Professional Documents
Culture Documents
KARYA TULIS
Bahasa Indonesia
Disusun Oleh :
Kelas : XI IPA 1
DINAS PENDIDIKAN
Alamat : Jln. Pendidikan Cibiru Wetan Tlp. (022) 7805592 Kec. Cileunyi Kab. Bandung
2010/2011
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan untuk memenuhi
salah satu tugas dari mata pelajaran Bahasa Indonesia .
Pada kesempatan ini, penulis berusaha semaksimal mungkin mendapatkan hasil yang baik. Seiring
itu pula, penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada beberapa pihak di bawah ini,
yang telah terlibat dalam proses pembuatan karya tulis ini,
1. Zulkarnain, BA dan Leti Kasyani, BA selaku orang tua dari penulis
3. Murid kelas X-3, X-6, dan X-9 angkatan 2010 di SMAN 1 Cileunyi selaku narasumber
Karya tulis ini merupakan hasil pengumpulan informasi dan data dari hasil penyebaran angket dan
kegiatan wawancara terhadap siswa kelas X di SMA Negeri 1 Cileunyi mengenai Maraknya
Penggunaan Bahasa Campuran Dalam Percakapan Sehari Hari Di Kalangan Pelajar SMA .
Selain membahas sejauh mana pengaruh lingkungan sosial pelajar SMA terhadap tatacara berbahasa
Indonesia, karya tulis ini juga membahas mengenai pengetahuan dan pendapat pelajar SMA tentang
penggunaan Bahasa Indonesia maupun bahasa campuran di kehidupan sehari harinya .
Karya tulis ini juga dilengkapi dengan saran atau nasihat bagi pembaca agar dapat melestarikan
penggunaan Bahasa Indonesia dalam percakapan sehari hari.
Dengan topik yang diambil penulis, penulis berharap kesadaran berbahasa Indonesia dengan baik
dan benar dalam percakapan sehari hari dapat kembali membaik, sehingga salah satu unsur dari
budaya kita dapat selalu lestari .
Saya selaku penulis meminta maaf atas hasil pembuatan karya tulis ini, karena di mata pembaca
mungkin karya tulis ini memiliki berbagai kekurangan dan kesalahan . Oleh karena itu, kritik dan
sarannya sangat saya harapkan untuk penyempurnaan karya tulis ini lebih lanjut .
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian karya tulis ini . Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semuanya . Amin .
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR . i
BAB I PENDAHULUAN . 1
1.5 Tujuan .. 3
1.6 Hipotesa .. 4
BAB V PENUTUP .. 21
5.1 Kesimpulan .. 21
5.2 Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 23
BAB I
PENDAHULUAN
Bangsa yang baik adalah bangsa yang menghargai budayanya . dan dari bermacam macam jenis
budaya tersebut, bahasa merupakan salah satu unsur utama yang dapat mengidentifikasi atau
menceritakan falsafah dari suatu budaya . seiring dengan berbedanya bahasa di suatu daerah, maka
akan berbeda pula budaya di suatu daerah itu dengan daerah yang lain .
Seperti yang kita ketahui, bahasa asli yang dimiliki Bangsa Indonesia adalah Bahasa Indonesia,
dengan dikukuhkan dalam Kongres Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, yaitu pada sila ketiga
sumpah pemuda yang berbunyi, Kami Putra dan Putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan,
Bahasa Indonesia dan sejak itulah Bahasa Indonesia resmi menjadi bahasa pemersatu bagi seluruh
rakyat Indonesia .
Namun, pada masa masa ini, pengaruh ego tiap daerah sudah mulai mencuat di permukaan,
ditambah dengan pengaruh kebudayaan asing yang masuk ke negeri ini yang mulai mengikis demi
sedikit persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia .
Dan seiring itu pula, penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam percakapan kini mulai
tersamarkan dengan pencampuran bahasa lokal maupun asing dengan Bahasa Indonesia itu sendiri .
hal ini sudah cukup pelik, dikarenakan sudah lunturnya kesadaran anak bangsa terhadap bangsanya
sendiri .
Menilik dari tren pergaulan saat ini, dalam percakapan sehari hari tersebut, Bahasa Indonesia sudah
disisipi pengaruh bahasa daerah, kata serapan dari bahasa inggris, maupun bahasa pergaulan yang
sedang naik daun, yaitu bahasa alay .
Mengapa hal tersebut terjadi ? Apakah kondisi ini dapat dijadikan sebagai petunjuk bahwa Bangsa
Indonesia saat ini mulai kehilangan jati dirinya dalam berbahasa ? Apakah penyebab mereka lebih
menyukai penggunaan bahasa serapan dalam percakapan sehari hari ?
Maka dari itu, penulis berharap hal ini akan menjadi pengetahuan bagi khalayak umum agar dapat
menilai fenomena berbahasa di kalangan remaja, sehingga dapat dijadikan sebagai media
pembelajaran .
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Maraknya Penggunaan
Bahasa Campuran Dalam Percakapan Sehari Hari Di Kalangan Pelajar SMA .
Bahasa campuran disini dianalogikan sebagai Bahasa Indonesia yang disisipi pengaruh bahasa lain .
dan yang mempengaruhi tersebut diantaranya adalah bahasa daerah ( bahasa sunda, bahasa betawi,
dan lain lain ), kata serapan dari bahasa inggris, dan bahasa percakapan remaja sekarang, yaitu
bahasa alay . dan dari kombinasi tersebut, lahirlah suatu gaya berbicara yang baru, yang penulis
analogikan sebagai bahasa campuran, sehingga menyamarkan identitas Bahasa Indonesia yang asli .
Mengingat keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki penulis, dan keterbatasan sumber yang
didapat, maka dalam penyusunan karya tulis ini, penulis membatasinya yaitu hanya akan membahas
tentang pengaruh penyisipan bahasa daerah ( bahasa sunda, bahasa betawi, maupun bahasa daerah
lain ) terhadap Bahasa Indonesia sehingga disebut sebagai bahasa campuran dalam konteks
percakapan sehari-hari .
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Adakah pengaruh lingkungan sosial pelajar SMA terhadap tatacara berbahasa Indonesia
dalam percakapan sehari harinya ?
1.5 Tujuan
Setiap manusia dalam melakukan sesuatu pasti memiliki tujuan . Begitu juga karya tulis ini memiliki
tujuan sebagai berikut :
1. Ingin mengetahui sejauh mana kesadaran pelajar SMA untuk menggunakan Bahasa
Indonesia yang baik dan benar dalam percakapannya .
1.6 Hipotesa
Berdasarkan permasalahan diatas, penulis menetapkan suatu hipotesa yaitu pelajar SMA saat ini
telah menyamarkan identitas Bahasa Indonesia yang asli, dengan penggunaan bahasa campuran
dalam percakapan sehari harinya
BAB II
LANDASAN TEORI
Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk kata
dengan aturan sintaks untuk membentuk kalimat yang memiliki arti. Bahasa memiliki berbagai
definisi. Definisi bahasa adalah sebagai berikut:
2. suatu peralatan yang digunakan untuk menyampaikan konsep riil mereka ke dalam pikiran
orang lain
4. suatu kode yang yang digunakan oleh pakar linguistik untuk membedakan antara bentuk dan
makna.
