You are on page 1of 8

Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No.

08 Tahun 2013

PERILAKU HIGIENE PENGOLAH MAKANAN BERDASARKAN


PENGETAHUAN TENTANG HIGIENE MENGOLAH MAKANAN DALAM
PENYELENGGARAAN MAKANAN DI PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN
OLAHRAGA PELAJAR JAWA TENGAH

HYGIENE BEHAVIOR OF CHEF BASED FOOD HYGIENE KNOWLEDGE IN THE


OPERATION OF FOOD PROCESSING IN CENTER FOR EDUCATION AND
TRAINING SPORTS STUDENT IN CENTRAL JAVA

Suci Fatmawati, Ali Rosidi, Erma Handarsari


Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang

Abstract

The implementation of food hygiene and healthy food into basic principles of operation of the institution.
chef has an important role in the smooth running of the production process because workers are planners,
implementers and managers in an organization of food. There are four (4) factors that allow the
transmission of disease through the food hygienic behavior, sources of infectious disease, the presence of
the media (food, drinks) and recipient-recipient. The purpose of this study was to determine hygiene
behavior based on chef knowledge of food processing hygiene in food holding in Center For Education
And Training In Sports Student Central Java. Type of study is a descriptive with cross-sectional method, in
which the cause and effect variables were measured at the same time. The research sample is whole chef
in Sports Education and Training Center Student Central Java that as many as 6 people. The results
showed that 50% of respondents had a good knowledge and 50% medium category. Knowledge chef is
good enough, but seen from the behavior of chef is still less attention to hygiene. This shows that there is
no relationship between knowledge of food hygiene and hygiene behavior chef.

Keywords: knowledge and behavior, hygiene, chef

PENDAHULUAN dapat menimbulkan dampak negatif seperti


penyakit dan keracunan akibat bahan kimia,
Upaya higiene dan sanitasi makanan pada mikroorganisme, tumbuhan atau hewan, serta
dasarnya meliputi orang yang menangani dapat pula menimbulkan alergi.
makanan, tempat penyelenggaraan makanan, Faktor kebersihan penjamah atau
peralatan pengolahan makanan, penyimpanan pengelola makanan yang biasa disebut higiene
makanan dan penyajian makanan (Purnomo, personal merupakan prosedur menjaga
2009 dalam Afriyenti, 2002). kebersihan dalam pengelolaan makanan yang
Penyelenggaraan makanan yang higiene aman dan sehat. Prosedur menjaga kebersihan
dan sehat menjadi prinsip dasar penyelenggaraan merupakan perilaku bersih untuk mencegah
makanan institusi. Makanan yang tidak dikelola kontaminasi pada makanan yang ditangani.
dengan baik dan benar oleh penjamah makanan Prosedur yang penting bagi pekerja pengolah

45
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 08 Tahun 2013

makanan adalah pencucian tangan, kebersihan makanan. Data tentang pengetahuan didapatkan
dan kesehatan diri. Di Amerika Serikat 25% dari dengan cara wawancara terhadap responden
semua penyebaran penyakit melalui makanan, dengan menggunakan instrumen kuesioner,
disebabkan pengolah makanan yang terinfeksi sedangkan data perilaku diperoleh dengan cara
dan higiene personal yang buruk. pengamatan langsung terhadap responden. Data
Makanan merupakan kebutuhan dasar sekunder diperoleh dari catatan yang ada di
manusia untuk dapat melanjutkan kehidupannya. PPLP Jawa Tengah meliputi gmbaran umum
Begitu juga bagi atlet, makanan sangat penyelenggaraan makanan di PPLP dan data
dibutuhkan untuk menjaga kesehatan jasmaninya jumlah responden.
agar tidak mudah sakit dan fisiknya tetap kuat. Data pengetahuan diukur berdasarkan
Untuk itu makanan yang diberikan harus sehat, jawaban kuesioner dengan menjumlah skor yang
disamping memiliki nilai gizi yang optimal juga benar dibagi nilai maksimal dikalikan dengan
tidak mengandung bahan berbahaya serta 100% kemudian dikategorikan menjadi tiga
higiene. Bila salah satu faktor tersebut terganggu kategori yaitu kategor baik jika > 80%, sedang
maka makanan yang dihasilkan akan jika 60% - 80%, kurang jika < 60%.
menimbulkan gangguan kesehatan, penyakit Data perilaku higiene pengolah makanan
bahkan keracunan makanan. (Djarismawati, 2004 diukur berdasarkan pengamatan, pengamatan
dalam Fauziah, 2010) dikategorikan menjadi dua, yaitu Ya jika
Tujuan penelitian ini adalah untuk dilakukan diberi skore 1 dan Tidak jika tidak
perilaku higiene pengolah makanan berdasarkan dilakukan diberi skore 0. Jumlah skore dibagi
pengetahuan tentang higiene mengolah makanan nilai maksimum dikalikan dengan 100%
dalam penyelenggaraan makanan di Pusat kemudian dikategorikan menjadi tiga kategori
Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar Jawa yaitu kategori baik jika > 80%, sedang jika 60%
Tengah. - 80%, kurang jika < 60%.

