You are on page 1of 10

HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU DAN STATUS EKONOMI KELUARGA

DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

Nana S & Tinah


Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

ABSTRAK
Di Indonesia, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) selalu
menempati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok
bayi dan balita. Selain itu ISPA juga sering berada pada daftar 10
penyakit terbanyak di rumah sakit. Survei mortalitas yang
dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan
ISPA/Pneumonia sebagai penyebab kematian bayi terbesar di
Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian balita.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan pendidikan ibu
dan status ekonomi keluarga dengan kejadian ISPA pada Balita.
Penelitian dilakukan di Puskesmas Boyolali II jenis penelitian yang
digunakan adalah korelasi diskriptif, dengan pendekatan cross
sectional study. Jumlah objek yang diteliti sebanyak 36 orang,
dan semuanya di jadikan sampel dalam penelitian ini.
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan Chi-Square bahwa
ada hubungan antara ISPA dengan pendidikan ibu dan status
ekonomi keluarga. Hasil perhitungan tingkat pendidikan dengan
ISPA memiliki (p value) = 0,016. Dilihat dari p value = 0,016 berarti
lebih kecil dari 0,05, maka artinya ada hubungan antara
pendidikan dengan kejadian ISPA. Hasil perhitungan status
ekonomi dengan ISPA memiliki (p value) = 0,000. Dilihat dari p
value = 0,000 berarti lebih kecil dari 0,05, maka artinya ada
hubungan antara status ekonomi dengan kejadian ISPA.
Dengan terujinya penelitian ini, sebaiknya masyarakat lebih
mengetahui tentang ISPA, penyebab ISPA maupun pencegahan
ISPA. Agar kejadian ISPA pada balita dapat dicegah.

Kata Kunci : Pendidikan ibu, Status ekonomi, ISPA

PENDAHULUAN diperlukan berbagai cara untuk


Tujuan pembangunan kesehatan mendapatkannya.
yang telah tercantum pada Sistem World Health Organization (WHO)
Kesehatan Nasional adalah suatu memperkirakan insidens Infeksi Saluran
upaya penyelenggaraan kesehatan Pernapasan Akut (ISPA) di negara
yang dilaksanakan oleh bangsa berkembang dengan angka kematian
Indonesia guna mendapatkan balita di atas 40 per 1000 kelahiran
kemampuan hidup sehat bagi setiap hidup adalah 15% -20% pertahun pada
masyarakat agar dapat mewujudkan golongan usia balita. Menurut WHO
derajat kesehatan yang optimal yang 13 juta anak balita di dunia meninggal
mana dikatakan bahwa peningkatan setiap tahun dan sebagian besar kematian
derajat kesehatan masyarakat tersebut terdapat di Negara berkembang,
dipengaruhi oleh beberapa faktor dimana pneumonia merupakan salah satu
yaitu lingkungan, pelayanan penyebab utama kematian dengan
kesehatan, tindakan serta bawaan membunuh 4 juta anak balita setiap
(congenital). Hidup sehat merupakan tahun.
hak yang dimilki oleh setiap manusia Di Indonesia, Infeksi Saluran
yang ada didunia ini, akan tetapi Pernapasan Akut (ISPA) selalu

