Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Mulyana Hasan (P1806216004)
Muhammad Fajrin Wijaya (P1806216005)
A.Dhini Alfiandari (P1806216008)
Dwinda Aulia Aslam (P1806216029)
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah
melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini yang merupakan salah satu tugas mata kuliah
Kebijakan dan Manajemen Kesehatan. Dengan rahmat dan petunjuk-Nya disertai
usaha yang sungguh-sungguh, doa, ilmu pengetahuan yang diperoleh selama
perkuliahan dan pengalaman maka makalah ini mengenai Analisis Kebijakan
UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Pasal 29, 30, 31, dan 32 ini
akhirnya dapat diselesaikan.
Penulis
DAFTAR ISI
2. TUJUAN KEBIJAKAN
Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada pasal
29 32, memiliki arti penting bagi kehidupan bangsa Indonesia, antara lain,
memberikan kesadaran mengenai hak dan kewajiban rumah sakit dan pasien.
Kualitas pelayanan dan kepuasan pasien mempunyai hubungan yang sangat erat
dengan masing-masing pihak mengetahui hak dan kewajibannya, diharapkan tidak
terjadi lagi ketimpangan dalam pelaksanaannya. Hal ini dapat membentuk suatu
hubungan yang baik antara rumah sakit dan pasien dalam pelayanan rumah sakit
dan kepuasan pasien. Dalam jangka waktu yang panjang, ikatan seperti ini
memungkinkan rumah sakit untuk memahami dengan harapan pasien serta
kebutuhan mereka. Ikatan tersebut memberikan keuntungan bagi rumah sakit
berupa finansial dan juga pasien dengan kesembuhannya.
7. PREDIKSI KEBERHASILAN
Pada penerapan undang-undang No. 44 tahun 2009 ini diharapkan akan
lebih menjamin hak pasien dalam mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah
sakit, sehingga dapat mencapai peningkatan dan pelayanan mutu rumah sakit.
Selain itu, hak dan kewajiban dari rumah sakit dapat terpenuhi dengan cara
mensosialisasikan kewajiban yang dimiliki terhadap pasien, sebagai media dan
sumber informasi dan edukasi bagi masyarakat.
B. Tipe Pendekatan
Pendekatan yang dilakukan untuk menganalisis pasal ini adalah tipe
pendekatan Case Approach (kasus) karena tipe ini menyangkut fakta
yang ada dengan permasalahan pokok yaitu apakah rumah sakit dan
pasien sudah menjalankan hak dan kewajibannya masing-masing sesuai
dengan undang undang yang telah ditetapkan.
2.2 Resistensi
Resistensi dapat diartikan sebagai sebuah sikap untuk berperilaku bertahan,
berusaha melawan, dan menentang. Dari pasal tersebut, dijelaskan tentang
kewajiban yang harus dimiliki pada setiap rumah sakit yaitu harus memberikan
informasi yang benar dan tepat tentang setiap pelayanan yang ada di rumah sakit
kepada masyarakat baik secara kuratif, rehabilitatif, promotif dan preventif agar
tidak ada miss komunikasi antara pihak RS dan pasien, memberikan pelayanan
kesehatan yang mengacu pada patient safety, dan sesuai dengan standar pelayanan
minimal yang ada di rumah sakit dan tidak membedakan ketika memberikan
pelayanan, dan mengutamakan kepuasan pasien, serta melaksanakan semua aturan
aturan yang telah ditetapkan dalam Undang Undang No. 40 tahun 2009 baik
secara teknis dan efektif. Rumah sakit juga harus menyelenggarakan rekam medis
untuk merekam catatan medis para pasien. Sarana dan prasarana umum juga harus
layak disediakan agar memudahkan pasien dan keluarganya untuk memanfaatkan
fasilitas tersebut. Namun, ketika dikaitkan dengan kondisi khusus, seperti
ketidaksiapan rumah sakit, baik dari segi biaya maupun tenaga yang kompeten,
maka bisa jadi akan menimbulkan resistensi di kemudian hari dan menjadi
masalah baru sebagai akibat dari pelaksanaan UU RS ini dan tentunya akan
berdampak negatif bagi kinerja pelayanan rumah sakit dan keselamatan serta
kepuasan pasien.
