakukan. Draft tersebut berupa daftar analisa biaya satuan kerja yang
telah dikalikan dengan harga satuan material dan upah.

4.2.5. Gambar Rencana Teknis Bangunan


Gambar rencana teknis bangunan pada prinsipnya sama dengan gambar pengembangan
rencana teknis. Hanya saja pada gambar rencana teknis bangunan telah dilengkapi dengan detail-
detail rencana yang akan digunakan pada pelaksanaan konstruksi. Detail-detail ini telah pula
dilengkapi dengan keterangan gambar berupa material yang akan dipakai maupun dimensi dari
material tersebut. Gambar rencana teknis bangunan dibuat untuk data perencaanaan.

4.2.6. Bill of Quantity (BOQ) beserta Calculation Sheet


Daftar Kuantitas Pekerjaan (Bill of Quantity) merupakan daftar rekapitulasi volume pekerjaan
konstruksi untuk setiap jenis pekerjaan. Daftar ini disusun sedemikian rupa secara sistematis. Daftar
ini pula yang menjadi dasar penyusunan Harga Perhitungan Sendiri (HPS) dan Penawaran Harga oleh
calon rekanan pelaksana konstruksi pada tahap pelelangan konstruksi. Daftar Kuantitas Pekerjaan
(Bill of Quantity) dihitung berdasarkan tata cara perhitungan teknis yang baku untuk setiap jenis
pekerjaan. Tata cara perhitungan ini beserta hasil perhitungannya dihimpun dalam sebuah tabulasi.
Tabulasi perhitungan volume pekerjaan ini yang disebut sebagai Calculation Sheet. Disusun
sedemikian rupa berdasarkan item pekerjaan yang akan dilaksanakan dilengkapi dengan ilustrasi
(sketsa) dari elemen bangunan yang dihitung.

4.2.7. Rencana Anggaran Biaya (RAB)


Rencana anggaran biaya atau sering disebut dengan Engineer Estimate (EE) merupakan
rekapitulasi hasil perkalian dari kuantitas pekerjaan dengan harga satuan pekerjaan untuk semua
item pekerjaan. Rekapitulasi ini dijadikan dasar penyusunan Harga Perhitungan Sendiri (HPS)/Owner
Estimate (OE) yang disusun oleh Panitia Pengadaan Konstruksi sebagai pembanding dari harga
penawaran dari setiap calon rekanan dalam proses lelang.

4.2.8. Spesifikasi Teknis


Spesifikasi teknis berisikan tata cara dan batasan-batasan dalam pelaksanaan pekerjaan
konstruksi. Termasuk didalamnya syarat-syarat teknis material dan tata cara pengujian hasil
pekerjaan. Spesifikasi teknis disusun untuk semua item pekerjaan dan dijadikan sebagai bagian dari
dokumen lelang pada tahap pelelangan konstruksi.

LAPORAN AKHIR PERENCANAAN


- PEMASANGAN GAS VENTING TPA -
[21]
4.2.9. Laporan Perencanaan
Laporan Perencanaan meliputi Laporan akhir yang berisi hal-hal yang berhubungan dengan
pelaksanaan pembuatan gambar-gambar detail, Daftar Kuantitas Pekerjaan (Bill of Quantity/BOQ)
beserta Calculation Sheet, Rencana Anggaran Biaya (RAB)/Engineer Estimate (EE), Spesifikasi Teknis,
dan laporan-laporan teknis.

Disamping laporan-laporan tersebut di atas, laporan hasil survey upah dan bahan juga
disertakan sebagai produk akhir dari pelaksanaan pekerjaan perencanaan.

