You are on page 1of 17

GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN ISTRI

PADA PASANGAN COMMUTER MARRIAGE

Liza Marini1 dan Julinda2


Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Kehidupan pekerjaan saat ini sangat dipengaruhi oleh globalisasi yang menyebabkan
penempatan pekerjaan yang tidak mengenal batas teritori. Keadaan seperti itu
memunculkan suatu bentuk pernikahan yang disebut commuter marriage. Istilah ini
digunakan oleh Gerstel dan Gross (1982) sebagai pasangan yang sepakat untuk
berada di dua lokasi geografis yang berbeda dengan pekerjaan masing-masing dan
dipisahkan setidaknya tiga malam dalam satu minggu selama sedikitnya tiga bulan.
Berbagai keuntungan dan kerugian dirasakan oleh para istri pada pasangan
commuter marriage yang memberikan makna bagi kepuasaan dalam pernikahan.
Kepuasan pernikahan adalah evaluasi suami istri terhadap hubungan pernikahannya
yang cenderung berubah-ubah sepanjang perjalanan pernikahan itu sendiri (Lemme,
1995). Menurut Fowers dan Olsen (1989; 1993) kepuasan pernikahan dapat dilihat
dari sepuluh aspek yaitu communication, religious orientation, conflict resolution,
financial management, sexual orientation, family and friends, children and parenting,
personality issue, equalitarian role.

Keywords: Kepuasan Pernikahan, Istri, Pernikahan Jarak Jauh (Commuter


Marriage)

1 Dosen pada Departemen Psikologi Perkembangan Faklutas Psikologi Universitas Sumatera Utara- Medan
2 Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

1
Pendahuluan pindah ke tempat yang cukup jauh dari rumah
Setiap manusia dalam perkembangan dan bekerja.
hidupnya akan mengalami banyak perubahan Rhodes (2002) menjelaskan bahwa
dimana ia harus menyelesaikan tugas-tugas commuter marriage adalah pria dan wanita
perkembangan, dari lahir, masa kanak-kanak, dalam pernikahan yang mempunyai dua karir,
masa remaja, masa dewasa, masa lansia, dimana masing-masing mempunyai keinginan
sampai pada kematian. Diantara masa-masa untuk mempertahankan pernikahan namun
tersebut ada masa yang disebut masa dewasa secara sukarela juga memilih untuk menjaga
awal. Sebagai seorang individu yang berada karir sehingga pasangan tersebut merasakan
pada masa dewasa awal, mereka beranjak dari adanya komitmen yang kuat. Pasangan yang
masa-masa sekolah yang masih bergantung memilih pola hidup seperti ini menyadari
pada orang tua menuju ke masa mencari bahwa karir dan pernikahan mereka berada
pekerjaan dan mandiri dalam hal keuangan. pada prioritas utama (Gerstel & Gross, 1983;
Selain itu ia juga harus membentuk kehidupan Winfield, 1985 dalam Scoot, 2002). Definisi
sosialnya dengan memilih pasangan hidup dan lain yang dikemukakan oleh Gerstel dan Gross
akhirnya menikah. Pernikahan dan keluarga (1982), menyatakan bahwa commuter
memberikan motivasi serta beban bagi marriage adalah kesepakatan yang dilakukan
individu masa dewasa awal untuk memperoleh dengan sukarela oleh pasangan suami istri,
pekerjaan dan penghasilan agar mampu yang berada pada dua lokasi geografis yang
memenuhi kebutuhan hidup keluarga berbeda dengan pekerjaan masing-masing dan
(Hurlock, 1990). dipisahkan setidaknya tiga malam dalam satu
Pendidikan dan perkembangan dunia minggu selama sedikitnya tiga bulan. Sales,
pekerjaan yang semakin maju membuat pria pekerja dengan pekerjaan yang berhubungan
dan wanita sama-sama mempunyai dengan perjalanan, personel militer, imigran
kesempatan untuk mengembangkan karir dan yang menjadi pekerja, pekerja konstruktif dan
pekerjaan. Sejak semakin banyak wanita yang pramugari yang meninggalkan rumah untuk
bekerja dan mempunyai pendidikan yang waktu tertentu bukan termasuk dalam definisi
tinggi, secara alami juga menghasilkan commuter marriage, karena pekerjaan-
pasangan dengan karir yang berbeda pula pekerjaan tersebut bukan merupakan pekerjaan
(dual-career couples) (Muterko, 2007). yang mempunyai tingkatan karir (Rhodes,
Pasangan dual-career tidak jarang menemui 2002).
keadaan dimana mereka harus melakukan Beberapa karakteristik yang
perjalanan dalam pekerjaan mereka. Hal ini membedakan pasangan commuter marriage
disebabkan karena dunia pekerjaan saat ini dengan pasangan pada pernikahan umumnya
semakin dipengaruhi oleh proses globalisasi antara lain (Gerstel & Gross, 1982):
dan berbagai aktivitas pekerjaan yang tidak a. Lama pasangan tinggal di rumah yang
dibatasi oleh letak geografis suatu wilayah berbeda bervariasi, mulai dari tiga bulan
(Gustafson, 2006). sampai 14 tahun.
Pasangan dual-career mungkin dapat b. Jarak yang memisahkan pasangan tersebut
berusaha menghindari perpisahan dengan ikut antara 40-2.700 mil
berpindah, namun kenyataannya sangat sulit c. Jarak yang bervariasi dari rumah utama,
bagi pasangan untuk mendapatkan posisi karir kebanyakan pasangan tersebut
yang sama atau lebih baik dalam satu lokasi menghabiskan waktu mereka di rumah
yang sama. Solusi lain yang lebih modern yang berbeda (salah satu pasangan di
yaitu dengan mengadopsi pola hidup rumah utama dan pasangan lain di rumah
pernikahan jarak jauh dan tinggal di dua lain di tempat lain).
daerah yang terpisah atau dikenal dengan d. Pasangan biasanya melakukan reuni
istilah commuter marriage (Taylor & dengan variasi periode waktu yang
Lounsbury, dalam Rhodes, 2002), dimana berbeda-beda. Beberapa diantaranya
salah satu dari pasangan meninggalkan rumah, melakukan reuni pada akhir pekan tanpa

