Professional Documents
Culture Documents
Pertemuan : 1
PEMERIKSAAN GLUKOSA URINE CARA FEHLING
I. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Untuk dapat memahami cara pemeriksaan glukosa dalam urine.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Untuk dapat melakukan pemeriksaan glukosa dalam urine dengan cara
fehling
Untuk dapat mengetahui kadar glukosa dalam urine probandus dengan
cara fehling
II. METODE
Metode yang digunakan dalam pemeriksaan glukosa uinr adalah cara fehling.
III. PRINSIP
Glukosa dalam urine dapat mereduksi garam-garam kompleks dalam reagen
fehling yaitu ion kupro dan membentuk endapan Cu 2O berwarna hijau, kekuningan,
sampai merah.
7 Masing-masing sampel
dipanaskan pada api Bunsen.
Kanan : Sampel A
Kiri : Sampel B
Perlakuan
Sebelum Sesudah
N Komposisi bahan Interpretasi
dipanaskan
o hasil
IX. PEMBAHASAN
Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang
penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin
orang yang sehat. Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urine termasuk
pemeriksaan penyaring. Untuk menyatakan keberadaan suatu glukosa, dapat
dilakukan dengan cara yang berbeda- beda. Cara yang tidak spesifik dapat dilakukan
dengan menggunakan suatu zat dalam reagen yang berubah sifat dan warnanya jika
direduksi oleh glukosa. Diantaranya adalah penggunaan reagen fehling yang dapat
dipakai untuk menyatakan adanya reduksi yang mengandung garam cupri. Sedangkan
pembuktian glukosuria secara spesifik dapat dilakukan dengan menggunakan enzim
glukosa oxidase (Prasetya, 2011).
Pada praktikum ini Metode pemeriksaan yang digunakan yaitu metode uji fehling.
Pereaksi ini dapat direduksi selain oleh karbohidrat yang mempunyai sifat mereduksi,
juga dapat direduksi oleh reduktor lain. Pereaksi Fehling terdiri atas dua larutan, yaitu
larutan Fehling A dan 1arutan Fehling B. Larutan Fehling A adalah larutan CuS0 4
dalam air, sedangkan larutan Fehling B adalah larutan garam K-Na-tartrat dan NaOH
dalam air. Kedua macam larutan ini disimpan terpisah baru dicampur menjelang
digunakan untuk memeriksa suatu karbohidrat. Dalam pereaksi ini ion Cu ++ direduksi
menjadi ion Cu+ dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu 20.
Pemeriksaan glukosa termasuk pemeriksaan semi kuantitaf. Salah satu tujuan dari
pemeriksaan glukosa ini adalah untuk pemeriksaan diabetes. Pada pratikum kali ini,
langkah pertama yang dilakukan adalah proses pra- analitik. Alat yang akan
digunakan harus disiapkan terlebih dahulu. Selain itu, siapkan juga reagen fehling A
dan reagen fehling B serta sampel. Sampel yang digunakan disini adalah dua jenis
sampel urin yang berbeda, dimana sampel ditampung di dalam botol yang terbuat dari
plastik. Wadah untuk menampung spesimen urine sebaiknya terbuat dari bahan
plastik, tidak mudah pecah, bermulut lebar, dapat menampung 10-15 ml urine dan dapat ditutup
dengan rapat.Selain itu juga harus bersih, kering, tidak mengandung bahan yang dapat
mengubah komposisi zat-zat yang terdapat dalam urine. Penyimpanan dan Pengawetan Urin
sama-sama memiliki tujuan penting untuk menjaga integritasurin dan mencegah
pertumbuhan mikroba pada urin tersebut . Pencegahan tersebut dilakukandengan
menyimpan langsung spesimen urin yang baru dikumpulkan kedalam refrigrator , dan jika
dibutuhkan tambahkan bahan bahan kimia untuk pengawetannya . Dalam
penyimpanan urin, sebaiknya urin disimpan pada suhu 4C dalam refrigrator dan urin
tersebut dimasukkan terlebih dahulu kedalam botol tertutup untuk memperkecil
perubahan susunan urin oleh kuman kuman .Idealnya spesimen tersebut harus dikirim ke
laboratorium dan dianalisis dalam waktu 1 jam setelah pengumpulan.