LAPORAN AKHIR PERENCANAAN


- PEMASANGAN GAS VENTING TPA -
[22]
BAB 5

GAMBAR PENGEMBANGAN RENCANA


Pemasangan Gas Venting Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

5.1 METODA PENGGAMBARAN


Penggambaran pengembangan rencana dilakukan dengan bantuan sistem perangkat
lunak AutoCAD. Data-data hasil pengukuran diterjemahkan dalam bentuk grafis berupa titik,
garis, dan bidang dengan segala informasi pendukung yang terkandung di dalamnya. Data-
data yang ada harus sudah dalam bentuk data vektor (memiliki besaran dan arah). Sebelum
melakukan penggambaran, perlu ditentukan layer-layer yang akan dipakai misalnya: layer
bidang, jalan, sungai/saluran, teks/tulisan, dan lain sebagainya sesuai dengan standar yang
ada.

5.2 LINGKUP PENGGAMBARAN


Penggambaran teknis pengembangan rencana merupakan lanjutan penggambaran teknis
konsep-konsep rencana teknis sebelumnya. Pengembangan rencana berupa perwujudan dari
keseluruhan konsep perancangan kedalam bentuk gambar-gambar dan/atau data-data teknis,
meliputi gambar-gambar rencana site, denah masing-masing massa bangunan, tampak massa
bangunan (minimal dari 2 sisi), potongan massa bangunan, detail-detail, rencana-rencana pemipaan,
serta gambar perspektif kawasan. Penggambaran dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak
penggambaran seperti Program Computer Aided Design (CAD), dengan menggunakan syarat
penggambaran teknis yang baku.

Gambar-gambar teknis pengembangan rencana meliputi:

- Site Plan Eksisting ; - Site Plan Rencana ; - Denah Rencana ;


- Titik-titik Eleasi ; - Layout Topografi ; - Sistem Pemipaan ;
- Detail-Detail ; - Gambar Akhir - Dll.

LAPORAN AKHIR PERENCANAAN


- PEMASANGAN GAS VENTING TPA -
[23]
BAB 6

DRAFT RENCANA ANGGARAN BIAYA


Pemasangan Gas Venting Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

6.1 KRITERIA PENYUSUNAN RENCANA ANGGARAN BIAYA


Penyusunan rencana anggaran biaya bangunan berarti mentaksir kebutuhan anggaran dalam
merealisasikan hasil perencanaan kedalam wujud fisik konstruksi. Proses pentaksiran ini melalui
beberapa pentahapan yaitu menyusun daftar harga satuan upah dan bahan, menyusun analisa biaya
konstruksi, dan menghitung volume pekerjaan konstruksi. Anggaran Biaya Bangunan terdiri dari
beberapa aspek penting yaitu:

- Struktur atau Kerangka Anggaran Biaya Pelaksanaan Bangunan


- Analisa Harga Satuan Pekerjaan
- Harga Satuan Upah dan Bahan
Struktur atau Kerangka Anggaran Biaya Bangunan dilengkapi dengan perincian jenis
pekerjaan dan volumenya,harga satuan per volume pekerjaan dan jumlah harga yang ada. Harga
satuan biasanya selalu didasarkan kepada suatu sistem analisa perhitungan harga satuan yang
disepakati antara Pengguna dan Penyedia Jasa. Analisa ini merupakan perhitungan dari seluruh
pembiayaan material dan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk setiap jenis pekerjaan. Harga Satuan
Upah dan Bahan adalah harga yang berlaku menyangkut harga upah untuk Pekerja,
Mandor,Tukang,Kepala Tukang serta harga dari Bahan atau Material yang digunakan.

6.1.1 Struktur Atau Kerangka Anggaran Biaya Bangunan


Kerangka dan Perincian anggaran biaya mencakup :

- Biaya Managemen dan Administrasi Lapangan


- Biaya Rapat
- Biaya Pembuatan Asbuilt Drawing dan Shop Drawing
- Pemeriksaan dan Pengujian Bahan (Comissioning & Material Test)
- Kesehatan dan Keselamatan Kerja
- Asuransi Tenaga Kerja
- Biaya Komunikasi

LAPORAN AKHIR PERENCANAAN


- PEMASANGAN GAS VENTING TPA -
[24]
- Biaya Provisional
- Pembuatan Laporan
- Dll