5. suatu ucapan yang menepati tata bahasa yang telah ditetapkan (contoh: perkataan, kalimat,
dan lain-lain.)
6. suatu sistem tuturan yang akan dapat dipahami oleh masyarakat linguistik.
2.2 Definisi Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia.
Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya
sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, Bahasa Indonesia
berposisi sebagai bahasa kerja.
Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu.
Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau dari abad ke-19. Dalam perkembangannya ia
mengalami perubahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial
dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20.
Penamaan Bahasa Indonesia diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928,
untuk menghindari kesan imperialisme bahasa apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan.
Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang
digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan
bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun
penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.
Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa Indonesia bukanlah
bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia menggunakan salah satu
dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa ibu. Penutur Bahasa Indonesia kerap kali
menggunakan versi sehari-hari (kolokial) atau mencampur adukkan dengan dialek Melayu lainnya
atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, Bahasa Indonesia digunakan sangat luas di perguruan-
perguruan, di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum
publik lainnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa Bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga
Indonesia.
1. pembicara
2. isi pembicaraan
3. saluran
4. penyimak
5. tanggapan penyimak
Terdapat pula delapan konsep dasar berbicara,yaitu:
1. Membutuhkan paling sedikit dua orang, tentu saja pembicaraan dapat dilakukan oleh satu
orang dan hal ini sering terjadi misalnya oleh orang yang sedang mempelajari banyak bunyi-bunyi
bahasa serta maknanya.
2. Menggunakan salah satu sandi linguistik yang dipahami bersama, bahkan andai katapun
dipergunakan dua bahasa namun saling pengertian, pemahaman bersama itu tidak kurang
pentingnya.
3. Menerima atau mengakui satu daerah referensi umum, daerah referensi yang umum mungkin
tidak selalu mudah kenal, ditentukan, namun pembicara menerima kecenderungan untuk
menentukan satu diantaranya.
4. Merupakan suatu pertukaran antara partisipan, kedua pihak partisipan yang memberi dan
menerima dalam pembicaraan saling bertukar sebagai pembicara dan penyimak.
5. Menghubungkan setiap pembicara dengan yang lainnya dan lingkungan dengan segera.
Perilaku lisan sang pembicara selalu berhubungan dengan responsi yang nyata atau yang
diharapkan, dan sang penyimak dan sebaliknya. Jadi hubungan itu bersifat timbal balik antara dua
arah.
6. Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini. Hanya dengan bantuan berkas grafik material,
bahasan dapat luput dan kekirian kesegaran bahwa pita atau berkas itu telah mungkin berbuat
demikian, tentu saja merupakan salah satu kenyataan keunggulan budaya manusia.
7. Hanya melibatkan aparat atau perlengkapan yang dengan suara atau bunyi bahasa dan
pendengar. Walaupun kegiatan-kegiatan dalam pita audio atau lingual dapat melepaskan gerak
visual dan gerak material namun sebaliknya tidak akan terjadi terkecuali pantomim atau gambar,
takkan ada pada gerakan dan grafik itu yang tidak berdasar dan dan bergantung pada audio lingual
dapat berbicara terus menerus dengan orang-orang yang tidak kita lihat, dirumah, ditempat bekerja
dan dengan telpon percakapan percakapan seperti ini merupakan pembicaraan yang khas dalam
bentuknya yang paling asli.
8. Secara tidak pandang bulu mengharap serta memperlakukan apa yang nyata dan apa yang
diterima sebagai dalil. Keseluruhan lingkungan yang dapat dilambangkan oleh pembicaraan
mencangkup bukan hanya dunia nyata yang mengelilingi para pembicara tetapi juga secara tidak
terbatas dunia gagasan yang lebih luas, yang harus mereka masuki karena mereka dan manusia
berbicara sebagai titik pertemuan kedua wilayah ini tetap memerlukan penelaahan serta uraian yang
lebih lanjut dan mendalam.
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam mengumpulkan data-data dalam penyusunan karya tulis ini agar menjadi akurat dan efektif,
maka penulis menggunakan metode berikut :
1. Angket : Penulis menyebarkan angket yang
bersifat umum untuk mengetahui gambaran pengaruh berbahasa secara umum dan yang bersifat
khusus untuk mengetahui secara detail pendapat responden terhadap pengaruh berbahasa dalam
penelitian ini .
yang berkaitan dengan pengetahuan berbahasa dari beberapa buku sumber dan beberapa situs di
internet .
3.2.1 Angket
1. Pengertian Angket
Angket adalah suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan yang diajukan pada
responden untuk mendapat jawaban (Depdikbud:1975)
Angket adalah suatu daftar atau kumpulan pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis
juga ( WS. Winkel, 1987)
Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang tidak
memerlukan kedatangan langsung dari sumber data (Dewa Ktut Sukardi, 1983)
Usahakan membuat soal seefektif mungkin yang hanya memuat jawaban Ya/Tidak
2. Apakah ayah dan ibu anda menggunakan Bahasa Indonesia dalam percakapannya ?
5. Apakah guru anda sudah menggunakan Bahasa Indonesia yang benar dalam kegiatan belajar
mengajar ?
6. Setujukah anda, apabila sekolah menetapkan harus memakai Bahasa Indonesia yang benar
dalam percakapan di lingkungan sekolah ?
7. Apakah anda takut jika Bahasa Indonesia diakui oleh bangsa lain, seperti kesenian kita ?
8. Sebagai seorang pemuda/pemudi yang melihat fenomena berbahasa sekarang, apakah anda
ingin melestarikan bahasa Indonesia yang benar ?
10. 10. Jika menonton acara di televisi, apakah bahasanya cenderung menggunakan bahasa
campuran ?
13. 13. Apakah anda tahu tatacara berbahasa Indonesia yang baik dan benar ?
14. 14. Apakah anda tahu aturan EYD dalam Bahasa Indonesia ?
16. 16. Menurut anda, apakah tatacara berbahasa Indonesia yang benar sudah mulai punah di
kalangan pelajar ?
17. 17. Menuju ke para pejabat, apakah para petinggi republik ini sudah mencontohkan
berbahasa Indonesia yang benar ?
18. 18. Menurut anda, pentingkah pelajaran mengenai berbahasa Indonesia yang baik di
sekolah ?
20. 20. Sebagai putra-putri Indonesia, apakah anda cinta Bahasa Indonesia ?
3.2.2 Wawancara
1. Pengertian Wawancara
Wawancara atau interview adalah suatu cara mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan
langsung kepada seorang informan atau narasumber. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
biasanya disiapkan terlebih dahulu yang diarahkan pada perolehan informasi yang diinginkan. Pada
pelaksanaannya, pewawancara dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun
sebelumnya. Jika ada informasi yang menarik dan perlu diketahui lebih lanjut, pewawancara dapat
mengajukan pertanyaan baru di luar konsep pertanyaan yang telah disediakan.