Jurnal Kebidanan, Vol. IV, No. 01, Juni 2012 1


menempati urutan pertama penyebab METODE PENELITIAN
kematian pada kelompok bayi dan Jenis penelitian yang digunakan
balita. Selain itu ISPA juga sering adalah korelasi diskriptif, dengan
berada pada daftar 10 penyakit pendekatan cross sectional study.
terbanyak di rumah sakit. Survei Korelasi Diskriptif yaitu suatu metode
mortalitas yang dilakukan oleh Subdit penelitian yang dilakukan dengan
ISPA tahun 2005 menempatkan tujuan utama untuk membuat
ISPA/Pneumonia sebagai penyebab gambaran atau deskripsi tentang
kematian bayi terbesar di Indonesia suatu keadaan secara objektif dan
dengan persentase 22,30% dari seluruh digunakan untuk memecahkan atau
kematian balita. menjawab permasalahan yang
Penemuan penderita ISPA pada sedang dihadapi pada situasi
balita di Jawa Tengah, sejak tahun sekarang.
2008 hingga 2010, berturutturut Pendekatan dalam penelitian ini
adalah 74.278 kasus (36,26%), 62.126 adalah dengan pendekatan cross
kasus (31,45%), 72.537 kasus (35,94%). sectional yaitu pengukuran variabel
Sedangkan penderita ISPA pada subyek dilakukan pada saat
balita di Kabupaten Boyolali pada pemeriksaan tersebut dan subyek
tahun 2010 sebanyak 7.289 kasus hanya diobservasi satu kali saja
(24,63%). Data kesakitan yang pengukurannya.
dilaporkan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Boyolali menduduki urutan Variabel Penelitian
pertama. Variabel adalah suatu ukuran
Berdasarkan studi pendahuluan atau ciri yang dimiliki oleh anggota-
yang dilakukan peneliti di Puskesmas anggota suatu kelompok yang
Boyolali II pada bulan Desember 2010 berbeda dengan yang dimiliki oleh
jumlah balita yang berkunjung karena kelompok lain.
sakit sebanyak 132 balita, dari data 1. Variabel bebas (Independen)
tersebut paling banyak ditemukan adalah variabel yang
balita dengan ISPA (83 balita (62,9%)), mempengaruhi variabel yang
hal ini menduduki urutan pertama dari menjadi sebab timbulnya atau
beberapa penyakit pada balita yang berubahnya variabel dependen /
berkunjung di Puskesmas Boyolali II variabel terikat, jadi variabel
pada bulan Desember 2010. Di wilayah independent adalah variabel
Puskesmas Boyolali II rata rata tingkat yang mempengaruhi. Variabel
pendidikan ibu masih rendah SD independent dalam penelitian ini
(39,76%), SMP (20,48%), SMA (15,66%), adalah pendidikan ibu dan status
PT(9,64%), Tidak Sekolah (14,46%). Dari ekonomi keluarga.
data tersebut paling banyak ibu 2. Variabel terikat (dependen) sering
dengan pendidikan SD. Begitu juga disebut respon, output, kriteria
dengan status ekonomi keluarga konsekuen. Variabel terikat
dimana mayoritas penduduknya merupakan variabel yang
bekerja sebagai petani dan buruh. dipengaruhi atau menjadi akibat,
Dari latar belakang diatas karena adanya variabel bebas.
peneliti berniat akan melakukan Variabel dependen dalam
penelitian tentang Hubungan penelitian ini adalah kejadian
Pendidikan Ibu Dan Status Ekonomi ISPA pada balita.
Keluarga Dengan Kejadian ISPA Pada
Balita di Puskesmas Boyolali II.

Jurnal Kebidanan, Vol. IV, No. 01, Juni 2012 2


Definisi Operasional
Variabel Definisi operasional Kriteria Alat ukur Skala
Pendidikan ibu Suatu jenjang sekolah Pendidikan dasar, Check List Ordinal
terakhir yang dilaksanakan Pendidikan Menengah,
oleh ibu dan dinyatakan Pendidikan Tinggi
dengan ijasah terakhir
Status Pendapatan atau gaji dari UMR Rp 800.500,- , Check List Ordinal
ekonomi seluruh anggota keluarga <UMR Rp 800.500,-
bapak, ibu dan anak dalam
1bulan untuk memenuhi
kebutuhan sehari hari.
ISPA Suatu penyakit Infeksi yang ISPA ringan : Check List Ordinal
menyerang saluran jika batuk, serak, pilek,
pernafasan mulai dari panas lebih dari370C
hidung sampai paru paru ISPA sedang :
dan bersifat akut jika gejala ispa ringan,
disertai pernafasan
>50x/ menit pada anak
usia <1th atau
>40x/menit pada anak
1tahun atau lebih, suhu
>390C,
tenggorokan berwarna
merah, pada kulit timbul
bercak seperti campak,
telinga sakit, pernafasan
mendengkur
ISPA berat :
jika ditemukan gejala
ISPA ringan dan ISPA
sedang, disertai bibir
dan kulit biru, hidung
kembang kempis,
kesadaran menurun,
gelisah, dada tertarik
kedalam pada saat
bernafas, nadi 60x/menit
atau tidak teraba.

Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik menggunakan sampel jenuh (total


Sampel populasi) yaitu pengambilan
1. Populasi sampel didasarkan pada seluruh
Populasi adalah keseluruhan objek jumlah populasi dimana seluruh
penelitian atau objek yang diteliti. jumlah populasi di jadikan sampel
Populasi dalam penelitian ini dalam penelitian ini.
adalah ibu-ibu yang balitanya
mengalami ISPA di Puskesmas Alat dan Metode Pengumpulan Data
Boyolali II pada bulan Februari 1. Alat pengumpulan data
2011 sejumlah 36 kasus. Alat yang digunakan untuk
2. Sampel pengumpulan data berupa check list.
Sampel adalah sebagian yang Dimana peneliti memberikan
diambil dari keseluruhan objek pertanyaan sesuai daftar pertanyaan
yang diteliti yang dianggap pada check list dan responden
mewakili populasi. Sampel dari memberikan jawaban.
penelitian ini adalah ibu yang Check list tentang kejadian
balitanya menderita ISPA sejumlah ISPA terdiri dari 15 pertanyaan tertutup,
36 responden. yang mana berisi tanda dan gejala
3. Tehnik Sampling dari ISPA. Responden menjawab ya
Untuk mendapatkan sampel yang jika balita mengalami keadaan
dapat mengambarkan populasi, tersebut sesuai dengan pertanyaan
maka dalam menentukan sampel pada check list dan responden
penelitian ini dengan menjawab tidak jika balita tidak

Jurnal Kebidanan, Vol. IV, No. 01, Juni 2012 3


mengalami keadaan tersebut sesuai Pada penelitian ini untuk alat
dengan pertanyaan pada check list. pengumpulan data, peneliti tidak
Pada saat melakukan dilakukan uji validitas dan reliabilitas
penelitian, selain check list alat yang karena isi dari check list merupakan
digunakan peneliti yaitu termometer tanda dan gejala dari ISPA yang sudah
untuk mengukur suhu tubuh balita sesuai dengan teori.
untuk mengkategorikan apakah 2. Metode pengumpulan data
termasuk ISPA ringan, sedang atau Data primer dikumpulkan
berat. Selain termometer alat ukur dengan cara melakukan observasi
yang digunakan yaitu senter untuk langsung dengan responden,
melihat pada tenggorokan anak menggunakan check list berdasarkan
apakah terjadi peradangan atau daftar pertanyaan yang telah tersedia.
tidak.

Metode Pengolahan Dan Analisis Data


1. Metode Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer
melalui program Statistical Product and Service Solution (SPSS) for Windows versi 16.0.
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari
variabel kejadian ISPA berdasarkan kategori faktor resiko yang sesuai untuk
menjelaskan karakteristik dari variabel yang diteliti dengan menggunakan
rumus.

Keterangan :
P : Persentase
F : Jumlah pertanyaan
N : Jumlah semua pertanyaan

b. Analisis Bivariat
Sedangkan uji statistik yang digunakan adalah uji chi square. Alasan
peneliti memilih chi square karena teknik ini menggunakan data nominal
yaitu dengan rumus :
fo fh
2

X 2

fh
Keterangan
X2 : chi square
fo : frekuensi yang diperoleh berdasarkan data
fh : frekuensi yang diharapkan
Untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik digunakan batas
kemaknaan 0,05. Jika nilai value < 0,05 maka Ha diterima. Jika value >
0,05 maka Ha ditolak. Pelaksanaan uji statistik ini dibantu dengan metode
SPSS versi 16.0.

HASIL PENELITIAN Distribusi frekuensi responden berdasarkan


pendidikan ibu di Puskesmas Boyolali II pada
1. Analisis Univariat
bulan Februari 2011
Analisis univariat dilakukan untuk Persentase
Pendidikan Frekuensi
menganalisis karakteristik responden, (%)
yaitu pendidikan dan status ekonomi Dasar 15 41.7
responden Menengah 18 50.0
Tinggi 3 8.3
a. Karakteristik responden dilihat dari Total 36 100.0
pendidikan Sumber : olah data primer tahun 2011

