Professional Documents
Culture Documents
OLEH:
LYDIA AMALIYA
NIM:107103001630
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
Lydia Amaliya
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked)
Oleh :
Lydia Amaliya
NIM: 107103001630
Pembimbing
DEWAN PENGUJI
PIMPINAN FAKULTAS
Prof. DR. (hc). Dr. M.K. Tadjudin, SpAnd DR. Dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp. RM
iv
KATA PENGANTAR
v
7) Mama dan Papa tercinta yang selalu mendukung dan memberikan motivasi
untuk belajar lebih baik lagi. Terima kasih atas cinta dan kasih sayang yang
telah kalian berikan juga pelajaran hidup yang sangat berharga sehingga
menjadikanku dewasa.
8) Kakak-kakakku Vivi Luthfiyanti, Firmansyah, dan Riza Umami yang telah
banyak mengajarkan arti kehidupan. Terima kasih karena kalian menjadikan
hidupku penuh warna.
9) Keponakanku terlucu dan tersayang Kayla, Hasya, dan Azzam yang selalu
membuatku tertawa dan selalu membuatku rindu kalian.
10) Seluruh keluarga besar, terima kasih atas dukungan materil dan moril yang
tidak ternilai harganya.
11) Teman-teman kelompok riset Yurilla, Hilya, Karina, Emi, Idha, dan Ridwan.
Terima kasih atas waktu dan canda tawa kalian selama ini. Mari berjuang
kawan.
12) Tut Wuri Handayani, yang selalu memberikan kejutan dan semangat yang
tiada henti. Terimakasih atas perhatiannya selama ini.
13) Seluruh teman seperjuangan PSPD angkatan 2007. Keep spirit.
14) Fitri Kurnia Rahim dan teman-teman terdekat yang tidak bisa disebutkan satu
persatu. Terimakasih atas support dan bantuan kalian.
Penulis
vi
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan fakor lingkungan
dan sosial ekonomi terhadap kejadian diare di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur
pada bulan Agustus 2010. Penelitian ini dilakukan terhadap 96 responden ibu-ibu
yang memiliki balita dengan menggunakan desain analisis potong lintang,
kemudian dilakukan analisis univariat dan bivariat. Analisis statistik
menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan dari faktor sosial
ekonomi tidak ada hubungan antara faktor pekerjaan ibu (p=0,816), dan jumlah
anak (p=0,065) dengan kejadian diare di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur.
Namun, Penghasilan keluarga menunjukkan adanya hubungan terhadap kejadian
diare di wilayah tersebut (p=0,001). Faktor lingkungan menunjukkan adanya
hubungan antara sumber air bersih (p=0,033), jamban (p=0,023), dan limbah
(p=0,001) terhadap kejadian diare. Kualitas air (p=0,271) dan sampah (0,426)
tidak menunjukkan adanya hubungan dengan kejadian diare di Kelurahan
Pisangan Ciputat Timur.
Disarankan pada petugas kesehatan agar memberikan penyuluhan pada
masyarakat tentang penggunaan sumber air bersih, jamban, dan pengelolaan
limbah.
Kata kunci:
Diare, sosial ekonomi, dan lingkungan.
vii
ABSTRACT
The purpose of this analytical study is to know the relationship between the
environment factors and Economic social factors with diarrhea case at children
under five years old in Kelurahan Pisangan Ciputat Timur in August 2010. This
research was conducted on 96 women respondents who has children under five
years old using cross-sectional analitical design, and then performed univariate
and bivariate analysis. Statistic analyzed used chi square test. The result of this
research showed from economic social there was not relationship between mother
job (p=0,816), and number of children (p=0,065) with diarrhea case at children
under five years old in Kelurahan Pisangan Ciputat Timur. The family income
showed there was relationship with diarrhea case in that place (p=0,001). The
environment factors suggest a relationship between clean water sources (p =
0.033), latrine (p = 0.023), and waste (p = 0.001) on the incidence of diarrhea.
However, from water quality (p = 0.271) and garbage (0.426) showed no
relationship with incidence of diarrhea in Kelurahan Pisangan Ciputat Timur.
It is recommended to health care workers to provide counseling to the community
about the use of clean water sources, latrines, and waste management.
Key words:
diarrhea, environment, and economic social.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
ABSTRAK....................................................................................................... vii
ABSTRACT viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 2
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 5
2.1. LANDASAN TEORI ..................................................... 5
2.1.1. Definisi Diare .......................................................... 5
2.1.2. Klasifikasi Diare .............................................. 5
2.1.3. Etiologi......................................................................................... 6
2.1.4. Epidemiologi................................................................................ 7
2.1.5. Patofisiologi................................................................................. 8
2.1.6. Manifestasi klinis ........................................................................ 10
2.1.7. Dehidrasi . 10
2.1.8. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya diare 12
2.1.9. Pencegahan diare . 12
2.1.10.Penatalaksanaan .. 13
2.2. Faktor Lingkungan Memperngaruhi Kejadian Diare .. 19
2.3. Faktor Sosial Ekonomi Mempengaruhi Kejadian Diare . 28
2.4. KERANGKA KONSEP PENELITIAN . 31
2.5. DEFINISI OPERASIONAL ... 31
BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................. 34
3.1. Desain Penelitian ............................................................................ 34
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 34
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................... 34
3.4. Kriteria Penelitian .......................................................................... 35
3.5. Cara Kerja ...................................................................................... 36
3.6. Analisis Data .................................................................................. 36
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ........................... 38
4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian .. 38
4.1.2. Keadaan Geografi .................... 38
4.1.3. Keadaan Demografi ......................... 38
ix
4.2. Analisis Univariat ............................... 39
4.2.1. Gambaran Sosial Ekonomi ... 39
4.2.2. Gambaran Keadaan Lingkungan .. 40
4.3.3. Gambaran Kejadian Diare 42
4.3. Analisis Bivariat . 42
4.3.1. Faktor Sosial Ekonomi 43
4.3.2. Faktor Lingkungan .. 46
4.4. Keterbatasan Penelitian .. 51
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 52
5.1. Simpulan ....................................................................................... 52
5.2. Saran ............................................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 54
LAMPIRAN .................................................................................................. 58
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Derajat Keparahan Dehidrasi .................................................... 11
Tabel 2.2. Kebutuhan oralit per kelompok umur (terapi A) ...................... 16
Tabel 2.3. Kebutuhan oralit berdasarkan umur dan berat badan 16
Tabel 2.4. Kandungan yang terdapat dalam air yang ideal 22
Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan 38
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu, Penghasilan 39
Keluarga, dan Jumlah Anak ..