2
mempertanyakan kapan akan melakukan masalah-masalah yang muncul. Kepuasan
reuni selanjutnya. pernikahan adalah penilaian subjektif dan
bersifat dinamis oleh pasangan suami istri
Pasangan commuter marriage yang tidak mengenai kehidupan pernikahan mereka.
tinggal serumah tentu saja menghadapi banyak Kepuasan pernikahan dapat diukur dengan
masalah, terutama pada masalah komunikasi melihat aspek-aspek dalam perkawinan
antar pasangan jika dibandingkan dengan sebagaimana yang dikemukakan oleh Fowers
pasangan yang tinggal serumah. Masalah pada dan Olson (1989; 1993). Adapun aspek-aspek
komunikasi tampak ketika pesan nonverbal tersebut antara lain:
tidak dapat disampaikan melalui media a. Communication
komunikasi seperti telepon dan email yang Aspek ini melihat bagaimana perasaan dan
akhirnya mempengaruhi beberapa hal antara sikap individu terhadap komunikasi dalam
lain, hubungan pasangan, dukungan dalam hubungan mereka sebagai suami istri.
pengambilan keputusan (Groves & Horm- Aspek ini fokus pada tingkat kenyamanan
Wingerd, 1991), kelelahan terhadap peran yang dirasakan oleh pasangan dalam
(Anderson & Spruill, 1993; Gerstel & Gross, membagi dan menerima informasi
1982, 1983, 1984; Winfield, 1985), kurangnya emosional dan kognitif. Laswell (1991)
waktu untuk bersama (Gerstel & Gross, 1984; membagi komunikasi pernikahan menjadi
Winfield, 1985), durasi perpisahan (Gerstel & lima elemen dasar, yaitu: keterbukaan
Gross, 1984), kurangnya kebersamaan diantara pasangan (opennes), kejujuran
(Winfield, 1985), kurangnya kekuatan ego terhadap pasangan (honesty), kemampuan
(Winfield, 1985) serta terjadinya penurunan untuk mempercayai satu sama lain (ability
kompetensi sebagai profesional (Gerstel & to trust), sikap empati terhadap pasangan
Gross, 1984; Winfield, 1985). (empathy) dan kemampuan menjadi
Meskipun begitu, commuter marriage pendengar yang baik (listening skill).
tidak hanya memberikan masalah, tetapi juga b. Leisure Activity
terdapat beberapa kelebihan. Hal ini dirasakan Aspek ini mengukur pada pilihan kegiatan
oleh wanita pada pasangan commuter untuk menghabiskan waktu senggang.
marriage, dimana wanita nampaknya lebih Aspek ini merefleksikan aktivitas sosial
nyaman daripada pria ketika berpisah, ini versus aktivitas personal, pilihan untuk
dikarenakan mereka dapat menikmati kualitas saling berbagi antar individu, dan harapan
karir penuh yang tidak selalu dapat mereka dalam menghabiskan waktu senggang
peroleh pada saat mereka tinggal bersama bersama pasangan.
(Gross, 1980 dalam Hendrik & Hendrik, c. Religious Orientation
1992). Selain itu commuter marriage juga Aspek ini mengukur makna kepercayaan
dapat meningkatkan keinginan untuk agama dan prakteknya dalam pernikahan.
aktualisasi diri, kemampuan komunikasi dan Nilai yang tinggi menunjukan agama
fleksibilitas tanpa harus bertemu dan hanya merupakan bagian yang penting dalam
menggunakan media komunikasi seperti pernikahan. Agama secara langsung
telepon dan email (Winfield, 1985 dalam mempengaruhi kualitas pernikahan dengan
Hendrik & Hendrik, 1992). memelihara nilai-nilai suatu hubungan,
Bagi kebanyakan individu dewasa, norma dan dukungan sosial yang turut
kebahagiaan hidup lebih banyak dipengaruhi memberikan pengaruh yang besar dalam
oleh kepuasan pernikahan daripada hal lain pernikahan, mengurangi perilaku yang
dalam kehidupan dewasa, seperti pekerjaan, berbahaya dalam pernikahan (Christiano,
persahabatan, hobi, dan aktivitas komunikasi 2000; Wilcox, 2004 dalam Wolfinger &
(Newman & Newman, 2006). Kehidupan pada Wilcox, 2008). Pengaruh tidak langsung
pasangan commuter marriage memberikan dari agama yaitu kepercayaan terhadap
kepuasan pernikahan tersendiri dengan suatu agama dan beribadah cenderung
banyaknya keuntungan dan kerugian serta memberikan kesejahteraan secara

3
psikologis, norma prososial dan dukungan dapat tercipta kepuasan bagi pasangan
sosial diantara pasangan (Ellison, dkk. suami istri.
1994 dalam Wolfinger & Wilcox, 2008). g. Family and Friends
d. Conflict Resolution Aspek ini menunjukan perasaan dalam
Aspek ini mengukur persepsi pasangan berhubungan dengan anggota keluarga dan
mengenai eksistensi dan penyelesaian keluarga dari pasangan, serta teman-teman,
terhadap konflik dalam hubungan mereka. serta menunjukan harapan untuk
Aspek ini fokus pada keterbukaan mendapatkan kenyamanan dalam
pasangan terhadap isu-isu pengenalan dan menghabiskan waktu bersama keluarga
penyelesaian masalah serta strategi-strategi dan teman-teman.
yang digunakan untuk menghentikan h. Children and Parenting
argumen. Selain itu juga saling Aspek ini mengukur sikap dan perasaan
mendukung dalam mengatasi masalah terhadap tugas mengasuh dan
bersama-sama dan membangun membesarkan anak. Aspek ini fokus pada
kepercayaan satu sama lain. keputusan-keputusan yang berhubungan
e. Financial Management dengan disiplin, masa depan anak dan
Aspek ini fokus pada bagaimana cara pengaruh anak terhadap hubungan
pasangan mengelola keuangan mereka. pasangan. Kesepakatan antara pasangan
Aspek ini mengukur pola bagaimana dalam hal mengasuh dan mendidik anak
pasangan membelanjakan uang mereka penting halnya dalam pernikahan.
dan perhatian mereka terhadap keputusan Orangtua biasanya memiliki cita-cita
finansial mereka. Konsep yang tidak pribadi terhadap anaknya yang dapat
realistis, yaitu harapan-harapan yang menimbulkan kepuasan bila itu dapat
melebihi kemampuan keuangan, harapan terwujud.
untuk memiliki barang yang diinginkan, i. Personality Issues
serta ketidakmampuan untuk memenuhi Aspek ini mengukur persepsi individu
kebutuhan hidup dapat menjadi masalah mengenai pasangan mereka dalam
dalam pernikahan (Hurlock, 1999). menghargai perilaku-perilaku dan tingkat
Konflik dapat muncul jika salah satu pihak kepuasan yang dirasakan terhadap masalah
menunjukkan otoritas terhadap mengenai kepribadian masing-masing.
pasangannya juga tidak percaya terhadap j. Equalitarian Role
kemampuan pasangan dalam mengelola Aspek ini mengukur perasaan dan sikap
keuangan. individu mengenai peran pernikahan dan
f. Sexual Orientation keluarga. Aspek ini fokus pada pekerjaan,
Aspek ini mengukur perasaan pasangan pekerjaan rumah, seks, dan peran sebagai
mengenai afeksi dan hubungan seksual orang tua. Semakin tinggi nilai ini
mereka. Aspek ini menunjukan sikap menunjukan bahwa pasangan memilih
mengenai isu-isu seksual, perilaku seksual, peran-peran egalitarian.
kontrol kelahiran, dan kesetiaan.
Penyesuaian seksual dapat menjadi Commuter marriage kadang-kadang
penyebab pertengkaran dan menjadi masalah bagi para istri, karena
ketidakbahagiaan apabila tidak dicapai keadaan commuter marriage membuat para
kesepakatan yang memuaskan. Kepuasan istri harus memahami keadaan pernikahan dan
seksual dapat terus meningkat seiring segala resiko yang dihadapinya misalnya
berjalannya waktu. Hal ini bisa terjadi kehadiran anak. Pada keluarga yang memiliki
karena kedua pasangan telah memahami anak, biasanya anak tinggal bersama dengan
dan mengetahui kebutuhan mereka satu istri di daerah asal sedangkan suami bekerja di
sama lain, mampu mengungkapkan hasrat daerah lain. Roehling dan Bultman (2002)
dan cinta mereka, juga membaca tanda- menjelaskan bahwa pasangan yang tidak
tanda yang diberikan pasangan sehingga tinggal bersama anak-anak dapat fokus pada

