You are on page 1of 4

NETRALITAS BANCI PNS

DALAM PEMILU KEPALA DAERAH

SIAPAKAH PEGAWAI NEGERI SIPIL?

Menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Pegawai Negeri

adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang

ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan

negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Pegawai negeri terdiri dari pegawai negeri sipil, anggota Tentara

Nasional Indonesia dan anggota Kepolisian Republik Indonesia.

Dari undang-undang tersebut dapat dinyatakan bahwa Pegawai Negeri Sipil (PNS)

adalah warga negara Republik Indonesia yang bukan anggota Tentara Nasional Indonesia

dan anggota Kepolisian Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat, diangkat oleh

pejabat yang berwenang untuk menjalankan tugas dalam jabatan negeri atau tugas

negara lainnya dan digaji menurut peraturan penggajian yang berlaku.

Reformasi Tahun 1998, telah merubah tatanan perpolitikan bangsa. Tidak hanya

tatanan politik nasional tapi juga daerah. Salah satu perubahan tsb yaitu pemilihan Kepala

Daerah. Kepala Daerah yang selama ini dipilih oleh DPRD saat ini dipilih langsung oleh

masyarakat memalui pemilihan umum Kepala Daerah yang jujur dan adil.

Reformasi juga telah merubah lakon politik PNS. Dari diarahkan, dituntut dan dipaksa

untuk memenangkan salah satu partai menjadi bebas menentukan pilihan tanpa paksaan

dan tekanan dari pihak manapun.

1
Belajar dari pengalaman, ketika PNS digunakan untuk melanggengkan kekuasaan dan

dikhawatirkan akan menimbulkan tumpang tindih peran sehingga terjadi konflik

kepentingan (conflic of interest) yang bisa merusak tatanan bernegara maka dikeluarkan

peraturan yang melarang PNS terlibat langsung dalam kancah politik. Tentunya aturan ini

dibuat dengan pertimbangan yang matang tanpa maksud mengkebiri kebebasan politik

PNS.

Netralitas PNS adalah amanah pasal 3 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang

Pokok-pokok Kepegawaian, yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 37

Tahun 2004 yang mengisyaratkan hanya ada dua opsi untuk PNS: Pertama, jika sudah

bertekad aktif dalam politik praktis, maka harus legowo meninggalkan status PNS. Kedua,

jika tetap ingin berkiprah mengabdi sebagai PNS, maka harus meninggalkan arena politik.

Undang-undang pemilu (Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 dan Undang-Undang

Nomor 42 Tahun 2008) menyatakan bahwa keikutsertaan PNS sebgai petugas kampanye

atau pelaksana kampanye merupakan tindak pidana pemilu yang penyelesaiannya harus

lewat proses hukum di kepolisian. Hal itu bermakna sikap partisan sesungguhnya

merupakan "kejahatan" politik.

Netralitas PNS bukan berarti PNS mengisolasi diri dengan tutup mata, tutup telinga dari

dunia politik. PNS dituntut mengikuti perkembangan politik sehingga memperoleh

informasi cukup untuk menjatuhkan pilihan secara tepat. PNS juga harus aktif menjadi

pemilih dan memberikan sosialisasi kepada keluarga dan lingkungannya sehingga bisa

mengurangi angka golput. Netralitas mengharuskan PNS tidak menyatakan dukungan

secara terang-terangan di depan publik, tidak melibatkan diri dan tidak berpihak.

2
PNS DAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH

Surat Edaran Mendagri nomor 270/4627/sj tertanggal 21 Desember 2009, yang

ditujukan kepada Gubernur dan Bupati/Walikota seluruh Indonesia agar menata semua

jajaran PNS untuk menjaga sikap netralnya dalam pemilihan umum kepala daerah.

Namun kenyataannya, masih ada oknum PNS (khususnya daerah yang mayoritas

PNS-nya adalah PNS daerah) yang berpolitik dalam pemilihan umum kepala daerah.

Faktor-faktor yang menyebabkan PNS berpolitik tersebut adalah pertama karena

hubungan kekeluargaan dan pertemanan, kedua karena ingin mendongkrak karier atau

mengamankan posisi (vested interst), ketiga keinginan PNS untuk dipimpin oleh orang

yang mempunyai integritas.

Jika dilihan dari sisi calon kepala daerah, mengapa calon kepala daerah merangkul

PNS agar memberi dukungan kepadanya? Setidaknya ada empat faktor yang menjadi

penyebab, yaitu pertama jumlah PNS yang cukup besar, kedua sebagian PNS mempunyai

tugas berhubungan langsung dengan masyarakat, diharapkan dari pelaksanaan tugasnya

tersebut PNS dapat mempengaruhi masyarakat untuk memberikan dukungan politik yang

sama dengan PNS, ketiga di daerah tertentu, PNS masih merupakan sosok yang didengar

dan diikuti segala tindak tanduknya, keempat PNS dianggap mempunyai akses terhadap

berbagai sumber daya yang dibutuhkan.

Dari hal tersebut, baik dari sisi PNS maupun dari sisi calon kepala daerah sendiri maka

akan muncul hubungan yang akhirnya akan saling menguntungkan bagi kedua belah

pihak (simbiosis mutualisme).

Dengan faktor-faktor tersebut, bagaimana seorang PNS bisa netral? Netral yang berarti

tidak memihak, kenyataannya dalam pemilihan umum kepala daerah PNS ikut memilih

yang akhirnya harus memilih salah satu dari calon-calon kepala daerah yang mengikuti

pemilihan umum, artinya PNS sudah tidak netral. Sudah memihak kepada salah satu

calon kepala daerah.


3
Bentuk-bentuk ketidaknetralan PNS dari awal proses pemilihan umum kepala daerah

sudah bisa dirasakan keberadaannya, seperti pertama mengadakan kegiatan/acara

dengan mengundang salah satu calon kepala daerah, kedua mengajak masyarakat

memilih calon kepala daerah yang dipilihnya melalui pertemuan-pertemuan informal,

ketiga menjadi tim sukses bayangan, keempat membantu pembiayaan kampanye secara

terselubung.

Ketidaknetralan PNS bukan sepenuhnya pilihan PNS sendiri, namun karena sistem

yang terbentuk. Seperti penjejangan karier PNS yang diharapakan bersaing secara

profesional, tetapi ada kalanya karier PNS ditentukan oleh pejabat pembina kepegawaian

yaitu kepala daerah.

Sistem telah membentuk netralitas PNS menjadi netralitas banci. Netral yang berpihak

tanpa boleh menunjukan secara langsung keberpihakan kepada yang dipilihnya. Sebuah

netralitas banci.

Semoga PNS memahami dan mengerti posisi serta perannya dalam pemilu kepala

daerah. Tidak menjadi sebuah netralitas yang banci.

You might also like