You are on page 1of 10

BAB 1 ARSITEKTUR YUNANI

(Sekitar 3000 30 SM)

Jaman Agea (Aegean), 3000 - 1100 SM


Sejarah panjang Yunani dapaat dibagi dalam beberapa periode.
Peradaban tinggi yunani sudah ada sejak jaman prasejarah sekitar 3000-
1100 SM pada jaman perunggu disebut jaman Agea (Aegean).
Diperkirakan suku bangsa Agea yang berpusat budaya di Pulaau Krete,
pulau terbesar di laut Mediterania, berasal dari asia minor yang mulai
mengadakan migrasi pada Milineum IV SM. Sejak sekitar 1100 suku
Dorian menguasai wilayah itu, sehingga kata Dorik (Doric) sebagai kata
ssifat sering dipakai untuk menyebut segala sesuatu terkait dengan Agea,
termasuk budaya, dialek dan budayanya.
Secara geologis wilayah Agea banyak mengandung batu dan marmer,
sehingga bahan alam tersebut jadi bahan utama dalam konstruksi.

Istana Tyrus dan hamper semua peninggalan arsitektur yunani


dibangun menggunakan batu sebagai bahan konstruksi utama. Istana
Tyrus berada dalam benteng di puncak sebuah dinding dengan dinding
pertahanan setebal 7,3 M. konstruksi dinding batu pada jaman itu
berkembang mulai yang diolah sengat sederhana (cyclopean), diolah
menjadi segi banyak (polygonal). Kemudian didapatkan konstruksi dinding
dengan susunan batu dibentuk menjadi blok-blok berbentuk kubus
sehingga konstruksinya disebut rectangular.

Periode Helinik (Hellinic) (650-323 SM)


Secara esensia arsitektur Yunani terbentuk oleh elemen utama,
yaitu kolom dan balok. Saat itu konstruksi kuda-kuda (segi tiga) belum
dikenal, sehingga semua bagian terbuat dari batu dibentuk menjadi kolom
dan batu. Pada jaman ini dinding juga terbuat dari batu dengan system
konstruksi rectangular, yaitu batu disusun setelah dibentuk menjadi blok-
bok segi empat.
Pada jaman itu budaya tinggi yunani telah mengenal pengaruh
optic terhadap pandangan sebuah bangunan, yaitu perbedaan antara
kenyataan dan yang terlihat. Oleh karena itu untuk menghindari hal-hal
semacam itu dibuat koreksi dalam merancang dan membangun
Hellinic periode 232 30 SM
Peninggalan arsitektur Yunani hampir semua berupa bangunan
religious, namun kemudian pada tahun 400an SM, berkembang menjadi
kota dan permukimman dengan bangunan-bangunan public
lainnya.sebagai contoh adalah Acropolis di Athena, yang berada di sebuah
puncak bukit engan bangunan-bangunan selain kuil, juga teater. Teater
terbuka sebagai ungkapan kesenangan orang-orang yunani untuk
melaksanakan kegiatan di luar, pada Acropolis yang artinya kota di
ketinggian, terletak di kaki bukit.

Ciri umum arsitektur Yunani


Ada dua jenis bangunan yunani secara garis besar menurut
fungsinya, yaitu pertama kuil, istana dan bangunan-bangunan religius
maupun profane yang tidak memiliki hubungan dengan agama. Bangunan
jenis ini konsep dasarnya adalah mengekspos kolom dan balok, terkenal
dengan sebutan order. Kemudian masing-masing dibagi menjadi bagian-
bagian yang baku yaitu: dasar (base), badan kolom (shaft), kepala
(capital) dan balok yang dihias dan dibagi menjaddi beberapa bagian
(entablature). Tiga aliran utama dari arsitektur order, kemudian
berkembang yatu Dorik, Ionik dan Korintien, dengan masing-masing
berbeda dalam proporsi dan dekorasi.

Order-Dorik (Doric-Order)
Berdasarkan berbagai teori, order dorik berkembang dimulai dari
bentuk sederhana, terdiri dari kolom dan balok-balok kayu dengan atap
datar dari bahan alami juga bagian dari pohon. Kemudian berkembang
dengan dengan konstruksi sama seperti di atas, namun mengguanakan
atap pelana. Kemudian berkembang, terutama pada bangunan-bangunan
penting seperti kuil, menggunakan batu sebagai bahan konstruksi
termasuk kolom dan balok. Kolom dibentuk oleh tumpukan batu masing-
masing berbentuk tambur (silindris tapi tinngginya tidak melebihi
diameter).
Arsitektur order dorik mempunyai kolom yang gemuk. Kolom dorik
terdiri tanpa base, langsung di atas crepidoma yang biasanya memiliki
tinggi tiga tingkat tangga. Tinggi kolom termasuk capital disbanding
dengan diameter antara 4 : 1 hingga 6 : 1 sehingga kolom-kolom terlihat
rapat.