4
karir, namun pasangan lain, biasanya istri yang menimbulkan bahaya dalam hubungan
tinggal dengan anak merasakan peran sebagai pernikahan.
orang tua tunggal. 2) Pendidikan, dimana pasangan yang
Diketahui juga bahwa pasangan memiliki tingkat pendidikan yang
commuter marriage yang lebih muda dengan rendah, dapat merasakan kepuasan
anak yang masih kecil (kurang dari 13 tahun) yang lebih rendah karena lebih banyak
serta pengalaman akan perpisahan yang tidak menghadapi stressor seperti
banyak merupakan pasangan yang paling pengangguran atau tingkat penghasilan
rapuh dibandingkan dengan pasangan yang rendah.
lebih tua. Kebanyakan pasangan yang lebih 3) Hubungan dengan orangtua yang akan
tua dan mempunyai banyak pengalaman akan mempengaruhi sikap anak terhadap
perpisahan dengan pasangan, lebih dapat romantisme, pernikahan dan
beradaptasi terhadap perjalanan dinas karena perceraian.
b. yang
pekerjaan dan bahkan merasakan periode Postmarital Factors
berturut-turut antara perpisahan dan reuni 1) Kehadiran anak, sangat berpengaruh
kembali sebagai suatu hal yang sangat menarik terhadap menurunnya kepuasan
(Espino et al., 2002; Morrice et al., 1985 pernikahan terutama pada wanita (Bee
dalam Gustafson, 2006). & Mitchell, 1984). Penelitian
Kehidupan istri menjadi lebih menunjukkan bahwa bertambahnya
kompleks di mana di satu sisi istri harus anak bisa menambah stress pasangan,
bekerja namun di sisi lain istri harus dan mengurangi waktu bersama
memperhatikan dan menjaga anak. Istri pada pasangan (Hendrick & Hendrick,
pasangan commuter marriage seringkali 1992). Kehadiran anak dapat
merasa mempunyai peran sebagai orang tua mempengaruhi kepuasan pernikahan
tunggal dan konflik peran meskipun pasangan suami istri berkaitan dengan harapan
commuter marriage kebanyakan menganut akan keberadaan anak tersebut.
peran egalitarian, dimana pasangan suami istri 2) Lama Pernikahan, dimana
mempunyai peran yang sama dalam keluarga. dikemukakan oleh Duvall bahwa
Akan tetapi ketika salah satu pasangan tingkat kepuasan pernikahan tinggi di
meninggalkan keluarga, pasangan tersebut awal pernikahan, kemudian menurun
akan menyerahkan perannya dalam keluarga setelah kehadiran anak dan kemudian
kepada pasangan yang tinggal dengan meningkat kembali setelah anak
keluarga. Sehingga dibutuhkan adanya relasi mandiri. Semakin lama usia suatu
personal yang baik antar anggota keluarga pernikahan, semakin besar kemampuan
agar tercapai kepuasan pernikahan (Skolnick pasangan untuk menghadapi masalah
dalam Lemme, 1995). yang muncul ketika pasangan tidak
Masalah-masalah yang dihadapi setiap tinggal bersama (Gerstel dan Gross,
istri pada pasangan commuter marriage 1981, 1982, 1984; Gross, 1980, 1981
berbeda-beda, bagaimana perasaan individu dalam Scott, 2002).
dalam menghadapi masalah-masalah dan 3) Jarak perpisahan yang semakin jauh
pengaruh perbedaan latar belakang serta juga membuat kehidupan pasangan
pengalaman masing-masing individu menjadi semakin berat dan membuat
memberikan tingkat kepuasan yang berbeda stress. Jarak yang semakin jauh sama
terhadap pernikahan. Berdasarkan Hendrick dengan biaya (telepon dan perjalanan)
(1992), kepuasan pernikahan dipengaruhi oleh yang lebih tinggi dan juga
beberapa faktor, yaitu: membutuhkan energi dan waktu yang
a. Premarital Factors lebih banyak, selain itu, jarak yang
1) Latar Belakang Ekonomi, dimana jauh juga membuat kesempatan untuk
status ekonomi yang dirasakan tidak bertemu dengan keluarga menjadi
sesuai dengan harapan dapat semakin sedikit (Krischner & Walum

5
dalam Gerstel dan Gross, 1982). penilaian individu mengenai kehidupan
Gerstel dan Gross (1982) pernikahannya. Selain itu, melalui penelitian
menambahkan ketika waktu berpisah kualitatif diharapkan peneliti memperoleh
semakin tinggi menyebabkan pemahaman yang menyeluruh dan utuh
ketidakpuasan dalam commuter tentang fenomena yang diteliti dan akan dapat
marriage juga semakin tinggi. melihat permasalahan ini dengan lebih
mendalam karena turut mempertimbangkan
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa dinamika, perspektif, alasan, dan faktor-faktor
kepuasan pernikahan yang bersifat subjektif eksternal yang turut mempengaruhi responden
dan dinamis karena dipengaruhi oleh penelitian (Poerwandari, 2007).
bermacam-macam faktor, mulai dari Metode pengumpulan data yang
bagaimana penilaian individu mengenai aspek digunakan adalah wawancara, ditambah
kepuasan pernikahan, faktor-faktor yang dengan alat bantu tape recorder (alat
mempengaruhi kepuasan pernikahan, kriteria perekam), pedoman wawancara, dan catatan
kepuasan pernikahan serta kelebihan dan responden. Prosedur pengambilan sampel
kekurangan kehidupan commuter marriage. menggunakan metode Pengambilan Subjek
Berdasarkan fenomena di atas, peneliti ingin Berdasarkan Teori, atau Berdasarkan Konstruk
mengetahui bagaimana gambaran kepuasan Operasional. Penelitian ini mengambil sampel
pernikahan pada pasangan commuter marriage 3 (tiga) orang wanita yang merupakan
dengan merumuskan pertanyaan penelitian pasangan commuter marriage dengan lokasi
sebagai berikut: penelitian disesuaikan dengan tempat tinggal
1. Bagaimana gambaran kepuasan ketiga responden yaitu di Stabat dan Medan.
pernikahan istri pada pasangan commuter Sesuai dengan tujuan penelitian ini,
marriage berdasarkan aspek-aspek maka karakteristik responden yang dipilih
kepuasan pernikahan menurut Fowers dan adalah:
Olson? a. Wanita Dewasa Awal yang berusia 27-39
2. Bagaimana gambaran kepuasan tahun
pernikahan istri pada pasangan commuter Pada usia 27-39 tahun, wanita dewasa
marriage berdasarkan faktor-faktor yang awal umumnya menghadapi konflik untuk
mempengaruhi kepuasan pernikahan? mencapai karir atau menjadi orang tua
3. Bagaimana dinamika kepuasan pernikahan b. Wanita yang telah menikah dengan bentuk
istri pada pasangan commuter marriage? pernikahan:
1) Baik istri maupun suami mempunyai
Metode karir masing-masing.
Melihat masalah yang hendak dijawab 2) Penempatan karir di daerah lain
dalam penelitian ini, pendekatan kualitatif menyebabkan pasangan suami istri
dipandang lebih sesuai untuk mengetahui tidak tinggal di rumah yang sama
bagaimana gambaran kepuasan pernikahan setidaknya tiga malam dalam satu
istri pada pasangan commuter marriage. Hal minggu, selama sedikitnya tiga bulan.
ini sesuai dengan pernyataan Lemme (1995) 3) Suami dan istri mempunyai tempat
bahwa kepuasan pernikahan adalah evaluasi tinggal masing-masing dikarenakan
suami istri terhadap hubungan pernikahan perpisahan mereka dapat berlangsung
yang cenderung berubah sepanjang perjalanan lama.
pernikahan itu sendiri. Kepuasan pernikahan 4) Mempunyai anak yang berusia kurang
itu bersifat subjektif dan dinamis terhadap dari 13 tahun yang tinggal dengan istri.