METODOLOGI HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini termasuk jenis deskriptif Gambaran Umum PPLP Jateng


dengan pendekatan yang digunakan adalah belah Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar
lintang (Crossectional). Penelitian ini dilakukan Jawa Tengah terletak di jalan Veteran no 45
di Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Salatiga. Batasbatas wilayah tersebut sebelah
Pelajar Jawa Tengah yang dimulai dari bulan Barat Pandawa 411, sebelah Timur
Januari sampai bulan Juli 2013. Populasi adalah pekampungan Mrican, sebelah Selatan jalan raya,
karyawan bagian makanan di Pusat Pendidikan sebelah Utara perkampungan Mrican.
dan Latihan Olahraga Pelajar Jawa Tengah. Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga
Seluruh populasi diambil sebagai sampel dan Pelajar (PPLP) Jawa Tengah ini bermula dari
sekaligus sebagai responden yang berjumlah 6 PPLP sepakbola yang diselenggarakan oleh PSSI
orang. Pusat. Pada tahun 1969 PSSI Pusat
Data yang digunakan terdiri dari data menyelenggarakan TC PSSI Yunior bekerja
primer dan sekunder, data primer diperoleh dari sama dengan Departemen Olahraga RI di Kota
keterangan langsung dari responden meliputi Salatiga. Pada waktu itu dikenal dengan nama
pengetahuan dan perilaku hygiene pengolah TC Sepakbola Ngebul Salatiga. Sampai sekarang

