Professional Documents
Culture Documents
TRICHOMONIASIS
TUGAS MATA KULIAH PARASITOLOGI
oleh:
EEN NURHAYATI
Taenia merupakan salah satu marga cacing pita yang termasuk dalam Kerajaan
Animalia, Filum Platyhelminthes, Kelas Cestoda, Bangsa Cyclophyllidea, Suku
Taeniidae. Anggota-anggotanya dikenal sebagai parasit vertebrata penting yang
menginfeksi manusia, babi, sapi, dan kerbau.
Terdapat tiga spesies penting cacing pita Taenia, yaitu Taenia solium, Taenia
saginata, dan Taenia asiatica. Ketiga spesies Taenia ini dianggap penting karena
dapat menyebabkan penyakit pada manusia, yang dikenal dengan istilah taeniasis
dan sistiserkosis.. Adapun perbedaan antarspesies cacing pita Taenia dapat dilihat
pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Perbedaan antara Taenia solium, Taenia saginata dan Taenia asiatica
Ukuran panjang x
4 (3-8)x 0,01 meter (4-15) x 0,01 meter 4-8 meter
lebar
5 Jumlah segmen 700-1000 1000-2000 712
Siklus Hidup
Cacing pita Taenia dewasa hidup dalam usus manusia yang merupakan induk
semang definitif. Segmen tubuh Taenia yang telah matang dan mengandung telur
keluar secara aktif dari anus manusia atau secara pasif bersama-sama feses
manusia. Bila inang definitif (manusia) maupun inang antara (sapi dan babi)
menelan telur maka telur yang menetas akan mengeluarkan embrio (onchosphere)
yang kemudian menembus dinding usus. Embrio cacing yang mengikuti sirkulasi
darah limfe berangsur-angsur berkembang menjadi sistiserkosis yang infektif di
dalam otot tertentu. Otot yang paling sering terserang sistiserkus yaitu jantung,
diafragma, lidah, otot pengunyah, daerah esofagus, leher dan otot antar tulang
rusuk.
Sistiserkosis pada manusia adalah infeksi jaringan oleh bentuk larva Taenia
(sistiserkus) akibat termakan telur cacing Taenia solium (cacing pita babi). Cacing
pita babi dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia, sedangkan cacing pita
sapi tidak dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia. Sedangkan kemampuan
Taenia asiatica dalam menyebabkan sistiserkosis belum diketahui secara pasti.
Terdapat dugaan bahwa Taenia asiatica merupakan penyebab sistiserkosis di Asia.
Manusia terkena taeniasis apabila memakan daging sapi atau babi yang setengah
matang yang mengandung sistiserkus sehingga sistiserkus berkembang menjadi
Taenia dewasa dalam usus manusia. Manusia terkena sistiserkosis bila tertelan
makanan atau minuman yang mengandung telur Taenia solium. Hal ini juga dapat
terjadi melalui proses infeksi sendiri oleh individu penderita melalui pengeluaran
dan penelanan kembali makanan.
Cacing pita Taenia dapat menimbulkan penyakit yang disebut taeniasis dan
sistiserkosis. Gejala klinis terbanyak yang dikeluhkan adalah.
Sistiserkosis menimbulkan gejala dan efek yang beragam sesuai dengan lokasi
parasit dalam tubuh. Manusia dapat terjangkit satu sampai ratusan sistiserkus di
jaringan tubuh yang berbeda-beda. Sistiserkus pada manusia paling sering
ditemukan di otak (disebut neurosistiserkosis), mata, otot dan lapisan bawah kulit.
Dampak kesehatan yang paling ditakuti dan berbahaya akibat larva cacing Taenia
yaitu neurosistiserkosis yang dapat menimbulkan kematian. Neurosistiserkosis
adalah infeksi sistem saraf pusat akibat sistiserkus dari larva Taenia solium.
Neurosistiserkosis merupakan faktor risiko penyebab stroke baik pada manusia
yang muda maupun setengah baya, epilepsi dan kelainan pada tengkorak.
Sistiserkosis merupakan penyebab 1% kematian pada rumah sakit umum di
Meksiko City dan penyebab 25% tumor dalam otak
Pengendalian
Cara Pengendalian cacing pita Taenia
Lingkungan yang bersih sangat diperlukan untuk memutuskan siklus hidup Taenia
karena lingkungan yang kotor menjadi sumber penyebaran penyakit. Pelepasan
telur Taenia dalam feses ke lingkungan menjadi sumber penyebaran
taeniasis/sistiserkosis. Faktor risiko utama transmisi telur Taenia ke babi yaitu
pemeliharaan babi secara ekstensif, defekasi manusia di dekat pemeliharaan babi
sehingga babi memakan feses manusia dan pemeliharaan babi dekat dengan
manusia. Hal yang sama juga berlaku pada transmisi telur Taenia ke sapi. Telur
cacing ini dapat terbawa oleh air ke tempat-tempat lembap sehingga telur cacing
lebih lama bertahan hidup dan penyebarannya semakin luas.
Taenia Saginata
Biasanya dimulai dengan pasien yang curiga dengan meemukan segmen cacing
dalam faeces, telur cacing juga bisa kita jumpai. Sejumlah pasien mengeuhkan
nyeri lambung ringan, diare, dan penurunan berat badan. Appendicitis (radang usus
buntu) dan Cholangitis (infeksi saluran empedu) juga bisa terjadi sebagai akibat
migrasi cacing pita pada fase proglotid.
Pencegahan: pastikan daging sapi yang kita makan sudah matang karena T.
Saginata pada daging sapi bisa rusak pada temperature di atas 48 derajat Celcius.
Perbaikan sanitasi pada peternakan juga bisa perlu dilakukan untuk pencegahan. Di
negara negara Eropa inspeksi daging sapi diberlakukan secara ketat, yaitu dengan
mengamati langsung daging sapi segar dan kemudian dibekukan (deep frozen
dibawah 20 derajat Celcius selama 24 jam)
Taenia Solium
Infeksi T. Solium biasanya tanpa gejala, tetapi yang dikeluhkan biasanya nyeri
lambung (tidak begitu jelas), mual, kelaparan dan penurunan berat badan,
anoreksia (kurang nafsu makan) tapi bisa juga mengalami peningkatan nafsu
makan. Seperti yang sudah disebutkan juga, fase larva yang berkembang bisa
mengakibatkan Cysticercosis dimana paling sering menyerang system syaraf
(Neurocysticercosis) yang berakibat penderita kejang berat dan kematian.
Pencegahan: sama seperti T. Saginata, yaitu memasak hingga matang daging babi
konsumsi. Pengawasan babi ternak dengan mengecek kesehatan mulut babi
terhadap fase larva T. Solium, dan inspeksi langsung daging babi segar dan metode
deep frozen harus dilakukan. Begitu juga masalah sanitasi pada peternakan babi.