6
Hasil
Latar Belakang Responden
Responden 1 Responden 2 Responden 3
Urutan Kelahiran ke 1 dari 3 ke 2 dari 8 ke 2 dari 4
Usia 27 Tahun 37 Tahun 36Tahun
Masa Pacaran (tidak melalui masa pacaran) 7 Tahun 2 Tahun
Usia saat menikah 24 Tahun 27 Tahun 25 Tahun
Lama pernikahan 2.5 tahun 10 tahun 11 tahun
Jumlah anak 1 (laki-laki) 1 (perempuan) 3 (laki-laki)
Usia anak 2,5 tahun 9 tahun 10, 9, dan 5 tahun
Suku Batak Jawa Tionghwa Batak
Pendidikan S-1 S-1 S-1
Pekerjaan Pegawai Negeri Pegawai Swasta Pegawai Swasta

Alasan Commuter Marriage


Responden 1 Responden 2 Responden 3
Sebelum menikah pasangan Pasangan responden diberikan Profesi pasangan responden yang
responden telah bekerja di luar kota kesempatan untuk menjadi berkarir di bidang perkebunan
sebagai pegawai negeri sehingga manager sebuah restoran di menuntut untuk berpindah-pindah
tidak mungkin bagi pasangan Amerika Serikat dengan pekerjaan sehingga mempengaruhi kehidupan
responden untuk pindah dalam yang lebih terarah dan penghasilan keluarga dimana kurangnya
waktu dekat. yang lebih besar. Awalnya mereka fasilitas sarana pendidikan bagi
masih tinggal bersama selama 2 anak responden di daerah tersebut.
tahun.

Kepuasan Pernikahan Berdasarkan Aspek Kepuasan Pernikahan (Fowers & Olson, 1993)
Aspek Responden 1 Responden 2 Responden 3
1. Communication Responden dan Responden Responden dan
pasangannya tetap senang berkomunikasi dengan pasangannya melakukan
ketika berkomunikasi menggunakan telepon dan komunikasi setiap harinya
meskipun hanya bisa internet yang dilakukan dan menceritakan segala hal
menggunakan telepon dan setiap harinya namun yang dilakukan responden
internet (email). responden tidak dan anak mereka.
Responden merasa tidak menceritakan semua hal Responden senang dengan
ada hambatan dalam pada pasangannya, komunikasi tidak langsung
komunikasi tidak khususnya mengenai dengan pasangannya karena
langsung tersebut karena masalah yang meskipun jauh, ia tetap
responden dan menyangkut keluarga dan dapat berkomunikasi dengan
pasangannya tidak pernah masalah lainnya. baik dan tetap dapat
curiga satu sama lain. mengontrol kebutuhan
pasangannya.
2. Leisure Activity Responden merasa sedih Responden kadang- Responden lebih menikmati
dengan waktu senggang kadang merasa lelah dan menghabiskan waktu
yang dilalui sendirian bosan dalam menjalankan senggang dengan
karena tidak dapat saling aktivitas di waktu pasangannya, namun
berbagi dan tidak dapat senggangnya karena meskipun begitu ia berusaha
menghabiskan waktu aktivitas yang berulang- untuk kuat dan tidak ingin
bersama psangannya. ulang dan dilakukan anak mereka sedih karena
Responden lebih responden sendirian. tidak bisa menghabiskan

7
menyukai menghabiskan Responden mengatakan waktu bersama ayah
waktu senggang bersama tidak mempunyai waktu mereka. Responden
pasangannya, namun hal untuk mengurus diri menggunakan waktu sebaik-
ini tidak bisa dilakukan sendiri dan lebih baiknya ketika pasangannya
karena responden dan menikmati menghabiskan pulang dengan
pasangannya tidak tinggal waktu senggang bersama menghabiskan waktu
bersama. pasangannya. bersama responden dan
anak-anak mereka.
Responden 3 tidak dapat
memilih dan memenuhi
harapan untuk
menghabiskan waktu
bersama pasangannya.

3. Religious Responden merasa adanya Responden menjadi yakin Responden merasa dirinya
Orientation kemajuan dalam dan percaya pada agama menjadi lebih dekat ke
beribadah sejak menikah, yang dianutnya dan agama dan menjadi
bahkan pasangan merasakan beberapa memandang suatu masalah
responden selalu perubahan dalam diri secara positif ketika
mengingatkan responden responden seperti menjadi berjauhan dengan
untuk beribadah dan lebih aktif untuk pasangannya. Ia merasa
mengajarkan anak mereka menjalankan perintah dengan membaca Firman
untuk beribadah. agama dan mengetahui dirinya menjadi lebih kuat
Responden mengaku apa yang seharusnya dalam menghadapi masalah
menjadi lebih dilakukan responden yang ada dan percaya bahwa
bertanggung jawab makhluk Tuhan. pencobaan yang diberikan
kepada keluarga serta Kepercayaan terhadap tidak akan melebih
lebih ikhlas dan pasrah ajaran agama juga kemampuannya. Bagi
kepada Tuhan. membantu responden responden agama
untuk tidak berpikir memberikan kesejahterahan
negatif mengenai secara psikologis dan
pasangannya dan dukungan sosial diantara
merasakan ketenangan pasangan.
dan ikhlas menyerahkan
hidup keluarganya ke
dalam tangan Tuhan.

4. Conflict Resolution Masalah yang paling berat Responden tidak Responden merasa masalah
dalam commuter mengenalkan dan yang dihadapinya saat ini
marriage menurut menceritakan masalah adalah tidak bisa saling
responden adalah ketika kepada pasangannya, berbagi cerita dan masalah
anak mereka sedang sakit. sehingga pasangannya anak sulung mereka yang
Responden dan tidak dapat membantu mulai beranjak remaja.
pasangannya sama-sama menyelesaikan masalah. Responden kadang-kadang
berkomitmen untuk Responden dan mengharapkan pasangannya
menyelesaikan masalah pasangannya tidak saling dapat membantunya tetapi
mereka tanpa melibatkan mendukung dalam akhrinya dia harus sadar
pihak lain. Responden mengatasi masalah bahwa ia hanya bisa
juga merasa puas dengan bersama-sama sehingga menyelesaikan sendiri.
penyelesaian masalah kepercayaan terhadap satu
yang dilakukan respondan sama lain sulit terbina.
dan pasangannya karena Responden berusaha
sampai saat ini belum ada menyelesaikan masalah
masalah yang tidak sendiri namun dengan
terselesaikan dan juga cara menghindar dari
karena tetap saja ada salah masalah dengan berusaha
satu pihak yang melupakan masalahnya.
mengalah.

8
5. Financial Responden merasa Responden merasa Responden merasa
management keadaan ekonomi keuangan keluarganya keuangan keluarga saat ini
keluarganya saat ini sudah lebih baik. baik. Dan pasangan
cukup stabil Responden responden saat ini responden memberikan
dan pasangannya sama- diberikan kepercayaan kepercayaan kepadanya
sama membahas oleh pasangannya untuk untuk mengurus keuangan
mengenai penghasilan, mengurus keuangan keluarga sejak diawal
pengeluaran dan investasi keluarga tetapi biasanya pernikahan. Responden
mereka. Responden ia akan memberitahukan yang mendominasi dalam
mengaku dirinya selalu pasangannya jika ingin hal mengurus keuangan
mencatat pengeluaran menggunakan uang dalam tetapi tetap
sehari-hari yang jumlah yang lebih besar. mendiskusikannya pada
dikeluarkan responden pasangannya jika ingin
dan memberitahu dan menginvestasikan uang
meminta persetujuan mereka.
pasangannya ketika
hendak menggunakan
uang untuk mengeluaran
yang lebih besar.

6. Sexual Responden dan Responden meragukan Responden dan


Orientation pasangannya saling kesetiaan pasangannya pasangannya percaya bahwa
terbuka satu sama lain tetapi akan menerima kepuasan seksual tidak
mengenai kebutuhan kalau pasangannya hanya dari segi kuantitas
seksual dan merasa sedih berbuat curang. tetapi juga dari segi kualitas.
ketika responden tidak Responden merasa sedih Responden saat ini juga
bisa membantu karena tidak bisa percaya pada pasangannya
pasangannya untuk memenuhi kebutuhan karena bagi mereka dasar
menyalurkan kebutuhan seksualnya dan dari suatu pernikahan adalah
seksualnya. Namun pasangannya. adanya saling percaya,
meskipun demikian, selain itu juga karena
responden mengatakan kepribadian pasangannya
bahwa jarak jauh yang tidak pernah
membuat responden dan menduakannya sejak
pasangannya merasa pertama kali berkenalan
seperti pengantin baru
setiap kali bertemu.
Responden percaya
bahwa pasangannya
mempunyai cara
menyalurkan kebutuhan
seksual dengan cara yang
positif.