46
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 08 Tahun 2013

istilah itu masih populer kemudian oleh PSSI kerja 6 tahun, 1 orang laki-laki dengan
diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan pendidikan tamat SMP usia 29 tahun yang
kebudayaan (Depdikbud) RI kemudian bertugas di bagian kebersihan dengan masa kerja
diserahkan kepada Dinas Pemuda dan Olahraga 6 tahun, dan 4 orang perempuan dengan
(Dinpora). Setelah itu diresmikan Pusdiklat pendidikan masing-masing tamat SD berusia 45
Atletik pada tahun 1989 dan Pusdiklat Sepak tahun, tamat SMP berusia 42 tahun, dan tamat
Takraw pada tahun1992. SMA berusia 48 dengan masa kerja 6 tahun serta
Di Pusat Pendidikan dan Latihan tamat SMA berusia 22 tahun dengan masa kerja
Olahraga Jawa Tengah ini terdapat beberapa 1 tahun yang bertugas di bagian pemasakan
cabang olahraga diantaranya Atletik, sepakbola, makanan.
dan sepak takraw. Dengan jumlah atlet ada 52 Jenis kelamin tenaga pengolah makanan
atlet yaitu 18 atlet atletik, 22 atlet sepakbola, dan sebagian besar adalah perempuan senyak 4 orang
12 atlet sepak takraw. dari 6 orang tenaga pengolah makanan. Umur
Fasilitas yang disediakan di Pusat tenaga pengolah makanan di PPLP Jateng
Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar Jawa berusia 22 48 tahun. Masa kerja tenaga
Tengah tersebut diantaranya terdapat asrama pengolah makanan di PPLP Jateng sebagian
atlet, satu lapangan sepakbola dan dua lapangan besar telah bekerja selama 6 tahun sebanyak 5
untuk atletik, tiga GOR takraw, ruang orang dari 6 orang tenaga pengolah makanan.
fitnes/latihan beban, dan ruang makan serta Masa bekerja akan mempengaruhi keterampilan
dapur. dalam melaksanakan tugas. Semakin lama masa
bekerja diharapkan semakin baik perilaku
Gambaran Umum Penyelenggaraan Makanan seseorang.
Penyelenggaraan makanan di PPLP
Jateng merupakan pusat tempat dari kegiatan Pengetahuan tentang Higiene Mengolah
penyelenggaraan makanan mulai dari proses Makanan
penerimaan bahan makanan sampai penyajian Skor pengetahuan responden tentang
makanan. hygiene mengolah makanan berkisar antara 6
Penyelenggaraan makanan tesebut terdiri sampai 10 dari 10 soal dengan nilai rata-rata 8.33
dari ruang makan, ruang pencucian alat makan, dan standar deviasi 1.366. Nilai pengetahuan
ruang pengolahan dan pencucian alat masak, diperoleh dengan menghitung skor jawaban yang
ruang persiapan bahan makanan, serta kamar benar dikalikan 100%. Kemudian dikategorikan
mandi. Untuk dapat terselenggaranya pengetahuan baik,dengan nilai >80%,
penyelenggaraan makanan, ditentukan pula pengetahuan sedang dengan nilai 60-80% dan
tenaga pelaksana dalam penyelenggaraan pengetahuan kurang dengan nilai <60%.
makanan. (Khomsan, 2000)
Sampel penelitian yang diperoleh
sebanyak 6 orang tenaga pengolah makanan dan Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa
merupakan total populasi tenaga pelaksana dalam sebagian pengetahuan pengolah makanan
penyelenggaraan makanan yang ada di PPLP termasuk kategori baik yaitu berjumlah 3 orang
Jateng, yaitu 1 orang laki-laki dengan pendidikan sebesar 50% dan yang termasuk kategori sedang
tamat SMA usia 27 tahun yang bertugas di yaitu berjumlah 3 orang sebesar 50%. Dan tidak
bagian pembelian bahan makanan dengan masa ada pengetahuan pengolah makanan yang