Order-Ionik (Ionic-Order)
Kelompok suku Ionian adalah bagian dari orang-orang Yunani, yang
mendiami kepulauan Ionian di timur dari Laut Agean. Sehingga setelah
Order Dorik berkembang diseluruh wilayah Yunani termasuk Yunani
daratan, dikembangkan aliran baru dari arsitektur Order Yunani dari orang-
orang Ionian. Aliran baru ini disebut Order Ionik. Order atau susunan
konstruksi kolom dan entablature Ionic, mempunyai perbedaan tidak
banyak, namun mendasar pada proporsi dan dekorasi kolom.
Dibanding dengan kepala kolom order dorik yang hanya terdiri dari
abacus berupa lembaran penumpu dan echinus, sederhana, kepala atau
capital Ionik lebih rumit dan lebih indah. Selaain penyederhanaan atau
abtraksi dari bentuk shell kerang, yang bentuknya melingkar-lengkar-
spiral. Architrave di mana terdapat balok melintang dari Order Ionik rata-
rata lebih kecil daripada yang ada pada Order Dorik.
Bila perbandingan tinggi dan diameter Kolom Dorik antara 4 hingga 6
kali, tinggi kolom Ionik sekitar 9 kali diameter terkecil, sehingga lebih
langsing.
Order Korintien (Corinthian Order)
Suku bangsa korintin (Corinth), mendiami yunani daratan sebelah
barat, termasuk Athena, berseberangan dengan pulau Ionik yang berada
disebelah timur Laut Agean. Di wilyah ini berkembang pula sebuah order
yang berbeda ciri dengan kedua order sebelumnya. Aliran ini disebut
Order-Koritien.
Kolom dan landasan (base) Korintien identic dengan Ionik yang
langsing disbanding kolom Order-Dorik. Diameter berbanding tingginya
sekitar 1:9, 1:10 sehingga terlihat langsing seperti pada Order-Ionik.
Perbedaan prinsip pada kepala (capital) order korintien dengan order lain,
lebih bervariasi rumit dan proporsi denga kolom di bawahnya lebih tinggi
(perbandinga sekitar 1 1/6 x diameter kolom).
BAB 2 ARSITEKTUR ROMAWI
(Sekitar 300 SM 365 M)
Arsitektur Romawi adalah turunan dari arsitektur Yunani, dibangun atas
dasar horizontal dan vertical. Pada jaman romawi awal, kuil-kuil Romawi
berarsitektur order, tidak berbeda dengan Yunani. Kemudian ada hal baru
pada arsitektur Romawi, sama sekali tidak ada pada arsitektur Yunani,
yaitu penggunaan bentuk-bentuk: lingkaran, bagian dari lingkaran atau
pelengkung (arch). Selanjutnya pelengkung dikembangkan ke dalam
bentuk tiga dimensional, sehingga berbentuk kubah (dome).
Perkembangan berikutnya, kolom dan balok yang merupakan bagian
utama pada arsitektur Yunani, dalam arsitektur Yunani lebih banyak
digunakan sebagai dekorasi.
Selain lengkung-lengkung dan kubah, system konstruksi yang
membedakan keduanya adalah dinding yang mendukung beban atau
dalam istilah konstruksi disebut bearing wall. Dinding menjadi elemen
utama dalam konstruksi arsitektur Romawi, sehingga peran kolom menjadi
berkurang. Pada arsitektur Romawi, mulai terlihat addanya kolom yang
menyatu dengan dinding atau pilaster, yang bentuknya Order, berkepala
Dorik, Ionik dan yang paling sering dipakai adalah Kontien. Pilaster
kemudian bentuk penampangnya tidak hanya silindris, tetapi banyak yang
segi empat. Tanpa mengabaikan keindahan Dorik dan Ionik, ini
membuktikan bahwa Order Kontien merupakan salah satu yang lebih
disenangi karena keindahannya, dibandingkan dua lainnya.
Selain sebagian dari konstruksi telah disebut di atas,pilaster model
Order Yunani juga merupakan dekorasi. Gerbang, pintu dan bahkan
jendela di dalam arsitektur Romawi dan juga tidak sedikit pada arsitektur
klasik lainnya, menggunakan bentuk Order dari arsitektur Yunani sebagai
