You are on page 1of 4

BAB III

MODAL BUDAYA

3.1 Pengertian
Modal budaya adalah berbentuk simbolik tidak seperti modal ekonomi
yang berbentuk material(wang). Oleh itu, ilmu pengetahuan adalah modal
budaya. Modal budaya mentakrifkan bagaimana manusia melibatkan diri antara
satu sama lain dan sumber-sumber ekonomi. Sama ada budaya organisasi yang
baik atau buruk - modal budaya dicipta apabila nilai, tradisi, kepercayaan dan
bahasa menjadi mata wang untuk memanfaatkan modal lain. Modal budaya
mempunyai tiga sub-jenis iaitu embodied, objectified and institutionalized
(Bourdieu, 1986:47).
Modal budaya embodied dibahagikan kepada secara sedar diperolehi
dan secara pasif diwarisi sifat-sifat diri sendiri. Modal budaya tidak berpindah
serta-merta seperti hadiah atau wasiat, sebaliknya, ia diperolehi dari masa ke
masa. Sebagai contoh ialah modal bahasa. Modal bahasa boleh ditakrifkan
sebagai satu penguasaan dan kaitan dengan bahasa (Bourdieu, 1990:114). Modal
bahasa dianggap sebagai satu bentuk modal budaya embodied kerana kemahiran
berkomunikasi diperolehi daripada budaya persekitaran seseorang.
Modal budaya Objectified terdiri daripada benda-benda fizikal yang
dimiliki, seperti alatan saintifik atau karya-karya seni. Barang-barang budaya ini
boleh dipindahkan secara keuntungan ekonomi (seperti dengan membeli dan
menjual mereka dengan mengambil kira hanya kepada kesanggupan orang lain
untuk membayar) dan bagi maksud "simbolik". Contohnya, seseorang itu
dikatakan boleh memiliki modal budaya objectified dengan memiliki lukisan
manakala seseorang itu boleh menggunakan lukisan hanya jika seseorang itu
mempunyai asas yang betul tetang konsep modal budaya sebelumnya.
Modal budaya institutionalized terdiri daripada pengiktirafan dari
sesebuah institusi di mana modal budaya yang dimiliki oleh seseorang individu
paling kerap adalah di dalam bentuk kelayakan akademik. Konsep ini memainkan
peranan yang paling menonjol dalam pasaran buruh, di mana ia membolehkan
pelbagai modal budaya yang akan dinyatakan dalam ukuran kualitatif dan
kuantitatif. Proses pengiktirafan daripada sesebuah institusi itu memudahkan
penukaran modal budaya kepada modal ekonomi dengan menjadikannya sebagai
heuristik yang mana penjual boleh gunakan untuk menggambarkan modal mereka
dan pembeli boleh gunakan untuk menggambarkan keperluan mereka untuk
modal itu.

3.2 Asal Usul Teori Modal Budaya


Pierre Bourdieu (1930 -2002) merupakan tokoh sosiologi yang terkenal dan
merupakan salah seorang tokoh yang mengkaji fungsi amalan- amalan pendidikan
yang menyumbang kepada ketidaksamaan sosial. Bourdieu pada awalnya
menghasilkan karya-karya yang memaparkan sejumlah pengaruh teoritis,
termasuk fungsionalisme, strukturalisme dan eksistensialisme, terutama pengaruh
Jean Paul Sartre dan Louis Althusser. Pada tahun 60an ia mulai mengolah
pandangan-pandangan tersebut dan membangun suatu teori tentang model
masyarakat. Gabungan antara pendekatan teori objektivis dan teori subjektivis
sosial yang dituliskan dalam buku yang berjudul Outline Of A Theory Of
Practice dimana di dalamnya ia memiliki posisi yang unik kerana berusaha
menganalisiskan kedua pendekatan metodologi dan epistemologi
tersebut. Beliau menganalisis bagaimana sekolah telah menyumbang kepada
reproduksi kelas sosial. Ketidaksamaan sosial telah dipindahkan dari satu
generasi kepada generasi yang lain. Antara konsep-konsep penting yang telah
beliau sumbangkan untuk menganalisis proses reproduksi adalah habitus,
modal budaya dan penganiayaan simbolik.

Modal budaya memiliki beberapan dimensi, antara lain :


a) Pengetahuan obyektif tentang seni dan budaya
b) Cita rasa budaya (cultural taste) dan preferensi
c) Kualifikasi-kualifikasi formal (seperti gelar-gelar universitas dan ujian-
ujian musik)
d) Kemampuan-kemampuan budayawi (cultural skills) dan pengetahuan
praktis (savoir-faire atau know-how seperti kemampuan memainkan alat
musik, serta
e) Kemampuan untuk dibedakan dan untuk membuat perbedaan antara yang
baik dan buruk
Menurut rangka kerja Bourdieu, kunci kejayaan dalam pendidikan adalah
disebarkan secara berbeza mengikut latar belakang sosial. Hanya murid yang
berbudaya atau daripada keluarga yang mempunyai cita rasa mempunyai akses
kepada kunci pendidikan. Beliau mengenal pasti tiga zon citarasa iaitu cita rasa
sah, cita rasa middle-brow dan cita rasa popular. (Amir Hassan Dawi, 2009).
Bordieu menganggap modal budaya sebagai dimensi yang lebih luas dari
habitus, sekaligus menunjukkan lingkungan sosial pemiliknya. Dalam karyanya
Distinction (1979), ia menyerang gagasan filosofis yang menyatakan bahwa
keputusan estetis dibuat berdasarkan kriteria objektif tentang yang baik dan yang
buruk. Sebaliknya, cita rasa itu ditentukan secara sosial. Penelitian yang
dilakukannya menunjukkan bahwa dalam masyarakat Prancis, cita rasa seni
dipengaruhi oleh kelas dan pekerjaan. Keadaan ini menunjukkan bahwa modal
budaya dibentuk oleh lingkungan sosial. Menurunya kelompok elite menentukan
apa yang dapat diterima sebagai modal budaya, yaitu yang berharga dan tidak
berharga. Yang paling mencolok dalam masyarakat Prancis adalah mereka lebih
menghargai budaya tinggi (high culture) dari pada budaya populer dan
membedakan yang berharga dari yang remeh. Dengan mendefinisikan yang
legitim dan tidak legitim, kelompok elite menekankan penghargaan pada
kecakapan dan kecerdasan mereka untuk menegakkan status mereka. Dlam hal
ini, budaya tinggi diartikan sebagai yang beradab, intelektual, abadi dan serius.
Sementara itu budaya populer diartikan sebagainya remeh dan tidak bertahan
lama.
Gagasan berdieu yang penting adalah tentang modal budaya yang dapat
berubah ubah. Tidak seperti modal ekonomi dan modal sosial, modal budaya
terbentuk selama bertahun-tahun hingga terbatinkan dalam diiri seseorang.
Sumber:
Sutrisno, M. 2005. Teori-Teori Kebudayaan. Kanisius : Yogyakarta. Hal 183
http://myazlanbehadin.blogspot.com/2013/10/teori-modal-budaya.html
http://www.slideshare.net/azlanbehadin/teori-modal-budaya-21341986

You might also like