47
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 08 Tahun 2013

termasuk dalam kategori kurang. Dengan sebanyak 5 orang (83.3%), dan tidak memakai
pengetahuan yang baik diharapkan pengolah sepatu sebanyak 6 orang (100%)
makanan dapat menerapkan dalam perilaku saat
mengolah makanan. Hasil jawaban dari Gambaran Pengetahuan tentang Higiene
pertanyaan yang diberikan dapat dilihat pada Mengolah Makanan dengan Perilaku Higiene
tabel 2. Pengolah Makanan
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan
bahwa pertanyaan yang banyak benarnya Pengetahuan higiene pengolah makanan
terdapat pada pertanyaan mengenai tindakan di PPLP Jawa Tengah dari hasil penelitian 3
pada saat batuk atau bersin sebanyak 100%, orang sebesar 50% sudah mengetahui bagaimana
waktu mencuci tangan sebanyak 100%, keadaan higiene seorang pengolah makanan saat bekerja.
kuku jari tangan pengolah makanan sebanyak Namun 3 orang (50%) tenaga pengolah makanan
100%, sikap tenaga pengolah makanan yang masih memiliki pengetahuan dengan kategori
sakit sebanyak 100%, perlakuan terhadap sedang, hal ini menunjukkan bahwa ada 50%
makanan yang telah dimasak sebanyak 100%, pengolah makanan yang belum mengetahui
dan tempat cuci tangan sebanyak 100%. tentang higiene pengolah makanan.
Berdasarkan hasil penelitian,
Perilaku Higiene Pengolah Makanan pengetahuan pengolah makanan sudah cukup
Skor perilaku higiene pengolah makanan baik, namun dilihat dari perilaku pengolah
berkisar antara 4 sampai 7 dari 10 point makanan masih kurang memperhatikan higiene
pengamatan dengan nilai rata-rata 5.83 dan pengolah makanan. Penggunaan pakaian kerja
standar deviasi 1.329. Nilai perilaku diperoleh berdasarkan pengetahuan pemakaian celemek
dengan menghitung skor dari perilaku yang hanya 1 orang (16.7%) yang menjawab benar,
benar dikalikan 100%. Kemudian dikategorikan namun pada pengamatan perilaku ada 2 orang
perilaku baik,dengan nilai >80%, perilaku sedang (33.3%), sedangkan penggunaan tutup kepala
dengan nilai 60-80% dan perilaku kurang dengan semuanya tidak menggunakan. Penyediaan alat
nilai <60%. (Khomsan, 2000) pelindung diri bagi pengolah makanan seperti
Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa tutup kepala, masker, dan celemek belum
perilaku pengolah makanan yang termasuk lengkap. Bagian penyelenggaraan makanan
kategori sedang yaitu berjumlah 3 orang sebesar hanya menyediakan celemek namun petugas
50% dan yang termasuk kategori kurang yaitu pengolah makanan tidak mau menggunakan
berjumlah 3 orang sebesar 50%. Dan tidak ada karena tidak terbiasa menggunakan celemek saat
perilaku pengolah makanan yang termasuk dalam mengolah makanan.
kategori baik. Perilaku hygiene pengolah Waktu pemeriksaan kesehatan bagi
makanan dapat dilihat pada Tabel 4. tenaga pengolah makanan sebaiknya dilakukan
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan minimal sekali dalam setahun, namun dalam
bahwa perilaku hygiene pengolah makanan pelaksanaannya pada penyelenggaraan makanan
masih ada yang belum memakai celemek saat di PPLP Jawa Tengah belum pernah dilakukan
bekerja sebanyak 4 orang (66.7%), kuku dalam pemeriksaan kesehatan bagi tenaga pengolah
keadaan panjang dan kotor sebanyak 2 orang makanan.
(33.3%), berbicara saat mengolah makanan Alas kaki atau sepatu yang digunakan
adalah sepatu kerja, artinya haknya pendek, tidak