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Air Bersih, 40
Kualitas Air, Jamban, Sampah, dan Limbah.
Tabel 4.4. Distribusi Jawaban Responden Tentang Kejadian Diare .. 42
Tabel 4.5. Hubungan Antara Pekerjaan Ibu Dengan Kejadian Diare 43
Tabel 4.6. Hubungan Antara Penghasilan Keluarga Dengan Kejadian 44
Diare .
Tabel 4.7. Hubungan Antara Jumlah Anak Dengan Kejadian Diare 45
Tabel 4.8. Hubungan Antara Sumber Air Bersih Dengan Kejadian Diare. 46
Tabel 4.9. Hubungan Antara Kualitas Air Dengan Kejadian Diare ... 47
Tabel 4.10. Hubungan Antara Jamban Dengan Kejadian Diare .. 48
Tabel 4.11. Hubungan Antara Sampah Dengan Kejadian Diare . 49
Tabel 4.12. Hubungan Antara Pengelolaan Limbah Dengan Kejadian 50
Diare ..
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Jalur Penularan Penyakit Melalui Tinja Manusia ................... 24
Gambar 2.2. Kerangka Konsep .....................................................................31
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
tersebut salah satunya adalah faktor lingkungan dan sosial ekonomi. Berdasarkan
hasil penelitian Yulisa (2008) yang melakukan penelitian di Kelurahan Kasongan
Baru, Kalimantan Tengah, diketahui bahwa ada pengaruh tingkat pendidikan,
sumber air minum, kualitas fisik air minum, jenis jamban keluarga, serta tidak ada
pengaruh jenis pekerjaan dengan kejadian diare pada anak balita. Sedangkan hasil
penelitian Irianto dan kawan kawan diketahui bahwa faktor sosiodemografi yang
mempengaruhi kejadian diare pada balita yaitu pendidikan orang tua, pekerjaan
ibu dan umur anak balita merupakan faktor yang dominan dalam mempengaruhi
kejadian diare pada balita, sedangkan umur ibu tidak berhubungan dengan
kejadian diare pada balita. (Irianto J dkk, 1996)
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik mengetahui
hubungan antara lingkungan dan sosial ekonomi dengan kejadian diare pada balita
di Kelurahan Pisangan dengan mengambil data dari Posyandu di Kelurahan
Pisangan Ciputat Timur.
1.3. Hipotesis
Hipotesis yang diangkat dalam penelitian ini adalah :
1.3.1. Adanya hubungan antara keadaan lingkungan, yakni sumber air bersih,
kualitas air, jamban, sampah dan pengelolaan limbah, dengan kejadian
diare pada balita di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur pada bulan
Agustus 2010.
1.3.2. Adanya hubungan antara faktor sosial ekonomi yakni pekerjaan ibu,
penghasilan keluarga, dan jumlah anak dengan kejadian diare pada balita
di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur pada bulan Agustus 2010.
3
5
6
2.1.3. Etiologi
Diare akut disebabkan oleh banyak faktor antara lain infeksi, makanan,
efek obat, imunodefisiensi dan keadaan-keadaan tertentu.
a. Infeksi
Infeksi terdiri dari infeksi enteral dan parenteral. Infeksi enteral yaitu
infeksi saluran pencernaan dan infeksi parenteral yaitu infeksi di
bagian tubuh lain di luar alat pencernaan. (Ngastiyah, 2005)
Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak.
Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.
Infeksi virus : Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus,
dan lain-lain.
Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,
Strongyloides), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia
lamblia, Trichomonas hominis).
jamur (Candida albicans).
Infeksi parenteral (sistemik) : infeksi di luar alat pencernaan makanan
seperti : otitis media akut (OMA), tonslitis atau tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun. (Mansjoer dkk,
2000, Asnil dkk, 2003)
b. Makanan
Diare dapat disebabkan oleh intoksikasi makanan, makanan pedas,
makanan yang mengandung bakteri atau toksin. Alergi terhadap
makanan tertentu seperti susu sapi akan terjadi malabsorbsi
karbohidrat, disakarida, lemak, protein, vitamin dan mineral.
(Mansjoer dkk, 2000, Asnil dkk, 2003)
7
c. Imunodefisiensi
Imunodefisiensi adalah keadaan dimana terjadi penurunan atau
ketiadaan respon imun normal.
Defisiensi imun terutama Secretory Immunoglobulin A (SigA) yang
mengakibatkan berlipat gandanya bakteri, flora usus, jamur, terutama
Candida. (Mansjoer dkk, 2000, Asnil dkk, 2003)
d. Terapi obat
Walaupun sebagian besar besar diare disebabkan oleh infeksi, namun
diare juga dapat dipicu oleh pemakaian obat-obatan.