1. Aktor
Aktor yang resistensi terhadap pasal ini adalah pihak rumah sakit,
dalam hal ini adalah:
a) Pemerintah
b) Rumah Sakit
c) Masyarakat
d) Tenaga Kesehatan
2. Sumber
Resistensi atau penolakan merupakan salah satu penyebab kurang
berhasilnya perubahan yang direncanakan dalam organisasi. Sebagaimana yang
disebutkan oleh Maurer, bahwa "perlawanan membunuh perubahan", sementara
Foote menggambarkan warna-warni resistensi sebagai "salah satu hal yang paling
jahat, kanker kerja yang paling melemahkan (dan mengklaim bahwa) tidak ada
seorang pembunuh yang lebih kuat, paradoks atau peluang yang sama yakni
kemauan untuk maju dan niat baik". Perubahan adalah hal sangat dibutuhkan
dalam suatu organisasi untuk menyesuaikan dengan paradigma yang berkembang
di tengah masyarakat. Pola pikir dan tingkat kepuasan masyarakat akan senantiasa
berkembang, untuk itu sebuah organisasi yang berdiri di tengah-tengah
masyarakat harus mengikuti perkembangan kebutuhan konsumen. Mind-set
ataupun paradigma tentang perubahan seringkali lebih terapresiasi ketika masih
dalam tahap formulasi strategi, dan ketika ide itu diadopsi kemudian
diimplementasikan, resistensi pun muncul bahkan meskipun ketika perubahan
tersebut baru saja diusulkan.
Pandangan mainstream memisahkan secara tegas antara subyek obyek,
organisasi-individu dan organisasi-lingkungan eksternal. Ada beberapa implikasi
dari pandangan ini. Pertama, ada nya subyek yang berperan sebagai agen yang
berperan aktif dan obyek yang menjadi agen pasif yang dikenai tindakan. Kedua,
pandangan ini menjelaskan tindakan, hubungan dan hasil perubahan dengan
mengacu pada karakter entitas subyek atau obyek. Ketiga, subyek diasumsikan
yang menciptakan realitas sosial. Subyek adalah pihak yang mengetahui dan
mempengaruhi yang lain sebagai obyek yang dapat diketahui dan dibentuk
(Hosking, D.M., 2004).
Perubahan organisasi selalu dipahami sebagai tuntutan dari lingkungan
eksternal, baik masyarakat, pemilik modal, maupun pemerintah terhadap
organisasi. Suatu organisasi diciptakan dan dimiliki oleh orang-orang di luar
sistemnya. Struktur dan tujuannya dirancang oleh manajemen atau pakar di
luarnya dan dikerjakan oleh organisasi (Capra F., 2004).
Pendekatan Sosial Konstruksionis mengkritik pendekatan mainstream
yang seringkali digunakan dalam memahami perubahan organisasi. Pendekatan
mainstream berpijak pada pandangan bahwa adanya realitas tunggal dan homogen
yang ada diluar individu (Ford, 1999, Ford dkk, 2001). Seluruh anggota organisasi
berbagi realitas tunggal yang menjadi konteks tindakan dan perubahan yang
dilakukan para anggota tersebut. Akibatnya, literatur perubahan dan
pengembangan organisasi dipenuhi dengan riset tertuju pada perbedaan individual
yang mempengaruhi pengalaman dan respon terhadap perubahan organisasi yang
tunggal dan homogen.
3. Intensitas
Diperlukan pemahaman yang jelas terkait Pelanggaran atas kewajiban
rumah sakit, agar sinkron dan tidak merugikan salah satu pihak dikemudian hari
dan batas kewenangan dan tanggung jawab etik para tenaga kesehatan harus
sesuai dengan standar profesi karena setiap tindakan medis yang dilakukan
mempunyai hubungan hukum antara rumah sakit, dokter, dan pasien.
4.1 KESIMPULAN
Kebijakan UU no 44 tahun 2009 yang ditetapkan oleh pemerintah akan
memberikan dampak langsung kepada semua yang terlibat, baik pemerintah,
praktisi kesehatan dan tentunya juga kepada masyarakat secara luas.
Dengan adanya penerapan ini, akan memberikan arah dan standar yang lebih
baik kedepannya untuk Rumah Sakit dalam kapasitas memberikan pelayanan dan
kejelasan pengelolaan penyelenggaraan Rumah Sakit.
4.2 REKOMENDASI
Berdasarkan prediksi masalah dan kondisi trade off yang akan timbul
dan prediksi keberhasilan pada UU No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit ini,
maka rekomendasi yang dapat diberikan antara lain:
Diperlukan pemahaman dan penjelasan mengenai pasal-pasal yang ada,
sehingga sinkron dan tidak merugikan salah satu pihak di kemudian hari.
Rumah Sakit sebaiknya mensosialisasikan kebijakan ini kepada
masyarakat, sebagai media dan sumber informasi dan edukasi bagi
masyarakat tersebut.
Sebagai mahasiswa atau bagi institusi pendidikan yang berfokus pada
pendidikan tentang kesehatan, sebaiknya turut serta membantu
mensosialisasikan kebijakan ini kepada masyarakat ketika melakukan
pembelajaran di lapangan, seperti KKN atau PBL (Praktek Belajar
Lapangan). Hal ini akan membantu timbulnya pengetahuan, pemahaman
dan pola pikir yang baru pada masyarakat tentang sistem kesehatan di
Indonesia, khususnya tentang kewajiban rumah sakit dan hak-haknya
sebagai pasien.