7. Family and Friends Responden mempunyai Responden mempunyai Hubungan responden


hubungan yang baik hubungan yang tidak dengan keluarga dan teman-
dengan keluarga dan begitu dekat dengan temannya baik. Keluarga
teman-teman. Responden keluarga dan teman- pasangannya dan
kadang-kadang merasa teman. Responden keluarganya selalu
cemburu melihat keluarga kadang-kadang merasa mendukungnya yang harus
teman-temannya bisa cemburu ketika melihat menjalani commuter
berkumpul bersama ketika keluarga lain bisa marriage. Teman-teman dan
responden tinggal berkumpul bersama. keluarga tidak menolak
sendirian. kehadiran responden tanpa
pasangannya, tapi kadang-
kadang responden bisa
merasa kecil hati melihat
keluarga lain bisa
berkumpul bersama.

9
8. Children and Responden bertanggung Responden tidak Responden-lah yang saat ini
Parenting jawab mengenai anak merasakan ada masalah mengambil peran dalam
mereka, sehingga dalam mengurus anak mengasuh anak tapi ia juga
responden harus membuat karena anak mereka kadang-kadang meminta
keputusan mengenai anak merupakan anak yang pendapat pasangannya.
mereka, namun responden baik. Ia saat ini Responden kadang-kadang
juga tetap meminta mengambil semua peran merasa kesulitan mengurus
pendapat pasangannya dalam pengasuhan anak anaknya apalagi ketika
mengenai anak mereka. karena pasangan anaknya sedang bertengkar,
Responden kadang- responden merasa tetapi masalah anak belum
kadang merasakan respondenlah yang lebih pernah membuat ia dan
kesulitan untuk membuat memahami anak mereka pasangannya bertengkar.
keputusan mengenai anak Pasangannya juga sering
mereka terutama ketika membantu responden
anak sedang sakit, menasehati anak mereka.
meskipun begitu
responden merasa anak
mereka adalah perekat
hubungan dirinya dan
pasangannya.

9.Personality Issues Responden tetap Responden dan Responden menilai


menerima kekurangan pasangannya sama-sama pasangannya adalah orang
suami responden, keras kepala dan egois yang pendiam dan tidak
meskipun kadang-kadang tetapi responden saat ini keras, sehingga saat
merasa sedikit kesal dan berusaha untuk tidak diperlukan untuk melakukan
merasa bahwa perbedaan bertengkar ketika tidak sesuatu, pasangannya hanya
itu tidak harus dihadapi tinggal bersama. Ia diam saja. Responden tetap
dengan kekerasan. merasa tidak adanya menerima kekurangan
Responden berpikir kalau perbaikan sifat keras pasangannya karena ia tahu
menikah itu belajar kepala dan egois ini serta tidak ada orang yang
menerima kelebihan dan merasa bahwa ia sulit sempurna di dunia ini dan
kekurangan masing- menerima sifat keras juga berusaha memandang
masing. kepala pasangannya kekurangan pasangannya
karena hal ini kadang- dari sisi positif.
kadang dapat memicu
pertengkaran.
10. Equalitarian Roles Pasangan responden Responden bertanggung Pasangannya tidak pernah
memberikan kebebasan jawab mengurus anak dan memaksa responden untuk
kepada responden untuk pasangannya bertugas melakukan sesuatu.
melakukan hal-hal yang mencari nafkah, namun Responden diberikan
ingin dilakukan responden meskipun begitu kebebasan untuk melakukan
namun responden tetap pasanganya tidak apa yang responden rasa
meminta izin pada mengharuskan baik. Responden juga
pasangannya sebelum pasangannya melakukan menerima kalau peran yang
melakukan apa-apa. kegiatan seperti istri pada dijalankannya saat ini harus
Responden merasa berat umumnya. lebih besar dari
dengan peran yang pasangannya karena
dijalaninya pada saat keadaan yang memang
tinggal berjauhan karena mengharuskan mereka
responden harus melakukan itu.
menjalankan peran ganda
bagi anaknya, meskipun
begitu, responden tetap
ingin memberikan yang
terbaik untuk anaknya dan
merasa peran ganda yang
dijalani tidak
mengganggu aktivitas
kerjanya.

10
Kepuasan Pernikahan Berdasarkan Faktor-faktor yang Mempengaruhi (Hendrick &
Hendrick, 1992)
Faktor Responden 1 Responden 2 Responden 3
Premarital Factors:

1. Latar Belakang Salah satu alasan Keadaan ekonomi Pasangan responden 3


Ekonomi mengapa responden 1 responden 2 dan bekerja di sebuah perusahan
menerima pasangannya pasangannya dirasa cukup yang bergerak di bidang
dikarenakan pasangannya baik karena mereka sudah perkebunan. Responden 3
sudah bekerja dan mapan. mempunyai rumah yang dan pasangannya merasa
Responden 1 dan diberikan oleh orang tua pasangannya mampu
pasanganya juga sama- pasangannya. Selain itu menafkahi keluarga dengan
sama bekerja sehingga responden 2 dan pengasilan di perkebunan
responden 1 merasa pasangannya juga sudah yang lumayan besar.
keadaan ekonomi mempunyai pekerjaan
keluarganya saat ini sehingga mereka merasa
cukup baik. mampu untuk membiayai
kebutuhan keluarga
mereka.

2. Pendidikan Responden 1 dan Responden 2 dan Responden 3 dan


pasangannya sama-sama pasangannya sama-sama pasangannya sama-sama
mempunyai pendidikan mempunyai pendidikan mempunyai pendidikan
yang tinggi, saat ini yang tinggi, sehingga yang tinggi sehingga
mereka juga mempunyai mereka mempunyai pasangannya mempunyai
pekerjaan yang baik pekerjaan dengan jabatan pekerjaan yang baik
sehingga mereka tidak yang cukup tinggi meskipun pasangannya
pernah menghadapi meskipun hanya tidak mengizinkan
stressor seperti responden 2 yang merasa responden 3 bekerja di awal
pengangguran atau karena puas dengan pekerjaan pernikahan karena
tingkat penghasilan yang dan penghasilannya. responden 3 harus ikut
rendah. pasangannya tinggal di
daerah perkebunan tetapi
setelah responden 3
menetap di Medan, ia
mempunyai pekerjaan
sebagai manager suatu
perusahaan konveksi.

3. Hubungan dengan Hubungan responden 1 Responden 2 mengaku Hubungan responden 3


Orang Tua dan keluarga pasangannya sudah mengenal keluarga dengan keluarga
juga sangat baik, karena pasangannya dengan baik pasangannya sangat baik,
mereka merupakan walaupun responden 2 bahkan orang tua
tetangga yang sudah tidak mau terlalu pasangannya sangat
mengenal dekat satu sama mencampuri urusan menyayanginya.
lain. keluarga pasangannya.
Postmarital Factors:
1. Kehadiran anak Kehadiran anak bagi Kehadiran anak membuat Kehadiran anak bagi
responden 1 dan responden lebih giat responden 3 memberikan
pasangannya merupakan untuk mencari nafkah sedikit masalah karena anak
hal yang indah. sehingga akhirnya timbul pertamanya sedang beranjak
Responden 1 tidak pernah ketidakpuasan remaja, kadang-kadang
merasa anaknya sebagai pasangannya terhadap responden 3 merasa
beban bahkan ia merasa pekerjaan dan kesulitan mengikuti
anaknya merupakan obat penghasilannya. perkembangan anaknya itu
penghilang rasa capek Responden 2 dan sedangkan kedua anak
karena bekerja. pasangannya akhirnya lainnya yang masih kanak-

11
memutuskan untuk kanak bukan menjadi
melakukan commuter masalah bagi responden 3.
marriage dengan tujuan Secara umum anak mereka
agar mereka mempunyai tidak pernah membuat
penghasilan dan responden 3 dan
kehidupan yang lebih pasangannya dalam
baik. Responden 2 merasa masalah, responden 3 juga
anaknya bukan menjadi tidak kesulitan mengurus
beban meskipun ia harus kebutuhan ketiga anaknya
menjaganya sendirian karena ada pembantu yang
karena ia merasa memang membantu menjaga anak
sudah keharusan seorang ketika responden 3 sedang
ibu untuk menjaga bekerja.
anaknya.