6.1.2 Langkah Langkah Perhitungan RAB


Beberapa pengetahuan dasar yang harus diketahui sebelum melakukan perhitungan
anggaran biaya bangunan meliputi:

a. Mengetahui Lokasi Pekerjaan


1. Transportasi ke Lokasi Pekerjaan
- Dapat dijangkau kenderaan roda 4, truck, dll.
- Ada akses masuk alat berat.
- Kondisi jalan aspal, berbatu, tanah; datar, terjal, gelombang, ada/tidak ada pikul.
2. Lokasi Pengambilan Bahan (untuk mengetahui Biaya Angkut Bahan)
- Batu
- Pasir
- Besi
- Semen
- Kayu
- Dll.
3. Harga Upah dan Bahan (melakukan Survey Pasar, Brosur Pabrik, dan Harga Satuan yang
dikeluarkan pemerintah spt. Harga Satuan Bupati, BPS dsbnya.
- Pekerja
- Tukang
- Kepala Tukang
- Mandor,
- Dll.
b. Mengetahui/Memahami Pekerjaan
1. Mengetahui/memahami Metode Kerja
- Cara Pelaksanaan

- Apa persiapan
- Bagaimana Cara Pelaksanaan
- Alat yang digunakan
1. Kapasitas Alat
- Produksi Alat
2. Biaya Operasional Alat
- Kebutuhan Tenaga Kerja
- Komposisi Jumlah Alat yang dibutuhkan
3. Waktu Pelaksanaan
- Musim Hujan
- Musim Kemarau
4. Kendala Yang Akan Terjadi
- Pembebasan Tanah
- Masalah Sosial
c. Mengerti Gambar

LAPORAN AKHIR PERENCANAAN


- PEMASANGAN GAS VENTING TPA -
[25]
- Dapat menguraikan item kegiatan
- Dapat menghitung Volume Pekerjaan
d. Mengerti Spesifikasi Teknis
- Apa yang diisyaratkan dalam Spesifikasi Teknis
- Apa yang harus dipenuhi dalam Spesifikasi Teknis

GAMBAR SPESIFIKASI TEKNIS LOKASI PEKERJAAN LOKASI PENGAMBILAN BAHAN


& MATERIAL

BIAYA TRANSPORTASI

METODE KERJA
HARGA BAHAN/MATERIAL HARGA SATUAN
VOLUME UPAH/BAHAN
DILOKASI PEKERJAAN

ANALISA HARGA SATUAN

PEKERJAAN
RENCANA ANGGARAN BIAYA
SEMENTARA

LAPORAN AKHIR PERENCANAAN


- PEMASANGAN GAS VENTING TPA -
[26]
BAB 7

OUTPUT PERENCANAAN
Pemasangan Gas Venting Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

7.1.GAMBAR PERENCANAAN
Hasil akhir dari kegiatan perencanaan dan perancangan mulai dari tahap survey dan
pengumpulan data, kompilasi dan analisa data, sampai dengan penyusunan konsep perencanaan dan
perancangan, dituangkan kedalam bentuk gambar-gambar perencanaan teknis (technical drawing).
Gambar-gambar ini yang kemudian dijadikan dasar perhitungan anggaran biaya pelaksanaan
konstruksi dan penyusunan spesifikasi teknis. Keseluruhan dokumen-dokumen ini dirangkum untuk
dijadikan dasar pelaksanaan dan pengawasan konstruksi di lapangan. Gambar-gambar teknis
perencanaan terdiri atas:

a. Siteplan (rencana tapak) ;


b. Denah (setiap massa bangunan) ;
c. Detail-detil ;dan
d. Gambar-gambar teknis lainnya yang dibutuhkan.