Kelebihan Wawancara:
4. iv. Pertanyaan yang telah disiapkan dapat dijawab oleh narasumber dengan
penjelasan penjelasan tambahan
8. ii. Memakan waktu dan biaya yang besar jika, dilakukan dalam suatu wilayah yang luas
Kelemahan Wawancara:
Tahap ini merupakan tahap awal untuk memberi kesan yang menyenangkan dan untuk menciptakan
suasana yang nyaman sehingga kegiatan wawancara berjalan dengan baik.
Tahap Kegiatan Tanya Jawab
Tahap ini merupakan tahap selanjutnya setelah suasana untuk wawancara telah memungkinkan.
Tahap Penutup
Tahap ini merupakan tahap penyimpulan terhadap masalah yang menjadi pokok perbincangan.
Kita dapat mendengarkan dan memahami informasi yang diberikan oleh narasumber pada tahap
tanya jawab. Berdasarkan tanya jawab tersebut, kita pun dapat menyimpulkan hasilnya. Adapun
bentuk pertanyaan yang dapat disampaikan, di antaranya:
Pertanyaan terbuka, yakni pertanyaan yang menghendaki jawaban yang luas dan bebas.
Pertanyaan langsung, yakni pertanyaan yang menghendaki jawaban singkat, dan kadang-
kadang dapat dijawab dengan ya atau tidak.
Pertanyaan tertutup, yakni pertanyaan yang membatasi ruang gerak narasumber, bahkan
kemungkinan jawabannya telah tersedia.
Menurut Arikunto ( 2006 : 232 ), pengumpulan data adalah mengamati variabel yang akan diteliti
dengan metode interview, tes observasi, kuesioner, dan sebagainya
Pengumpulan data dalam pembuatan karya tulis ini dilakukan dengan bebrapa teknik, yaitu tinjauan
pustaka, penyebaran angket, dan wawancara .
Tinjauan pustaka dilakukan guna menetapkan teori yang mendasari permasalahan yang dibahas
dalam karya tulis ini .
Penyebaran angket dilakukan dengan tujuan menyampaikan pertanyaan tertulis untuk diajukan
kepada subyek untuk mendapatkan jawaban secara tertulis juga .
Wawancara dilakukan untuk menganalisa respon atau tanggapan mengenai permasalahan yang
dirumuskan oleh penulis.
Dari ketiga teknik tersebut, penulis dapat menentukan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
memecahkan masalah tersebut .
Semua keterangan hasil wawancara dijadikan landasan untuk melakukan refleksi . dalam hal ini,
peneliti akan membandingkan keterangan hasil wawancara yang telah dilakukan untuk menentukan
sampai tidaknya pada hal yang ingin dicapai .
Analisis data dilakukan dengan mengumpulkan semua hasil catatan pada saat pelaksanaan
wawancara. Semua keterangan mengenai pengetahuan responden mengenai permasalahan yang
diangkat dalam karya tulis ini, akan dianalisis .
1. Proses dan hasil kuesioner ( angket )
Semua keterangan hasil kuesioner dijadikan landasan untuk melakukan refleksi . dalam hal ini,
peneliti akan membandingkan keterangan hasil kuesioner yang telah dilakukan untuk menentukan
sampai tidaknya pada hal yang ingin dicapai .
Analisis data dilakukan dengan mengumpulkan semua hasil kuesioner pada saat pelaksanaan
kegiatan. Semua keterangan mengenai pengetahuan responden mengenai permasalahan yang
diangkat dalam karya tulis ini, akan dianalisis .
BAB IV
PEMBAHASAN MASALAH
4.1.1 Angket
Penulis telah melakukan penyebaran angket mengenai permasalahan karya tulis ini . Objek yang
menjadi narasumber dalam penyebaran angket ini berjumlah 40 orang, yang terdiri dari siswa/siswi
kelas X-3 sejumlah 21 orang, kelas X-6 sejumlah 18 orang, dan kelas X-9 sejumlah 1 orang . dan dari
hasil penyebaran angket tersebut, penulis dapat mengolah data penelitian dalam bentuk tabel .
Penulis mengelompokkan jawaban koresponden dalam bentuk jumlah orang ( bercetak tebal ) dan
dalam bentuk persen ( tanda kurung ) .
1. Apakah ayah dan ibu anda menggunakan Bahasa Indonesia dalam 16 (40) 24 (60)
percakapannya ?
1. Apakah guru anda sudah menggunakan Bahasa Indonesia yang 20 (50) 20 (50)
benar dalam kegiatan belajar mengajar ?
1. Apakah anda takut jika Bahasa Indonesia diakui oleh bangsa lain, 31 (77) 9 (23)
seperti kesenian kita ?
10. Jika menonton acara di televisi, apakah bahasanya cenderung 26 (65) 14 (35)
menggunakan bahasa campuran ?
12. Apakah anda tahu sila ketiga sumpah pemuda ? 18 (45) 22 (55)
13. Apakah anda tahu tatacara berbahasa Indonesia yang baik dan 28 (70) 12 (30)
benar ?
14. Apakah anda tahu aturan EYD dalam Bahasa Indonesia ? 25 (62) 15 (38)
15. Menurut anda, apakah Bahasa Indonesia itu baku ? 11 (27) 29 (73)
16. Menurut anda, apakah tatacara berbahasa Indonesia yang benar 29 (72) 11 (28)
sudah mulai punah di kalangan pelajar ?
17. Menuju ke para pejabat, apakah para petinggi republik ini sudah 13 (32) 27 (68)
mencontohkan berbahasa Indonesia yang benar ?
18. Menurut anda, pentingkah pelajaran mengenai berbahasa 40 (100) 0 (0)
Indonesia yang baik di sekolah ?
20. Sebagai putra putri Indonesia, apakah anda mencintai Bahasa 38 (95) 2 (5)
Indonesia ?
4.2.2 Wawancara
Penulis telah melakukan wawancara dengan responden mengenai permasalahan karya tulis ini .
