You are on page 1of 9

MAKALAH

TRICHOMONIASIS
TUGAS MATA KULIAH PARASITOLOGI

oleh:
EEN NURHAYATI

UNIVERSITAS MATHLAUL ANWAR


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
BANTEN
2012
TAENIASIASIS (CACING PITA)

Taenia merupakan salah satu marga cacing pita yang termasuk dalam Kerajaan
Animalia, Filum Platyhelminthes, Kelas Cestoda, Bangsa Cyclophyllidea, Suku
Taeniidae. Anggota-anggotanya dikenal sebagai parasit vertebrata penting yang
menginfeksi manusia, babi, sapi, dan kerbau.

Perbedaan antar spesies

Terdapat tiga spesies penting cacing pita Taenia, yaitu Taenia solium, Taenia
saginata, dan Taenia asiatica. Ketiga spesies Taenia ini dianggap penting karena
dapat menyebabkan penyakit pada manusia, yang dikenal dengan istilah taeniasis
dan sistiserkosis.. Adapun perbedaan antarspesies cacing pita Taenia dapat dilihat
pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Perbedaan antara Taenia solium, Taenia saginata dan Taenia asiatica

No. Keterangan Taenia solium Taenia saginata Taenia asiatica

Inang definitif Usus halus Usus halus


1 Usus halus manusia
dan habitat manusia manusia

Sapi (utama), Babi (utama),


2 Inang antara Babi dan manusia
kambing, domba sapi

Cysticercus Cysticercus t.s.


3 Nama tahap larva Cysticercus bovis
cellulosae taiwanensis

Ukuran panjang x
4 (3-8)x 0,01 meter (4-15) x 0,01 meter 4-8 meter
lebar
5 Jumlah segmen 700-1000 1000-2000 712

30.000-50.000 di lebih dari 100.000 di


6 Jumlah telur
setiap segmen setiap segmen

Siklus Hidup

Siklus hidup Taenia sp.

Cacing pita Taenia dewasa hidup dalam usus manusia yang merupakan induk
semang definitif. Segmen tubuh Taenia yang telah matang dan mengandung telur
keluar secara aktif dari anus manusia atau secara pasif bersama-sama feses
manusia. Bila inang definitif (manusia) maupun inang antara (sapi dan babi)
menelan telur maka telur yang menetas akan mengeluarkan embrio (onchosphere)
yang kemudian menembus dinding usus. Embrio cacing yang mengikuti sirkulasi
darah limfe berangsur-angsur berkembang menjadi sistiserkosis yang infektif di
dalam otot tertentu. Otot yang paling sering terserang sistiserkus yaitu jantung,
diafragma, lidah, otot pengunyah, daerah esofagus, leher dan otot antar tulang
rusuk.

Infeksi Taenia dikenal dengan istilah Taeniasis dan Sistiserkosis. Taeniasis


adalah penyakit akibat parasit berupa cacing pita yang tergolong dalam genus
Taenia yang dapat menular dari hewan ke manusia, maupun sebaliknya. Taeniasis
pada manusia disebabkan oleh spesies Taenia solium atau dikenal dengan cacing
pita babi, sementara Taenia saginata dikenal juga sebagai cacing pita sapi.

Sistiserkosis pada manusia adalah infeksi jaringan oleh bentuk larva Taenia
(sistiserkus) akibat termakan telur cacing Taenia solium (cacing pita babi). Cacing
pita babi dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia, sedangkan cacing pita
sapi tidak dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia. Sedangkan kemampuan
Taenia asiatica dalam menyebabkan sistiserkosis belum diketahui secara pasti.
Terdapat dugaan bahwa Taenia asiatica merupakan penyebab sistiserkosis di Asia.

Manusia terkena taeniasis apabila memakan daging sapi atau babi yang setengah
matang yang mengandung sistiserkus sehingga sistiserkus berkembang menjadi
Taenia dewasa dalam usus manusia. Manusia terkena sistiserkosis bila tertelan
makanan atau minuman yang mengandung telur Taenia solium. Hal ini juga dapat
terjadi melalui proses infeksi sendiri oleh individu penderita melalui pengeluaran
dan penelanan kembali makanan.

Sumber penularan cacing pita Taenia pada manusia yaitu

1. Penderita taeniasis sendiri dimana tinjanya mengandung telur atau segmen


tubuh (proglotid) cacing pita.
2. Hewan, terutama babi dan sapi yang mengandung larva cacing pita
(sistisekus).
3. Makanan, minuman dan lingkungan yang tercemar oleh telur cacing pita.

