Professional Documents
Culture Documents
1
Pendekatan kontekstual dapat diintegrasikan ke dalam modul dengan cara
memasukkan komponen pendekatan kontekstual ke dalam modul. Nurhadi (2009)
menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual masih harus dijabarkan lebih lanjut
ke dalam model/metode tertentu agar mudah dipraktikkan di sekolah. Metode
yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah introduction,
connection, application, reflection, dan extension atau disingkat ICARE.
Metode ICARE digunakan dalam pendekatan kontekstual agar siswa dapat
menghubungkan pengalaman sebelumnya, memiliki kesempatan untuk
menerapkan materi yang telah mereka pelajari, dan mengaplikasikan pengetahuan
dan keterampilan yang mereka peroleh. Seluruh kegiatan tersebut sesuai dengan
prinsip pendekatan kontekstual, pada pendekatan kontekstual siswa dituntut untuk
menemukan sendiri pengetahuan, bukan hanya dengan apa kata guru (Nurhadi,
2009). Dengan mengkonstruksi sendiri pengetahuan, dapat mendorong siswa
berpikir kreatif, dan imajinatif. Metode ICARE yang diadaptasi dan dimodifikasi
dari modul Integrasi Kecakapan Hidup dalam Pembelajaran yang dikembangkan
oleh Decentralized Basic Education Three (DBE3) ini dianggap sebagai metode
pembelajaran interaktif yang bertujuan memotivasi siswa (DBE3). Menurut
Kartono (2010), untuk meningkatkan kreativitas perlu adanya suasana
pembelajaran yang menarik bagi siswa. Dengan suasana yang menarik, siswa
dapat mengasah kemampuan kognitifnya, serta mendapat pengalaman langsung
sehingga pembelajaran lebih bermakna. Penjelasan tersebut juga sesuai dengan
prinsip pendekatan kontekstual tentang pembelajaran bermakna (Nurhadi, 2009).
Berbagai permasalahan dalam pembelajaran tersebut harus segera diatasi
agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Solusi untuk mengatasi masalah
pembelajaran tersebut adalah dengan mengembangkan modul berpendekatan
kontekstual dengan metode ICARE untuk meningkatkan kreativitas siswa. Tujuan
dari penelitian dan pengembangan ini adalah untuk menghasilkan modul Biologi
berpendekatan kontekstual dengan metode ICARE yang valid, efektif, dan praktis.
METODE
Penelitian & pengembangan ini menggunakan model pengembangan
Plomp (2007), yang terdiri dari fase investigasi awal, fase desain, fase
realisasi/konstruksi, fase tes, evaluasi, revisi, dan fase implementasi. Kegiatan yang
dilakukan pada penelitian dan pengembangan ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Desain uji coba dilakukan pada fase tes, evaluasi, revisi untuk mengetahui
kevalidan modul yang dinilai oleh validator modul. Fase implementasi dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana modul dapat diterima siswa dan dapat
meningkatkan kreativitas siswa kelas X MIA 4 SMAN 8 Malang.
Data pada fase tes, evaluasi, dan revisi adalah data kualitatif dari hasil
pengisian lembar validasi modul oleh para ahli. Data pada fase implementasi
adalah data kualitatif, dan kuantitatif. Data kualitatif berupa hasil observasi
keterlaksanaan pembelajaran oleh observer. Data kuantitatif diperoleh dari skor
pretes-postes, skor penilaian diri sendiri (sikap kreatif), serta total skor angket
respons siswa terhadap modul yang nantinya dikonversi menjadi nilai. Instrumen
pengumpulan data penelitian & pengembangan ini terdapat pada Tabel 1.
2
Gambar 1. Bagan Fase Penelitian dan Pengembangan Modul
3
Data hasil fase tes, evaluasi, dan revisi dianalisis secara deskriptif
kualitatif menggunakan skala Likert (1-4) pada tebel 2.
Berdasarkan skala tersebut, maka dari hasil validasi modul bisa dinyatakan
layak jika diperoleh modus dengan skor 4 atau 3. Apabila diperoleh modus dengan
skor 2 atau 1 maka perlu dilakukan revisi.
Teknik analisis deskriptif kuantitatif didasarkan pada skor pretes-postes,
skor penilaian diri terhadap sikap kreatif, serta total skor angket respons siswa
terhadap modul. Skor pretes-postes siswa dianalisis dengan rumus gain score
(Susanti 2013: 6). Kriteria N-gain dapat dilihat pada Tabel 3.