Obat-obat yang dapat menyebabkan diare diantaranya antibiotik dan
antasida. (Mansjoer dkk, 2000, Asnil dkk, 2003)
e. Keadaan tertentu
Keadaan lain yang menyebabkan seseorang diare seperti gangguan
psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf. (Mansjoer dkk, 2000, Asnil
dkk, 2003)
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat
menyebabkan diare kronis. Tetapi jarang terjadi pada anak balita,
umumnya terjadi pada anak yang lebih besar. (Widjaja, 2002)
2.1.4. Epidemiologi
Penyakit diare akut lebih sering terjadi pada balita dari pada anak yang
lebih besar. Kejadian diare akut pada anak laki-laki hampir sama dengan anak
perempuan. Penyakit ini ditularkan secara fekal-oral melalui makanan dan
minuman yang tercemar atau kontak langsung dengan tinja penderita. Prevalensi
diare yang tinggi di negara berkembang merupakan kombinasi dari sumber air
8
2.1.5. Patofisiologi
a. Proses sekretorik
Proses ini terjadi karena dihasilkannya enterotoksin oleh kuman, zat
metabolik, atau sumber toksin dari luar. Enterotoksin merangsang sekresi air dan
elektrolit oleh sel-sel kripta dari mukosa usus halus. Proses tersebut melalui
pengaktifan adenyl siklase dan peningkatan sekresi aktif cairan dan elektrolit dari
sel kripta ke lumen usus halus. Proses ini juga melibatkan prostaglandin. Dengan
mekanisme yang belum jelas, Enterotoksin juga menghambat reabsorpsi cairan
dan elektrolit oleh sel-sel villi usus halus. Proses ini terjadi pada infeksi oleh
Vibrio cholera, Enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC), Shigella stadium awal,
Clostridium sp, Salmonella sp, Campylobacter sp, dan Staphylococcus sp.
Gejala-gejalanya: diare disertai dengan muntah, tidak ada demam, dan
cepat menyebabkan dehidrasi. Diare yang disebabkan oleh ETEC berlangsung
lebih singkat dibandingkan kolera, sehingga penggunaan antibiotik tidak atau
kurang berguna. Infeksi karena ETEC biasanya berlangsung selama 2-3 hari.
(Garnadi Y,dkk, 2000)
9
b. Proses invasif
Pada proses ini ditandai dengan terjadinya kerusakan atau destruksi sel-sel
mukosa villi usus halus, sering disebabkan oleh invasi virus. Setelah sel
mengalami lisis, vili memendek sehingga luas permukaan untuk absorbsi
berkurang. Selain itu infeksi Rotavirus dapat meningkatkann aktivitas enzim
laktase dan disakaridase, sehingga menyebabkan gangguan penyerapan
disakarida. Sementara itu sel kripta yang berfungsi sekretorik tidak banyak
terganggu, dengan demikian hasil akhir adalah penurunan absorbsi dan sekresi
relatif bertambah sehingga terjadi diare yang bersifat cair. (Garnadi Y,dkk, 2000)
c. Proses osmotik
Diare osmotik disebabkan oleh adanya bahan non-absorbsi di traktus
gastrointestinal. Proses ini sering terlihat pada sindrom malabsorbsi, meskipun
sebenarnya secara fungsional terjadi pula pada diare karena proses sekretorik dan
invasif yang mana terdapat penurunan kemampuan absorbsi cairan dan nutrien
secara normal. Sindrom malabsorbsi yang paling sering adalah intoleransi laktosa.
Mekanisme diare osmotik karena malabsorbsi terjadi peningkatan tekanan
osmotik lumen usus sehingga cairan tertarik dari intraselular ke ekstraselular.
Gejalanya : demam, pantat merah, perut kembung (distensi abdomen), tinja asam,
dan diare encer. (Garnadi Y,dkk, 2000)
d. Proses disenterik
Pada proses ini terjadi peradangan pada mukosa dari ileum terminal dan
usus besar. Peradangan ini sering akibat invasi bakteri patogen, udem mukosa,
perdarahan, dan infiltrasi leukosit. Absorbsi cairan, yang merupakan fungsi utama
usus besar dapat menurun. Iritasi pada usus besar dapat menyebabkan peningkatan
frekuensi defekasi dan sering disertai tenesmus. Bakteri yang sering menjadi
penyebab adalah Shigella sp, Salmonella sp, Campylobacter jejuni, dan beberapa
jenis E.coli (ETEC).(Garnadi Y,dkk, 2000)
10
2.1.7. Dehidrasi
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air lebih banyak daripada pemasukan
air. Derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan gejala klinis dan kehilangan berat
badan.
11
a. Faktor Gizi
Interaksi diare dan gizi merupakan lingkaran setan, karena diare
menyebabkan gizi kurang dan gizi kurang dapat memperberat diare. Pengobatan
dengan makanan yang tepat dan cukup terhadap penderita diare merupakan
komponen utama pengelolaan klinis diare dan juga pengelolaan di rumah.
Defisiensi zat makanan dan cairan pada penderita diare harus segera diatasi.
Terdapat banyak bukti nyata bahwa pemberian makanan yang tepat dan cukup
dapat mempercepat proses penyembuhan selama dan sesudah menderita diare.
(Arifin Z, 2001)
2.1.10. Penatalaksanaan
a. Prinsip penatalaksanaan diare akut
1. Rehidrasi
Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat
etiologinya. Jumlah cairan yang diberi harus sama dengan jumlah cairan yang
telah hilang melalui diare dan atau muntah, ditambah dengan banyaknya cairan
yang hilang melalui keringat, urin, pernapasan dan ditambah dengan banyaknya
cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung.
Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat badan masing-masing
anak atau golongan umur. (Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular
dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, 1999)
2. Nutrisi
Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk
menghindarkan efek buruk pada status gizi. Agar pemberian diet pada anak
dengan diare akut dapat memenuhi tujuannya, serta memperhatikan faktor yang
mempengaruhi keadaan gizi anak, maka diperlukan persyaratan diet sebagai
berikut yakni, pasien segera diberikan makanan oral setelah rehidrasi yakni 24
jam pertama, makanan cukup energi dan protein, makanan tidak merangsang,
makanan diberikan bertahap mulai dengan yang mudah dicerna dan makanan
diberikan dalam porsi kecil dengan frekuensi sering. Pemberian ASI diutamakan
pada bayi, pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan, pemberian vitamin
dan mineral dalam jumlah yang cukup. Khusus untuk penderita diare karena
14
3. Medikamentosa
Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin. Obat-obat
anti diare meliputi antimotilitas seperti loperamid, difenoksilat, kodein, atau
opium. Sedangkan adsorben seperti Norit, kaolin, atau atapulgit. Anti muntah
termasuk prometazin dan klorpromazin. (Direktorat Jendral Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, 1999)
b. Rencana pengobatan
Berdasarkan derajat dehidrasi maka terapi pada penderita diare dibagi
menjadi tiga, yakni rencana pengobatan A, B dan C.