Jurnal Kebidanan, Vol. IV, No. 01, Juni 2012 4


Dari data tabel di atas dapat responden dengan status ekonomi
dijelaskan bahwa terdapat responden yang dibawah UMR (< Rp 800.500,-)
dengan Pendidikan Dasar sejumlah 15 sebanyak 8 responden (22,2%).
responden (41,7%), Pendidikan
Menengah sejumlah 18 responden c. Karakteristik responden di lihat dari
(50,0%), sedangkan responden tingkat kejadian ISPA
dengan Pendidikan Tinggi sebanyak 3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan
kejadian ISPA di Puskesmas Boyolali II pada bulan
responden (8,3%).
Februari 2011
Persentase
Kejadian ISPA Frekuensi
b. Karakteristik responden di lihat dari (%)
status ekonomi ispa ringan 10 27.8
Distribusi frekuensi responden berdasarkan status ispa sedang 20 55.6
ekonomi di Puskesmas Boyolali II pada bulan ispa berat 6 16.7
Februari 2011
Total 36 100.0
Persentase
Status Ekonomi Frekuensi Sumber : olah data primer tahun 2011
(%)
dibawah UMR 8 22.2
lebih dari UMR 28 77.8 Dari data tabel di atas dapat
Total 36 100.0 dijelaskan bahwa terdapat responden
Sumber : olah data primer tahun 2011 yang mengalami ISPA ringan sebanyak
10 responden (27,8%), ISPA sedang
Dari data tabel di atas dapat sebanyak 20 responden (55,6%) dan
dijelaskan terdapat responden ISPA berat 6 responden (16,7%)
dengan status ekonomi lebih dari UMR
( Rp 800.500,-) sebanyak 28
responden (77,8%), dan terdapat

2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan
antara dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen yang ada.
Hasil analisis dari hubungan antara tingkat pendidikan dan sosial ekonomi
dengan kejadian ISPA dapat dilihat pada uraian dibawah ini :
a. Hubungan tingkat pendidikan dengan kejadian ISPA pada balita

Uji Statistik Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas Boyolali II
pada bulan Februari 2011

Tingkat ISPA P
No. Jumlah X
Pendidikan value
Ringan Sedang Berat
1. Dasar 3 6 6 15 12.180 0,016
% 8.3 16.7 16.7 41.7
2. Menengah 5 13 18
0
% 13,8 36,1 50
3. Tinggi 2 1 3
0
% 5,4 2,7 8,3
Jumlah 11 18 7 36
% 30,5 50 19,4 100
Sumber : olah data primer tahun 2011

Dari tabel tersebut di atas dapat (50,0%) yang balitanya menderita ISPA
diketahui bahwa ibu dengan ringan sebanyak 5 responden (13,8%),
Pendidikan Dasar yang balitanya ISPA sedang sebanyak 13 responden
menderita ISPA sejumlah 15 (36,1%), dan ISPA berat tidak ada. Ibu
responden(41,7%), dengan ISPA ringan dengan Pendidikan Tinggi yang
sejumlah 3 responden (8,3%), ISPA balitanya menderita ISPA sebanyak 3
sedang sejumlah 6 responden (16,7%) responden (8,3%), ISPA ringan
dan ISPA berat sejumlah 6 responden sebanyak 2 responden (5,4%), ISPA
(16,7%). Ibu dengan Pendidikan sedang sejumlah 1 responden (2,7%),
Menengah sebanyak 18 responden sedangkan ISPA berat tidak ada.

Jurnal Kebidanan, Vol. IV, No. 01, Juni 2012 5


Hasil perhitungan tingkat dari p value = 0,016 < 0,05, sehingga
pengetahuan X2hitung = 12.180 dan Ha di terima maka ada hubungan
probabilitas (p value) = 0,016. Dilihat pendidikan ibu dengan kejadian ISPA.

b. Hubungan status ekonomi dengan kejadian ISPA pada balita


Uji Statistik Hubungan Status Ekonomi Keluarga dengan Kejadian ISPA pada balita di
Puskesmas Boyolali II pada bulan Februari 2011
ISPA
Status
No Jumlah X2 P value
ekonomi
Ringan Sedang Berat
1. Kurang dari 2 1 5 8 16.425 0,000
UMR 5,4 2,7 14,2 22,2
2. Lebih dari 8 19 1 28
UMR 22,2 52,7 2,7 77,7
Jumlah 10 20 6 36
% 27,7 55,5 16,9 100
Sumber : olah data primer tahun 2011

