You are on page 1of 11

TUGAS FISIKA UMUM

Gelombang Bunyi

DISUSUN OLEH :
1. Bofa Widya Oct (11307144021)
2. Yuri Melantika Azizah (11307144025)
3. Zakiya Ammalia F (11307144035)

PROGRAM STUDI KIMIA SWADANA (E)


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011
GELOMBANG BUNYI

Bunyi adalah sebuah gelombang longitudinal dalam suatu medium. Gelombang


bunyi yang paling sederhana adalah gelombang sinusoidal, yang mempunyai frekuensi,
amplitudo, dan panjang gelombang tertentu. Gelombang sinusoidal adalah gelombang
periodik dengan gerak harmonik sederhana. Telinga manusia peka terhadap gelombang
dalam jangkauan frekuensi 20 20.000 Hz yang dinamakan jangkauan yang dapat
didengar, tetapi kita juga menggunakan istilah bunyi untuk gelombang frekuensi di atas
(ultrasonik) dan di bawah (infrasonik) jangkauan pendengaran manusia.
Jika gelombang itu sinusoidal, kita dapat menyatakannya dengan menggunakan
persamaan :

y(x, t) = A sin (t kx)

(gelombang bunyi yang merambat dalam arah x positif)


Dalam gelombang longitudinal pergeseran sejajar dengan arah perambatan
gelombang sehingga jarak x dan jarak y diukur sejajar satu sama lain, tidak tegak lurus
seperti dalam gelombang transversal. Amplitudo A adalah pergeseran maksimum sebuah
partikel dalam medium itu dari posisi kesetimbangannya.
Gelombang bunyi juga dapat dijelaskan sebagai perubahan tekanan di berbagai
titik. Dalam sebuah gelombang bunyi sinusoidal di udara, tekanan berfluktuasi di atas dan
di bawah tekanan atmosfer pa dalam suatu perubahan sinusoidal dengan frekuensi yang
sama seperti gerak partikel udara itu. Telinga manusia bekerja dengan mengindra
perubahan tekanan seperti itu. Gelombang bunyi yang memasuki saluran telinga
mengarahkan tekanan yang berfluktuasi pada satu sisi gendang telinga; udara pada sisi
lain gendang telinga, yang dilepas keluar oleh tabung Eustachio, berada dalam tekanan
atmosfer. Perbedaan tekanan pada kedua sisi gendang telinga menyebabkan gendang
telinga itu bergerak. Mikrofon dan alat-alat serupa biasanya juga mengindera perbedaan
tekanan, bukan pergeseran, sehingga akan sangat berguna bagi kita untuk
mengembangkan suatu hubungan di antara kedua deskripsi ini.
Misalnya p (x, t) adalah fluktuasi tekanan sesaat dalam sebuah gelombang bunyi di
sembarang titik x pada waktu t. yakni, p (x, t) adalah besarnya perbedaan tekanannya dari
tekanan atmosfer pa. P(x, t) sebagai tekanan tolok yang dapat bernilai positif atau negatif.
Maka tekanan absolut di sebuah titik adalah pa + p(x, t).
Untuk melihat hubungan antar fluktuasi tekanan p(x, t) dan pergeseran y(x, t)
dalam sebuah gelombang bunyi yang merambat dalam arah x positif, kita tinjau sebuah
silinder udara imajiner dengan luas penampang S dan yang sumbunya sepanjang arah
perambatan. Bila tidak ada gelombang bunyi, silinder itu mempunyai panjang x dan
volume V = S x. Bila sebuah gelombang muncul, pada waktu t ujung silinder yang pada
mulanya si x digeserkan sebanyak y1 = y(x + x, t); ini diperlihatkan oleh garis-garis
berwarna merah. Jika y2 > y1, volume silinder itu telah bertambah, yang menyebabkan
penurunan tekanan. Jika y2 < y1, volume silinder itu berkurang, dan tekanan telah
bertambah. Jika y2 = y1, silinder itu hanya digeserkan ke kiri atau ke kanan; tidak ada
perubahan volume dan tidak ada fluktuasi tekanan. Fluktuasi tekanan bergantung pada
selisih pergeseran titik-titik yang bertetangga dalam medium itu.

