You are on page 1of 6

HUBUNGAN BODY CONDITION SCORE TERHADAP SERVICE PER

CONCEPTION DAN CALVING INTERVAL SAPI POTONG PERANAKAN ONGOLE


DI KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

Aditya Budiawan, M. Nur Ihsan, Sri Wahjuningsih


Bagian Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya
E-mail : aditya_budiawan96@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Body Condition Score dengan
service per conception dan Calving Interval sapi Peranakan Ongole. Materi yang digunakan
adalah 100 ekor sapi betina Peranakan Ongole. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah studi kasus, pengumpulan data dilakukan primer dan sekunder. Variabel yang diamati
adalah Body condition Score (BCS), Service per conception (S/C), Calving interval (CI).
Hasil penelitian menunjukan persamaan regresi hubungan BCS dengan S/C Y=0,88+0,06X.
(R2) 1,6%. (r) 0,12. Nilai persamaan regresi BCS dengan CI Y=408,24+1,06X. (R2) 0,8%. (r)
sebesar 0,08. Disimpulkan bahwa Hubungan BCS dengan S/C positif dengan Nilai R2= 1,6%
dan BCS dengan CI positif dengan Nilai R2 0,8%.

Kata Kunci : Sapi peranakan ongole, regresi, Body condition score (BCS) dan korelasi

RELATIONSHIP BETWEEN BODY CONDITION SCORE WITH SERVICE PER


CONCEPTION AND CALVING INTERVAL OF BEEF CATTLE FILIAL ONGOLE
UNDERDISTRICT BABAT DISTRICT LAMONGAN

ABSTRACT

The aim of this research was to determine the correlation of body condition score with
service per conception and calving interval of Ongole cross cow. The material used in this
research are one hundred Ongole cross cows. The observed variables is the body condtion
score (BCS), service per conception (S/C) and calving interval (CI). The method used in this
research is the gathering of primary and secondary data. Data was analyzed with simple
correlation and regression. Value of regression equation correlation BCS with S/C
Y=0,88+0,06X with coefficient determinant (R2) was 1,6%. Correlation (r) was 0,12.
Regression equation of correlation BCS with CI Y=408,24+1,06X with determinant
coefficient (R2) was 0,8% and correlation (r) was 0,08. The conclusion of this research was
the BCS had postive with S/C and the value of R2= 1,6%. BCS had positive with CI and the
value of R2=0,8%.