Dampak terhadap Kesehatan

Cacing pita Taenia dapat menimbulkan penyakit yang disebut taeniasis dan
sistiserkosis. Gejala klinis terbanyak yang dikeluhkan adalah.

Pengeluaran segmen tubuh cacing dalam fesesnya (95%)


Gatal-gatal pada anus (77%)
Mual (46%)
Pusing (42%)
Peningkatan nafsu makan (30%)
Sakit kepala (26%)
Diare (18%)
Lemah (17%)
Merasa lapar (16%)
Sembelit (11%)
Penurunan berat badan (6%)
Rasa tidak enak di lambung (5%)
Letih (4%)
Muntah (4%)
Tidak ada selera makan saat lapar (1%)
Pegal-pegal pada otot (1%)
Nyeri di perut, mengantuk, serta kejang-kejang, gelisah, gatal-gatal di kulit
dan gangguan pernapasan (masing-masing <1%).

Sistiserkosis menimbulkan gejala dan efek yang beragam sesuai dengan lokasi
parasit dalam tubuh. Manusia dapat terjangkit satu sampai ratusan sistiserkus di
jaringan tubuh yang berbeda-beda. Sistiserkus pada manusia paling sering
ditemukan di otak (disebut neurosistiserkosis), mata, otot dan lapisan bawah kulit.

Dampak kesehatan yang paling ditakuti dan berbahaya akibat larva cacing Taenia
yaitu neurosistiserkosis yang dapat menimbulkan kematian. Neurosistiserkosis
adalah infeksi sistem saraf pusat akibat sistiserkus dari larva Taenia solium.
Neurosistiserkosis merupakan faktor risiko penyebab stroke baik pada manusia
yang muda maupun setengah baya, epilepsi dan kelainan pada tengkorak.
Sistiserkosis merupakan penyebab 1% kematian pada rumah sakit umum di
Meksiko City dan penyebab 25% tumor dalam otak

Pengendalian
Cara Pengendalian cacing pita Taenia

Pengendalian cacing pita Taenia dapat dilakukan dengan memutuskan siklus


hidupnya. Pemutusan siklus hidup cacing Taenia sebagai agen penyebab penyakit
dapat dilakukan melalui diagnosa dini dan pengobatan terhadap penderita yang
terinfeksi. Beberapa obat cacing yang dapat digunakan yaitu Atabrin, Librax dan
Niclosamide dan Praziquantel. Sedangkan untuk mengobati sistiserkosis dapat
digunakan Albendazole dan Dexamethasone. Untuk mengurangi kemungkinan
infeksi oleh Taenia ke manusia maupun hewan diperlukan peningkatan daya tahan
tubuh inang. Hal ini dapat dilakukan melalui vaksinasi pada ternak, terutama babi
di daerah endemis taeniasis/sistiserkosis serta peningkatan kualitas dan kecukupan
gizi pada manusia.

Lingkungan yang bersih sangat diperlukan untuk memutuskan siklus hidup Taenia
karena lingkungan yang kotor menjadi sumber penyebaran penyakit. Pelepasan
telur Taenia dalam feses ke lingkungan menjadi sumber penyebaran
taeniasis/sistiserkosis. Faktor risiko utama transmisi telur Taenia ke babi yaitu
pemeliharaan babi secara ekstensif, defekasi manusia di dekat pemeliharaan babi
sehingga babi memakan feses manusia dan pemeliharaan babi dekat dengan
manusia. Hal yang sama juga berlaku pada transmisi telur Taenia ke sapi. Telur
cacing ini dapat terbawa oleh air ke tempat-tempat lembap sehingga telur cacing
lebih lama bertahan hidup dan penyebarannya semakin luas.

Kontrol penyakit akibat Taenia di lingkungan dapat dilakukan melalui peningkatan


sarana sanitasi, pencegahan konsumsi daging yang terkontaminasi, pencegahan
kontaminasi tanah dan tinja pada makanan dan minuman. Pembangunan sarana
sanitasi, misalnya kakus dan septic tank, serta penyediaan sumber air bersih sangat
diperlukan. Pencegahan konsumsi daging yang terkontaminasi dapat dilakukan
melalui pemusatan pemotongan ternak di rumah potong hewan (RPH) yang
diawasi oleh dokter hewan.