Dari tabel di atas dapat sehari hari. Sehingga keluarga menjadi


diketahui bahwa keluarga dengan sehat dan tidak mudah sakit.
status ekonomi kurang dari UMR (< Rp Pendidikan pada hakikatnya
800.500,-) dengan kriteria ISPA ringan adalah suatu kegiatan atau usaha
sebanyak 2 responden (5,4%), ISPA untuk menyampaikan pesan
sedang sebanyak 1 responden (2,7%), kesehatan kepada masyarakat,
ISPA berat sebanyak 5 responden kelompok, individu. Dengan harapan
(14,2%). Keluarga dengan status bahwa dengan adanya pesan
ekonomi lebih dari UMR (Rp 800.500,-) tersebut masyarakat, kelompok atau
dengan kriteria ISPA ringan sebanyak 8 individu dapat memperoleh
responden (22,2%), ISPA sedang pengetahuan tentang kesehatan
sebanyak 19 responden (52,7%), ISPA yang lebih baik. Akhirnya
berat sebanyak 1 responden (2,7%). pengetahuan tersebut diharapkan
Hasil perhitungan status ekonomi dapat berpengaruh terhadap perilaku.
didapatkan X2hitung = 16.425 dan Dengan kata lain dengan adanya
probabilitas (p value) = 0,000. Dilihat pendidikan tersebut dapat membawa
dari p value = 0,000 berarti lebih kecil akibat terhadap perubahan perilaku
dari 0,05, sehingga Ha di terima maka khususnya untuk hidup sehat.
ada hubungan status ekonomi dengan 2. Status Ekonomi Keluarga
kejadian ISPA. Berdasarkan hasil penelitian,
bahwa sebagian besar responden
PEMBAHASAN dengan status ekonomi lebih dari UMR
1. Tingkat pendidikan ibu yaitu sebanyak 28 responden (77,8%).
Berdasarkan hasil penelitian Dengan status ekonomi yang
bahwa sebagian besar responden tinggi diharapkan dapat memenuhi
dengan Pendidikan menengah yaitu kebutuhan seluruh anggota keluarga.
sebanyak 18 responden (20,0%). Khususnya dalam pemenuhan nutrisi.
Dengan pendidikan menengah Dengan ekonomi yang tinggi keluarga
(SMA atau kejuruan) diharapkan ibu dapat membeli bahan makanan yang
dapat dengan mudah dalam berkualitas dan bergizi baik. Dengan
memahami masukan, khususnya gizi yang baik dapat meningkatkan
pengetahuan tentang kesehatan, baik daya tahan tubuh terhadap penyakit.
melalui media cetak maupun media Sehingga keluarga tidak mudah sakit.
elektronik. Dengan pengetahuan Selain itu dengan status ekonomi yang
tentang kesehatan tersebut tinggi diharapkan dalam mengatasi
diharapkan dapat merubah perilaku masalah kesehatan dapat dengan
khususnya untuk hidup sehat, sehingga cepat melakukan tindakan. Misalnya
dapat di terapkan dalam kehidupan apabila anak sakit langsung bisa
dibawa ke tenaga kesehatan,

