You are on page 1of 5

Fototerapi

Fototerapi merupakan modalitas terapi dengan menggunakan sinar biru yang digunakan
untuk pengobatan hiperbilirubinemia (unconjugated) atau ikterus pada bayi baru lahir.
Tujuan dari fototerapi adalah untuk mengendalikan kadar bilirubin serum agar tidak
mencapai nilai yang dapat menimbulkan ensefalopati bilirubin atau kernikterus.
Fototerapi diindikasikan pada kadar bilirubin yang meningkat sesuai dengan umur pada
neonatus cukup bulan atau berdasarkan berat badan pada neonatus kurang bulan, sesuai
dengan rekomendasi American Academy of Pediatrics (AAP)
Rekomendasi AAP penanganan hiperbilirubinemia pada neonatus sehat dan cukup bulan.
Transfusi
Pertimbangan Transfusi
Usia ( jam ) Terapi sinar tukar dan
terapi sinar tukar
terapi sinar
>20 mg/dl >25 mg/dl
>12mg/dl >15 mg/dl
25-48 (>340 (425 mol/L)
(>200 mol/L) ( >250 mol/L)
mol/L)
>25mg/dl >30 mg/dl
>15mg/dl >18 mg/dl
49-72 (425 (510mol/L)
(>250 mol/L) (>300mol/L)
mol/L)
>25mg/dl
>17 mg/dl >20mg/dl >30mg/dl
>72 (>425
(>290 mol/L) (>340mol/L (>510 mol/L)
mol/L)

Tatalaksana hiperbilirubinemia pada Neonatus Kurang Bulan Sehat dan Sakit ( >37 minggu )
Neonatus kurang bulan Neonatus kurang bulan sakit
sehat :Kadar Total Bilirubin :Kadar Total Bilirubin Serum
Serum (mg/dl) (mg/dl)
Berat badan Terapi sinar Transfusi Transfusi
Terapi sinar
tukar tukar
Hingga 1000 g 5-7 10 4-6 8-10
1001-1500 g 7-10 10-15 6-8 10-12
1501-2000 g 10 17 8-10 15
>2000 g 10-12 18 10 17

Pemberian terapi sinar

1. Tempatkan bayi dibawah sinar terapi


2. Bila berat bayi 2 kg atau lebih, tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada
basinet. Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator.
3. Tutup mata bayi dengan penutup mata dengan menggunakan kain putih yang
tebal
4. Balikkan bayi tiap 3 jam
5. Pastikan bayi diberikan asupan makanan
6. Motivasi ibu untuk menyusui bayinya, paling kurang setiap 3 jam.
7. Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah di pompa, tingkatkan volume
cairan atau ASI sebanyak 10% volume total per hari selama bayi masih di terapi.
8. Bila bayi sedang menerima O2, matikan terapi sinar sebentar untuk mengetahui
apakah bayi mengalami sianosis sentral
9. Ukur suhu bayi setiap 3 jam. Bila suhu bayi lebih dari 37,5 0 C, sesuaikan suhu
ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar.
10. Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam
11. Hentikan terapi sinar jika kadar bilirubin < 13 mg/dL.
12. Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar, persiapkan
kepindahan bayi dan secepatnya kirim bayi ke rumah sakit tersier untuk
melakukan transfusi tukar. Sertakan contoh darah ibu dan bayi.
13. Bila bilirubin serum tidak dapat diperiksa, hentikan terapi sinar setelah 3 hari.
14. Setelah terapi sinar dihentikan, Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi
pemeriksaan bilirubin serum.
15. Bila ditemukan kadar bilirubin kembali atau diatas nilai untuk memulai terapi sinar
kembali.
16. Bila terapi sinar tidak diperlukan lagi, bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada
masalah lain selama perawatan, pulangkan bayi.

Transfusi Tukar
Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan
dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang
sampai sebagian besar darah penderita tertukar .
Pada hiperbilirubinemia, tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin
dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi. Pada bayi dengan isoimunisasi,
transfusi tukar memiliki manfaat tambahan, karena membantu mengeluarkan antibodi
maternal dari sirkulasi bayi. Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki
anemia.
Darah yang digunakan Untuk Tranfusi Tukar
1. Tipe Darah
a. Inkompatibilitas ABO
darah donor harus golongan O, rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan
bayinya. Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah
antibodi anti A dan anti B. Biasanya menggunakan eritrosit golongan O dengan
plasma AB, untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang
muncul.
b. Pada penyakit hemolitik rhesus, jika darah disiapkan sebelum persalinan, harus
golongan O dengan rhesus (-), crossmatched terhadap ibu. Bila darah disiapkan
setelah kelahiran, dilakukan juga crossmatched terhadap bayi.
c. Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain, darah donor tidak boleh berisi antigen
tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu.
d. Pada hiperbilirubinemia karena sebab lain, gunakan golongan darah yang sesuai
dan darah harus di crossmatched dengan darah bayi.
2. Kesegaran darah dan penyimpanannya
a. Dianjurkan untuk menggunakan darah segar ( kurang dari 72 jam ) yang
diawetkan dengan sitrat.
b. Hematokrit yang dihendaki untuk bayi adalah 50-70%. Ini bisa diminta pada bank
darah. Selama prosedur darah di goyang pelan secara periodik untuk menjaga
hematokrit tetap konstan.
3. Jumlah darah yang digunakan
a. Double volume
Darah yang ditransfusi tukar sebanyak dua kali lipat volume darah bayi. Bayi
cukup bulan mempunyai volume darah 80ml/kgBB, sedangkan bayi prematur
95ml/kgBB. Jumlah ini dikali dua, menjadi jumlah darah yang harus ditransfusi
tukar. Dihitung dengan rumus :
BB x volume darah x 2
b. Transfusi tukar parsial
Pada polisistemia, dilakukan transfusi tukar dengan NaCl 0,9% atau plasma,
sedangkan pada anemia digunakan PRC.