2. Lama pernikahan Responden 1 dan Responden 2 dan Responden 3 dan


pasangannya telah pasangannya telah pasangannya telah menikah
menikah selama 2,5 tahun menikah hampir 10 tahun, selama 11 tahun dan
dan telah mempunyai mereka juga mempunyai mempunyai seorang anak
anak. Kepuasan anak yang masih berumur yang sedang beranjak
pernikahan responden 1 9 tahun. Duvall remaja. Duvall mengatakan
lebih tinggi dibandingkan mengatakan bahwa bahwa kepuasan pernikahan
kedua responden lainnnya tingkat kepuasan anak menurun sejalan
mungkin disebabkan oleh pernikahan tinggi di awal, dengan kehadiran anak
usia pernikahan mereka kemudian menurun terutama ketika anak
yang masih muda. setelah kehadiran anak beranjak remaja.
dan kemudian meningkat
kembali setelah anak
mandiri. Hal ini
menjelaskan mengapa
kepuasan pernikahan
responden 2 lebih rendah
daripada responden
lainnya meskipun
responden 2 merasa anak
bukan masalah dalam
pernikahannya.

3. Jarak perpisahan Sejak sebelum menikah, Kepuasan pernikahan Responden 3 tidak merasa
responden 1 sudah tau responden 2 lebih rendah jarak antara ia dan
akan konsekuensi bahwa dari dua responden pasangannya terlalu jauh,
mereka akan tinggal lainnya, yaitu karena jarak sehingga ia tidak terlalu
terpisah. Akan tetapi antara responden dan mempermasalahkan
karena jarak yang tidak pasangannya yang sangat keberadaan pasangannya di
terlalu jauh antara kota jauh dan biaya perjalanan luar kota. Hal ini dapat
Meulaboh dan Medan, yang mahal sehingga diatasi dengan
dan dapat ditempuh dalam responden dan berkunjungnya responden 3
1 hari sehingga tidak pasangannya tidak pernah ke tempat pasangannya
mempengaruhi kepuasan bertemu selama 5 tahun setiap 2-3 minggu sekali.
pernikahan responden. dan berpengaruh kepada
kepuasan pernikahan
responden.

12
Kepuasan Pernikahan Istri Pada Pasangan Commuter Marriage
Responden 1 Responden 2 Responden 3
Responden 1 merasa puas pada 8 Responden 2 merasa puas pada 5 Responden 3 merasa puas pada 7
aspek yaitu aspek communication, aspek yaitu aspek religious aspek yaitu aspek communication,
religious orientation, conflict orientation, financial management, religious orientation, financial
resolution, financial management, children and parenting, personality management, sexual orientation,
sexual orientation, children and issues dan equitarian roles children and parenting, personality
parenting, personality issues dan issues dan equitarian roles.
equitarian roles.

Pembahasan bertindak mengatasi masalah. Responden 2


Secara umum dapat dilihat bahwa sama sekali tidak menceritakan masalahnya
responden 2 memiliki kepuasan pernikahan kepada pasanganya karena menurutnya
yang lebih rendah daripada kedua responden pasanganya tidak bisa membantu dalam
lainnya. Dilihat dari aspek komunikasi, ketiga menyelesaikan masalah. Dalam hal keuangan,
responden umumnya merasa komunikasi ketiga responden merasa keuangan keluarga
mereka dengan pasangan mereka cukup baik cukup baik dan stabil, dimana mereka juga
meskipun hanya bisa melalui telepon dan puas dengan kondisi keuangan keluarga saat
internet. Responden 1 dan 3 selalu berbagi ini. Pengaturan ekonomi keluarga menjadi
informasi dengan pasangan mereka tetapi tanggung jawab para responden, tetapi mereka
responden 2 tidak memberitahukan masalah tetap memberitahukan kepada pasangan
dalam keluarga yang dialaminya karena mereka ketika membutuhkan biaya yang besar
merasa pasangannya juga tidak bisa dan tidak umum.
membantu. Kondisi ini diperkuat dengan Responden 1 dan 3 umumnya merasa
adanya kepribadian responden 2 dan bahwa aktivitas seksual bersama pasangan
pasangannya yang cenderung keras kepala dan tidak hanya bergantung kepada kuantitas,
egois, sehingga seringkali komunikasi yang tetapi juga pada kualitas, dimana mereka dan
mereka lakukan berakhir dengan perselisihan. pasangan biasanya menggunakan waktu
Kegiatan di waktu senggang dirasa bertemu yang singkat tersebut dengan sebaik-
kurang menyenangkan bagi ketiga responden, baiknya. Responden 2 tidak puas dengan
hal ini disebabkan karena ketiga responden aktivitas seksual dengan pasanganya karena
tidak bisa menghabiskan waktu senggang selama 5 tahun masa commuter marriage, dia
bersama pasangan mereka, bahkan responden dan pasangannya tidak pernah bertemu. Begitu
2 merasa seluruh waktu senggangnya hanya juga dalam hal hubungan baik dengan teman
dihabiskan untuk mengurus anaknya. dan keluarga, responden 1 dan 3 umumnya
Sedangkan dari aspek keagamaan, ketiga mempunyai hubungan yang baik dengan
responden mengaku bahwa tingkat teman dan keluarga, dimana pihak keluarga
religiusitasnya berkembang lebih baik ketika turut mendukung mereka karena pasangan
para responden tidak tinggal bersama mereka tinggal di tempat lain. Sedangkan
pasangan mereka. Diakui bahwa keyakinan responden 2 mengaku tidak begitu dekat
kepada Tuhan membantu untuk bersabar dan dengan teman dan keluarga pasangannya.
ikhlas dalam menjalani pernikahan jarak jauh. Secara umum ketiga responden merasa
Responden 1 dan 3 selalu berbagi segala cemburu ketika melihat orang lain bisa
hal kepada pasangan mereka, namun hanya berkumpul bersama pasangan mereka
responden 1 yang benar-benar menyelesaikan sedangkan mereka tidak bisa.
masalah bersama pasangannya, sedangkan Dalam aspek pengasuhan anak,
responden 3 menyadari bahwa meskipun ia umumnya diserahkan kepada ketiga
telah menceritakan masalah pada responden, tetapi meskipun begitu pasangan
pasangannya, namun hanya dirinya yang dapat mereka juga membantu menasehati jika anak