dekorasi berupa bingkai. Ini semua menjadi bukti bahwa konsep meng-
ekspose kolom dan balok, paduan horizontal-vertikal, aksi-reaksi dari
beban dan penyangga, menampilkan keindahan luar biasa.
Arsitektur Yunani, Order selalu berdenah segi empat panjang, dalam
arsitektur Romawi, mulai bervariasi, gabungan segi empat dengan
lingkaran seperti misalna kuil Pantheon di Roma. Kuil dibangun padda
100 125 M ini, menjadi tanda dari puncak jaman arsitektur Romawi.
Tidak sedikit pula dalam arsitektur Romawi, bentuk denah segi empat
digabung atau dikombinasikan dengan setengah lingkaran, seperti pada
Basilika Trajan.
Basilika Constantine di Roma (310-13 M), terletak di Forum Romawi, di
antara kuil Venus dan Forum Vespasian, semuanya berdenah dan
konstruksi gabungan antara bentk-bentuk segi empat dan bagian dari
lingkaran.
Jenis dan fungsi bangunan berkembang menjadi lebih banyak di jaman
Romawi dibandingkan jaman Yunani. Salah satunya permandian umum air
panas (Thermae), yang menjadi bukti kehidupan bermewa-mewah pada
jaman kejayaan Romawi. Denah dan konstruksi dari bangunan dalam
kategori ini juga terdiri dari gabungan atau komposisi bidang dan ruang
segi empat dengan lengkung-lengkung, kubah dan setengaah kubah.
Reruntuhan thermae Caracalla di Roma (211-17 M) dahulu
diperkirakan mempunyai fasilitas untuk 1600 tempat mandi. Thermae atau
permandian air panas mempunyai hall sentral, 5.77x24.08 M beratap vault
rib luar biasa besarnya apalagi bila diingat jaman didirikannya. Bangunan
seperti ini tidak mungkin didirikan dengan system konstruksi Yunani.
Dengan pelengkung yangpada dasarnya merupakan system struktur
yang dapat menyalurkan gaya secara merata, berbagai bangunan besar
dapat didirikan. Amphitheater yang pada jaman Yunani dibangun terikat
dengan adanya kemiringan lembah, dengan konstruksi pelengkung dapat
dibangun yang jauh lebih besar, di mana saja, termasuk di tengah-tengah
kota. Salah satu amphitheater terbesar dan termasyur hingga sekarang
masih ada bekasnya adalah Colloseum Roma (70-80 M).
Berkat konstruksi pelengkung bangunan-bangunan sipil seperti
jembatan, saluran air yang panjangnya berkilo-kilo bahkan menyeberang
di atas lembah dari bukit-bukit dapat didirikan seperti misalnya, Pont du
Grand di Nimes, Perancis.
Pelengkung yang pada dasarnya adalah bentuk yang dari segi fungsi
sangat tepat guna (efficient) dalam konstruksi, menampilkan suatu
keindahan dan kemegahan tersendiri. Hal ini dibuktikan dengan berbagai
monument romawi seperti antara lain pelengkung Trajan (114 M) di
Ancona dan pelengkung Constantine (312 M), di Roma. Satu dengan lain
bentuknya identic, berdasar pelengkung, yang disebut pertama
berpelengkung tunggal, lainnya tiga. Selain membuktikan keindahan dan
kemegahan dari bentuk pelengkung, pada berbagai monumen pelengkung
kemenangan Romawi, juga membuktikan keindahan arsitektur Order.
Pada monumen-monumen tersebut, bentu-bentuk Order Yunani terutama
Korintien, dipakai sebagai dekorasi.
Untuk membentuk pelengkung dan kubah, pada jaman Romawi sudah
menggunakan bahan semen sebagai bahan perekatnya dalam mendirikan
bangunan. Ini membuktikan bahwa bentuk pelengkung termasuk
pelengkung tiga dimensional yaitu kubah dan bahan perekat semen, telah
membuat perubahan sangat besar dan mendasar dalam sejarah
perkembangan arsitektur klasik. Berbagai bangunan besar dengan
bentangan lebar dapat didirikan, tanpa tiang-tiang di tengah, yang pada
jaman Yunani dengan system konstruksi kolom dan balok tidak mungkin
dibuat.
KRISTEN AWAL
(313 800)

