Professional Documents
Culture Documents
ABSES ABDOMINAL
Patofisiologi
Abses abdominal terbentuk pada area peritonitis lokal dimana infeksi ditutup oleh
penghalang seperti omentum dan peritoneum visceral atau parietal. Organisme infeksius yang
memungkikan untuk menyerang respon peritonitis lokal termasuk bakteri enterik gram negatif
yang beragam, Enterococcus, Bacteriodes, dan jamur. Sewaktu peritoneum diaktivasi secara
sekunder oleh kedua respon lokal dan sistemik, terdapat perubahan pada aliran darah,
meningkatkan fagositosis dari bakteri, dan deposit fibrin pada bakteri yang terperangkap.
Sequestrasi bakteri oleh fibrin memperlambat penyebaran sistemik dari bakteri dan
mengurangi resiko dari penyebaran bakteri secara menyeluruh. Bagaimanapun, deposit dari
fibrin juga dapat melindungi bakteri dari mekanisme pertahanan host, sehingga membuat
infeksi persisten yang berujung pada pembentukan abses.5
Abses abdominal dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu intraperitoneal,
retroperitonea, dan visceral. Abses intraperitoneal secara umum berkembang melalui satu atau
dua cara. Pertama, merupakan hasil dari peritonitis difus dimana lokulasi dari material purulen
membentuk pada area yang paling banyak terkena. Cara kedua dari pembentukan adalah karena
proses penyakit yang terjadi berdekatan atau trauma dimana pertahanan host secara adekuat
mencegah peritonitis difus dan proses walling off. Abses retroperitoneal terbentuk pada rongga
potensial antara peritoneum dan fascia transversalis yang membatasi aspek posterior dari
kavitas abdominal.5 Abses ini dapat terjadi sebagai hasil dari perforasi dari organ berongga ke
dalam retroperitoneum sebagaimana penyebaran dari hematogen atau limfogen.1 Abses viscera
berkembang dibatas dari satu organ abdominal viscera, seperti liver, pankreas, atau kandung
Diagnosis
Foto abdominal biasa dapat membantu dalam mengidentifikasi air-fluid level pada
posisi tegak atau dekubitus. Radriograf dada dapat membantu membedakan koleksi cairan pada
subfrenikus dari koleksi cairan di pleura. Radiografi biasa dapat menunjukkan keberadaan dari
abses, tetapi modalitas imajing lainnya memiliki kepentingan juga dalam menggantikan foto
rontgen biasa pada evaluasi abses intraabdominal.5
Penggunaan awal dari ultrasound pada diagnosis dari koleksi cairan intraabdominal
ditemukan memiliki beberapa keuntungan dan kerugian. Akurasi dari ultrasonografi dala
diagnosis dari abses intraabdominal ditemukan pada 97% dengan sensitivitas 93% dan
spesifitas 99%. Ultrasonografi menyediakan pemeriksaan cepat dan lengkap dari abdomen,
walaupun pada pasien dengan sakit berat. Apabila ditinjau dari segi harga, ultrasonografi
(USG) merupakan alat yang penting. Sebagai tambahan, USG tidak memerlukan transportasi
dari pasien yang sakit kritis, dan dapat dilakukan pada tempat tidur pasien langsung.5
Kegunaan dari ultrasound, bagaimanapun, tergantung dari kemampuan dan
pengalaman operatornya. Hal ini memberikan beberapa batasan dari kegunaan ultrasound.