13
mereka sudah mulai tidak patuh kepada ibu Gerstel dan Gross (1982) menyatakan
mereka. Masalah anak tidak pernah menjadi bahwa pasangan commuter marriage yang
masalah yang mengganggu pernikahan menikah kurang dari 13 tahun dengan ada atau
pasangan commuter marriage. Roehling dan tidak ada anak cenderung mengalami kesulitan
Bultman (2002) menjelaskan bahwa kehadiran dalam menghadapi pernikahan jarak jauh. Hal
anak memiliki dampak yang negatif terhadap ini disebabkan karena pasangan muda belum
kepuasan pernikahan istri pada pasangan cukup lama untuk hidup dengan pasangannya,
commuter marriage. Hal ini didukung oleh membangun kepercayaan, serta mengetahui
Rotter, Barnett & Fawcett (Rhodes, 2002) kelebihan dan kelemahan pasangannya. Selain
yang menambahkan bahwa kehidupan itu pasangan muda masih berada dalam tahap
pernikahan jarak jauh menjadi lebih sulit penyesuaian diri dalam pernikahan dan karir.
dengan kehadiran anak, dimana satu orang tua Mereka tidak hanya berada dalam proses
mendapat tugas lebih banyak dan harus tinggal untuk mengembangkan perasaan satu sebagai
bersama anak. Penjelasan di atas tidak sesuai pasangan, tetapi mereka juga belum
bagi ketiga responden. Kehadiran anak bagi mengembangkan identitas pekerjaan dalam
ketiga responden bukan menjadi masalah meningkatkan kompetensi. Berbeda dengan
dalam hubungan mereka dengan pasangannya pernyataan di atas, responden 1 tidak
karena ketiga responden merasa tugas menjalani masa pacaran dan langsung
mengasuh dan menjaga anak merupakan melakukan perpisahan setelah menikah namun
kewajiban mereka sebagai orang tua, selain itu mempunyai kepuasan pernikahan yang lebih
ketiga responden mempunyai orang yang baik daripada responden 2 dan 3 yang
dapat membantu menjaga anak-anak mereka menjalani masa pacaran dan tinggal bersama
ketika ketiga responden sedang bekerja. sebelum akhirnya tinggal terpisah. Hal ini
Ketiga responden umumnya juga mungkin disebabkan karena dari sejak awal
menerima kekurangan dan kelebihan, sifat dan sebelum menikah ia dan pasangannya sudah
kepribadian pasangan mereka. Selain itu mendiskusikan hal tersebut dengan segala
pasangan ketiga responden memberikan konsekuensi yang ada. Selain itu responden 1
kebebasan bagi istri untuk melakukan peran merasa bahwa pernikahan jarak jauh yang
yang mereka inginkan meskipun umumnya dijalaninya saat ini masih seperti masa pacaran
para responden mengaku menjalani peran dan bahkan responden 1 merasa seperti
ganda. Ketiga responden dalam penelitian ini pasangan pengantin baru ketika berkumpul
merasakan pasangan mereka cukup egalitarian kembali bersama pasangannya.
dengan tidak memaksa mereka melakukan hal Ketiga responden menerima keputusan
yang tidak ingin responden lakukan, namun untuk melakukan pernikahan jarak jauh karena
secara tidak langsung ketiga responden merasa pekerjaan pasangan mereka memang
tampaknya bertanggung jawab terhadap anak, mengharuskan untuk melakukan perjalanan.
keluarga dan pekerjaan mereka. Keadaan ini Hanya responden 1 dan 3 yang mengenali
tidak sesuai dengan penjelasan yang kemungkinan akan mengalami commuter
dikemukakan oleh Anderson & Spruill (dalam marriage setelah menikah nantinya.
Rhodes 2002) yang menemukan bahwa Responden 1 dan responden 3 membahas
pasangan commuter marriage biasanya sangat mengenai commuter marriage sebelum
tradisional dalam pembagian tugas dalam mereka menikah, sehingga responden 1 dan
keluarga, dimana wanita khususnya lebih responden 3 siap menerima resiko apapun
banyak melakukan pekerjaan rumah tangga yang terjadi dalam pernikahan jarak jauh
yang berhubungan dengan tugas sehari-hari karena mereka dianggap sudah mengerti
seperti menyiapkan sarapan, membersihkan masalah-masalah seperti apapun yang muncul.
rumah, perawatan sehari-hari bahkan Pasangan yang menerima dan memahami
mengurus transportasi untuk anak-anak commuter marriage sebagai keharusan,
mereka. selanjutnya akan mendiskusikan hal-hal

14
mengenai aturan-aturan dalam menjalani situasi menjadi penuh tekanan. Faktanya
perpisahan secara rinci (Rhodes, 2002). adalah satu bulan adalah batas dari perpisahan
Hal ini tidak sesuai dengan yang yang masih mungkin terjadi. Para commuter
diungkapkan oleh Anderson & Spruill (dalam marriage merasa kalau mereka berpisah lebih
Rhodes, 2002) yaitu pasangan commuter dari sebulan maka mulai mengembangkan
marriage biasanya tidak melakukan proses dunia yang berpisah atau pernikahan mereka
pengambilan keputusan yang sistematis. mulai menyerupai tidak menikah. Perpisahan
Pasangan commuter marriage tidak yang dialami respoden 1 dan 3 selama lebih
mengumpulkan informasi mengenai dari satu bulan tidak membuat pernikahan
kehidupan commuter marriage, berbagi mereka bermasalah, hal ini mungkin
pengalaman dengan pasangan commuter dikarenakan komunikasi responden 1 dan
marriage lainnya atau melihat alternatif lain. responden 3 pada pasangan masing-masing
Hal ini menjelaskan mengapa responden 2 yang berjalan dengan baik.
mempunyai kepuasan pernikahan yang lebih Pasangan yang pulang di setiap akhir
rendah dibandingkan responden 1 dan 3. Latar pekan dan berkumpul bersama keluarga masih
belakang responden 2 yang mempunyai mampu mengikuti aktivitas yang dapat mereka
pengalaman masa lalu memutuskan berpisah lakukan bersama, namun tanpa adanya pola
dengan mantan pacarnya karena tidak sanggup yang tetap membuat pasangan commuter
menjalani hubungan jarak jauh akhirnya marriage merasa kaku dan aneh ketika
mengalami commuter marriage dengan menghabiskan waktu bersama-sama (Gerstel
suaminya. Responden 2 yang sejak awal dan Gross 1982). Dalam penelitian ini,
merasa pesimis dengan hubungan jarak jauh responden 1 dan 3 tetap dapat menghabiskan
akhirnya harus menerima keadaan seperti itu, waktu bersama pasangan dan keluarga mereka
ia juga sama sekali tidak menyangka akan meskipun berkumpul setelah satu sampai dua
menjalani commuter marriage, sehingga ia bulan. Hal ini mungkin dikarenakan responden
pasrah mengizinkan pasangannya bekerja di 1 dan 3 yang selalu menceritakan hal-hal yang
luar negeri. Kesiapan pasangan untuk dirasakan dan dijalani oleh responden dan
menjalani commuter marriage dan perpisahan anak-anaknya ketika tinggal berpisah.
yang didasari keputusan bersama tampaknya Kirschner & Walum (dalam Gerstel &
mempengaruhi kepuasan pernikahan istri Gross 1982) juga menambahkan bahwa
pasangan commuter marriage. pasangan comuter marriage biasanya
Jika dilihat dari lamanya perpisahan, kehilangan hal-hal kecil yang tidak diceritakan
pasangan responden 1 dan 3 bertemu kembali oleh pasangannya, mereka juga menemukan
dengan pasangannya setelah satu sampai 2 kesulitan untuk mendiskusikan masalah
bulan, namun mereka masih bisa keluarga yang biasanya muncul dan untuk
mentolerilnya karena mereka memahami membagi dan memaknai pengalaman sehari-
situasi pekerjaan pasangan mereka. Responden hari dengan pasangan, atau yang berhubungan
3 menerima bahwa tempat bekerja dengan lelucon dan kesan dalam kejadian
pasangannya berada di tengah hutan yang sehari-hari. Hal ini menjelaskan apa yang
dijaga ketat oleh pihak militer sehingga ia dirasakan ketiga responden yaitu komunikasi
tidak bisa seenaknya keluar masuk. Oleh tidak langsung dirasa kurang karena kesulitan
karena itu responden 3 mensiasatinya dengan untuk membagi pengalaman dan perasaan,
pergi mengunjungi pasanganya setiap 2-3 bahkan responden 2 juga merasa kesulitan
minggu sekali. Hal ini berbeda dengan yang untuk menceritakan masalah yang dihadapinya
dikemukakan oleh Gerstel dan Gross (1982) kepada pasangan.
yang menyatakan bahwa perpisahan selama 1
atau 2 minggu masih dapat ditoleril dan Kesimpulan
bahkan memberikan keuntungan tersendiri 1. Berdasarkan sepuluh aspek kepuasan
bagi pasangan commuter marriage, namun pernikahan yang digunakan sebagai acuan
perpisahan lebih dari 1 bulan menyebabkan untuk mengukur kepuasan pernikahan:

