You are on page 1of 24

RESUME

SEPULUH TAKSONOMI PEMBELAJARAN

DISUSUN OLEH :
NAMA : PENI SEFIAH INDRAWATI
NIM : A1C314002
DOSEN PENGAMPU: 1. DRS. MENZA HENDRI, M. Pd
2. AHMAD SYARKOWI, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PERDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016
10 TAKSONOMI PEMBELAJARAN

1. TAKSONOMI BLOOM
Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tassein yang berarti
mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Jadi Taksonomi berarti hierarkhi
klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan. Istilah ini kemudian digunakan oleh Benjamin
Samuel Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan yang melakukan penelitian dan
pengembangan mengenai kemampuan berpikir dalam proses pembelajaran.
Jadi, Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan skills
mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi. Tentunya untuk mencapai tujuan
yang lebih tinggi, level yang rendah harus dipenuhi lebih dulu. Dalam kerangka konsep
ini, tujuan pendidikan ini oleh Bloom dibagi menjadi tiga domain/ranah kemampuan
intelektual (intellectual behaviors) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Ranah Kognitif berisi perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti
pengetahuan, dan keterampilan berpikir. Ranah afektif mencakup perilaku terkait dengan
emosi, misalnya perasaan, nilai, minat, motivasi, dan sikap. Sedangkan ranah
Psikomotorik berisi perilaku yang menekankan fungsi manipulatif dan keterampilan
motorik / kemampuan fisik, berenang, dan mengoperasikan mesin. Para trainer biasanya
mengkaitkan ketiga ranah ini dengan Knowledge, Skill and Attitude (KSA). Kognitif
menekankan pada Knowledge, Afektif pada Attitude, dan Psikomotorik pada Skill.
Sebenarnya di Indonesia pun, kita memiliki tokoh pendidikan, Ki Hajar Dewantara yang
terkenal dengan doktrinnya Cipta, Rasa dan Karsa atau Penalaran, Penghayatan, dan
Pengamalan. Cipta dapat diidentikkan dengan ranah kognitif , rasa dengan ranah afektif
dan karsa dengan ranah psikomotorik.
Ranah kognitif mengurutkan keahlian berpikir sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Proses berpikir menggambarkan tahap berpikir yang harus dikuasai oleh
siswa agar mampu mengaplikasikan teori kedalam perbuatan. Ranah kognitif ini terdiri
atas enam level, yaitu: (1) knowledge (pengetahuan),(2) comprehension (pemahaman
atau persepsi), (3) application (penerapan), (4) analysis (penguraian atau penjabaran), (5)
synthesis (pemaduan), dan (6) evaluation (penilaian).
Level ranah ini dapat digambarkan dalam bentuk piramida berikut:
Tiga level pertama (terbawah) merupakan Lower Order Thinking Skills, sedangkan tiga
level berikutnya Higher Order Thinking Skill. Namun demikian pembuatan level ini bukan
berarti bahwa lower level tidak penting. Justru lower order thinking skill ini harus dilalui dulu
untuk naik ke tingkat berikutnya. Skema ini hanya menunjukkan bahwa semakin tinggi
semakin sulit kemampuan berpikirnya.

RANAH KOGNITIF - PENGETAHUAN (KNOWLEDGE)

No.
Kategori Penjelasan Kata kerja kunci
Mendefinisikan, menyusun daftar,
1.
Pengetahuan Kemampuan menyebutkan atau menamai,
menjelaskan kembali menyatakan, mengidentifikasikan,
Contoh: menyatakan kebijakan. mengetahui, menyebutkan, membuat
rerangka, menggaris bawahi,
menggambarkan,
menjodohkan, memilih

2.
Pemahaman Kemampuan memahami Menerangkan, menjelaskan , menguraikan,
instruksi/masalah, membedakan, menginterpretasikan,
merumuskan, memperkirakan,
menginterpretasikan dan meramalkan,
menggeneralisir, menterjemahkan,
menyatakan kembali dengan mengubah,
kata-kata sendiri memberi contoh, memperluas, menyatakan
Contoh : Menuliskan kembali kembali, menganalogikan, merangkum
atau merangkum materi
Pelajaran
3.
Penerapan Kemampuan menggunakan Menerapkan, mengubah, menghitung,
konsep dalam praktek atau melengkapi, menemukan. membuktikan,
situasi yang baru menggunakan, mendemonstrasikan,
memanipulasi, memodifikasi,
Contoh: Menggunakan menyesuaikan,
menunjukkan, mengoperasikan,
pedoman/ aturan dalam menyiapkan,
menghitung gaji pegawai. menyediakan, menghasilkan.