Objek yang menjadi narasumber dalam wawancara ini berjumlah 10 orang, yang terdiri dari siswi
kelas X-3 sejumlah 9 orang, dan kelas X-9 sejumlah 1 orang . dan dari hasil wawancara tersebut,
penulis dapat mengolah data penelitian sebagai berikut :
Alasan : karena dalam Bahasa Indonesia ada kata yang baku dan ada yang
tidak baku
1. Menurut anda, apakah tatacara berbahasa Indonesia sudah mulai punah di kalangan pelajar
? Jawaban : Ya
Alasan : karena di kalangan para pelajar sudah ada bahasa yang baru
1. Menuju ke para pejabat, apakah para petinggi republik ini sudah mencontohkan berbahasa
Indonesia yang benar ? Jawaban : Tidak
1. Menurut anda, pentingkah pelajaran berbahasa Indonesia yang baik dan benar di sekolah
? Jawaban : Ya
dan benar
1. Apakah pendapat anda, jika sekolah menerapkan harus memakai Bahasa Indonesia yang
benar dalam percakapan di lingkunga sekolah ? Jawaban : Ya
1. Apakah anda takut, jika Bahasa Indonesia diakui oleh bangsa lain, seperti kesenian kita
? Jawaban : Ya
Alasan : karena Bahasa Indonesia adalah bahasa negara Indonesia . Jika
1. Sebagai putra putri Indonesia, apakah anda mencintai Bahasa Indonesia Jawaban : Ya
1. Sebagai seorang pemuda yang melihat fenomena berbahasa sekarang, apakah anda ingin
melestarikan Bahasa Indonesia? Jawaban : Ya
1. Apakah guru anda sudah memakai Bahasa Indonesia yang benar dalam mengajar
? Jawaban : Tidak
( Indonesia-Sunda )
10. Dalam berkomunikasi dalam jejaring sosial, apakah anda cenderung menggunakan bahasa
campuran ? Jawaban : Ya
dimengerti
Adakah pengaruh lingkungan sosial pelajar SMA terhadap tatacara berbahasa Indonesia dalam
percakapan sehari-harinya ?
Pada masa ini, pengaruh ego tiap daerah sudah mulai mencuat di permukaan, ditambah dengan
pengaruh kebudayaan asing yang masuk ke negeri ini, yang mulai mengikis sedikit demi sedikit
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia .
Dan seiring itu pula, penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam percakapan kini mulai
tersamarkan dengan pencampuran bahasa lokal maupun bahasa asing dengan Bahasa Indonesia itu
sendiri . hal ini sudah cukup pelik, dikarenakan sudah lunturnya kesadaran anak bangsa terhadap
bangsanya sendiri .
Berdasarkan hasil penyebaran angket dan wawancara yang dilakukan oleh penulis, diperoleh
keterangan dari responden bahwa 70% pelajar SMA sering menggunakan bahasa campuran dalam
percakapan sehari-harinya, dikarenakan mendapat pengaruh dari lingkungan sosialnya, dimulai
pengaruh dari dalam yaitu keluarga, hingga pengaruh dari luar seperti lingkungan sekitar, jejaring
pertemanan sosial, maupun media massa seperti televisi dan lain lain . Namun pada dasarnya,
pelajar SMA secara tidak sadar terus menggunakan Bahasa Indonesia, terutama di forum formal
seperti sekolah .
Bagaimanakah pengetahuan dan pendapat pelajar SMA tentang penggunaan Bahasa Indonesia
maupun bahasa campuran dalam percakapan sehari-harinya ?
Berdasarkan hasil penyebaran angket dan wawancara yang dilakukan oleh penulis, diperoleh
keterangan dari responden bahwa pada dasarnya pelajar SMA sudah tahu akan latar belakang
Bahasa Indonesia, tatacara maupun Ejaan Yang Disempurnakan ( EYD ) dan bermacam pengetahuan
yang lain . selain itu, keseluruhan dari responden menilai pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah
sangatlah penting . Namun sangat disayangkan, penggunaan Bahasa Indonesia dalam percakapan
sehari-hari kurang mendapat respon baik, karena beberapa responden menilai bahwa bahasa
Indonesia itu baku dan kuno, ditambah pula dengan kurang dicontohkan oleh orang tua, teman-
teman, guru di sekolah, bahkan para petinggi republik ini sekalipun .
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada umumnya pelajar SMA dalam hal pengetahuan berbahasa Indonesia sudah cukup baik,
dengan mengetahui latar belakang Bahasa Indonesia, tatacara berbahasa, kaidah EYD dan
lain lain yang sudah didapatkan di sekolah .
Oleh karena itu, penulis menilai kesimpulan cocok dengan hipotesa awal pada bab sebelumnya . hal
ini dikarenakan telah jelasnya fakta bahwa pelajar SMA cenderung menggunakan bahasa campuran
dibandingkan Bahasa Indonesia itu sendiri, walaupun sesungguhnya mereka memiliki pengetahuan
teoritis yang cukup baik tentang Bahasa Indonesia .
5.2 Saran
Pemerintah, agar membuat suatu program bermutu untuk para pelajar mengenai Bahasa
Indonesia melalui media massa seperti televisi, radio dan semacamnya, karena media massa
adalah media paling efektif untuk menyampaikan informasi .
Guru, dalam menyampaikan materi dalam kegiatan belajar mengajar, agar menggunakan
Bahasa Indonesia yang baik dan benar, agar mendapat menjadi contoh bagi siswanya .
Siswa, agar lebih sadar dalam menggunakan Bahasa Indonesia sebagai budaya asli Indonesia,
agar dapat selalu lestari .
DAFTAR PUSTAKA
Tim Edukatif. 2007. Kompeten Berbahasa Indonesia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta : Erlangga
annie-ocktaviani.blogspot.com
morfologi.com
www.wikipedia.com
makalahdanskripsi.blogspot.com
http://www.crayonpedia.org
ontoh karya tulis, KARYA ILMIAH SMA, SMU, MA
Karya Tulis
Disusun oleh:
NIS : 2215
NIS : 2247
Kelas : XII
Jurusan : IPA 1
2010/2011
PENGESAHAN
Karya tulis ini telah disetujui dan disahkan untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh Ujian
Akhir Sekolah di SMA Negeri 1 Sigaluh Banjarnegara tahun pelajaran 2010/2011 pada:
Hari :
Tanggal :
Tempat : Sigaluh
Mengetahui:
Nip. 196209141986011002
MOTTO
v Learn from yesterday, do best for today, and plan better for tomorrow.
v Continuous improvement.
1. Bapak Drs. Supriyanto, MM selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Sigaluh yang telah
memberikan kesempatan bagi penulis untuk menyusun karya tulis ini.
2. Bapak dan Ibu guru di SMA Negeri 1 Sigaluh tercinta yang telah membekali kami ilmu selama
kami belajar di sekolah.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan karya tulis ini. karya tulis ini disususn untuk memenuhi dan melengkapi
sebagai persyaratan pendidikan dalam menempuh Ujian Nasional (UN)
1. Ayah dan ibu yang telah memberi motivasi dan senantiasa mendoakan sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ini.
2. Bapak Drs.Supriyanto, MM selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Sigaluh yang telah membantu
sehingga karya tulis ini dapat tersusun dengan baik.
3. Bapak Drs.Harsono selaku pembimbing yang telah membantu dan membimbing kami dalam
penyusunan karya tulis ini.
4. Teman-teman dan adik kelas kami yang tersayang yang membantu penulis dalam pembuatan
karya tulis ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna, banyak sekali
kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharap dukungan, kritik maupun saran dari pembaca.
Kami berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat.
Demi kesempurnaan karya tulis ini kami sangat mengharapkan saran maupun kritik dari pembaca,
sehingga dalam pembuatan karya tulis selanjutnya lebih baik.