Key words : Ongole Cross Cow, regression, Body condition score and correlation

PENDAHULUAN kawin per kebuntingan atau Service per


Keberhasilan usaha Conception (S/C), jarak beranak atau
perkembangbiakan sangat terkait dengan Calving Interval (CI) dan penilaian kondisi
tingkat produktifitas dan reproduksi. tubuh atau Body Condition Score (BCS).
Banyak faktor yang mempengaruhi Body Condition Score memiliki
reproduksi diantaranya adalah angka hubungan dengan reproduksi ternak,
J. Ternak Tropika Vol. 16, No.1: 34-40, 2015 34
seperti kesuburan, kebuntingan, proses tinggi. Namun disisi lain mempunyai laju
kelahiran, laktasi, semua akan pertumbuhan yang lambat (Astuti, 2004).
mempengaruhi sistem reproduksi.
Berbagai kelompok hewan bentuk tubuh MATERI DAN METODE
(ukuran), usia, jenis kelamin dan Materi yang digunakan dalam
keturunan juga akan memiliki pengaruh penelitian ini adalah sapi PO 94 ekor yang
yang kuat pada sistem reproduksi, apabila diambil secara acak yang terdapat di
ternak mempunyai bobot badan yang wilayah kerja inseminator Kecamatan
melebihi bobot badan ideal, ternak tersebut Babat Kabupaten Lamongan. Metode yang
akan mengalami gangguan reproduksi dan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
penyakit metabolisme, sebaliknya apabila survei dengan pengumpulan data primer
ternak memiliki bobot badan kurang dari dan sekunder. Pengambilan data primer
ideal akan berdampak pada sistem dilakukan dengan cara pengamatan dan
reproduksi. wawancara langsung dengan peternak
Body Condition Score adalah metode menggunakan daftar pertanyaan yang
untuk memberi nilai kondisi tubuh ternak tersedia, sedangkan data sekunder
baik secara visual maupun dengan diperoleh dari petugas Inseminator
perabaan pada timbunan lemak tubuh Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan.
dibawah kulit sekitar pangkal ekor, tulang Data diamati berdasarkan Body Cndition
punggung dan pinggul. BCS digunakan Score, Service per Conception dan Calving
untuk mengevaluasi manajemen Interval. Kemudian dianalisis
pemberian pakan, menilai status kesehatan menggunakan regresi linier sederhana dan
individu ternak dan membangun kondisi analisis korelasi dengan bantuan program
ternak pada waktu manajemen ternak yang software SPSS 16.0.
rutin. BCS telah terbukti menjadi alat
praktis yang penting dalam menilai kondisi HASIL DAN PEMBAHASAN
tubuh ternak karena BCS adalah indikator Keadaan Lokasi Penelitian
sederhana terbaik dari cadangan lemak Luas wilayah Kabupaten Lamongan
yang tersedia yang dapat digunakan oleh adalah 1.812,80 km2 atau sama dengan
ternak dalam periode apapun (Susilorini, 181.280 ha. Secara geografis Kabupaten
Sawitri dan Muharlien, 2007). Lamongan terletak pada 6o 51 54sampai
BCS perlu diketahui untuk 7o 23 6 LS dan 112 4 41 sampai 112
peternakan sapi potong rakyat dalam 33 12 BT. Daerah ini memiliki
menambah jumlah populasi ternak ketinggian 7-25 m dari pemukiman laut
khususnya di wilayah Kecamatan Babat dengan struktur tanah yang relatif subur.
Kabupaten Lamongan, karena hal tersebut Rataan curah hujan daerah ini adalah 2631
seringkali dikesampingkan dalam mm / tahun dan rata-rata suhu harian 27-
manajemen pemeliharaan dan reproduksi 320C, sehingga tergolong daerah iklim
serta memilih indukan sapi potong yang tropis. Kabupaten Lamongan terbagi atas
bagus. Menurut dinas peternakan 27 Kecamatan, salah satunya adalah
Kabupaten Lamongan (2013) populasi Kecamatan Babat. Kecamatan Babat
ternak sapi potong sebanayak 96,714 ekor, terbagi beberapa desa yaitu
sebanyak 3.315 ekor berada di Kecamatan Gendongkulon, Kebalanpelang,
Babat yang salah satunya terdiri dari sapi Pucakwangi, Kebonagung, Sumurgenuk,
Peranakan Ongole (PO). Sapi PO memiliki Trepan, Tritunggal, Truni, Bedahan,
beberapa keunggulan yaitu seperti daya Karangkembang, Gembong, Kebalandono,
adaptasi di iklim tropis yang tinggi, tahan Bulumargi, Kuripan, Patihan, Datinawong,
terhadap panas, tahan terhadap gangguan Kuripan, Moropelang,
parasit dan daya cerna yang baik terhadap Sapi Peranakan Ongole merupakan
pakan yang mengandung serat kasar yang satu diantara beberapa sapi pemeliharaan
J. Ternak Tropika Vol. 16, No.1: 34-40, 2015 35
masyarakat yang ada di Kecamatan Babat dan hanya diberikan jika peternak ingin
Kabupaten Lamongan dengan sistem memberi pakan dedak.
pemeliharaan yang rata-rata adalah dengan
sistem tradisional. Letak kandang ternak Hubungan Body Condition Score dengan
pada lokasi penelitian ini sangat Service perconception.
berdekatan dengan tempat tinggal peternak Service per Conception (S/C) adalah
yaitu di belakang atau disamping rumah. angka yang mununjukkan berapa kali
Peternak yang ada di lokasi penelitian ini perkawinan atau inseminasi buatan yang
jumlah kepemilikan sapi bervariasi rata- dibutuhkan oleh ternak sampai
rata 3-5 ekor per peternak. Pakan yang menghasilkan kebuntingan. Ternak yang
diberikan selama penelitian terdiri dari kondisi tubuhnya sangat kurus memiliki
hijauan yang meliputi rumput lapang, cadangan lemak yang kurang, sehingga
rumput gajah, jerami padi dan tebon mengakibatkan rendahnya tingkat
jagung sesekali diberikan dedak tapi tidak reproduksi sapi. BCS sapi PO di lokasi
secara kontinyu. Rata-rata pemberian penelitian dikelompokkan berdasarkan
hijauan di lokasi penelitian 12,022,16 nilai BCS yang menggunakan skala 1-9
Kg/ekor/hari. Pemberian pakan oleh namun yang didapat di loksai nilai BCS 2-
peternak secara ad libitum apabila sudah 3 (ada tiga kelompok BCS, yaitu 2; 3; 4).
habis langsung diberi pakan berupa Berikut ini nilai rataan Service per
hijauan lagi, hal yang sama dengan air Conception pada kelompok BCS selama
minumnya. Pemberian dedak hanya penelitian terdapat pada Tabel 1.
sesekali dengan rata-rata kurang lebih 1 kg