1. Rencana pengobatan A
Digunakan untuk mengatasi diare tanpa dehidrasi, meneruskan terapi diare
di rumah, memberikan terapi awal bila anak terkena diare lagi. Cairan rumah
tangga yang dianjurkan seperti oralit, makanan cair, atau air matang. (Myrnawati,
2004)
a. Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)
Jelaskan kepada ibu :
- Pada bayi muda pemberian ASI merupakan cara pemberian
cairan tambahan yang utama.
- Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali
pemberian.
- Jika anak memperoleh ASI eksklusif, berikan oralit atau air
matang sebagai tambahan.
- Jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, berikan 1 atau
lebih cairan berikut ini : oralit, larutan gula garam, cairan
makanan (kuah sayur, atau air tajin) atau air matang.
15
2. Rencana pengobatan B
Digunakan untuk mengatasi diare dengan derajat dehidrasi ringan sedang,
dalam 3 jam pertama, berikan 75 ml/KgBB. (Myrnawati, 2004)
Berikan oralit di klinik sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam.
a. Tentukan jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama.
Tabel 2.3. Kebutuhan oralit berdasarkan umur dan berat badan
Umur * Sampai 4 4 -12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun
bulan
Berat < 6 kg 6 - < 10 kg 10 - <12 kg 12 19 kg
badan
Dalam ml 200 400 400 700 700 900 900 1400
*Digunakan umur hanya bila berat badan anak tidak diketahui. Jumlah
oralit yang diperlukan (dalam ml) dapat dihitung dengan cara berat badan
(dalam kg) dikalikan 75.
3. Rencana pengobatan C
Ikuti tanda panah. Jika jawaban Ya, lanjutkan ke kanan. Jika tidak,
lanjutkan ke bawah. (WHO, 2005 ; Depkes, 2006)
18
Beri cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri oralit melalui
Mulai disini mulut sementara infus dipersiapkan. Beri 100 ml/kg cairan ringer laktat (jika
tidak tersedia, gunakan NaCl) yang dibagi sebagai berikut:
(dibawah umur 12
bulan)
Periksa kembali anak setiap 1-2 jam. Jika status hidrasi belum membaik,
beri tetesan intravena lebih cepat.
Juga beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum :
biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak)
Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam. Klasifikasikan
dehidrasi. Kemudian pilih rencana terapi yang sesuai (A, B, C ) untuk
melanjutkan pengobatan.
Tidak
Catatan: Jika mungkin, amati anak sekurang-kurangnya 6 jam setelah
rehidrasi untuk meyakinkan bahwa ibu dapat mempertahankan hidrasi
dengan pemberian larutan oralit peroral
Rujuk segera untuk
pengobatan IV/NGT
19
Air Bersih
Air digunakan oleh manusia untuk keperluan sehari-hari seperti minum,
mandi, cuci, kakus, dan sebagainya. Diantara kegunaan-kegunaan air tersebut,
yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk
keperluan minum, termasuk untuk masak, air harus mempunyai persyaratan
khusus agar tidak menimbulkan penyakit pada manusia. (Soemirat J, 2002)
Air bersih merupakan kebutuhan asasi manusia untuk kelangsungan
hidupnya dan merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang kesehatan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyediaan air bersih yang berkaitan
dengan kejadian diare adalah:
- Tercukupi dari segi kuantitas baik untuk mandi, mencuci, maupun
memasak dan air minum.
- Hindari wadah tempat penampungan air kontak langsung dengan tanah,
jauh dari sumber pencemaran kotoran hewan atau lainnya, serta jauh dari
tempat anak-anak bermain.
- Tidak memasukkan jari atau tangan kotor ke dalam wadah tempat
penampungan air bersih tapi gunakanlah gayung atau cangkir bila hendak
mengambil air, tapi bila sudah selesai hendaklah gayung diletakkan
dengan cara telungkup.
- Air untuk keperluan memasak hendaklah ditutup di dalam suatu wadah
agar tidak masuk kotoran. Tercukupi dari segi kuantitas, baik untuk mandi,
mencuci, maupun memasak dan air minum serta hindari kontak bak
penampungan agar tidak tercemar. (Rahmah S, 2007)
21
2. Air permukaan tanah, dapat berupa air yang tergenang atau air yang
mengalir, misalnya danau, sungai, dan laut.
Menurut asalnya, sebagian air sungai dan air danau ini juga dari air
hujan yang mengalir melalui saluran-saluran ke dalam sungai atau
danau ini. Air sungai dan danau ini sudah tercemar atau terkontaminasi
oleh berbagai macam kotoran, maka apabila akan dijadikan air minum
harus diolah terlebih dahulu.
3. Air tanah yaitu air permukaan yang meresap ke dalam tanah sehingga
telah mengalami penyaringan oleh tanah, batu-batuan maupun pasir.
Air tanah dapat juga menjadi air permukaan.
Masing-masing jenis sumber air tersebut secara alamiah memiliki
karakteristik kualitas air tersendiri, hal ini terjadi karena kualitas air
sangat dipengaruhi oleh keadaan alam tempat air tersebut berada dan
kondisi tempat-tempat lain yang dilaluinya. Sumber air yang
dibutuhkan untuk kehidupan manusia, pada umumnya diambil dari air
permukaan dan air tanah, karena ditinjau dari potensi kuantitas dan
kualitasnya kedua sumber air ini paling baik. Perusahaan air minum
pemerintah pada umumnya menggunakan air sungai sebagai air baku,
karena dari segi kuantitas potensinya cukup besar, sementara
masyarakat yang tidak memperoleh air dari PAM, mendapatkan air
bersih dari sumber air tanah. (Notoatmodjo, 2003)
o Akan lebih baik bila air sumur diambil dengan pompa. (Notoatmodjo
S, 2003)
Pengaruh air terhadap kesehatan
o Pengaruh tidak langsung karena adanya bahan-bahan yang dapat
mencemarkan air sehingga akan merusak ekosistem air itu sendiri
misalnya zat kimia organik yang dibutuhkan mikroba dalam
metabolismenya. Proses tersebut membutuhkan oksigen sehingga
oksigen dalam air akan berkurang jumlahnya dan merusak kehidupan
di dalam air tersebut.