Banjarnegara, Januari 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN MOTTO
HALAMAN PERSEMBAHAN
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian
4. Segi peninjauan
5. Metode Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
v Keadaan Geografis
v Nama Borobudur
v Sejarah Borobudur
v Struktur Borobudur
v Relief Borobudur
v Arca Borobudur
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alam memang selalu menyajikan keindahan dirinya untuk kita pandang. Dunia ini memang unik, dia
selalu menyajikan panorama untuk kebutuhan manusia, hanya saja manusia masih kurang menjaga
keindahannya. Sehingga tidak sedikit alam yang menjadi korban ketamakan dan keserakahan
mereka. Borobudur yang terletak di Jawa Tengah tepatnya di kabupaten Magelang, bisa saja pupus
keindahannya kalau kita mengabaikannya. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan merawat dan
menjaga borobudur yang menjadi peninggalan bangsa Indonesia tersebut. Sehingga, kesadaran
inilah yang menjadikan penulis mengangkat topik tentang Candi Borobudur.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Segi Peninjauan
E. Metode Penulisan
Dalam penusunan karya tulis ini, penulis menggunakan metode sebgai berikut:
1. Metode Heuristik
Kegiatan meneliti sumber untuk menentukan validitas dan realibilitas sumber sejarah yang
dikumpulkan, yaitu kegiatan meneliti sumber-sumber sejarah baik secara ekstren maupun intern.
1. Metode Interpretasi
Terdiri atas analisis dan sintesis. Analisis yaitu menguraikan, menemukan fakta berdasarkan data
yang diperoleh. Sedangkan sintesis yaitu menyatukan data yang terkumpul ditemukan fakta.
1. Metode Histiografi
Menyampaikan dan menyajikan hasil interpretasi secara tertulis dalam bentuk karya sejarah.
BAB II
PEMBAHASAN
v Keadaan Geografis
Borobudur adalah nama sebuah candi Budha yang terletak di Magelang, Jawa Tengah. Yang memiliki
/ -7.608; 110.204koordinat: 73629S 1101214E / 7.608LS 110.204BT / -7.608; 110.204.
Arsiteknya ialah Gunadharma dan selesai sekitar 800 TM. Jenis bangunannya berupa stupa dan
candi.
Lokasi candi kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut
Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an
Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Dalam etnis Tionghoa, candi ini disebut juga
(Hanyu Pinyin: p lu f t) dalam bahasa Mandarin. (wikipedia Indonesia)
v Nama Borobudur
Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini. Salah satunya menyatakan bahwa nama ini
kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya gunung (bhudara) di mana di
lereng-lerengnya terletak teras-teras. Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya.
Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan para Buddha yang karena pergeseran bunyi menjadi
borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata bara dan beduhur. Kata
bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara berasal dari
bahasa Sansekerta yang artinya kompleks candi atau biara dan beduhur artinya ialah tinggi, atau
mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti di atas. Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau
asrama yang berada di tanah tinggi.
Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk mendapatkan gelar doktor pada 1950
berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan. Berdasarkan prasasti Karangtengah dan
Kahulunan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur adalah raja Mataram dari wangsa Syailendra
bernama Samaratungga, yang melakukan pembangunan sekitar tahun 824 M. Bangunan raksasa itu
baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani. Pembangunan Borobudur
diperkirakan memakan waktu setengah abad. Dalam prasasti Karangtengah pula disebutkan
mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh r Kahulunan (Pramudawardhani)
untuk memelihara Kamln yang disebut Bhmisambhra. Istilah Kamln sendiri berasal dari kata
mula yang berarti tempat asal muasal, bangunan suci untuk memuliakan leluhur, kemungkinan
leluhur dari wangsa Sailendra. Casparis memperkirakan bahwa Bhmi Sambhra Bhudhra dalam
bahasa sansekerta yang berarti Bukit himpunan kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa, adalah
nama asli Borobudur.
v Sejarah Borobudur
Strategisnya lokasi Candi Borobudur yang megah dan kokoh sudah banyak dituliskan oleh beberapa
peneliti dan arkeolog (Sutanto, 2005). Tetapi banyak peneliti yang sampai dengan sekarang masih
belum dapat memastikan kapan didirikannya Candi Borobudur. Tetapi perkiraan berdirinya candi
tersebut didasarkan pada tulisan singkat yang dipahatkan diatas pigura relief-relief yang terdapat di
kaki candi, yaitu kurang lebih pada akhir abad ke 8 sampai awal abad ke 9, atau sekitar tahun 800
Masehi.
Candi Borobudur berada dalam kerangka abad keemasan wangsa Syailendra, yakni antara abad
8 sampai dengan abad 9. Kejayaan ini ditandai dengan dibangunnya sejumlah besar bangunan
candi-candi yang tersebar di Pulau Jawa dan Sumatra. Beberapa prasasti menunjukkan bahwa candi
Borbudur merupakan ekspresi wangsa Syailendra untuk menjunjung tinggi dan mengagungkan
agama Budha Mahayana.
Catatan sejarah menunjukkan bahwa candi Borobudur dibangun pada saat masa kepemimpinan Raja
dari wangsa Syailendra yang sangat terkenal, yaitu Samaratungga, sekitar tahun 800-an Masehi.
Pada masa itu, pembangunan candi ini diyakini dengan menghiasi/menambahkan bebatuan pada
wilayah perbukitan alami, sehingga Borobudur diyakini merupakan tumpukan batu yang diletakkan
di atas bukit yang menjulang tinggi. Batu yang disusun menjadi candi tersebut merupakan batu
andesit sebanyak 55.000 m3, dengan bangunan berbentuk limas yang berjenjang yang dilengkapi
tangga naik di keempat sisinya. Pada masa pemerintahan Raja Samaratungga candi Borobudur
digunakan sebagai pusat kegiatan religius dan pemujaan serta ziarah pada masa Raja Samaratungga.
Selain itu, candi ini juga dikenal sebagai centre of knowledge dan pusat kebudayaan agama Budha
Mahayana, serta pusat kehidupan dan perekonomian masyarakat pada era wangsa Syailendra.
Kejayaan Borobudur diyakini bertahan selama 150 tahun dan berangsur pudar dan cenderung
mengalami kehancuran seiring dengan runtuhnya kejayaan wangsa Syailendra, yang digantikan oleh
tumbuh dan berkembangnya era Kerajaan Mataram di tahun 930 (atau kira-kira abad ke
10). Perubahan ini membawa dampak pada bergesernya pusat kebudayaan dan kehidupan
masyarakat kearah timur, yaitu di Jogjakarta. Dampak lain pergantian kekuasaan ini adalah hancur
dan rusaknya candi Borobudur, hingga pada akhirnya terlupakan dan hilang di telan masa.