Pertama, pada daerah diluar dari pelvis, kuadran kanan atas, dan kuadran kiri atas dimana
terdapat lien, gambaran yang optimal sulit untuk didapatkan. Kedua, pada pasien dengan ileus,
sebuah situasi yang tidak jarang terjadi pada abses intraabdominal, gambaran terdistorsi oleh
udara usus. Isu lainnya yang sering pada pasien bedah adalah hal-hal yang merintangi
ultrasound termasuk kawat, wound dressing, dan stoma. Berikutnya, ditemukan bahwa
karakteristik ultrasonik dari abses dan hematoma memiliki kesamaan. Lebih jauh, sifat cairan
yang ditentukan oleh ultrasound hanya khusus membantu menentukkan komposisi dari koleksi
cairan.5
Pemeriksaan Computed tomography (CT) berkembang dengan cepat sebagai modalitas
yang akurat dan sering digunakan pada proses penyakit ini. Deteksi pada 97% kasus abses
Terdapat beberapa kerugian dari CT, biasanya, terdapat kumpulan benda solid ang
menunjukkan kemiripan abses dengan leukosit tinggi dan mengandung protein. Termasuk di
dalamnya nekrosis tumor dan jaringan dapat mendemonstrasikan udara intrakavitas dan tidak
terinfeksi. Terakhir, pengelompokan dan tanda lainnya dari abses yang terlokulasi dapat
dengan mudah dilihat dengan ultrasound daripada CT. Pada akhirnya, pemeriksaan CT
kadang-kadang tidak dapt membedakan antara cairan subfrenikus dan pulmo, situasi yang
relatif biasa terjadi pada pembedahan abdomen.5
Antibiotik
Kenyataan yang dihadapi adalah bahwa tidak adanya bukti keberadaan yang kuat yang
menyatakan bahwa agen antimikrobial, yang melakukan penetrasi buruk pada abses yang telah
terbentuk, merupakan terapi sama pentingnya bila dibandingkan dengan evakuasi penuh dari
pus. Bila dilihat pada masa lampau, sewaktu abses pelvis diobservasi sampai mencapai
maturitas dan dilakukan drainase ke rektum atau vagina, tidak ada antibiotik yang digunakan
dan pemulihan terjadi dengan cepat dan menyeluruh. Penatalaksanaan secara umum,
bagaimanapun, walaupun dengan bukti yang sedikit, menunjukkan bahwa sewaktu abses
diduga kuat atau didiagnosis keberadaannya, maka terapi antibiotik dilakukan secara dini. Pada
Terapi konservatif
Secara tradisional, abses hepar multipel, sebagai konsekuensi dari piemia portal,
dimana tidak memungkinkan untuk dilakukan drainase, diterapi dengan antibiotik dengan
tingkat respon yang variabel. Hal ini juga berlaku pada terapi non operatif, dimana dengan
pemberian antibiotik berkepanjangan, pada anak dengan abses abdominal yang disebabkan
apendektomi untuk akut appendisitis.1
Drainase
Pada saat sekarang, paradigma yang ada, sewaktu dicurigai adanya abses pada CT atau
ultrasound (US), adalah terapi pasien dengan antibiotik dan dilanjutkan pada drainase. Pada
tindakan yang terburu-buru ini, pelajaran klinis yang dipelajari berabad-abad terlupakan. Pada
satu generasi yang lalu, dimana seorang pasien yang mengalami demam tinggi mendadak
setelah appendektomi secara sabar dan hati-hati diobservasi tanpa antibiotik, biasanya
temperatur menunjukkan tanda local inflammatory respon syndrome (LIRS) residual, akan
turun secara spontan. Pada minoritas pasien yang mengalami demam sepsis menunjukkan
supurasi lokal yang mengalami maturasi. Pada akhirnya, drainase dilakukan melalu rektum
sewaktu dinilai telah mengalami maturasi. Sekarang, pada sisi lain, teknik imajing diperlukan
secara instan untuk mendiagnosis red herring dimana dapat menybabkan prosedur invasif yang
tidak perlu. Perlu diingat, pada pasien demam yang stabi merupakan sebuah gejala pertahanan
host yang efektif, tidak merupakan sebuah indikasi untuk tindakan yang agresif.1
Drainase perkutaneus
Drainase perkutaneus dari abses menjadi teknik yang diterapkan dan alternatif yang
aman dibandingkan dengan pembedahan. Keuntungan teknik perkutaneus termasuk
penghindaran dari penggunaan anestesi umum, biaya yang lebih rendah, dan potensial dari
beberapa komplikasi. Prasyarat dari draiase kateter termasuk secara anatomis memiliki rute