7.2 RENCANA ANGGARAN BIAYA


Penyusunan rencana anggaran biaya dimaksudkan untuk memperkirakan besarnya biaya
yang dibutuhkan untuk pelaksanaan konstruksi. Perhitungan biaya didasarkan pada perhitungan
secara teliti terhadap setiap elemen bangunan yang direncanakan per satuan pekerjaan dikali dengan
biaya upah dan bahan yang dibutuhkan. Perhitungan ini didasarkan pada Analisa Biaya Konstruksi
yang dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional, terdiri dari :
a. SNI 2835 : 2008: pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan
perumahan ;
b. SNI 2836 : 2008: pekerjaan pondasi untuk bangunan gedung dan perumahan ;
c. SNI 2837 : 2008: pekerjaan plesteran untuk konstruksi bangunan gedung dan
perumahan ;
d. SNI 6897 : 2008: pekerjaan dinding untuk konstruksi bangunan gedung dan
perumahan ;

LAPORAN AKHIR PERENCANAAN


- PEMASANGAN GAS VENTING TPA -
[27]
e. SNI 7393 : 2008: pekerjaan besi dan alumunium untuk konstruksi bangunan gedung
dan perumahan ;
f. SNI 7394 : 2008: pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan
;
g. SNI 7395 : 2008: pekerjaan penutup lantai dan dinding untuk konstruksi bangunan
gedung dan perumahan.
Untuk pekerjaan dan/atau bagian pekerjaan yang tidak terdapat pada uraian SNI untuk
Analisa Biaya Konstruksi di atas dapat menggunakan analisa atas dasar perhitungan sendiri.

7.3 PENYUSUNAN LAPORAN


Laporan merupakan catatan tertulis tentang pelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan yang
dilaksanakan. Ditulis dalam format yang baku sesuai dengan kaidah-kaidah penyusunan laporan
teknis. Laporan teknis ini meliputi laporan akhir yang merupakan keseluruhan kegiatan perencanaaan
yang dilaksanakan.

LAPORAN AKHIR PERENCANAAN


- PEMASANGAN GAS VENTING TPA -
[28]
BAB 8

PENUTUP
Pemasangan Gas Venting Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Perencanaan teknis ditujukan untuk menyusun dokumen-dokumen teknis yang akan


dijadikan dasar pelaksanaan dan pengawasan konstruksi. Rencana teknis meliputi penangkapan gas,
penentuan tata letak/titik-titik penangkapan gas dan tata sirkulasi penangkapan gas. Sedangkan
perencanaan pemipaan meliputi tata cara perencanaan sistem pemipaannya. pendekatan proyeksi
terhadap analisa data-data literatur maupun data lapangan yang dilengkapi dengan proses koordinasi
terhadap berbagai pihak, rencana-rencana pengembangan ini diharapkan dapat memberikan
pegangan bagi semua pihak selaku pemangku kepentingan di institusi ini.

Beberapa rencana proyeksi tidak dapat dimaksimumkan karena berbagai keterbatasan.


Namun bukan berarti kendala-kendala tersebut tidak memiliki solusi. Dalam upaya mengoptimalkan
hasil dari rencana umum ini, diharapkan bagi seluruh pihak yang berkepentingan terutama para
pemangku kepentingan dan stake holders untuk menyusun rencana-rencana detail dari rencana
induk ini, berupa Rencana Strategis dan Rencana Kerja. Dalam tahap proses pendetailan rencana
teknis ini, maka proyeksi-proyeksi yang tidak dapat dioptimalkan, akan menemukan sendiri solusinya.

Medan, Mei 2016

TIM PENYUSUN

LAPORAN PEKERJAAN
- Penutup -
[29]
PENGANTAR
Pemasangan Gas Venting Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Penyusunan rencana teknis merupakan langkah awal dari suatu perwujudan rencana
konstruksi. Membangun bangunan berarti merencanakan suatu misi penyediaan sarana yang
harus dilandasi dengan perencanaan yang matang.

Pembangunan pemasangan gas venting, berdasarkan aturan dan ketentuan yang


berlaku juga harus diawali dengan pentahapan perencanaan. Dokumen hasil perencanaan ini
kemudian dijadikan dasar pelaksanaan dan pengawasan konstruksi. Tujuan dari perencanaan
ini adalah untuk mewujudkan pelaksanaan konstruksi yang optimal didalam pengelolaan
kendali mutu, waktu dan biaya pelaksanaan.