48
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 08 Tahun 2013

licin, ringan dan enak dipakai. Apabila sepatu menjadi kebiasaan pengolah makanan yang
yang digunakan kurang enak maka karyawan kurang memperhatikan hygiene, responden
akan cepat lelah. Hal inilah yang dapat kurang mengetahui benar tentang hygiene dan
menyebabkan nilai standar hygiene menurun. sanitasi makanan. Mereka hanya sekedar tahu
Namun pada kenyataannya hal tersebut belum perlengkapan apa yang seharusnya digunakan
diperhatikan, tenaga pengolah makanan masih saat mengolah makanan tanpa tahu apa
ada yang tidak menggunakan alas kaki. Menurut manfaatnya, sehingga ada yang tidak
tenaga pengolah makanan jika menggunakan alas memakainya karena alasan tidak nyaman dan
kaki terasa licin sehingga menimbulkan mengganggu saat bekerja. Serta tidak ada bukti
ketidaknyamanan dalam bekerja. yang menunjukkan bahwa pernah ada kejadian di
Mulut merupakan salah satu tempat PPLP Jawa Tengah yang diakibatkan dari
bersarangnya bakteri, untuk itu sebaiknya makanan seperti keracunan dengan perilaku
menggunakan masker dan tidak banyak berbicara pengolah makanan yang belum menunjukkan
saat mengolah makanan agar tidak ada hygiene dalam mengolah makanan. Selain itu,
penyebaran bakteri dari mulut. Namun dalam ada faktor lain yang menyebabkan kurangnya
pelaksanaannya tenaga pengolah makanan tidak perilaku hygiene pengolah makanan diantaranya
menggunakan masker dan berbicara atau tidak disediakan alat pelindung diri bagi
mengobrol saat mengolah makanan. pengolah makanan seperti masker dan penutup
Berdasarkan hasil penelitian dapat kepala, tidak adanya SOP (Standard Operating
disimpulkan bahwa pengetahuan tentang hygiene Procedures), pengolah makanan belum pernah
mengolah makanan yang baik belum tentu diikuti mengikuti pelatihan tentang hygiene pengolah
perilaku hygiene yang baik pula. Ternyata makanan serta tidak adanya sosialisasi tentang
pengetahuan pengolah makanan tidak hygiene pengolah makanan tidak adanya
berpengaruh secara langsung terhadap perilaku pengawasan khusus dari institusi dalam
higiene pengolah makanan. Hal ini menunjukkan pengolahan makanan.
bahwa disamping pengetahuan masih ada faktor
lain yang berpengaruh lebih kuat terhadap KESIMPULAN
perilaku hygiene pengolah makanan seperti
kebiasan dari tenaga pengolah makanan yang 1. Pengetahuan pengolah makanan tentang
belum memperhatikan hygiene dalam mengolah hygiene pengolah makanan pada kategori
makanan, lingkungan yang tidak mendukung sedang sebesar 50% dan pada kategori baik
seperti tidak disediakan alat pelindung diri bagi sebesar 50% dari 6 orang tenaga pengolah
tenaga pengolah makanan, pengalaman tenaga makanan.
pengolah makanan yang masih sedikit dalam hal 2. Perilaku hygiene pengolah makanan pada
pengolahan makanan dan belum pernah kategori sedang sebesar 50% dan pada
mengikuti pelatihan tentang higiene dalam kategori kurang sebesar 50% dari 6 orang
pengolahan makanan, serta belum pernah tenaga pengolah makanan.
mendapatkan informasi seperti sosialisasi
tentang higiene pengolahan makanan. Berdasarkan hal tersebut perlu diperhatikan:
Pengetahuan tidak memegang peranan 1. Bagi Penyelenggara makanan untuk
penting terhadap hygiene dan sanitasi makanan. menyediakan alat pelindung diri dan
Hal ini mungkin disebabkan sejak awal sudah

49
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 08 Tahun 2013

Standard Operating Procedures bagi Warung Terminal Tidar Magelang.


tenaga pengolah makanan. Semarang : UNDIP.
2. Bagi pengolah makanan untuk selalu Khomsan, A. 2000. Teknik Pengukuran
memperhatikan hygiene dalam mengolah Pengetahuan Gizi. Bogor:
makanan khususnya penggunaan alat Departemen
pelindung diri saat mengolah makanan. Gizi Masyarakat dan Sumberdaya
3. Agar dilakukan pelatihan atau pembinaan Keluarga, Fakultas Pertanian.
serta memberikan gambaran nyata bahaya Maria, Y. 2011. Perilaku Higiene Tenaga
yang berkaitan dengan pengolahan Pengolah Makanan di Instalasi Gizi
makanan agar pengolah makanan selalu Rumah Sakit Umum Daerah
memperhatikan perilaku hygiene dalam Dr.Kanujoso Djatiwibowo
mengolah makanan. Balikpapan (Artikel Penelitian).
4. Bagi Institusi perlu adanya kontrol agar Semarang : Universitas Diponegoro
lebih memperhatikan hygiene pada Semarang
pengelola makanan dan perlu adanya Meikawati. 2008. Hubungan antara
pengawasan khusus dalam pengolahan Pengetahuan dan Sikap Petigas
makanan. Penjamah Makanan dengan Praktek
Higiene dan Sanitasi Makanan di
DAFTAR PUSTAKA Unit Gizi RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Semarang. Semarang :
Afriyenti. 2002. Higiene dan Snitasi UNIMUS.
Penyelenggaraan Makanan di Mukrie, A.N. 1996. Manajemen Sistem
Instalasi Gizi Rumah Sakit Jiwa Penyelenggaraan Makanan Institusi.
Pekanbaru dan Rumah Sakit Islam Jakarta : AKZI Depkes
Ibnu Sina Pekanbaru (Skripsi). Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan Teori
Bogor : Institut Pertanian Bogor dan Aplikasi. Jakarta:
Febrianti, D. 2009. Penyelenggaraan Makanan, Rineka Cipta.
Tingkat Konsumsi dan Analisis Rahmi, T.F. 2011. Gambaran Higiene dan
Preferensi Atlet di SMA Negeri Sanitasi Penyelenggaraan Makanan
Ragunan Jakarta. Jakarta : IPB. PT Nuansa Boga Sehatama Tahun
Iffati, F.N. 2005. Hubungan Tingkat 2011 (Laporan Magang). Jakarta :
Pengetahuan Mengenai Higiene Dan Universitas Islam Negeri Syarif
Sanitasi Makanan Dan Praktek Hidayatullah Jakarta
Penjamah Makanan Dengan Kualitas Riwidikdo, H. 2009. Statistik Kesehatan.
Bakteriologi Pada Nasi Rames Di Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.