Tabel 1. Service per Conception pada berbagai kelompok BCS


BCS
2 3 4 P
(n = 15) (n = 63) (n = 16)
Service per Conception (kali) 1,06 0,25 1,06 0,24 1,18 0,43 P>0,05

Nilai S/C pada BCS 2 sebesar 1,06; Y=0,88+0,06X. Artinya dengan


BCS 3 sebesar 1,06; BCS 4 sebesar 1,18. bertambahnya BCS 1 poin maka nilai S/C
Masing-masing kelompok BCS memiliki bertambah sebesar 0,06%. Nilai koefisien
nilai S/C yang berbeda. Nilai S/C kisaran determinasinya (R2) sebesar 1,6% artinya
1,2 menunjukan bahwa kesuburan induk nilai tersebut menunjukkan bahwa BCS
sangat baik, karena saat sapi diinseminasi memberikan konstribusi 1,6% terhadap
tepat dengan waktu tanda-tanda berahi nilai S/C atau nilai S/C hanya 1,6% yang
sehingga dilakukan Inseminasi sampai dua dipengaruhi oleh BCS dan 98,4%
kali saja. Semen yang digunkan oleh dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai keeratan
petugas inseminator yaitu semen untuk atau koefisien korelasi (r) sebesar 0,12
bibit sapi PO. Inseminator di lokasi (sangat rendah) artinya BCS memiliki
penelitian hanya mau menginseminasi sapi keeratan yang rendah dengan S/C.
yang memiliki tanda-tanda berahi yang Faktor lain yang mempengaruhi nilai
jelas dan laporan peternak ke petugas. S/C yaitu : (1) kualitas semen di tingkat
Menurut Ihsan dan Wahjuningsih (2011); peternak, (2) Kondisi resepien yang tidak
Ihsan (1995) menyatakan angka yang baik karena faktor genetik atau faktor
sangat baik untuk nilai S/C berkisar 1,5- fisiologis dan kurang pakan (Body
2,0. Jadi dalam penelitian ini untuk nilai Condition score), (3) deteksi berahi yang
S/C masih normal. tidak tepat dan kelalaian peternak, (4)
Hubungan antara BCS (X) dengan keterampilan inseminator (Ihsan, 2010).
S/C (Y) memiliki persamaan regresi Umumnya yang mempengaruhi kesuburan
J. Ternak Tropika Vol. 16, No.1: 34-40, 2015 36
betina atau gangguan reproduksi pada Calving Interval adalah jangka
ternak disebabkan oleh faktor genetik, waktu antara satu kelahiran dan kelahiran
menejemem pengelolaan (pakan) dan berikutnya atau sebelumnya. Pada
faktor lingkungan. penelitian ini jarak beranak antar sapi PO
satu dengan sapi PO yang lain memiliki
Hubungan Body Condition Score dengan keragaman pada masing-masing kelompok
Calving Interval. BCS yang bisa dilihat pada tabel 2 berikut
ini.