o Pengaruh langsung seperti zat-zat kimia yang persisten seperti
detergen yang tidak dapat diuraikan akan terjadi akumulasi di dalam
tubuh dan zat radioaktif yang dalam jumlah banyak akan menimbulkan
gangguan pada kesehatan. (Notoatmodjo S, 2003)
air
mati
tangan makanan,
tinja minuman, Pejamu
sayur-sayuran
lalat dsb
sakit
tanah
Pembuangan sampah
Sampah adalah sebagian dari benda atau barang yang berwujud padat,
yang dianggap tidak digunakan, tidak dipakai atau tidak diinginkan lagi oleh
pemakai, yang umumnya adalah hasil dari kegiatan manusia yang bukan hasil
biologis, dan perlu dibuang agar tidak mengganggu kelangsungan hidupnya.
(Myrnawati, 2004)
Jenis- jenis sampah antara lain:
- Berdasarkan zat kimia yakni sampah an-organik, adalah sampah yang
umumnya tidak dapat membusuk, misalnya: logam atau besi, pecahan
gelas, plastik. Sampah organik, adalah sampah yang pada umumnya dapat
membusuk, misalnya : sisa makanan, daun-daunan, atau buah-buahan.
- Berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar yakni sampah yang mudah
terbakar, misalnya kertas, karet, kayu, plastik, dan sebagainya. Sampah
yang tidak dapat terbakar misalnya kaleng, besi, gelas, dan sebagainya.
- Berdasarkan karakteristik sampah yakni garbage (hasil pengolahan
makanan), rabish (berasal dari perkantoran), ashes (abu), sampah jalanan,
sampah industri, bangkai binatang, bangkai kendaraan dan sampah
pembangunan.
27
Air limbah
Air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga,
industri dan pada umumnya mengandung bahan atau zat yang membahayakan.
Sesuai dengan zat yang terkandung di dalam air limbah, maka limbah yang tidak
diolah terlebih dahulu akan menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat dan
lingkungan hidup antara lain limbah sebagai media penyebaran berbagai penyakit
terutama kolera, diare, tifus, media berkembangbiaknya mikroorganisme patogen,
tempat berkembangbiaknya nyamuk, menimbulkan bau yang tidak enak serta
pemandangan yang tidak sedap, sebagai sumber pencemaran air permukaan tanah
dan lingkungan hidup lainnya, mengurangi produktivitas manusia, karena bekerja
tidak nyaman. (Notoatmodjo S, 2003)
Usaha untuk mencegah atau mengurangi akibat buruk tersebut diperlukan
kondisi, persyaratan dan upaya sehingga air limbah tersebut tidak
mengkontaminasi sumber air minum, tidak mencemari permukaan tanah, tidak
mencemari air mandi, air sungai, tidak dihinggapi serangga, tikus dan tidak
menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit dan vektor, tidak terbuka kena
udara luar sehingga baunya tidak mengganggu. (Notoatmodjo S, 2003)
Tempat penampungan air limbah atau dapur atau cuci terdiri dari:
28
1. Jenis pekerjaan
Pekerjaan adalah simbol status seseorang di masyarakat. Pekerjaan
jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan
untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang diinginkan. (Friedman,
2004)
Karakteristik pekerjaan seseorang dapat mencerminkan pendapatan, status
sosial, pendidikan, status sosial ekonomi, risiko cedera atau masalah kesehatan
dalam suatu kelompok populasi. Pekerjaan juga merupakan suatu determinan
risiko dan determinan terpapar yang khusus dalam bidang pekerjaan tertentu serta
merupakan prediktor status kesehatan dan kondisi tempat suatu populasi bekerja.
(Widyastuti P, 2005)
2. Pendapatan
Pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang
baik dari pihak lain maupun hasil sendiri. Sedangkan menurut Bayu Wijayanto,
pendapatan rumah tangga adalah pendapatan yang diperoleh seluruh anggota
keluarga yang bekerja. Pendapatan sebagai faktor ekonomi mempunyai pengaruh
terhadap konsumsi pangan.(Alhidayad, 2007)
Semakin tinggi pendapatan keluarga maka persentase pendapatan yang
dialokasikan untuk pangan semakin sedikit, dan semakin rendah pendapatan
keluarga maka persentase pendapatan yang dialokasikan untuk pangan semakin
30
tinggi. Hal ini dikarenakan semua hasil pendapatan digunakan untuk mencukupi
kebutuhan pangan. Jika terjadi kenaikan pendapatan, maka yang dibeli akan lebih
bervariasi atau berubah. Mereka yang mempunyai pendapatan sangat rendah
cenderung akan membeli karbohidrat, sementara yang lebih mampu akan
cenderung membeli makanan lain seperti protein dan vitamin. (Alhidayad, 2007)
3. Jumlah anak
Penduduk Indonesia tahun 2000 yang semula diperkirakan akan mencapai
sekitar 275 juta jiwa, ternyata dengan BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional) dan bantuan jajaran pembangunan lainnya telah berhasil
membantu keluarga Indonesia menghasilkan penduduk yang jumlahnya hanya
sekitar 206 juta jiwa saja. Keberhasilan itu adalah karena tingkat fertilitas atau
tingkat kelahiran yang biasanya setiap keluarga melahirkan sekitar 6 anak, telah
berhasil diturunkan lebih dari 50 persen, sehingga setiap keluarga hanya
melahirkan kurang dari 3 orang anak. Dalam waktu yang bersamaan tingkat
kematian bayi dan anak juga turun drastis. Dengan jumlah anak yang jauh lebih
sedikit dan lebih sehat para orang tua dapat memberi perhatian yang lebih tinggi
dan lebih mampu untuk menyekolahkan anak-anak itu ke sekolah pilihannya.
(Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009)
Gerakan Keluarga Berencana yang telah dilaksanakan di Indonesia sejak
Pelita I merupakan program yang secara langsung diarahkan untuk mengatasi
masalah pertumbuhan penduduk di Indonesia. Gerakan Keluarga Berencana
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan
Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) yang menjadi dasar bagi
terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran. Nilai dan
jumlah anak sangat mempengaruhi dalam mencapai terwujudnya NKKBS dimana
salah satu Norma dalam NKKBS adalah norma tentang jumlah anak yang
sebaiknya dimiliki yaitu 2 anak cukup, dan laki-laki atau perempuan sama saja.
(Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009)
Dengan program Keluarga Berencana yang dilaksanakan secara intensif
selama 20 tahun untuk membudayakan NKKBS, maka diharapkan terjadi
perubahan pola pikir masyarakat dimana mendidik dan memelihara anak jauh
31
Sumber Air
bersih Pendapatan
Kualitas air
Faktor Kejadian Faktor Jumlah anak
Jamban lingkungan diare sosial
ekonomi
Limbah
Pekerjaan
Sampah
Variabel Skala
No Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Dependen Ukur
1 Diare Buang air besar tiga kali atau Kuesioner wawancara Nominal 0= Tidak pernah
lebih dalam sehari dengan 1= diare
atau tanpa disertai darah.
Variabel Alat Skala
No Definisi Cara Ukur Hasil Ukur
Independen Ukur Ukur
Masalah kesehatan
lingkungan utama di negara-
negara yang sedang
Lingkungan : berkembang adalah
1 penyediaan air minum, Kuesioner Wawancara
tempat pembuangan kotoran,
pembuangan sampah, dan
pembuangan air limbah
a. Sumber air Sumber air yang digunakan Kuesioner Wawancara Nominal 0 = air tanah
bersih untuk memenuhi kebutuhan 1= air permukaan
hidup sehari-hari. Dengan
kriteria:
32
1. air sumur
2. pompa
3. sungai
4. PAM
Dekelompokkan menjadi air
tanah (1 dan 2) dan air
permukaan (3 dan 4)
b. Kualitas air keadaan air responden yang Kuesioner Wawancara Ordinal 0 = kurang
dinilai dari kepemilikan air, 1 = baik
akses sepanjang tahun, dan
kebersihan air.
c. Limbah keadaan limbah rumah Kuesioner Wawancara Ordinal
tangga responden yang 0 = kurang
dinilai dari tempat 1 = baik
penampungan air limbah dan
saluran pembuangan air
limbah
d. Sampah keadaan sampah rumah Kuesioner Wawancara Ordinal 0 = kurang
tangga responden yang 1 = baik
dinilai dari kepemilikan
tempat pembuangan sampah,
serta tempat
pengumpulan/penampungan
sampah rumah tangga di luar
rumah
e. Jamban Macam tempat buang air Kuesioner Wawancara 0 = jamban tidak
besar yang digunakan sehat
keluarga 1 = jamban sehat
termasuk balita untuk
membuang tinja.
Nominal
keadaan jamban responden
yang dinilai dari kepemilikan
septic tank, serta jarak septic
tank dengan sumur / sumber
air
2. Sosial ekonomi Gambaran tentang keadaan Kuesioner Wawancara
seseorang (responden) yang
ditinjau dari segi pekerjaan,
pendapatan dan jumlah anak.
a. Pekerjaan Kegiatan rutin yang Kuesioner wawancara Nominal 0 =Tidak bekerja
dilakukan dalam upaya 1=Bekerja
mendapatkan penghasilan
untuk pemenuhan kebutuhan
hidup keluarga.
a. Ibu rumah tangga
b. Karyawan
c. Guru
d. Bidan/ petugas kesehatan
e. Wiraswata
f. Lain-lain.
Dikelompokkan menjadi
tidak bekerja (a) dan bekerja
(b,c,d,e,dan f)
33
Pekerjaan responden dibagi menjadi dua yaitu kategori tidak bekerja (ibu
rumah tangga) dan kategori bekerja. Sebagian besar responden masuk pada
kategori tidak bekerja yaitu sebanyak 76 responden (79,2%). Hal ini tidak sejalan
dengan hasil penelitian Wulandari A (2009) yang melakukan penelitiannya di
Desa Blimbing Kecamatan Sambirejo Sragen, menunjukkan bahwa responden
yang bekerja lebih banyak dibandingkan responden yang tidak bekerja yaitu
sebanyak 46 dari 70 responden (65,7%)
Penghasilan keluarga responden dibagi menjadi tiga yaitu kategori
penghasilan rendah (< Rp. 1.074.485), penghasilan sedang (Rp. 1.074.485 Rp.
1.202.749), dan penghasilan tinggi (>Rp. 1.202.749). sebagian besar responden
masuk dalam kategori penghasilan tinggi yaitu sebanyak 42 responden (43,8%).
Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Warman Y (2005) yang melakukan
penelitiannya di Kelurahan Pekan Arba Kecamatan Tembilahan kabupaten
Indragiri Hilir menunjukkan bahwa sebagian besar responden termasuk dalam
golongan penghasilan rendah yaitu sebanyak 79,1%.
40
Jumlah anak responden dibagi menjadi dua yaitu kategori jumlah anak >2
dan kategori jumlah anak 2. Sebagian besar responden masuk dalam kategori
jumlah anak 2 yaitu sebanyak 73 responden (76%). Sampai saat ini, peneliti
belum menemukan penelitian yang sama sehingga tidak dapat dibandingkan
dengan hasil penelitian lain.
Hasil penelitian mengenai sumber air bersih diperoleh dari hasil kuesioner.
Sumber air bersih dibagi menjadi dua kategori yaitu air tanah (sumur, pompa) dan
air permukaan (air sungai, danau, dan PAM). Sumber air tanah sebanyak 62
responden (64,6%) sedangkan sumber air permukaan sebanyak 34 responden
(35,4%). Hal ini sejalan dengan penelitian Fauzi Y, Setiani O, raharjo M (2005)
yang melakukan penelitian di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu
menunjukkan bahwa sebagian besar responden menggunakan air sumur yaitu
sebanyak 67,5%.