Tabel 1. Distribusi Pengetahuan Pengolah Makanan tentang Higiene Mengolah Makanan

Pengetahuan N %
Baik 3 50
Sedang 3 50
Kurang 0 00
Total 6 100%

50
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 08 Tahun 2013

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Hasil Jawaban Pertanyaan Pengetahuan Pengolah Makanan


tentang Higiene Mengolah Makanan

No Pertanyaan N %
1 Pakaian kerja pengolah makanan yang sebaiknya B=1 16.7
dipakai pada saat bekerja S=5 83.3
2 Tindakan yang dilakukan pada saat batuk atau bersin B=6 100.0
S=0 00.0
3 Waktu mencuci tangan yang sebaiknya dilakukan B=6 100.0
S=0 00.0
4 Keadaan kuku jari tangan seorang tenaga pengolah B=6 100.0
makanan S=0 00.0
5 Perhiasan (cincin/gelang) seorang tenaga pengolah B=5 83.3
makanan pada saat bekerja S=1 16.7
6 Seorang tenaga pengolah makanan yang sakit B=6 100.0
S=0 00.0
7 Perlakuan terhadap makanan yang telah selesai B=6 100.0
dimasak S=0 00.0
8 Proses pencucian peralatan yang baik B=5 83.3
S=1 16.7
9 Tempat cuci tangan tenaga pengolah makanan B=6 100.0
S=0 00.0
10 Tenggang waktu yang paling baik untuk melakukan B=3 50.0
pemeriksaan kesehatan bagi tenaga pengolah makanan S=3 50.0
yang dilakukan secara periodik sebagai sertifikat bukti
sehat diri dan bebas dari penyakit
Keterangan : B = Benar, S = Salah

Tabel 3. Distribusi Perilaku Higiene Pengoah Makanan

Perilaku N %
Baik 0 0
Sedang 3 50
Kurang 3 50
Total 6 100%

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Perilaku Higiene Pengolah Makanan

No Perilaku Higiene Pengolah Makanan N %


1 Celemek dipakai pada saat bekerja Y=2 33.3
T=4 66.7
2 Kuku dalam keadaan pendek dan bersih Y=4 66.7
T=2 33.3
3 Tidak batuk dan meludah di tempat pencucian alat Y=6 100.0
makan dan di sembarang tempat T=0 00.0
4 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum Y=5 83.3
mengolah makanan T=1 16.7
5 Tidak makan / mengunyah makanan pada waktu Y=6 100.0
bekerja T=0 00.0
6 Tidak menggaruk kepala pada saat di depan makanan Y=6 100.0

51
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 08 Tahun 2013

T=0 00.0
7 Menggunakan alat bantu dalam penyajian makanan Y=5 83.3
T=1 16.7
8 Menggunakan tutup kepala pada saat bekerja Y=0 00.0
T=6 100.0
9 Tidak berbicara pada saat mengolah makanan Y=1 16.7
T=5 83.3
10 Alas sepatu tertutup, berhak rendah dan tidak licin Y=0 00.0
T=6 100.0
Ketarangan : Y = Ya (melakukan), T = Tidak (tidak melakukan)

52

You might also like