15
a. Responden 1 merasa puas pada 8 pernikahan responden 3. Ia dan
aspek yaitu aspek communication, pasangannya telah menikah selama 11
religious orientation, conflict tahun dan mempunyai 3 orang anak laki-
resolution, financial management, laki, dimana salah satu diantaranya
sexual orientation, children and sedang beranjak remaja. Responden 3
parenting, personality issues dan kadang-kadang merasa kesulitan
equitarian roles. Aspek kepuasan mengikuti perkembangan anak mereka
pernikahan yang menjadi hambatan yang sudah beranjak remaja.
bagi responden 1 adalah aspek 4. Faktor jarak perpisahan mempengaruhi
leisure activity dan family and kepuasan pernikahan responden 2 yaitu
friends. ketika jarak antara dirinya dan
b. Responden 2 merasa puas pada 5 pasangannya yang sangat jauh dan biaya
aspek yaitu aspek religious perjalanan yang mahal sehingga
orientation, , financial management, membuat responden 2 dan pasangannya
children and parenting, personality tidak bisa saling bertemu selama 5 tahun
issues dan equitarian roles. Aspek perpisahan.
kepuasan pernikahan yang menjadi
hambatan bagi responden 2 adalah
aspek communication, leisure Saran
activity, conflict resolution, sexual 1. Saran Praktis
orientation dan family and friends. a. Agar para pasangan yang belum
c. Responden 3 merasa puas pada 7 menikah ataupun yang sudah menikah
aspek yaitu aspek communication, tidak ragu-ragu untuk menjalankan
religious orientation, financial pernikahan jarak jauh dengan melihat
management, sexual orientation, beberapa kelebihan dan kelemahan
children and parenting, personality yang diperoleh dari pernikahan jarak
issues dan equitarian roles. Aspek jauh.
kepuasan pernikahan yang menjadi b. Agar para istri pada pasangan
hambatan bagi responden 3 adalah commuter marriage menyadari aspek-
aspek leisure activity, conflict aspek kepuasan pernikahan yang
resolution dan family and friends. mungkin menjadi masalah dalam
2. Ketiga responden mempunyai latar pernikahan mereka supaya dapat
belakang yang berbeda yang akhirnya mencari cara untuk mengoptimalkan
mempengaruhi kepuasan pernikahan dan meningkatkan aspek kepuasan
mereka. Responden 1 dan responden 3 pernikahan tersebut.
sama-sama memahami kemungkinan
untuk commuter marriage sejak awal 2. Saran Penelitian Selanjutnya
pernikahan sehingga mereka membahas a. Peneliti selanjutnya disarankan untuk
masalah ini sebelumnya, berbeda dengan lebih memperhatikan kondisi dan
responden 2 yang sebelumnya lingkungan saat proses wawancara.
memutuskan mantan pacarnya karena b. Penambahan jumlah sampel dan
tidak sanggup menjalani pacaran jarak perluasan sampel untuk penelitian
jauh. Responden 2 sebenarnya merasa selanjutnya akan lebih baik sehingga
sulit menerima keadaan hubungan didapat dinamika yang lebih luas tidak
pernikahan jarak jauh namun akhirnya hanya mengenai kepuasan pernikahan
tetap harus menjalaninya karena istri, tetapi juga pada suami pada
komitmen pekerjaan pasangannya yang pasangan commuter marriage.
berada di luar negeri. c. Beberapa hal seperti pengaruh
3. Faktor lama pernikahan dan kehadiran commuter marriage terhadap anak,
anak mempengaruhi kepuasan faktor yang mempengaruhi kehidupan
commuter marriage dan konflik peran
16
istri pada pasangan commuter their related migration decision. Makalah
marriage juga dirasa pantas diteliti dipresentasikan pada pertemuan tahunan
oleh peneliti selanjutnya terutama the American Sociological Association,
dengan menggunakan penelitian TBA, New York, New York City.
kuantitatif. (Online),
(http://www.allacademic.com/meta/p183
274_index.html, diakses tgl. 11 Agustus
Daftar Pustaka 2008)
Newman & Newman. (2006). Development
Fowers, B. J. & Olson, D. H. (1989). Enrich
through life. A psychological approach.
marital inventory: a discriminant validity
USA: Thomson Wadsworth.
& cross-validity assessment. Journal of
Papalia, D.E., Olds, S.W.,& Feldman, R.D.
Marital and Family Therapy,15 (1), 65-
(2007). Human development (10th Ed).
79. (Online), (http://www.prepare-
New York: McGraw-Hill.
enrich.com/files/Article_Info/study3.pdf,
Poerwandari, K., (2007). Pendekatan kualitatif
diakses tgl. 11 Agustus, 2008)
untuk penelitian perilaku manusia.
Fowers, B. J. & Olson, D. H. (1993). Enrich
Lembaga Pengembangan Sarana
marital scale: a brief research and clinical
Pengukuran dan Pendidikan Psikologi
tool. Journey of Family Psychology, 7
Fakultas Psikologi Univeritas Indonesia
(2), 176-185. (Online),
Rhodes, A. (2002). Long-distance
(http://www.buildingrelationships.com/pd
relationships in dual-career commuter
f/study10.pdf, diakses tgl. 11 Agustus,
couples: A review of counseling issues.
2008)
The Family Journal: Counseling and
Gerstel, N. & Gross, H. E. (1982). Commuter
Therapy for Couples and Families, 10,
marriages: A review. Dalam Gross, H. &
398-404. (Online),
Sussman, Marvin B. (Eds). Marriage and
(http://tfj.sagepub.com/cgi/content/abstra
family review (5th ed., hal. 71-93). New
ct/10/4/398, diakses tgl.2 Oktober, 2008)
York: Haworth Press.
Roehling, P. V. & Bultman, M. (2002). Does
Gustafson, Per. (2006). Work-related travel,
absence make the heart grow fonder?
gender, and family obligations. Work,
Work-related travel and marital
employment and society, 20 (3), 513-530.
satisfaction. Sex Roles: Journal of
(Online),
Research, 46, 279-293.
(http://wes.sagepub.com/cgi/content/abstr
Scoot, Andrea T. (2002). Communication
act/20/3/513, diakses tgl. 23 Oktober,
characterizing successful long distance
2008)
marriages. Disertasi. Faculty of the
Hendrick, S & Hendrick, C. (1992). Liking,
Louisiana State University and
loving & relating (2nd ed). California:
Agricultural and Mechanical College.
Brooks/ Cole Publishing Company
(Online),
Pacific Grove.
(http://etd.lsu.edu/docs/available/etd-
Hurock, E.B. (1990). Psikologi
0416102-
perkembangan, suatu pendekatan
172102/unrestricted/Scott_dis.pdf,
sepanjang rentang kehidupan. Jakarta:
diakses tgl. 11 Agustus, 2008)
Penerbit Erlangga.
Wolfinger, Nicholas H. & Wilcox, W.
Laswell, M.E. (1991). Marriage & the family.
Bradford. (2008). Happily ever after?
USA: Wadsworth.
Religion, marital status, gender and
Lemme, B. H. (1995). Development in
relationship quality. Social Forces, 86, 3;
adulthood. USA: Allyn & Bacon.
Platinum Periodicals, 1311.
Muterko, Sarah. (2007). Higher education
faculty/staff dual-carrer couples and

17

You might also like