Tabel 2. Calving interval pada berbagai kelompok BCS


BCS
2 3 4 P
(n = 15) (n = 63) (n = 16)
Calving Interval (hari) 405,73 7,28 404,74 6,63 403,75 8,7 P>0,05

Hasil penelitian menunjukan bahwa nutrisi sebelum dan sesudah beranak


BCS 2; 3; 4 menunjukan selisih satu dan (Ihsan, 2010; Bormann, et al, 2006).
dua hari saja. Berarti hal tersebut masih Kebutuhan nutrisi yang seimbang
dalam kondisi normal. Menurut Hadi dan sangat penting untuk kelangsungan
Ilham (2002) menyatakan jarak beranak reproduksi sapi. Menurut Winugroho
(CI) yang ideal adalah 12 bulan, yaitu 9 (2002) jika defisiensi nutrisi berupa
bulan bunting dan 3 bulan laktasi. protein, energi, mineral dan vitamin akan
Hubungan BCS (X) dengan CI (Y) menyebabkan late estrus, silent heat
memiliki persamaan regresi hingga anestrus. Kekurangan protein
Y=408,24+1,06X yang artinya setiap menyebabkan timbulnya berahi yang
penambahan BCS 1 poin maka CI akan lemah, berahi tenang, anestrus, kawin
mengalami kenaikan sebesar 1,06%, berulang (repeat breeding), kematian
dengan koefisien determinasinya (R2) embrio dini, absorbsi embrio yang mati
0,8% artinya BCS berkonstribusi sebesar oleh dinding uterus, kelahiran anak yang
0,8% terhadap CI sedangkan sisanya lemah atau kelahiran prematur. Selain
99,2% dari faktor lain. Nilai (r) koefisien pengaruh nutrisi, defisiensi dan
korelasi 0,08 (sangat rendah). Faktor- ketidakseimbangan mineral juga
faktor lain yang mempengaruhi nilai dari berpengaruh terhadap kawin berulang,
CI menurut Susilawati dan Affandy aktivitas ovarium, dan rendahnya efisiensi
(2004) bahwa apabila terdapat jarak reproduksi.
beranak yang panjang sebagian besar Hasil perhitungan pakan yang
karena DO (Days Open) yang panjang. Hal diberikan pada lokasi penelitian
ini disebabkan: (1) anaknya tidak disapih berdasarkan BK, PK dan TDN didapatkan
sehingga munculnya berahi pertama post hasil pemberian BK 8,16 Kg, pemberian
partum menjadi lama; (2) peternak PK 0,55 Kg dalam bahan kering dan
mengawinkan induknya setelah beranak pemberian TDN 4,12 Kg dalam bahan
dalam jangka waktu yang lama sehingga kering. Standar kebutuhan sapi potong
lama kosongnya menjadi panjang; (3) dengan pertambahan bobot badan 0,5
tingginya kegagalan inseminasi buatan kg/ekor/hari menurut NRC (2000) adalah
sehingga S/C nya menjadi tinggi; (4) BK 8 Kg, PK 0,72kg, TDN 4,2 kg.
umur pertama kali dikawinkan lambat. Apabila dibandingkan dengan NRC
Untuk terjadinya kebuntingan pada sapi tersebut pemberian PK mengalami
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, defisiensi 0,17kg dalam bahan kering
diantaranya kondisi lingkungan khususnya sedangkan pemberian TDN dan BK belum
tercukupi dikarenakan peternak dalam
J. Ternak Tropika Vol. 16, No.1: 34-40, 2015 37
memberi pakan hanya dalam kadar nsi/dpkh/populasi-ternak/
pemberian bukan kebutuhan ternak sapi Diakses tanggal 23 Februari
tersebut. Jadi di lokasi penelitian terjadi 2014.
defisiensi nutrisi berupa pemberian PK Hadi, U dan N. Ilham. 2002. Problem dan