Secara kuantitatif, perubahan volume V dari silinder itu adalah

V = S(y2-y1) = S[y(x + x, t) y(x, t)]

Dalam limit x0, perubahan volume fraksional dV/V adalah

dV = lim y(x + x, t) y(x, t) = y(x, t)


V x0 x x

Perubahan volume fraksional itu dikaitkan dengan fluktuasi tekanan oleh modulus bulk
B. sehingga diperoleh :
P(x, t) = -B y(x, t)
x

Tanda negatif muncul karena ketika y(x, t)/ x positif, pergeseran itu lebih besar di x +
x daripada di x, yang bersesuaian dengan suatu pertambahan volume dan pengurangan
tekanan.
y, p pergeseran fluktuasi tekanan

O x

Gambar tersebut memperlihatkan y (x, t) dan p(x, t) untuk sebuah gelombang sinus
sinusoidal pada t = 0. Walaupun y(x, t)dan p(x, t) melukiskan gelombang yang sama,
namun kedua fungsi ini berbeda fasa sebesar seperempat siklus; pada suatu waktu
tertentu, pergeseran itu paling besar saat fluktuasi tekanan adalah nol, dan sebaliknya.
Bila kita menghitung y(x, t)/ x untuk gelombang sinusoidal dari persamaan yang
sebelumnya kita dapat
p(x, t) = BkA cos (t kx)

Dalam gelombang berjalan yang diperlihatkan pada gambar diatas, pola fluktuasi
tekanan dan pola pergeseran bergerak bersama ke arah x positif . Di seberang titik x
partikel berosilasi dalam gerak harmonik sederhana, dan tekanan berubah secara
sinusoidal. Sebaliknya dalam gelombang bunyi berdiri, pola p(x, t) dan pola y(x, t) tidak
bergerak ; ada titik titik dimana pergeseran selalu nol dan ada titik-titik lainnya dimana
fluktuasi tekanan selalu nol (titik simpul tekanan).

Persamaan di atas memperlihatkan bahwa kuantitas BkA menyatakan fluktuasi tekanan


maksimum. Kita menamakan ini amplitudo tekanan yang dinyatakan oleh Pmaks :

Pmaks = BkA

Amplitudo tekanan secara langsung sebanding dengan amplitudo pergeseran A,


seperti yang mungkin kita perkirakan dan amplitudo tekanan itu juga tergantung pada
panjang gelombang. Gelombang dengan panjang gelombang yang lebih pendek
mempunyai perubahan tekanan yang lebih besar untuk suatu amplitudo tertentu karena
maksimum dan minimum diselipkan lebih dekat bersama-sama. Suatu medium dengan
nilai modulus bulk B yang lebih besar mengharuskan amplitudo tekanan yang relatif
besar untuk suatu amplitudo pergeseran tertentu karena B yang besar berarti medium itu
kurang dapat dikompresi, yakni diperlukan perubahan tekanan yang lebih besar untuk
suatu perubahan volume yang diberikan.
Karakteristik gelombang bunyi secara langsung dikaitkan dengan persepsi bunyi
itu oleh seorang pendengar. Untuk frekuensi tertentu, semakin besar amplitudo tekanan
sebuah gelombang bunyi sinusoidal, maka semakin besar pula kenyaringan yang
dirasakan. Bunyi pada suatu frekuensi dapat terlihat lebih nyaring daripada bunyi
beramplitudo tekanan sama pada frekuensi berbeda.
Ada dua aspek dari setiap bunyi yang dirasakan oleh pendengaran manusia. Aspek
ini adalah kenyaringan dan ketinggian. Kenyaringan berhubungan dengan energi pada
gelombang bunyi, dan ketinggian bunyi menyatakan apakah bunyi tersebut tinggi, seperti
bunyi suling atau biola. Makin rendah frekuensi makin rendah ketinggian, begitu juga
sebaliknya.