Orang yang berjasa merestorasi dan mengangkat bangunan candi Borobudur dari kegelapan dan
kepunahan adalah Sir Thomas Stanford Rafles pada tahun 1814. Rafles adalah seorang Letnan
Gubernur Jenderal Inggris yang berkuasa menjajah Indonesia pada tahun 1811-1816. Usaha Rafles
tersebut diteruskan oleh seorang Residen Kedu yang bernama Hartman, dengan melakukan
pembersihan puing-puing dari kotoran tanah dan lumpur (tanah dan lumpur ini diyakini merupakan
sisa lava dan erupsi lutusan salah satu Gunung berapi yang ada pada saat itu).
v Struktur Borobudur
Candi Borobudur memiliki struktur dasar punden berundak, dengan enam pelataran berbentuk bujur
sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya.
Selain itu tersebar di semua pelatarannya beberapa stupa.
Sepuluh pelataran yang dimiliki Borobudur menggambarkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana.
Bagaikan sebuah kitab, Borobudur menggambarkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui
untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha.
Bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang masih dikuasai oleh kama atau
nafsu rendah. Bagian ini sebagian besar tertutup oleh tumpukan batu yang diduga dibuat untuk
memperkuat konstruksi candi. Pada bagian yang tertutup struktur tambahan ini terdapat 120 panel
cerita Kammawibhangga. Sebagian kecil struktur tambahan itu disisihkan sehingga orang masih
dapat melihat relief pada bagian ini.
Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para ahli dinamakan Rupadhatu. Lantainya
berbentuk persegi. Rupadhatu adalah dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari nafsu, tetapi
masih terikat oleh rupa dan bentuk. Tingkatan ini melambangkan alam antara yakni, antara alam
bawah dan alam atas. Pada bagian Rupadhatu ini patung-patung Buddha terdapat pada ceruk-ceruk
dinding di atas ballustrade atau selasar.
Mulai lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak berelief. Tingkatan ini dinamakan Arupadhatu
(yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud). Denah lantai berbentuk lingkaran. Tingkatan ini
melambangkan alam atas, di mana manusia sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk
dan rupa, namun belum mencapai nirwana. Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa
yang ditutup berlubang-lubang seperti dalam kurungan. Dari luar patung-patung itu masih tampak
samar-samar.
Tingkatan tertinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud dilambangkan berupa stupa yang
terbesar dan tertinggi. Stupa digambarkan polos tanpa lubang-lubang. Di dalam stupa terbesar ini
pernah ditemukan patung Buddha yang tidak sempurna atau disebut juga unfinished Buddha, yang
disalahsangkakan sebagai patung Adibuddha, padahal melalui penelitian lebih lanjut tidak pernah
ada patung pada stupa utama, patung yang tidak selesai itu merupakan kesalahan pemahatnya pada
zaman dahulu. menurut kepercayaan patung yang salah dalam proses pembuatannya memang tidak
boleh dirusak. Penggalian arkeologi yang dilakukan di halaman candi ini menemukan banyak patung
seperti ini.
Di masa lalu, beberapa patung Buddha bersama dengan 30 batu dengan relief, dua patung singa,
beberapa batu berbentuk kala, tangga dan gerbang dikirimkan kepada Raja Thailand, Chulalongkorn
yang mengunjungi Hindia Belanda (kini Indonesia) pada tahun 1896 sebagai hadiah dari pemerintah
Hindia Belanda ketika itu.
Borobudur tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain. Yang ada ialah lorong-
lorong panjang yang merupakan jalan sempit. Lorong-lorong dibatasi dinding mengelilingi candi
tingkat demi tingkat. Di lorong-lorong inilah umat Buddha diperkirakan melakukan upacara berjalan
kaki mengelilingi candi ke arah kanan. Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-
tingkat ini diduga merupakan perkembangan dari bentuk punden berundak, yang merupakan bentuk
arsitektur asli dari masa prasejarah Indonesia. Struktur Borobudur bila dilihat dari atas membentuk
struktur Mandala. Struktur Borobudur tidak memakai semen sama sekali, melainkan sistem interlock
yaitu seperti balok-balok Lego yang bisa menempel tanpa lem.
v Relief Borobudur
Di setiap tingkatan dipahat relief-relief pada dinding candi. Relief-relief ini dibaca sesuai arah jarum
jam atau disebut mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuna yang berasal dari bahasa Sansekerta
daksina yang artinya ialah timur. Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya, antara lain relief-
relief cerita jtaka.
Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan berakhir pada pintu gerbang sisi timur di
setiap tingkatnya, mulainya di sebelah kiri dan berakhir di sebelah kanan pintu gerbang itu. Maka
secara nyata bahwa sebelah timur adalah tangga naik yang sesungguhnya (utama) dan menuju
puncak candi, artinya bahwa candi menghadap ke timur meskipun sisi-sisi lainnya serupa benar.
Adapun susunan dan pembagian relief cerita pada dinding dan pagar langkan candi adalah sebagai
berikut.
Bagan Relief
Secara runtutan, maka cerita pada relief candi secara singkat bermakna sebagai berikut :
Karmawibhangga
Sesuai dengan makna simbolis pada kaki candi, relief yang menghiasi dinding batur yang terselubung
tersebut menggambarkan hukum karma. Deretan relief tersebut bukan merupakan cerita seri
(serial), tetapi pada setiap pigura menggambarkan suatu cerita yang mempunyai korelasi sebab
akibat. Relief tersebut tidak saja memberi gambaran terhadap perbuatan tercela manusia disertai
dengan hukuman yang akan diperolehnya, tetapi juga perbuatan baik manusia dan pahala. Secara
keseluruhan merupakan penggambaran kehidupan manusia dalam lingkaran lahir hidup mati
(samsara) yang tidak pernah berakhir, dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang akan diakhiri
untuk menuju kesempurnaan.
Lalitawistara
Merupakan penggambaran riwayat Sang Buddha dalam deretan relief-relief (tetapi bukan
merupakan riwayat yang lengkap ) yang dimulai dari turunnya Sang Buddha dari sorga Tusita, dan
berakhir dengan wejangan pertama di Taman Rusa dekat kota Banaras. Relief ini berderet dari
tangga pada sisi sebelah selatan, setelah melampui deretan relief sebanyak 27 pigura yang dimulai
dari tangga sisi timur. Ke-27 pigura tersebut menggambarkan kesibukan, baik di sorga maupun di
dunia, sebagai persiapan untuk menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa selaku
calon Buddha. Relief tersebut menggambarkan lahirnya Sang Buddha di arcapada ini sebagai
Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Permaisuri Maya dari Negeri Kapilawastu. Relief
tersebut berjumlah 120 pigura, yang berakhir dengan wejangan pertama, yang secara simbolis
dinyatakan sebagai Pemutaran Roda Dharma, ajaran Sang Buddha di sebut dharma yang juga berarti
hukum, sedangkan dharma dilambangkan sebagai roda.
Jataka adalah cerita tentang Sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai Pangeran Siddharta. Isinya
merupakan pokok penonjolan perbuatan baik, yang membedakan Sang Bodhisattwa dari makhluk
lain manapun juga. Sesungguhnya, pengumpulan jasa/perbuatan baik merupakan tahapan persiapan
dalam usaha menuju ketingkat ke-Buddha-an.