Hasil penelitian mengenai kualitas air diperoleh dari hasil kuesioner.
Kualitas air responden dibagi menjadi dua kategori yaitu kategori baik dan
kurang. Kualitas air yang baik sebanyak 85 responden (88,5%) sedangkan kualitas
air yang kurang baik sebanyak 11 responden (11,5%). Hal ini tidak sejalan dengan
penelitian Fauzi Y, Setiani O, raharjo M (2005) yang menunjukkan bahwa
sebagian besar responden memiliki kualitas air yang tidak memenuhi syarat yaitu
sebanyak 35 dari 60 responden (58,3%).
Tempat pembuangan tinja dibagi menjadi dua yaitu jamban sehat dan
jamban tidak sehat. Jamban yang tidak sehat sebanyak 73 responden (76%),
sedangkan jamban yang sehat sebanyak 23 responden (24%). Hal ini tidak sejalan
dengan penelitian Fauzi Y, Setiani O, raharjo M (2005) yang menunjukkan bahwa
sebagian besar responden memiliki jamban yang tidak sehat yaitu sebanyak 103
dari 120 responden (85,8%) .
Pengelolaan sampah dibagi menjadi dua yaitu kategori pengelolaan
sampah baik dan kurang. Pengelolaan sampah yang baik sebanyak 49 responden
(51%), sedangkan pengelolaan sampah yang kurang baik sebanyak 47 responden
(49%). Hal ini sejalan dengan penelitian Fauzi Y, Setiani O, raharjo M (2005)
yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengelolaan
sampah yang baik yaitu sebanyak 83 dari 120 responden (69,2%).
Pengelolaan limbah dibagi menjadi dua yaitu pengelolaan limbah baik
dan kurang. Pengelolaan limbah yang baik sebanyak 28 responden (29,2%),
sedangkan pengelolaan limbah yang kurang baik sebanyak 68 responden (70,8%).
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Fauzi Y, Setiani O, raharjo M (2005) yang
42
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dalam satu tahun terakhir balita
yang menjadi sampel sebagian besar mengalami diare yaitu sebanyak 55 balita
(57,3%), sedangkan yang tidak mengalami diare sebanyak 41 balita (42,7%). Dari
ke empat posyandu, di Kelurahan Pisangan, balita yang paling banyak menderita
diare adalah posyandu Kenanga, Ciputat Molek yaitu sebanyak 23 dari 32 balita.
Berdasarkan tabel 4.5. di atas dapat diketahui bahwa balita dari ibu yang
tidak bekerja, yang mengalami diare sebanyak 44 responden (57,9%), yang tidak
diare sebanyak 32 responden (42,1%). Sedangkan balita dari ibu yang bekerja,
yang mengalami diare sebanyak 11 responden (55%), yang tidak diare sebanyak 9
responden (45%). Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara
pekerjaan ibu dengan kejadian diare pada anak balita di Kelurahan Pisangan,
Ciputat Timur dengan p = 0,816 (p > 0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Mansyah B (2005) yang menunjukkan faktor status ibu bekerja atau
tidak bekerja tidak memiliki hubungan dengan kejadian diare pada balita. Hal ini
mungkin disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti perilaku dan tingkat
pengetahuan ibu yang kurang.
44
4.3.1.2.Penghasilan Keluarga
Hubungan antara penghasilan keluarga dengan kejadian diare pada balita
disajikan pada tabel 4.6. berikut ini :
Tabel 4.6. Hubungan Antara Penghasilan Keluarga Dengan Kejadian Diare
Penghasilan Kejadian Diare Jumlah
Keluarga Diare Tidak Diare
Frekuensi Persen Frekuensi Persen frekuensi Persen
(%) (%) (%)
Rendah 27 75,0 9 25,0 36 100
Sedang 13 72,2 5 27,8 18 100
Tinggi 15 35,7 27 64,3 42 100
Jumlah 41 42,7 55 57,3 96 100
4.3.2.3. Jamban
Hubungan antara kualitas jamban dengan kejadian diare pada balita
disajikan pada tabel 4.10. berikut ini :
Tabel 4.10. Hubungan Antara Jamban Dengan Kejadian Diare
Jamban Kejadian Diare Jumlah
Diare Tidak Diare
Frekuensi Persen Frekuensi Persen Frekuensi Persen
(%) (%) (%)
Tidak 37 50,7 36 49,3 73 100
Sehat
Sehat 18 78,3 5 21,7 23 100
Jumlah 41 42,7 55 57,3 96 100
4.3.2.4. Sampah
Hubungan antara pengelolaan sampah dengan kejadian diare pada balita
disajikan pada tabel 4.11. berikut ini :
Tabel 4.11. Hubungan Antara Sampah Dengan Kejadian Diare
Sampah Kejadian Diare Jumlah
Diare Tidak Diare
Frekuensi Persen Frekuensi Persen Frekuensi Persen
(%) (%) (%)
Baik 30 61,2 19 38,8 49 100
Kurang 25 53,2 22 46,8 47 100
Jumlah 41 42,7 55 57,3 96 100
4.3.2.5.Limbah
Hubungan antara pengelolaan limbah dengan kejadian diare pada balita
disajikan pada tabel 4.12. berikut ini :
Tabel 4.12. Hubungan Antara Pengelolaan Limbah Dengan Kejadian Diare
Limbah Kejadian Diare Jumlah
Diare Tidak Diare
Frekuensi Persen Frekuensi Persen Frekuensi Persen
(%) (%) (%)
Baik 9 32,1 19 67,9 28 100
Kurang 46 67,6 22 32,4 68 100
Jumlah 41 42,7 55 57,3 96 100
52
53
14. Tidak ada hubungan antara pengelolaan sampah dengan kejadian diare
pada anak balita di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur. (p = 0,426)
15. Responden dengan pengelolaan limbah yang kurang baik lebih banyak
mengalami diare yaitu sebanyak 46 responden (67,6%).