Intensitas bunyi
Intensitas menurut definisi adalah nilai rata-rata dari p(x, t) vy(x, t). Untuk sebarang nilai
x, nilai rata-rata daro fungsi cos2 (t kx) pada satu periode T = 2/ adalah setengah
sehingga
I = B kA2
Dengan menggunakan hubungan = vk dan v2 = B/, kita dapat mentransformasikan
persamaan diatas dalam bentuk

I = B2 A2
Biasanya lebih berguna untuk menyatakan I dalam amplitudo tekanan pmaks :

I = pmaks 2 = v pmaks2
2Bk 2B

Dengan menggunakan hubungan laju gelombang v2 = B/, kita dapat menuliskan

I = pmaks 2 = pmaks 2
2v 2B

Perubahan Intensitas Karena Perubahan Jarak

Jika sebuah sumber bunyi dapat ditinjau sebagai sebuah titik, maka intensitas di
suatu jarak r dari sumber itu berbanding terbalik dengan r 2. ini secara langsung didapat
dari kekekalan energi: jika daya keluaran dari sumber itu adalah P, maka intensitas rata-
rata I1 melalui sebuah bola dengan jari-jari r1 dan luas permukaan 4r12 adalah
I1 = P
4r12
Intensitas rata-rata I2 melalui sebuah bola dengan jari-jari r2 yang berbeda
diberikan oleh pernyataan yang serupa. Jika tidak ada energi yang diserap antara kedua
bola itu, maka daya P haruslah sama untuk keduanya

4r12 I1 = 4r22 I2
I1 = r22
I2 r12
Hubungan kuadrat terbalik ini juga berlaku untuk berbagai situasi aliran energi
lainnya dengan sumber titik, seperti cahaya yang dipancarkan oleh sebuah sumber titik.
Skala Desibel

Seperti ketinggian, kenyaringan merupakan sensasi dalam kesadaran manusia.


Ketinggian juga berhubungan dengan besaran fisika yang dapat diukur yaitu intensitas
gelombang. Intensitas didefinisikan sebagai energi yang dibawa sebuah gelombang per
satuan waktu melalui satuan luas dan sebanding dengan kuadrat amplitudo gelombang.
Intensitas memiliki satuan daya per satuan luas atau watt / meter2
Satuan skala ini adalah bel, dari Alexander Graham Bell, penemu telepon, atau jauh
lebih umu desibel(dB) yang merupakan 1/10 bel (10 dB = 1 bel). Tingkat intensitas, ,
dari bunyi didefinisikan dalam intensitasnya, I, sebagai berikut :

(dalam dB) = 10 log I


I0
Dimana I0 adalah intensitas tingkat acuan yang diambil dari intensitas minimum
yang dapat didengar orang rata-rata yaitu ambang pendengaran yang bernilai
I0 = 1,0 x 10-12 W/m2

Layangan

Kita bicara tentang efek interferensi yang terjadi bila dua gelombang yang
berbeda dengan frekuensi yang sama saling tumpang tindih dalam daerah ruang yang
sama. Bila dua garpu tala dengan frekuensi yang sedikit berbeda dibunyikan bersama-
sama frekuensi nya menjadi sedikit tidak selaras. Sebagai contoh amplitudo melalui dua
maksimum dan dua minimum dalam satu detik sehingga frekuensi perubahan amplitudo
ini adalah 2 Hz. Perubahan amplitudo ini menyebabkan kenyaringan yang dinamakan
layangan, dan frekuensi dimana kenyaringan itu berubah dinamakan frekuensi layangan.
Frekuensi layangan adalah selisih kedua frekuensi. Jika frekuensi layangan adalah
beberapa hertz maka kita mendengarnya sebagai goncangan atau denyutan nada. Kita
dapat membuktikan bahwa frekuensi layangan selalu sama dengan selisih kedua
frekuensi fa dan fb. Misalkan fa lebih besar daripada fb; periode-periode yang bersesuaian
adalah Ta dan Tb, dengan Ta < Tb. Jika kedua gelombang itu bermula sefasa pada waktu t =
0, maka kedua gelombang itu sekali lagi akan sefasa bila gelombang pertama telah
bergerak tepat satu siklus lagi melebihi gelombang kedua. Ini akan terjadi pada nilai t
yang sama dengan Tlayangan, yakni periode layangan itu; maka banyaknya siklus
gelombang kedua dalam waktu sama adalah (n-1), didapat :