Keterangan:
n-gain: Gain Score
2. Kategori nilai sikap siswa didasarkan pada Permendikbud No 81A Tahun 2013
yaitu:
Sangat Baik (SB) : apabila memperoleh Skor Akhir: 3,33 < Skor Akhir 4,00
Baik (B) : apabila memperoleh Skor Akhir: 2,33 < Skor Akhir 3,33
Cukup (C) : apabila memperoleh Skor Akhir: 1,33 < Skor Akhir 2,33
Kurang (K) : apabila memperoleh Skor Akhir: Skor Akhir 1,33
4
P= x 100%
Keterangan:
P = persentase penilaian
Respons siswa terhadap pembelajaran ditentukan berdasarkan beberapa
kriteria. Kriteria respons siswa dapat dilihat pada Tabel 4.
Keterangan:
RS = Respons siswa terhadap kriteria tertentu
HASIL
Hasil penelitian merupakan hasil dari fase pengembangan ke-empat, yakni
fase tes, evaluasi, dan revisi, serta fase pengembangan ke-lima, yakni fase
implementasi yang akan dijabarkan sebagai berikut.
1. Data Hasil Fase Tes, Evaluasi, dan Revisi
Hasil validasi digunakan sebagai pertimbangan dalam merevisi produk
untuk perbaikan Modul. Tabel 5 menyajikan data hasil validasi yang dilakukan
oleh ahli modul. Data hasil validasi modul oleh ahli materi dapat dilihat pada
Tabel 6. Kelayakan modul ditinjau dari aspek penggunaan juga divalidasi oleh
praktisi lapangan. Data hasil validasi modul oleh praktisi lapangan dapat dilihat
pada Tabel 7.
5
Tabel 6. Ringkasan Data Hasil Validasi Modul oleh Ahli Materi
No. Aspek yang dinilai Modus Kriteria
Relevansi
1. Halaman Judul (Cover) 4 Sangat Layak
2. Keakuratan Materi 3 Layak
3. Kemutakhiran Materi 3 Layak
4. Kebenaran Konsep 3 Layak
5. Keruntutan Pengkajian Materi 3 Layak
6. Kemudahan Materi untuk Dipahami 3 Layak
7. Kelengkapan Materi 3 Layak
8. Keakuratan Referensi 3 Layak
9. Kekontekstualan Materi (memuat prinsip pendekatan 3 Layak
kontekstual)
10. Urutan Kegiatan Belajar dalam Metode ICARE (penyajian 3 Layak
materi berdasarkan metode ICARE)
11. Cara Penyajian yang Meningkatkan Kreativitas 3 Layak
Modus 3 Layak
6
b. Data Hasil Angket Penilaian Diri Siswa terhadap Sikap Kreatif
Sikap kreatif ditandai dengan adanya rasa ingin tahu, daya imajinasi, sikap
berani mengambil risiko, serta sikap menghargai. Data hasil penilaian diri siswa
terhadap sikap kreatif terdapat pada Tabel 9.
Berdasarkan data pada Tabel 9, menunjukkan bahwa sikap kreatif siswa ditinjau
dari ke-empat indikator sikap kreatif, dapat dikategorikan baik.
PEMBAHASAN
Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan produk Modul Biologi
materi permasalahan lingkungan dan dampaknya yang dikembangkan dengan
pendekatan kontekstual dan metode ICARE untuk meningkatkan kreativitas siswa.
Prinsip dari modul adalah pembelajaran mandiri untuk mencapai suatu target
tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat Depdiknas (2008) pada poin ke-tiga
yakni agar dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk
meningkatkan motivasi dan gairah belajar, yang dalam hal ini adalah untuk
meningkatkan kreativitas. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan
metode ICARE menjadi lebih mandiri, aktif, dan menyenangkan sehingga
motivasi siswa lebih terbentuk serta kreativitas juga meningkat. Peningkatan
7
kreativitas siswa pada penelitian & pengembangan ini berdasarkan N-gain
termasuk dalam kategori sedang, yakni 0,6. Kegiatan belajar siswa yang
mencerminkan kreativitas dijelaskan sebagai berikut.