Jurnal Kebidanan, Vol. IV, No. 01, Juni 2012 6


sehingga keadaan anak tidak menjadi Pada tabel dapat dilihat bahwa
lebih parah. Berbeda dengan keluarga paling banyak balita dengan ISPA
yang status ekonominya rendah, masih sedang yaitu ditandai dengan batuk,
banyak apabila keluarga sakit tidak serak, pilek, disertai pernafasan
langsung dibawa ke tenaga >50x/menit pada anak usia <1th atau
kesehatan, karena kendala biaya. >40x/menit pada anak 1tahun atau
Sehingga penyakit yang diderita lebih, suhu >390C, tenggorokan
menjadi lebih parah. berwarna merah, pada kulit timbul
Hal itu karena tingkat bercak seperti campak, telinga sakit,
pendapatan merupakan faktor yang pernafasan mendengkur.
menetukan kualitas dan kuantitas
makanan yang dikonsumsi. 4. Hubungan pendidikan ibu
Kemampuan keluarga untuk membeli dengan kejadian ISPA pada
bahan makanan antara lain balita.
tergantung pada besar kecilnya Berdasarkan hasil penelitian,
pendapatan keluarga. Keluarga yang dilakukan di Puskesmas Boyolali II
dengan pendapatan terbatas pada bulan Februari 2011. Didapatkan
kemungkinan besar kurang dapat hasil paling banyak ibu dengan
memenuhi kebutuhan makanannya pendidikan menengah yang balitanya
terutama untuk memenuhi kebutuhan mengalami ISPA sebanyak 18
zat gizi. Apabila gizinya kurang maka responden. Sedangkan ibu dengan
tubuh akan mudah terserang penyakit. pendidikan dasar yang balitanya
Keadaan status ekonomi yang mengalami ISPA sebanyak 15
rendah pada umumnya berkaitan erat responden. Sedangkan ibu dengan
dengan berbagai masalah kesehatan pendidikan tinggi yang balitanya
yang di hadapi, hal ini disebabkan mengalami ISPA sebanyak 3
karena ketidakmampuan dan responden.
ketidaktahuan dalam mengatasi Hasil perhitungan tingkat
berbagai masalah tersebut terutama pendidikan X2hitung = 12.180 dan
dalam kesehatan. probabilitas (p value) : 0,016. Dilihat
3. Kejadian ISPA dari p value : 0,016 < 0,05, sehingga
Berdasarkan hasil penelitian Ho ditolak dan Ha diterima maka ada
paling banyak balita dengan ISPA hubungan antara pendidikan dengan
sedang yaitu sebanyak 20 responden kejadian ISPA.
(55,6%). Dari uraian diatas maka peneliti
Hal ini di karenakan pada kasus berpendapat bahwa pendidikan
ISPA ringan kebanyakan ibu tidak mempengaruhi kejadian ISPA, dimana
membawa anak ke puskesmas karena ibu dengan pendidikan dasar masih
ISPA ringan dapat dilakukan banyak balitanya yang mengalami
perawatan dirumah dengan obat ISPA berat, dibandingkan ibu dengan
obatan tradisional. Sedangkan pada pendidikan menengah dan
kasus ISPA berat anak biasanya pendidikan tinggi yang balitanya
langsung dibawa ke rumah sakit, mengalami ISPA ringan dan ISPA
karena keadaan anak sudah parah sedang saja. Hal ini dikarenakan ibu
bahkan kesadaran anak menurun. dengan pendidikan menengah dan
Sehingga di butuhkan penanganan pendidikan tinggi pengetahuan
secepatnya. Pada kasus ISPA sedang khususnya tentang ISPA lebih tinggi
kebanyakan ibu membawa anak ke dibandingkan ibu dengan pendidikan
puskesmas, hal ini karena dengan dasar. Sehingga dengan pendidikan
perawatan di rumah dan hanya di beri yang lebih tinggi ibu mampu
obat-obatan tradisional kadang menangani kejadian ISPA sehingga
keadaan anak tidak membaik, tidak menjadi ISPA berat. Sedangkan
sehingga pada kasus ISPA sedang pada ibu dengan pendidikan dasar
kebanyakan anak langsung dibawa ke masih ada balita dengan ISPA berat,
puskesmas. ini dikarenakan kurangnya