Flayangan = fa fb
Efek Doppler

Bila sebuah sumber bunyi dan seorang pendengar bergerak relatif terhadap satu
sama lain, maka frekuensi bunyi yang didengar oleh pendengar itu tidak sama dengan
frekuensi sumber. Untuk menganalisis efek doppler pada bunyi, kita akan mengerjakan
hubungan antara pergeseran frekuensi dan kecepatan sumber dan pendengar relatif
terhadap medium yang dilalui perambatan gelombang bunyi.
Pendengar yang bergerak
Mari kita mula-mula membayangkan seorang pendengar L bergerak dengan
kecepatan vL menuju sebuah sumber stasioner S. Sumber itu memancarkan sebuah
gelombang bunyi dengan frekuensi fs dan panjang gelombang =v/fs. Puncak-puncak
gelombang memperlihatkan beberapa puncak gelombang yang terpisah sejauh yang
sama. Puncak-puncak gelombang yang mendekati pendengar yang bergerak itu
mempunyai laju perambatan relatif terhadap pendengar itu sebesar (v + vL). Maka
frekuensi fL dimana puncak-puncak itu tiba di posisi pendengar adalah

fL = v + vL = v + vL
v/fs

fL = (v + vL) fs = (1 + vL/v ) fs
1

Persamaan diatas menunjukkan pendengar bergerak, sumber stasioner.

Maka seorang pendengar yang bergerak menuju sumber (vL >0), mendengar
frekuensi yang lebih tinggi daripada yang didengar oleh seorang pendengar stasioner.
Seorang pendengar yang bergerak menjauhi sump\ber itu (v L < 0 ) mendengar frekuensi
yang lebih rendah.

Sumber yang bergerak dan pendengar yang bergerak


Sekarang misalnya sumber itu juga bergerak, dengan kecepatan vs. Laju gelombang
relatif terhadap medium gelombang itu (udara) masih sama dengan v; laju gelombang itu
ditentukan oleh sifat-sifat medium dan tidak berubah oleh gerak sumber itu. Tetapi
panjang gelombang tidak lagi sama dengan v/fs. Inilah sebabnya mengapa waktu
gelombang berjalan sejauh vT = v/fs dan sumber itu bergerak sejauh vsT = vs/fs. Panjang
gelombang adalah jarak antara puncak-puncak gelombang yang berurutan, ini ditentukan
oleh pergeseran relatif sumber dan gelombang.
Dalam daerah sebelah kanan sumber, yakni di depan sumber. Panjang gelombang itu
adalah
= v - vs
fs
(panjang gelombang di depan sumber yang bergerak)

Dalam daerah sebelah kiri sumber, yakni di belakang sumber. Panjang gelombang itu
adalah
= v + vs
fs
Untuk mencari frekuensi yang di dengar oleh pendengar di belakang sumber itu dengan
mensubtitusi persamaan :
f L = v + vL = v + v L
(v + vS)/ fs
didapat
fL = v + vL fs
v + vS
Persamaan tersebut memasukkan semua kemungkinan untuk gerak sumber dan
pendengar (relatif terhadap medium) sepanjang garis yang mengubungkan sumber dan
pendengar. Jika pendengar itu secara kebetulan diam, vL adalah nol. Bila sumber dan
pendengar keduanya diam atau mempunyai kecepatan sama relatif terhadap medium
tersebut maka vL = vS dan fL = fS. Ketika arah kecepatan sumber atau kecepatan
pendengar berlawanan dengan arah dari pendengar menuju sumber maka kecepatan yang
bersesuaian yang akan digunakan dalam persamaan tersebut adalah negatif.