16. Ada hubungan antara pengelolaan limbah dengan kejadian diare pada
balita di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur. (p = 0,001)
5.2.Saran
1. Bagi instansi terkait
Hendaknya petugas kesehatan melakukan penyuluhan untuk memotivasi
masyarakat dalam pengadaan dan penggunaan sumber air minum yang
terlindungi, pemakaian jamban, dan pengelolaan limbah.
2. Bagi masyarakat
Diharapkan lebih meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Mengupayakan jamban yang memenuhi syarat sanitasi antara lain dengan
model septic tank dan memelihara kebersihan tempat pembuangan tinja,
serta tidak membiasakan buang air besar di sembarang tempat. Serta
mengelola limbah dengan baik agar tidak mencemari sumber air bersih.
3. Bagi peneliti lain
Penelitian selanjutnya dapat menambah jumlah sampel yang lebih banyak
dan menggunakan metode penelitian yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal. Hubungan faktor lingkungan, umur, dan pelayanan kesehatan dengan
insiden diare di Kabupaten Majalengka Tahun 1999-2000. Skripsi Program Studi
Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.Depok. 2001
Behrman, et. al. Ilmu Kesehatan Anak.Vol. 1. Edisi 15. Jakarta: EGC. 1999
Irianto J, dkk. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada Anak Balita.
54
55
(Analisis Lanjut Data SDKI 1994). Buletin Penelitian Kesehatan. Vol 24 (2 dan 3)
1996 : 77-96.
Juffrie M,Mulyani NS. Modul Pelatihan Diare. UKK gastro hepatologi IDAI.
Jakarta:FKUI. 2009. Hal 1, 6-11.
http://www.who.int/topics/diarrhoea/en/ diakses pada tanggal 25 September 2010,
pukul 21.00
Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang : Syarat-syarat Dan
Pengawasan Kualitas Air
Rahmah, Siti. Hubungan Perilaku Ibu Yang Memiliki Anak Balita Usia 2-5 tahun
Terhadap Kejadian Diare. Tesis Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Program
Pasca Sarjana. Universitas Sumatera Utara. Medan. 2007
Suandi IKG. Diit pada anak sakit. Jakarta : EGC, 1999. Hal.61-63
Suharyono. Diare Akut: Klinik Dan Laboratorik. Jakarta: Rhineka Cipta.2008. Hal 1-
2,81-83.
Warouw PS. Hubungan faktor lingkungan dan sosial ekonomi dengan morbiditas
ISPA dan Diare. Direktorat penyehatan lingkungan. 2002. Diunduh dari http : //
digilib.Litbang.Depkes.Go.Id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-res-2002-sonny-836-
lingkungan (diakses 30 September 2010)
Widjaja. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta : Kawan Pustaka.
2002
Yulisa. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada Anak Balita (Studi
pada Masyarakat Etnis Dayak Kelurahan Kasongan Baru Kecamatan Kentingan Hilir
57
Lampiran 1
SURAT PERSETUJUAN
( ) ( )
57
No. Kuesioner :
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama
2. Umur .. tahun
3. Jumlah anak .. orang
4. Pendidikan 1. Tidak pernah 4. Tamat SMP
sekolah 5. Tamat SMU
2. Tidak tamat SD 6. Tamat Perguruan Tinggi
3. Tamat SD
5. Pekerjaan 1. Ibu rumah tangga 4. Bidan/petugas kesehatan
2. Karyawan 5. Wiraswasta
3. Guru 6. Lain-lain
6. Pengahasilan/bulan 1. < Rp. 1.074.485
2. Rp. 1.074.485 Rp. 1.202.749
3. > Rp. 1.202.749
II. LINGKUNGAN
1. Apakah memiliki sumber 1. Ya
air di rumah?
2. Tidak
Lampiran 2
Frequencies
Sosial Ekonomi
jenis pekerjaan
Penghasilan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
jumlah anak
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid >2 23 24.0 24.0 24.0
<3 73 76.0 76.0 100.0
Total 96 100.0 100.0
64
Lingkungan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kualitas Air
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Jamban
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Sampah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Limbah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang
68 70.8 70.8 70.8
Kejadian diare
diare
bekerja Count 9 11 20
Total Count 41 55 96
Chi-Square Tests
Linear-by-Linear
.054 1 .817
Association
N of Valid Casesb 96
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.54.
2. Penghasilan - diare
Diare
Total Count 41 55 96
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 96
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.69.
68
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 3.415a 1 .065
Continuity Correctionb 2.580 1 .108
Likelihood Ratio 3.557 1 .059
Fisher's Exact Test .091 .052
Linear-by-Linear
3.380 1 .066
Association
N of Valid Casesb 96
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.82.
b. Computed only for a 2x2 table
69
Lingkungan - Diare
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 4.543a 1 .033
Continuity Correctionb 3.664 1 .056
Likelihood Ratio 4.532 1 .033
Fisher's Exact Test .050 .028
Linear-by-Linear
4.495 1 .034
Association
N of Valid Casesb 96
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.09.
b. Computed only for a 2x2 table
diare
A kurang Count 3 8 11
baik Count 38 47 85
Total Count 41 55 96
Chi-Square Tests
Linear-by-Linear
1.197 1 .274
Association
N of Valid Casesb 96
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.70.
3. Jamban diare
j * diare Crosstabulation
diare
Sehat Count 36 37 73
Total Count 41 55 96
Chi-Square Tests
Linear-by-Linear
5.379 1 .020
Association
N of Valid Casesb 96
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.82.
4. Sampah - diare
s * diare Crosstabulation
diare
s kurang Count 22 25 47
baik Count 19 30 49
Total Count 41 55 96
Chi-Square Tests
Linear-by-Linear
.626 1 .429
Association
N of Valid Casesb 96
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.07.
5. Limbah - diare
L * diare Crosstabulation
diare
L kurang Count 22 46 68
baik Count 19 9 28
Total Count 41 55 96
Chi-Square Tests
Linear-by-Linear
10.111 1 .001
Association
N of Valid Casesb 96
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.96.
73
Chi-Square Tests
Linear-by-Linear
10.111 1 .001
Association
N of Valid Casesb 96
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.96.