Bahaya perkembangan arsitektur sejalan dengan perkembangan


budaya dan peradaban manusia, termasuk teknologi adalah bersifat
universal. Arsitektur Romawi merupakan kelajutan dari Yunani. Elemen-
elemen Yunani digabung dengan elemen-elemen baru di dalam
bangunan-bangunan Romawi dan sebagian lagi menjadi bagian dekorasi,
telah dikemukakan di atas. Demikian juga arsitektur Kristen Awal,
merupakan kelanjutan dan perkembangan dari arsitektur Romawi.
Pelengkung yang pada jaman Romawi menjadi elemen konstruksi utama
sehingga dapat membangun bangunan besar, bentangan lebar tanpa
kolom di tengah, pada arsitektur Kristen Awal menjadi bagian dari
dekorasi. Jendela, pintu, buka-bukaan ambang batasnya melengkung
setengah lingkaran. Bentuk Order Yunani, baik Dorik, Ionik dan terutama
Kontien, digabungkan, atau dipakai sebagai kolom penyangga dari
deretan pelengkung. Berbeda dengan arsitektur Yunani, deretan Order
biasanya digunakan pada wajah bangunan, berderet melintang, pada
arsitektur Kristen Awal dipakai dalam deretan membujur di sisi kiri-kanan
dari nave, menjadi batas dengan asile.
Demikian pula halnya pelengkung atau kubah, kadang lagi tidak
menjadi bagian dari konstruksi, melainkan merupakan bagian dari
dekorasi. Hal ini terlihat misalnya pada plafon dari aisle luar dari Gereja
Basilika Santo Petrus (Saint Peter) di Roma (330) (sebelum dirombak
berdaskan rekonstruksi). Tidak sedikit bangunan didirikan pada masa itu
dengan pla ruang dalam yang sama dengan gereja tersebut di atas.
Pelengkung pada masa Arsitektur Kristen Awal tidak lagi terlalu
berperan dalam konstruksi, karena mulai berkembang konstruksi kuda-
kuda pada kayu. Pada ruang dalam kadang bentuk pelengkung bukan
bagian dari konstruksi, namun hanya menjadi plafon penutup kuda-kuda
dan kerangka atap lainnya. Nave dari sebuah gereja pada jaman itu,
dapat terbentuk dalam bentangan lebar tanpa kolom di tengah karena
menggunakan konstruksi kuda-kuda. Penumpu kuda-kuda pada dasarnya
deretan pelengkung atau arcade, dengan kolom atau pilaster berbentuk
Order Yunani. Konstruksi setengah kuda-kuda untuk atap dari aisle, juga
menjadi ciri lain dari arsitektur Kristen Awal. Ada aisle yang satu baris, ada
yang dua baris di kiri-kanan nave.
Sebagian gereja didirikan pada jaman Kristen Awal, mempunyai
atrium, yaitu hall di dalam dikelilingi gang, merupakan peralihan dari luar
ke dalam. Di tengah biasanya terdapat air mancur untuk permandian
(pembaptisan). Atrium merupakan pengaruh dari bangunan-bangunan
Romawi, baik rumah tinggal maupun bangunan lainnya.
Atap aisle pada gereja-gereja pada jaman Kristen Awal dalam
konstruksi setengah kuda-kuda tersebut, lebih rendah dari atap di atas
nave. Bentangan lebar dari nave, membuatnya jauh dari jendela yang ada
pada dinding sisi, dan bila tidak ada penerangan melalui akan menjadi
gelap. Oleh karena itulah maka pada gereja-gereja jaman Kristen Awal
dibuat jendela-atas berderet pada dinding yang muncul karena perbedaan
tinggi antara atap nave dana tap aisle. Ambang atas dari deretan-deretan
jendela tersebut berbentuk lengkung, seperti pada konstruksi Romawi,
namun hanya dipakai bentuknya untuk hiasan, bukan bagian dari
konstruksi.
Sebagian besar arsitektur klasik Kristen Awal, wajah depannya berupa
proyeksi dari penampang melintang. Wajh depan terdiri dari bagian
tengah, yaitu dinding ujung dari nave, diapit kembar oleh dinding ujung
dari aisle di kiri-kanan. Dengan demikian bentuk dasar wajah depan
simetris, namun kadang menjadi tidak simetris karena adanya menara
lonceng (campanile).
Pada jaman Kristen Awal, denah gereja dan bangunan religius lainnya
menjadi bervariasi: gabungan segi empat membentuk silang latin (latin
cross), maupun silang Yunani (Greek Cross), bahkan ada yang segi
banyak dan lingkaran. Dalam hal berbentuk segi banyak maupun
lingkaran, nave dikelilingi oleh aisle, dalam susunan radial. Pada
persilangan antara bagian membujur terdiri dari nave dan bagian
melintang atau transept pada gereja-gereja berarsitekrur Kristen
Awal,biasanya diberi menara, sering beratap kubah, beratap pyramidal,
sering pula kerucut. Menara dalam gereja pada jaman ini menjadi tandda
dari lingkungan, terlihat dari mana-mana meskipun bangunan di
sekitarnya padat.

You might also like