Jurnal Kebidanan, Vol. IV, No. 01, Juni 2012 7


pengetahuan khususnya tentang ISPA, ekonomi kurang dari UMR dalam
sehingga kejadian ISPA pada balita pemberian gizi kepada anaknya
menjadi lebih parah. kurang, karena untuk memenuhi
Sesuai dengan teori yang ada, kebutuhan sehari hari kadang tidak
jika pendidikan ibu rendah kurang cukup. Karena gizi yang kurang maka
paham mengenai penyebab, tanda daya tahan tubuh anak terhadap
gejala, dan penanggulangan ISPA. penyakit menjadi berkurang, sehingga
Jadi tingkat pendidikan yang rendah anak mudah terserang penyakit
dapat mempengaruhi kejadian ISPA. 12 khususnya ISPA. Selain itu keluarga
Hal ini sesuai dengan penelitian yang status ekonominya rendah,
yang dilakukan oleh Indra Ruswanti apabila anak terserang ISPA tidak
pada tahun 2005 Progam Study Ilmu langsung dibawa ke tenaga
Keperawatan Fakultas Kedokteran kesehatan, karena kendala biaya.
Universitas Muhammadiyah Surakarta Sehingga keadaan ISPA menjadi lebih
dengan judul parah, yang awalnya ISPA ringan bisa
Faktorfaktor yang Mempe- menjadi ISPA berat.
ngaruhi Terjadinya ISPA pada Anak Hal ini sesuai dengan penelitian
Balita di Kelurahan Selokaton Wilayah yang dilakukan oleh Yudistira 2007 di
Kerja Puskesmas Gondang Rejo Desa Lembah Subur Kecamatan
Karanganyar. Hasil penelitian Ladongi Kabupaten Kolaka. Dalam
menunjukan faktorfaktor yang penelitian ini menjelaskan bahwa sosial
mempengaruhi ISPA salah satunya ekonomi mempengaruhi status gizi
adalah tingkat pendidikan. balita sehingga dapat meningkatkan
Dari hasil penelitian di atas dapat kejadian ISPA pada balita selain itu
di simpulkan bahwa ada hubungan pada keluarga dengan status ekonomi
Pendidikan ibu dengan kejadian ISPA yang rendah juga mempengaruhi
pada Balita. kejadian ISPA karena kendala biaya
5. Hubungan antara status ekonomi sehingga meningkatkan kejadian ISPA.
dengan kejadian ISPA pada balita Dari hasil penelitian di atas dapat
Berdasarkan hasil penelitian, di simpulkan bahwa ada hubungan
yang dilakukan di Puskesmas Boyolali II status ekonomi keluarga dengan
pada bulan Februari 2011. Didapatkan kejadian ISPA.
hasil paling banyak responden dengan
penghasilan lebih dari UMR ( Rp PENUTUP
800.500,-) sebanyak 28 responden Kesimpulan
yaitu, ISPA ringan sebanyak 8 Dari hasil penelitian diatas didapatkan
responden, ISPA sedang sebanyak 19 kesimpulan seperti dibawah ini :
responden dan ISPA berat sebanyak 1 1. Pendidikan ibu di wilayah kerja
responden. Puskesmas Boyolali II sebagian
Hasil perhitungan status ekonomi besar dengan pendidikan
didapatkan X2hitung = 16.425 dan menengah yaitu 18 responden
probabilitas (p value) = 0,000. Dilihat (50,0%).
dari p value = 0,000 < 0,05, sehingga 2. Status ekonomi keluarga diwilayah
Ho ditolak dan Ha diterima maka ada kerja Puskesmas Boyolali II rata-
hubungan status ekonomi keluarga rata lebih dari UMR ( Rp 800.500,-
dengan kejadian ISPA. ) sebanyak 28 responden (77,8%).
Dari uraian diatas maka peneliti 3. Ada hubungan pendidikan
berpendapat bahwa status ekonomi dengan kejadian ISPA di wilayah
keluarga mempengaruhi kejadian kerja Puskesmas Boyolali II.
ISPA, dimana keluarga dengan status Didapatkan hasil analisis data p
ekonomi di bawah UMR masih banyak value 0,016 < 0,05.
balitanya yang mengalami ISPA berat, 4. Ada hubungan status ekonomi
dibandingkan keluarga dengan status keluarga dengan kejadian ISPA di
ekonomi diatas UMR. Hal ini wilayah kerja Puskesmas Boyolali II.
dikarenakan keluarga dengan status