Sesuai pendapat Silver (1997), bahwa dalam komponen pemecahan
masalah terdapat indikator berpikir kreatif, meliputi kefasihan, keluwesan, dan
kebaruan, kemudian pada penelitian ini ditambah unsur kerincian. Kefasihan
dilihat dari banyaknya interpretasi, metode pemecahan masalah, serta jawaban
masalah yang diajukan siswa dalam memecahkan masalah. Contoh kegiatan siswa
yang menunjukkan kefasihan dalam berpikir adalah jawaban siswa mengenai
penyebab permasalahan lingkungan yang bermacam-macam, yakni jumlah
penduduk yang sangat tinggi, dan setiap penduduk memerlukan energi, lahan, dan
sumberdaya yang besar untuk bertahan hidup, di sisi lain setiap penduduk juga
menghasilkan limbah dalam beragam bentuk., makin banyaknya sampah yang
dibuang ke sungai, adanya erosi tanah, limbah industri, dan hujan asam yang
menybabkan terkontaminasinya air bersih, pengelolaan sampah masih
menggunakan paradigma lama. Jawaban siswa tersebut menunjukkan bahwa
siswa telah melakukan indikator kemampuan berpikir kreatif yakni
kefasihan/kelancaran.
Keluwesan berarti siswa memecahkan masalah dalam satu cara, kemudian
dengan cara lain. Siswa dapat mendiskusikan berbagai metode penyelesaian
(Silver, 1997). Contoh kegiatan jawaban pretes siswa yang menunjukkan kriteria
keluwesan adalah, pada pertanyaan pretes-postes keempat, yakni tentang
bagaimana mengatasi permasalahan lingkungan yang ada. Contoh jawaban siswa
tersebut adalah dengan menggalakkan program KB agar kepadatan penduduk
berkurang dan sampah yang ditimbulkan tidak terlalu banyak. Melakukan 3R
(Reuse, Reduce, Recycle), memilah sampah rumah tangga yang dapat digunakan
sebagai kompos. Menyediakan ruang/taman kota sebagai sumber O2. Menanam
tanaman peredam polusi udara di sepanjang pinggir jalan.
Indikator kemampuan berpikir kreatif yang ketiga adalah
kebaruan/keorisinilan. Keorisinilan artinya siswa membuat jawaban atau metode
penyelesaian yang berbeda (Silver, 1997). Contoh kriteria keorisinilan jawaban
salah satu siswa adalah pada pertanyaan pretes-postes yang ke-5, yakni tentang
ide kreatif yang dapat dilakukan untuk menangani masalah lingkungan, yakni
dengan membuat filtarasi skala besar yang dipasang di sungai agar meminimalisir
keberadaan sampah. Siswa memperinci (indikator kemampuan berpikir kreatif
kerincian/elaborasi) jawaban nomor 5 tersebut dengan penjelasan cara
penggunaan alat beserta kelemahan dan kelebihannya.
Sintaks pembelajaran modul dengan pendekatan kontekstual dan
menggunakan metode ICARE telah terlaksana keseluruhan ditinjau dari hasil
observasi keterlaksanaan pembelajaran oleh observer. Observer pada penelitian
ini adalah guru matapelajaran Biologi kelas X MIA 4 SMAN 8 Malang. Pada
seluruh kegiatan belajar, mulai dari kegiatan belajar 1 (permasalahan lingkungan),
kegiatan belajar 2 (pencemaran lingkungan), dan kegiatan belajar 3 (pelestarian
lingkungan), dilakukan dengan sintak metode ICARE dan dengan
mengintegrasikan pendekatan kontekstual di dalam kegiatan pembelajaran
tersebut.