Soal-soal
1. Pada planet Arrakis seekor burung jantan terbang menuju jodohnya dengan laju 25,0
m/s sambil bernyanyi pada frekuensi sebesar 1200 Hz. Jika betina yang stasioner itu
mendengar sebuah nada sebesar 1240 Hz, berapakah laju bunyi dalam atmosfer
Arrakis itu ? (Sears zemansky,2003)

Diketahui : vs = 25 m/s ;fs = 1200 Hz


Ditanya : v = ?
Jawab :
f L = v + vL f s
v + vS

1200 = v - 25 1240
v+0
1200v = 1240v -31000
40v = 31000
v = 775 m/s

Jadi laju bunyi dalam atmosfer Arrakis itu 775 m/s

2. Mobil polisi dengan frekuensi sirene 300 Hz bergerak menjauhi gudang dengan laju 20
m/s. Frekuensi berapakah yang didengar oleh pengemudi mobil polisi itu yang
direfleksikan dari gudang itu ? (Sears zemansky,2003)

Diketahui : fs = 300 Hz
v = 20 m/s
fL = 0
Ditanya : fw = ?
Jawab :

FW = v + 0 fs
v + vS

FW = 340 300 = 283,3 Hz


340+20

FL = v + v L f W
v
= 340 20 283,3 = 266,6 Hz
340

3. Cari intensitas gelombang bunyi dengan Pmaks = 3,0 x 10-2 Pa jika suhu adalah 20C
sehingga kerapatan udara adalah =1,20 kg/m3 dan laju bunyi adalah v = 344 m/s. (Sears
zemansky,2003)
Diketahui :Pmaks = 3,0 x 10-2 Pa
=1,20 kg/m3
v = 344 m/s
Ditanya :I=?
Jawab :
I = Pmaks2
2 v
= 3,0 x 10-2 Pa = 1,1 x 10 -6 W/m2
2 (1,20)( 344)
Jadi intensitas gelombang bunyi nya adalah 1,1 x 10 -6 W/m2

4. Sebuah kereta api berjalan dengan laju 30,0 m/s dalam udara tenang. Frekuensi nada
yang dipancarkan oleh peluit kereta api itu adalah 262 Hz. Frekuensi berapakah di dengar
oleh seorang penumpang pada sebuah kereta api yang bergerak dalam arah yang
berlawanan terhadap kereta api pertama dengan laju 18,0 m/s dan a) yang mendekati
kereta api pertama? b) yang semakin jauh dari kereta api pertama ? (Sears
zemansky,2003)
Diketahui : vs = 30 m/s ;fs = 262 Hz
vL = 18 m/s
Ditanya : fL = ?
Jawab :
a. fL = v + vL . fs
v + vS

fL = 340 + 18 . 262
340 + 30
fL = 253,5 Hz

b. fL = 340 - 18 . 262
340 + 30
fL = 228 Hz

Jadi frekuensi yang di dengar pada sebuah kereta api yang bergerak dalam arah
yang mendekati kereta api pertama adalah 253,5 Hz dan yang menjauhi kereta api
frekuensi yang didengar adalah 228 Hz

5. Mendengar bunyi 120 db selama sepuluh menit akan menggeser ambang pendengaran
anda pada 1000 Hz dari 0 dB sampai ke 28 dB untuk sementara waktu. Mendengar bunyi
92 dB selama sepuluh tahun akan menyebabkan pergeseran permanen sampai ke 28 dB.
Intensitas berapakah yang bersesuaian dengan 28dB dan 92 dB ?(Sears zemansky,2003)
Jawab :

I = I0 10 (10 dB)

Bila = 28 dB
I = (10 -12 W/m2) 10 (28 dB/10 dB)
I = (10 -12 W/m2) 10 2,8
= 6,3 x 10 -10 W/m2

Untuk = 92 dB,
I = (10 -12 W/m2) 10 (92 dB/10 dB)
= 1,6 x 10 -3 W/m2

You might also like