Laporan Akhir yang disusun ini merupakan rangkuman seluruh kemajuan


pelaksanaan. Laporan akhir ini meliputi pendahuluan, perencanaan umum, perencanaan
teknis, gambar pengembangan rencan, draft rencana anggaran biaya, hasil pelaksanaan dan
penutup.

Pada akhirnya, hasil perencanaan teknis ini akan dijadikan dasar pelaksanaan dan
pengawasan konstruksi, sehingga dapat menghasilkan bangunan yang andal dan memenuhi
persyaratan teknis.

LAPORAN PEKERJAAN
- Pengantar -
[1]
DAFTAR ISI

Pemasangan Gas Venting Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

PENGANTAR ............................................................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................................


1

1.1. LATAR BELAKANG ................................................................................................... 1


1.2. TUJUAN DAN SASARAN .......................................................................................... 1
1.3. LINGKUP PERENCANAAN ........................................................................................ 2
1.4. METODE PERENCANAAN ........................................................................................ 2
1.5. KERANGKA BERPIKIR .............................................................................................. 2

BAB II GAMBARAN UMUM ......................................................................................................... 4

2.1. GAMBARAN UMUM PERENCANAAN TEKNIS .......................................................... 4


2.2. PERSIAPAN PERENCANAAN TERMASUK SURVEY .................................................... 5

BAB III PENYIAPAN RENCANA TEKNIS .......................................................................................... 8

3.1. METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN ..................................................................... 8


1.1.1. Tahap Persiapan ......................................................................................... 8
1.1.2. Survey dan Pengumpulan Data .................................................................. 8
1.1.3. Kompilasi Data dan Analisa ........................................................................ 9
1.1.4. Penyusunan Konsep Skematik Rencana Teknis .......................................... 10
1.1.5. Konsep Rencana dan Perhitungan ............................................................. 10
1.1.6. Gambar Pengembangan Rencana .............................................................. 10

LAPORAN PEKERJAAN
- Daftar Isi -
[2]
1.1.7. Draft Rencana Anggaran Biaya ................................................................... 10
1.1.8. Gambar Rencana Teknis Bangunan ............................................................ 10
1.1.9. Bill of Quantity (BOQ) beserta Calculation Sheet ....................................... 11
1.1.10. Rencana Anggaran Biaya (RAB) .................................................................. 11
1.1.11. Spesifikasi Teknis ....................................................................................... 11
1.1.12. Laporan Perencanaan ................................................................................ 11
BAB VI GAMBAR PENGEMBANGAN RENCANA ............................................................................ 12

6.1. METODA PENGGAMBARAN .................................................................................... 12


6.2. LINGKUP PENGGAMBARAN .................................................................................... 24

BAB VII DRAFT RENCANA ANGGARAN BIAYA ............................................................................... 25

7.1. KRITERIA PENYUSUNAN RENCANA ANGGARAN BIAYA ........................................... 25


7.2. Struktur Atau Kerangka Anggaran Biaya Bangunan ................................................ 25
7.3. Langkah-Langkah Perhitungan RAB ........................................................................ 26

BAB VIII HASIL PELAKSANAAN ...................................................................................................... 28

8.1. GAMBAR PERENCANAAN ........................................................................................ 28


8.2. RENCANA ANGGARAN BIAYA .................................................................................. 28
8.3. PENYUSUNAN LAPORAN ........................................................................................ 29

BAB IX PENUTUP ............................................................................................................................ 30

LAMPIRAN

LAPORAN PEKERJAAN
- Daftar Isi -
[3]
[lampiran]

DAFTAR HARGA SATUAN UPAH DAN BAHAN PEMERINTAH KOTA MEDAN DAN PASAR

LAPORAN PEKERJAAN
- Daftar Isi -
[4]
LAPORAN PEKERJAAN
- Daftar Isi -
[5]

You might also like