sebesar 0,17kg dalam bahan kering. Prospek Pengembangan Usaha
Lazimnya, apabila terjadi defisiensi nutrisi Pembibitan Sapi Potong Di
pakan pada ternak, maka secara otomatis, Indonesia. Jurnal Litbang
ternak tersebut akan mengalami gangguan Pertanian, 21 (4):148-157.
pada produksi maupun reproduksinya. Ihsan, M.N. 2010. Indeks Fertilitas Sapi
Pradhan (2008) menyatakan bahwa PO dan Persilangannya
kesuburan reproduksi ternak dipengaruhi Dengan Limousin. Jurnal
oleh nutrisi yang diperoleh ternak dan Ternak Tropika Vol. 11, No.2:
berperan penting dalam siklus reproduksi. 82-87.
Kekurangan asupan nutrisi berakibat Ihsan, M.N. dan S. Wahjuningsih. 2011.
buruk pada ternak, baik dari produksi Penampilam Reproduksi Sapi
maupun reproduksinya. Nuryadi dan Potong Di Kabupaten
Wahjuningsih (2011) menambahkan Bojonegoro. Jurnal Ternak
bahwa nutrisi pakan sebelum dan sesudah Tropika Vol. 12, No.2: 76-80.
beranak akan mempengaruhi siklus berahi Nuryadi dan S. Wahjuningsih. 2011.
berikutnya. Winugroho (2002) Penampilan Reproduksi Sapi
menyatakan bahwa, energi tubuh yang Peranakan Ongole dan
cukup, dibutuhkan untuk memproduksi Peranakan Limousin di
Luteinizing Hormone (LH). Hormon ini Kabupaten Malang. Jurnal
berfungsi untuk merangsang pertumbuhan Ternak Tropika 12(1) ; 76-81.
folikel (mengaktifkan fungsi ovarium) NRC. 2000. Reproduction: In Nutrient
sehingga terjadi estrus post-partus. Requirement in Beef Cattle.
Dengan kata lain apabila cadangan energi Sixth Revised Edition.
rendah maka estrus post-partus akan lama. Washington, D.C.: National
Academy Press.
KESIMPULAN DAN SARAN Pradhan, R. 2008. Reproductive Disorders
Kesimpulan in Cattle due to Nutritional
Body Condition Score memiliki Status. Journal of International
hubungan positif terhadap S/C. Body Development and Cooperation.
Condition Score memiliki hubungan 14 (1): 45-66.
positif terhadap CI. Susilawati, T dan L. Affandy. 2004.
Tantangan dan Peluang
Saran Peningkatan Produktivitas Sapi
Untuk meningkatkan efisiensi Potong Melalui Teknologi
reproduksi pada induk sapi PO peternak Reproduksi. Loka Karya
diharapkan memperhatikan manajemen Nasional Sapi Potong.
pemeliharaan salah satunya seperti pakan. Susilorini, T.E., M.E. Sawitri dan
Muharlien. 2007. Budi daya 22
DAFTAR PUSTAKA Ternak Potensial. Penebar
Astuti, M. 2004. Potensi Keragaman Swadaya: Jakarta
Sumberdaya Genetik Sapi Wahyudi, L., T. Susilawati dan S.
Peranakan Ongole (PO). Jurnal Wahjuningsih. 2012. Tampilan
Wartazoa 14(3) 96-106. Reproduksi Sapi Perah Pada
Dinas Peternakan Lamongan. 2013. Berbagai Paritas Di Desa
Populasi ternak tahun 2013. Kemiri Kecamatan Jabung
http://lamongankab.go.id/insta Kabupaten Malang. Skripsi.
J. Ternak Tropika Vol. 16, No.1: 34-40, 2015 39
Fakultas Peternakan Memperbaiki Efisiensi
Universitas Brawijaya. Reproduksi Induk Sapi. Balai
Winugroho, M. 2002. Strategi Pemberian Penelitian Ternak. Jurnal
Pakan Tambahan Untuk litbang pertanian 21 (1); 19-23.

J. Ternak Tropika Vol. 16, No.1: 34-40, 2015 40

You might also like