Sedangkan Awadana, pada dasarnya hampir sama dengan Jataka akan tetapi pelakunya bukan Sang
Bodhisattwa, melainkan orang lain dan ceritanya dihimpun dalam kitab Diwyawadana yang berarti
perbuatan mulia kedewaan, dan kitab Awadanasataka atau seratus cerita Awadana. Pada relief candi
Borobudur jataka dan awadana, diperlakukan sama, artinya keduanya terdapat dalam deretan yang
sama tanpa dibedakan. Himpunan yang paling terkenal dari kehidupan Sang Bodhisattwa adalah
Jatakamala atau untaian cerita Jataka, karya penyair Aryasura dan jang hidup dalam abad ke-4
Masehi.
Gandawyuha
Merupakan deretan relief menghiasi dinding lorong ke-2,adalah cerita Sudhana yang berkelana
tanpa mengenal lelah dalam usahanya mencari Pengetahuan Tertinggi tentang Kebenaran Sejati
oleh Sudhana. Penggambarannya dalam 460 pigura didasarkan pada kitab suci Buddha Mahayana
yang berjudul Gandawyuha, dan untuk bagian penutupnya berdasarkan cerita kitab lainnya yaitu
Bhadracari.
v Arca Borobudur
Selain wujud buddha dalam kosmologi buddhis yang terukir di dinding, di Borobudur terdapat
banyak arca buddha duduk bersila dalam posisi lotus serta menampilkan mudra atau sikap tangan
simbolis tertentu.
Patung buddha dalam relung-relung di tingkat Rupadhatu, diatur berdasarkan barisan di sisi luar
pagar langkan. Jumlahnya semakin berkurang pada sisi atasnya. Barisan pagar langkan pertama
terdiri dari 104 relung, baris kedua 104 relung, baris ketiga 88 relung , baris keempat 72 relung, dan
baris kelima 64 relung. Jumlah total terdapat 432 arca Buddha di tingkat Rupadhatu. Pada bagian
Arupadhatu (tiga pelataran melingkar), arca Buddha diletakkan di dalam stupa-stupa berterawang
(berlubang). Pada pelataran melingkar pertama terdapat 32 stupa, pelataran kedua 24 stupa, dan
pelataran ketiga terdapat 16 stupa, semuanya total 72 stupa. Dari jumlah asli sebanyak 504 arca
Buddha, lebih dari 300 telah rusak (kebanyakan tanpa kepala) dan 43 hilang (sejak penemuan
monumen ini, kepala buddha sering dicuri sebagai barang koleksi, kebanyakan oleh museum luar
negeri).
Secara sepintas semua arca buddha ini terlihat serupa, akan tetapi terdapat perbedaan halus
diantaranya, yaitu pada mudra atau posisi sikap tangan. Terdapat lima golongan mudra: Utara,
Timur, Selatan, Barat, dan Tengah, kesemuanya berdasarkan lima arah utama kompas menurut
ajaran Mahayana. Keempat pagar langkan memiliki empat mudra: Utara, Timur, Selatan, dan Barat,
dimana masing-masing arca buddha yang menghadap arah tersebut menampilkan mudra yang khas.
Arca Buddha pada pagar langkan kelima dan arca buddha di dalam 72 stupa berterawang di
pelataran atas menampilkan mudra: Tengah atau Pusat. Masing-masing mudra melambangkan lima
Dhyani Buddha; masing-masing dengan makna simbolisnya tersendiri.
Mengikuti urutan Pradakshina yaitu gerakan mengelilingi searah jarum jam dimulai dari sisi Timur,
maka mudra arca-arca buddha di Borobudur adalah:
Arah
Mudra Melambangkan Dhyani Buddha Mata Lokasi Mudra
Angin
Di dalam 72 stupa di 3
Pemutaran roda
Dharmachakra mudra Wairocana Tengah teras melingkar
dharma
Arupadhatu
B. BOROBUDUR SEBAGAI SITUS PENINGGALAN BANGSA INDONESIA
Mungkin sebagian orang Indonesia maupun pembaca pernah diajarkan di sekolah bahwa candi
borobudur adalah salah satu dari 7 keajaiban di dunia. Tetapi di dalam daftar Wonders of the
World (keajaiban di dunia) dan Seven Wonders of the World (tujuh keajaiban di dunia), tidak
atau belum pernah sama sekali borobudur disebutkan sebagai salah satu dari tujuh keajaiban di
dunia.
Fakta yang benar borobudur adalah salah satu World Heritage Site (Situs Peninggalan Dunia) yang
diakui oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientifiec, and Cultural Organization) pada tahun
1991. UNESCO sendiri adalah suatu lembaga internasional yang berkiprah dalam bidang pendidikan,
pengetahuan, dan kebudayaan yang didirikan di bawah naungan PBB. Badan dunia ini mencatat ada
sekitar 850 bangunan peninggalan penting dari seluruh wilayah di dunia, dan borobudur merupakan
salah satunya. Saat diadakan pemilihan 7 keajaiban dunia yang baru, UNESCO sendiri merasa
kesulitan dalam memilih hanya 7 bangunan saja sebagai keajaiban dunia dari sekian banyak situs
peninggalan. Agar berlangsung dengan baik, diterapakan sistem polling (pemungutan suara) dalam
memilih 7 tempat tersebut pada 7 Juli 2007. Namun setelah hasil didapat, borobudur tidak termasuk
salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Berikut adalah daftar dari tujuh keajaiban di dunia dari
berbagai versi:
Pencetus awal daftar ini adalah Antipater Sidon, yang membuat daftar struktur dalam sebuah puisi
(sekitar 140 SM).
Aku telah melihat tembok Babilonia yang agung yang di atasnya terbentang jalanan untuk
kereta-kereta perang, dan patung Zeus di Alfeus, dan taman-taman gantung, dan Kolosus
Matahari, dan karya besar yang membangun piramida-piramida tinggi, serta kuburan yang
besar dari Mausolus; namun ketika aku melihat rumah Artemis yang menjulang ke awan-
awan, yang lain itu semuanya kehilangan keindahannya, dan aku berkata, Tengoklah, selain
Olympus, Matahari tidak pernah lagi melihat apapun yang sedemikian agung.' (Antipater,
Greek Anthology IX.58)
1. Colossus Rodos patung Helios yang sangat besar, dibuat sekitar tahun 292280 SM oleh
Chures, sekarang Yunani.
2. Taman Gantung Babilonia dibuat oleh Nebukadnezar II, sekitar abad ke-8 SMabad ke-6
SM, sekarang Irak.
3. Mausoleum Mausolus makam Mausolus, satrap Persia, Caria, dibuat pada tahun 353351
SM, di kota Halicarnassus, sekarang Bodrum, Turki.