Jurnal Kebidanan, Vol. IV, No. 01, Juni 2012 8


Didapatkan hasil analisis data p Profil Kesehatan Indonesia. Depkes R.I,
value 0,000 < 0,05. Jakarta; 2009
Saran Profil Dinas Kesehatan Kabupaten
Dari hasil penelitian di atas maka Boyolali..Provinsi Jawa Tengah;
saran yang dapat penulis sampaikan 2010
adalah Profil Puskesmas Boyolali II Kabupaten
1. Bagi petugas kesehatan Boyolali.Provinsi Jawa Tengah;
Diharapkan dalam progam 2010
penangulangan penyakit khususnya Wikipedia. http://id.wikipedia.com
ISPA lebih di perhatikan karena ISPA 2000/ engertian-balita/; 2000
merupakan penyebab utama angka (Diakses tanggal 19 Januari 2011
kematian bayi dan balita, sehingga Retno dan Ani. Infeksi Saluran Nafas
angka kejadian ISPA dapat di tekan. Akut. http://rac.uii.ac.id/ server/
2. Bagi masyarakat document/Public/2009041409515
Diharapkan masyarakat paham 9BAB%20II_UII_F.%20KEDOKTERAN
mengenai ISPA baik penyebab, tanda _Pola%20penggunaan%20antibio
dan gejala, pencegahan dan tika%20dalam%20penatalaksana
penanganan ISPA, sehingga kejadian an%20faringitis%20pada%20oran
ISPA dapat dicegah sedini mungkin. g%20dewasa%20di%20RS%20PKU
3. Bagi ibu balita %20Muhammadiyah%20Yogyaka
Diharapkan khususnya dalam rta.pdf; 2007 (diakses pada
pemberian nutrisi, anak diberikan gizi tanggal 15 Januari 2011)
yang seimbang. Serta dalam Profil Kesehatan Indonesia. Depkes R.I,
pengolahan makanan yaitu dengan Jakarta; 2002
cara sayuran dicuci dahulu kemudian Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit Edisi
di potong-potong lalu dimasak pada ke2. Buku Kedokteran EGC.
air yang mendidih, untuk memasaknya Jakarta; 2005;57.
jangan terlalu lama supaya zat gizi Siregar dan Maulany. Infeksi Saluran
dalam sayuran tidak hilang. Untuk Pernafasan Akut (ISPA) http://
penyajian menu dapat diberikan ttpyasirblogspotcom.blogspot.co
makanan yang mengandung empat m/2009/04/infeksi-saluran-
sehat lima sempurna. Anak jangan pernafasan-akut-ispa.html; 2009
diberikan makanan yang dapat (diakses pada tanggal 14 Januari
merangsang rasa sakit pada 2010)
tenggorokan misal minuman dingin Notoatmojo. Ilmu Kesehatan
makanan yang mengandung Masyarakat. Rineka Cipta.
pewarna, pengawet makanan. Selain Jakarta; 2003:95.
itu lingkungan bersih dan sehat harus Gnugroho. Resiko ISPA. http://blog.
diperhatikan. Dengan lingkungan yang nila.ac.id/gnugroho/files/2010/04
sehat maka bebas dari penyakit /resiko-ispa.pdf/; 2010 (diakses
khususnya ISPA. adatanggal 17 Januari 2010)
dr. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang
DAFTAR PUSTAKA Anak. Buku Kedokteran EGC.
Profil Kesehatan Indonesia. Depkes R.I, Jakarta; 1995;6
Jakarta; 2007 Putraprabu. FaktorResiko ISPA Pada
Abdul Syair. Faktor Resiko Kejadian Balita. http://putraprabu.
Infeks iSaluran Pernafasan Akut ordpress com/2009/01/05/faktor-
(ISPA) Pada Balita. http://syair79. resiko-ispa-pada-balita/; 2009
wordpress.com/2009/04/26/fakto (diaksespadatanggal 26 Januari
r-resiko-kejadian-infeksi-saluran- 2011)
pernafasan-akut-ispa-pada- Susu kolostrom. Musim Kemarau Tiba
balita/; 2009 (Diakses padat Waspadai Serangan ISPA
anggal 15 Januari 2011) http://www.susukolostrum.com/b
Profil Kesehatan Indonesia. Depkes R.I, erita-kesehatan/berita-
Jakarta; 2008 kesehatan/musim-kemarau-tiba-

Jurnal Kebidanan, Vol. IV, No. 01, Juni 2012 9


waspadai-serangan-ispa.html. regional-umr/ (diakses pada
(Diakses pada tanggal 30 tanggal 22 Januari 2011)
Januari 2011) Ruswanti, Indra. Faktor-faktor yang
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Mempengaruhi Terjadinya ISPA
Suatu Praktis. penerbit PT Rineka pada Anak Balita di Kelurahan
Cipta.Jakarta; 2006. Selokaton Wilayah Kerja
Notoadmodjo, Soekidjo. Metode Puskesmas Gondang Rejo
penelitian kesehatan. Penerbit : Karanganyar. Karya Tulis Ilmiah.
RinekaCipta.Jakarta; 2002. Surakarta; 2005.
Sugiyono, Prof. DR. Statistika untuk http://www.scribd.com/doc/44431283
penelitian. Alfabeta. Bandung; /KTI-IDENTIFIKASI-PERUMAHAN-
2006. DAN-SOSIAL-EKONOMI-PADA-
http//:www.damandiri.or.idfileimronros BALITA-PENDERITA-ISPA
yadiunairbab4.pdf. (Diakses Kosasi, Dj, Dasar-Dasar Metodologi
pada tanggal 10 Februari 2010) Pengajaran. Lab. Pengajaran PSP
Notoatmojo. Ilmu Kesehatan IKIP. Bandung; 1994.
Masyarakat. RinekaCipta. Dewa, Daru. Hubungan Perawatan Di
Jakarta; 2003:103. Rumah Terhadap Perubahan
http://www.scribd.com/doc/29551686/ Status ISPA Bukan Pneumonia
KTI-AAT-Sosial-Ekonomi-Keluarga Menjadi Pneumonia. Karya Tulis
Dengan-Status-Gizi-Balita Ilmiah. Kota Baru; 2001.
(diakses pada tanggal 26 Juli Safitri, Dewi. Hubungan Faktor Usia
2011) Dengan Kejadian ISPA pada
http://allows.wordpress.com/2011/01/1 Balita. Karya Tulis Ilmiah.
2/informasi-upah-minimum- Surakarta; 2009.

Jurnal Kebidanan, Vol. IV, No. 01, Juni 2012 10

You might also like