Volume darah yang dibutuhkan pada polisistemia di hitung dengan rumus:


Volume darah transfusi (ml)=
volume darah bayi (ml) x BB (kg) x ( Hctsekarang Hcttarget)
Hct bayi

Pedoman pengelolaan ikterus menurut waktu timbulnya dan kadar bilirubin


Bilirubin ( mg%)
< 24 jam 24 48 jam 49 72 jam > 72 jam
<5 Pemberian makanan yang dini
59 Terapi sinar bila
hemolisis Phenobarbital + kalori cukup
10 14 Transfusi tukar bila
hemolisis Terapi sinar
15 19 Transfusi tukar bila
Transfusi tukar hemolisis Terapi + +
> 20 Transfusi tukar

Sumber : Meredith L. Porter, Beth L. Dennis. Hyperbilirubinemia In The Term Newborn.


American Family Physician. 2002. Dewitt Army Community Hospital, Fort Belvoir,
Virginia.
Efel samping Obat TB

Apabila setelah vaksin BCG tidak muncul scar, apa yang harus dilakukan ?
Lokasi munculnya bisul adalah di tempat penyuntikan vaksin. Awalnya bekas
suntikan akan mengalami kemerahan yang diikuti bisul berisi nanah yang kemudian
akan mengering dan menimbulkan jaringan parut. Jika anak belum pernah terpapar
oleh kuman TB, maka reaksi bisul BCG terjadi dalam kurun waktu 2 sampai 12
minggu (paling sering antara 4 sampai 6 minggu). Jika bisul muncul kurang dari 1
minggu, kemungkinan besar bayi atau anak tersebut telah terpapar kuman TB
sebelumnya sehingga diperlukan pemeriksaan lanjutan. Reaksi ini disebut reaksi
cepat BCG (accelerated BCG reaction). Secara alamiah, bisul akan menyembuh dan
meninggalkan bekas berupa jaringan parut yang datar berdiameter 2 6 mm.
Jaringan parut tersebut biasanya terbentuk dalam waktu 3 bulan.
Apabila tidak muncul scar atau bisul pasca pemberian BCG, tidak perlu dilakuakn
pengulangan. Pada sebgian anak tergantung dari reaski imun dan reaksi kulit.
(http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/skar-bcg)

Kapan pengobatan OAT pada anak dihentikan ?


Setelah pemberian obat selama 6 bulan, OAT dapat dihentikan dengan melakukan
evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan penunjang lain seperti foto toraks.
Pemeriksaan tuberkulin tidak dapat digunakan sebagai pemeriksaan untuk
pemantauan pengobatan, karena uji tuberkulin yang positif masih akan memberikan
hasil yang positif. Meskipun gambaran radiologis tidak menunjukkan perubahan
yang berarti, tetapi apabila TB Anak Juknis TB Anak Juknis 32 Juknis Manajemen TB
Anak dijumpai perbaikan klinis yang nyata, maka pengobatan dapat dihentikan dan
pasien dinyatakan selesai. Pada pasien TB anak yang pada awal pengobatan hasil
pemeriksaan dahaknya BTA positif, pemantauan pengobatan dilakukan dengan
melakukan pemeriksaan dahak ulang sesuai dengan alur pemantauan pengobatan
pasien TB BTA pos.
(Petunjuk Teknis Manajemen TB Anak. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan Kemntrian Kesehatan Republik Indonesia.2013)

Drug Induce Hepatitis pada penggunaan OAT


Dikenal sebagai kelainan hati akibat penggunaan obatobat hepatotoksik (drug
induced hepatitis)
Penatalaksanaan
Bila klinik (+) (Ikterik [+], gejala / mual, muntah [+]) OAT Stop
Bila klinis (-), Laboratorium terdapat kelainan:
o Bilirubin > 2 OAT Stop
o SGOT, SGPT > 5 kali : OAT stop
o SGOT, SGPT > 3 kali, gejala (+) : OAT stop
o SGOT, SGPT > 3 kali, gejala (-) teruskan pengobatan, dengan
pengawasan

You might also like