5. Piramida Giza dipakai sebagai makam untuk firaun Mesir Khufu, Khafre, dan Menkaure,
sekarang Mesir. Dibangun pada dinasti ke-4 Mesir (sekitar 2575 sekitar 2465 SM)
6. Patung Zeus berada di Olympia, dipahat oleh pemahat Yunani Fidias, kira-kira 457 SM
sekarang Yunani.
Sejarawan Herodotus, orang pintar Callimachus dari Kirene (kira-kira 305 SM 240 SM), teknisi Filon
dari Bizantium telah membuat daftar yang lebih awal namun tulisan-tulisan ini tidak ada yang
terselamatkan, kecuali hanya sebagai referensi.
Setelah keruntuhan peradaban kuno, ingatan akan keajaiban dunia kuno yang hancur perlahan
menghilang. Kaum cerdik-pandai dan filsuf meninjau ulang dan menulis kembali daftar keajaiban,
menghilangkan yang lama dan menggantikannya dengan yang baru dibuat sementara kisah
mereka menyebar. Setelah beberapa abad sebuah konsensus muncul dalam bentuk daftar Tujuh
Keajaiban Pikiran Pertengahan:
2. Colosseum
4. Hagia Sophia
Keajaiban alam
Sama dengan daftar keajaiban dunia lainnya, tidak ada kesepakatan akan daftar tentang keajaiban
alam dunia. Salah satu dari daftar keajaiban dunia alami disusun oleh CNN:
1. Grand Canyon
4. Mount Everest
5. Northern Lights
6. Volkano Paricutn
Meskipun keajaiban dunia bawah laut adalah keajaiban dunia alami dan tidak dibuat oleh manusia;
keajaiban di bawah ini bisa berada di dalam laut, di bawah permukaan laut, atau dikelilingi oleh
perairan.
2. Deep-Sea Vents
3. Kepulauan Galapagos
5. Danau Baikal
7. Palau
Keajaiban modern
Banyak orang sudah menyusun daftar Keajaiban dunia modern (Sekarang). Daftar yang paling
umum adalah:
6. Borobudur (Indonesia)
7 Keajaiban baru
Sebuah projek tentang 7 keajaiban dunia secara luas. Pada tanggal 7 Juli 2007 terpilih 7 Keajaiban
dunia baru dengan suara terbanyak yaitu:
Keajaiban Simbol Lokasi
Piramida Giza
(Kandidat Kehormatan, karena satu-satunya dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno yang masih ada)Tidak
Punah, KeabadianKairo, Mesir
(http://id.wikipedia.org/wiki/Tujuh_Keajaiban_Dunia)
Tahap pertama
Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti (diperkirakan antara 750 dan 850 M). Pada
awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak. tetapi
kemudian diubah. Sebagai bukti ada tata susun yang dibongkar.
Tahap kedua
Pondasi Borobudur diperlebar, ditambah dengan dua undak persegi dan satu undak lingkaran yang
langsung diberikan stupa induk besar.
Tahap ketiga
Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dibongkar dan dihilangkan dan diganti tiga undak
lingkaran. Stupa-stupa dibangun pada puncak undak-undak ini dengan satu stupa besar di
tengahnya.
Tahap keempat
Ada perubahan kecil seperti pem buatan relief perubahan tangga dan lengkung atas pintu.
Teras tertinggi setelah restorasi Van Erp. Stupa utama memiliki menara dengan chattra (payung)
susun tiga.
1814 Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa, mendengar
adanya penemuan benda purbakala di desa Borobudur. Raffles memerintahkan H.C.
Cornelius untuk menyelidiki lokasi penemuan, berupa bukit yang dipenuhi semak belukar.
1926 Borobudur dipugar kembali, tapi terhenti pada tahun 1940 akibat krisis malaise dan
Perang Dunia II.
1956 Pemerintah Indonesia meminta bantuan UNESCO. Prof. Dr. C. Coremans datang ke
Indonesia dari Belgia untuk meneliti sebab-sebab kerusakan Borobudur.
1968 Pada konferensi-15 di Perancis, UNESCO setuju untuk memberi bantuan untuk
menyelamatkan Borobudur.
21 Januari 1985 terjadi serangan bom yang merusakkan beberapa stupa pada Candi
Borobudur yang kemudian segera diperbaiki kembali. Serangan dilakukan oleh kelompok
Islam ekstremis yang dipimpin oleh Husein Ali Al Habsyi.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dengan terselesaikannya karya tulis ini, berarti penulis telah menyelesaikan salah satu syarat guna
mengikuti Ujian Nasional di SMA Negeri 1 Sigaluh. Dari uraian yang telah disampaikan dalam karya
tulis ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Untuk pertama kalinya Candi Borobudur diketahui dari naskah negara kertagama karya Mpu
Prapanca pada tahun 1365 M, disebutkan tentang Biara di Budur. Setelah kian lama tidak
terawat Candi Borobudur tertutup tanah dan bebatuan dari Gunung Merapi. Atas berkat
Raffles dan Cornelius Candi Borobudur tersebut ditampakkan seperti dahulunya. Banyak
para ahli yang menafsirkan nama Candi Borobudur, namun sebagian besar mengatakan
bahwa Borobudur berasal dari kata Boro dan Budur. Bhara berarti Vihara dan Budur merujuk
pada nama tempat. Candi Borobudur teletak di sebelah selatan Gunung Tidar tepatnya di
Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah.
2. Candi Borobudur merupakan salah satu World Heritage Site yang dimiliki oleh Bangsa
Indonesia yang harus dilestariakan oleh seluruh masyarakat Indonesia agar tidak hilang
pesonanya.
3. Pemugaran Candi Borobudur dilakukan pada massa pemerintahan Raffles maupun Residen
Hartman juga dilakukan oleh Theodarus Van Erp. Bangunan Candi Borobudur berbentuk
limas berundak. Candi Borobudur merupakan candi terbesar kedua setelah Candi Ankor Wat
di Kamboja. Luas bangunan Candi Borobudur 15.129 m2, tersusun dari 55.000 m3 dan terdiri
dari 2 juta potongan batu alam. Ukuran batunya rata-rata 25 cm x 10 cm x 15 cm. Berat
keseluruhan batu 1,3 juta ton. Sedangkan tinggi Candi Borobudur dahulunya 42 m dari
permukaan tanah sampai ujung stupa. Namun sekarang tinggal 34,5 m.
B. Saran
1. Kita sebagai generasi muda harus menadi generasi penerus bangsa dengan cara giat belajar dan
berlatih supaya menjadi siswa siswi yang terampil dan bertaqwa
2. Kita sebagai warga negara harus menjaga dan melestarikan bdaya bangsa
dengan memelihara tempat tempat bersejarah sebagai peninggalan nenek moyang kita
3. Penulis berharap dengan berkembangnya kebudayaan barat di harapkan pada rekan generasi
muda mampu memilih dan menilia budaya yang masuk dan berusaha mempertahankan
kebudayaan bangsa sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
1. Moertjipto.1993.Candi Pawon dan Mendut.Yogjakarta:Kanisius
4. (http://id.wikipedia.org/wiki/Tujuh_Keajaiban_Dunia)