Infeksi Cacing Pita


Cacing pita merupakan golongan Cestoda yang termasuk 1 dari 3 kelas cacing
parasit (parasit = membutuhkan intermediate host yaitu manusia dalam
perkembangannya). Dua lainnya adalah kelas Nematoda dan Trematoda. Cacing
pita menempel pada saluran usus dan menyerap asupan nutrisi dari host yang
terinfeksi. Ada dua jenis Cestoda yang akan kita bahas pada thread ini, yang
mungkin sudah pernah teman teman dengar sebelumnya yaitu cacing pita pada
sapi (taenia saginata) dan cacing pita pada babi (taenia solium).

Taenia Saginata

Taenia Saginata dewasa dapat berukuran 3 5 meter (beberapa mencapai 10


meter), menempel dan menghisap nutrisi melalui dinding dinding bagian atas
saluran cerna. Manusia sebenarnya bukan host definitive melainkan host
intermediate dan terinfeksi sebagai akibat memakan daging sapi mentah (seperti
Ethiopia) atau yang dimasak kurang matang dan mengandung larva cacing pita.
Seekor T. Saginata dewasa bisa menelurkan 50,000 telur perhari selama 10 tahun.
Area endemis T. Saginata antara lain Amerika Latin, Afrika, Timur Tengah, dan
Asia Tengah, terutama dimana ada peternakan sapi dengan sanitasi yang buruk.
Diperkirakan lebih dari 100 juta kasus di seluruh dunia.

Manifestasi klinis Taenia Saginata

Biasanya dimulai dengan pasien yang curiga dengan meemukan segmen cacing
dalam faeces, telur cacing juga bisa kita jumpai. Sejumlah pasien mengeuhkan
nyeri lambung ringan, diare, dan penurunan berat badan. Appendicitis (radang usus
buntu) dan Cholangitis (infeksi saluran empedu) juga bisa terjadi sebagai akibat
migrasi cacing pita pada fase proglotid.

Pencegahan: pastikan daging sapi yang kita makan sudah matang karena T.
Saginata pada daging sapi bisa rusak pada temperature di atas 48 derajat Celcius.
Perbaikan sanitasi pada peternakan juga bisa perlu dilakukan untuk pencegahan. Di
negara negara Eropa inspeksi daging sapi diberlakukan secara ketat, yaitu dengan
mengamati langsung daging sapi segar dan kemudian dibekukan (deep frozen
dibawah 20 derajat Celcius selama 24 jam)

Taenia Solium

Taenia Solium dewasa dapat berukuran 2 3 meter (dapat mencapai 7 meter).


Yang membedakan dari T. Saginata adalah T. Solium pada fase larva dapat
menyebabkan Cysticercosis (kerusakan jaringan tempat mereka berkembang biak)
dan Neurocysticercosis (kerusakan syaraf) yang bisa berakibat kematian, dimana
diperkirakan 50 100 juta orang terinfeksi Cysticercosis di seluruh dunia. Daerah
endemis T. Solium adalah daerah daerah yang tinggi konsumsi daging babi
terutama yang tidak dimasak sampai matang. Ethiopia, Kenya, Congo, Madagaskar
merupakan daerah endemis. Di Amerika Serikat dilaporkan 1,000 kasus baru tiap
tahun, utamanya akibat imigran dari Amerika Latin.

Manifestasi klinis Taenia Solium

Infeksi T. Solium biasanya tanpa gejala, tetapi yang dikeluhkan biasanya nyeri
lambung (tidak begitu jelas), mual, kelaparan dan penurunan berat badan,
anoreksia (kurang nafsu makan) tapi bisa juga mengalami peningkatan nafsu
makan. Seperti yang sudah disebutkan juga, fase larva yang berkembang bisa
mengakibatkan Cysticercosis dimana paling sering menyerang system syaraf
(Neurocysticercosis) yang berakibat penderita kejang berat dan kematian.

Pencegahan: sama seperti T. Saginata, yaitu memasak hingga matang daging babi
konsumsi. Pengawasan babi ternak dengan mengecek kesehatan mulut babi
terhadap fase larva T. Solium, dan inspeksi langsung daging babi segar dan metode
deep frozen harus dilakukan. Begitu juga masalah sanitasi pada peternakan babi.

You might also like