Sintaks metode ICARE yang digunakan adalah introduction, connection,
application, reflection, dan extension. Introduction berisi pengenalan materi,
8
connection memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghubungkan
pengetahuan yang telah dimilikinya dengan pengetahuan baru yang diperoleh dari
kegiatan introduction. Application memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengaplikasikan pengetahuan/ilmu yang telah ia peroleh ke dalam suatu kegiatan
nyata/konteks. Ide kreatif siswa yang muncul pada kegiatan application adalah
membuat filter knalpot untuk mengurangi pencemaran suara dengan
menggunakan glasswool. Cara pakainya adalah glasswool dimasukkan ke dalam
silinder knalpot. Siswa juga telah mempraktikkan filter knalpot ini di rumah dan
hasilnya suara sepeda motor yang diberi glasswool menjadi lebih halus. Siswa
juga memberikan ide penanganan masalah polusi udara dengan membuat filter
udara dengan zat kimia yang dapat mengikat polusi. Dalam hal ini siswa belum
mampu menyebutkan nama zat untuk menyerap polusi dikarekana siswa masih
kesulitan mengaitkan antara pelajaran Kimia dengan Biologi Lingkungan, oleh
karena itu, sangat perlu dilakukan pembelajaran kontekstual dan metode
pembelajaran yang memfasilitasi kegiatan siswa untu mengaitkan antara satu
pengetahuan dengan pengetahuan lain, salah satunya adalah ICARE.
Siswa merefleksi kembali pengetahuan yang telah ia peroleh pada kegiatan
refleksi. Dari kegiatan refleksi, siswa dapat mengetahui apa saja yang telah ia
pahami dan belum ia pahami. Extension diberikan jika siswa telah menyelesaikan
seluruh kegiatan belajar. Bagian pengembangan ini memberikan kesempatan
kepada siswa untuk belajar lebih banyak dan lebih luas. Siswa yang sudah tuntas
belajarnya, diperbolehkan mengikuti kegiatan extension yakni membuat lubang
resapan biologi (LRB) di rumah mereka masing-masing. Pada pertemuan ke-2,
siswa diberi tugas untuk mencari jenis dan bahan-bahan plastik (prinsip inkuiri).
Setelah semua kegiatan berakhir, siswa mengerjakan evaluasi sehingga
pemahaman siswa lebih terlihat lagi.
9
Penggunaan modul perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut.
1. Guru sebaiknya melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu
yang telah ditetapkan dalam RPP yang dikembangkan oleh peneliti.
2. Guru hendaknya menjelaskan dengan jelas cara menggunakan modul
sehingga tujuan modul untuk meningkatkan kreativitas siswa dapat terpenuhi.
3. Guru dapat menggunakan modul dengan model pembelajaran lain, seperti
problem based learning, project based learning, dan inkuiri.
4. Menambah permasalahan konkrit yang dapat dipecahkan siswa sebagai
latihan berpikir kreatif.
5. Melaksanakan uji lapangan operasional tentang modul di berbagai sekolah
agar diperoleh nilai keefektifan dan kepraktisan yang tinggi.
DAFTAR RUJUKAN
DBE3. Integrasi Kecakapan Hidup dalam Pembelajaran. International Relief and
Development.
Depdiknas. 2008. Panduan Penyusunan Perangkat dan Bahan Ajar. Jakarta:
Badan Standar Nasional Pendidikan.
Jan V., Brenda B., Anthony E., Nienken N., Tjeerd P. 2007. An Introduction to
Educational Design Research. Enschede: Axis Media-ontwerpers.
Johnson, E. B. 2011. Contextual Teaching and Learning Menjadikan Kegiatan
Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Kaifa.
Muhlisin, A. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis
Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Tema
Polusi Udara. Journal of Educational Research and Evaluation, (Online),
1 (2), (http://journal.unnes.ac.id/sju/inedx.phpjere)
Munandar, U. 2002. Kreativitas dan Keberbakatan Strategi Mewujudkan Potensi
Kreatif dan Bakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Nasution, S. 2003. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Nurhadi Y. B. & Senduk A. G. 2009. Pembelajaran Kontekstual. Surabaya: JePe
Press Media Utama.
Satriani. 2012. Contextual Teaching and Learning Approach to Teaching Writing.
Indonesian Journal of Applied Linguistics, 2 (1): 10-22.
Silver, E. A. (1997). Fostering Creativity through Instruction Rich in
Mathematical Problem Solving and Thinking in Problem Posing.
http://www.emis.de/journals/ZDM/zdm973a3.pdf ZDM Volum 29 (June
1997) Number 3. Electronic Edition ISSN 1615-679X, diakses 6 Agustus
2014.
Yamasari, Y. 2010. Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Berbasis
ICT yang Berkualitas. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional
Pascasarjana X, ITS, Surabaya, 4 Agustus.
Tati, Z., & Hartono. 2009. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis
Kontekstual Pokok Bahasan Turunan di Madrasah Aliyah Negeri 3
Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika, 3 (1). Unsri.
10