Kedua sampel urin ini memiliki warna yang hampir sama, yaitu kuning agak
pekat. Tabung reaksi yang digunakan disini sebanyak dua buah, pada masing masing
tabung diperlakukan hal yang sama yaitu ditambahkan 1ml Fehling A dan 1ml Fehling
B, yang kemudian ditambahkan sampel urine A sebanyak 0,5 mL ke tabung pertama
dan sampel urin B sebanyak 0,5ml ke tabung yang kedua. Penilaian makroskopis yang
dapat diamati yaitu pada warna larutan kedua tabung A dan B yaitu biru tua.
Kemudian dilanjutkan pemanasan diatas api bunsen, pada proses ini tabung reaksi
sedikit dimiringkan dan digoyangkan secara perlahan dengan kecepatan konstan agar
campuran reagen dan sampel tersebut dapat bereaksi dengan baik, lalu diamati sampai
terjadi perubahan warna, selain itu kekeruhan yang terjadi juga diamati.
Perubahan yang terjadi pada tabung A dan tabung B setelah pemanasan yaitu :
- Pada tabung A menunjukkan hasil positif 2 (larutan berwarna kuning kehijauan dan
terdapat endapan kuning). Hasil positif ini menunjukkan adanya kandungnya glukosa
dalam sampel urine.
- Pada tabung B menunjukkan hasil positif 1 (larutan keruh berwarna hijau
kekuningan). Hasil positif menunjukan adannya kandungnya glukosa dalam sampel
urine.
Maka dari hasil pengamatan tersebut, dapat dikatakan bahwa sampel A mengandung
glukosa dengan kadar lebih tinggi daripada sampel B.
Pada orang normal tidak ditemukan adanya glukosa dalam urin. Glukosuria dapat
terjadi karena peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kapasitas
maksimum tubulus untuk mereabsorbsi glukosa. Hal ini dapat ditemukan pada kondisi
diabetes mellitus, tirotoksikosis, sindroma cushing, phaeochromocytoma, peningkatan
tekanan intracranial atau karena ambang rangsang ginjal yang menurun seperti pada
renal glukosuria, kehamilan dan sindroma Fanconi.
Namun reaksi positif tidak selalu berarti pasien menderita Diabetes Mellitus. Hal
ini dikarenakan pada penggunaan cara reduksi dapat terjadi hasil positif palsu pada
urin yang disebabkan karena adanya kandungan bahan reduktor selain glukosa. Bahan
pereduktor yang dapat menimbulkan reaksi positif palsu tersebut antara lain :
galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat, dan obat-obatan seperti
streptomycin, salisilat, dan vitamin C.
Oleh karena itu, perlu dilakukan uji lebih lanjut untuk memastikan jenis gula
pereduksi yang terkandung dalam sampel urin. Hal ini dikarenakan hanya kandungan
glukosa yang mengindentifikasi keberadaan penyakit diabetes.
X. KESIMPULAN
Dari pratikum yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Reagen fehling A yang ditambah dengan Reagen fehling B masing-masing 1 mL
dan dicampur dengan sampel akan menghasilkan warna biru tua. Lalu ditambah
sampel urine 0,5 mL lalu dipanaskan hingga perubahan warna konstan.
2. Pada sampel A, setelah dipanaskan diperoleh hasil positif 2 dimana terjadi
perubahan warna dari biru tua menjadi kuning kehijauan dan terdapat endapan
berwarna kuning. Pada sampel B, setelah dipanaskan diperoleh hasil positif 1
dimana terjadi perubahan warna dari biru tua menjadi keruh dan berwarna hijau
kekuningan. Jadi, Sampel A mengandung glukosa dengan kadar lebih tinggi
daripada sampel B.
Ida. 2012. Tes glukosa urine dengan metode fehling dan benedict. Online. http://
smart-fresh.blogspot.com/2012/06/tes-glukosa-urine-fehling-benedict.html.
Diakses pada 9 September 2014