Menganalisa, mendiskriminasikan,
4.
Analisa Kemampuan memisahkan membuat
konsep kedalam beberapa skema /diagram, membedakan,
komponen untuk memperoleh membandingkan, mengkontraskan,

pemahaman yang lebih luas


atas memisahkan, membagi, menghubungkan,
dampak komponen komponen menunjukan hubungan antara variabel,
memilih, memecah menjadi beberapa
terhadap konsep tersebut secara bagian,
utuh. menyisihkan, mempertentangkan.
Contoh: Menganalisa penyebab
meningkatnya Harga pokok
penjualan dalam laporan
keuangan dengan memisahkan
komponen- komponennya.
5.
Sintesa Kemampuan merangkai atau Mengkategorikan mengkombinasikan,
menyusun kembali komponen- mengatur memodifikasi, mendisain,
komponen dalam rangka mengintegrasikan, mengorganisir,
menciptakan arti/pemahaman/ mengkompilasi, mengarang, menciptakan,
struktur baru. menyusun kembali, menulis kembali,
Contoh: Menyusun kurikulum merancang, merangkai, merevisi,
dengan mengintegrasikan menghubungkan, merekonstruksi,
pendapat dan materi dari menyimpulkan, mempolakan
beberapa sumber

6.
Evaluasi Kemampuan mengevaluasi dan Mengkaji ulang, membandingkan,
menyimpulkan, mengkritik,
menilai sesuatu berdasarkan mengkontraskan,
norma, acuan atau kriteria. mempertentangkan menjustifikasi,
Contoh: Membandingkan hasil mempertahankan, mengevaluasi,
ujian siswa dengan kunci membuktikan, memperhitungkan,
menghasilkan, menyesuaikan,
jawaban. mengkoreksi,
melengkapi, menemukan.

Ranah Afektif mencakup segala sesuatu yang terkait dengan emosi, misalnya perasaan,
nilai, penghargaan, semangat,minat, motivasi, dan sikap. Lima kategori ranah ini diurutkan
mulai dari perilaku yang sederhana hingga yang paling kompleks.

RANAH AFEKTIF SIKAP (ATTITUDE)

No.
Kategori Penjelasan Kata kerja kunci
Kemampuan untuk menanyakan, mengikuti, memberi,
1.
Penerimaan menunjukkan menahan /
atensi dan penghargaan mengendalikan diri, mengidentifikasi,
terhadap orang lain memperhatikan, menjawab.
Contoh: mendengar pendapat
orang lain, mengingat nama
Seseorang

Kemampuan berpartisipasi Menjawab, membantu, mentaati,


2.
Responsif aktif memenuhi,
dalam pembelajaran dan selalu menyetujui, mendiskusikan, melakukan,

termotivasi untuk segera memilih, menyajikan, mempresentasikan,


bereaksi dan mengambil melaporkan, menceritakan, menulis,
tindakan atas suatu kejadian. menginterpretasikan, menyelesaikan,
Contoh: berpartisipasi dalam mempraktekkan.
diskusi kelas
Menunjukkan, mendemonstrasikan,
3.
Nilai yang Kemampuan menunjukkan nilai memilih,
dianut (Nilai yang dianut untuk membedakan membedakan, mengikuti, meminta,
diri) mana yang baik dan kurang memenuhi, menjelaskan, membentuk,
baik
terhadap suatu kejadian/obyek, berinisiatif, melaksanakan, memprakarsai,
dan nilai tersebut diekspresikan menjustifikasi, mengusulkan, melaporkan,
dalam perilaku. menginterpretasikan, membenarkan,
Contoh: Mengusulkan kegiatan menolak, menyatakan / mempertahankan
Corporate Social Responsibility pendapat,
sesuai dengan nilai yang
berlaku
dan komitmen perusahaan.

Kemampuan membentuk
4.
Organisasi system Mentaati, mematuhi, merancang, mengatur,
nilai dan budaya organisasi mengidentifikasikan, mengkombinasikan,
mengorganisisr, merumuskan,
dengan mengharmonisasikan menyamakan,
perbedaan nilai. mempertahankan, menghubungkan,
mengintegrasikan, menjelaskan,
Contoh: Menyepakati dan mengaitkan,
mentaati etika profesi, menggabungkan, memperbaiki,
mengakui menyepakati,
perlunya keseimbangan antara menyusun, menyempurnakan, menyatukan
kebebasan dan tanggung jawab pendapat, menyesuaikan, melengkapi,
membandingkan, memodifikasi
Melakukan, melaksanakan,
5.
Karakterisasi Kemampuan mengendalikan memperlihatkan
perilaku berdasarkan nilai yang membedakan, memisahkan, menunjukkan,
mempengaruhi, mendengarkan,
dianut dan memperbaiki memodifikasi,
hubungan intrapersonal, mempraktekkan, mengusulkan, merevisi,
memperbaiki, membatasi,
interpersonal dan social. mempertanyakan,
Contoh: Menunjukkan rasa mempersoalkan, menyatakan, bertindak,
percaya diri ketika bekerja Membuktikan, mempertimbangkan.
sendiri, kooperatif dalam
aktivitas kelompok

Ranah Psikomotorik meliputi gerakan dan koordinasi jasmani, keterampilan motorik


dan kemampuan fisik. Ketrampilan ini dapat diasah jika sering melakukannya. Perkembangan
tersebut dpat diukur sudut kecepatan, ketepatan, jarak, cara/teknik pelaksanaan. Ada tujuh
kategori dalam ranah psikomotorik mulai dari tingkat yang sederhana hingga tingkat yang
rumit.
Revisi Taksonomi Bloom
Pada tahun 1994, salah seorang murid Bloom, Lorin Anderson Krathwohl dan para
ahli psikologi aliran kognitivisme memperbaiki taksonomi Bloom agar sesuai dengan
kemajuan zaman. Hasil perbaikan tersebut baru dipublikasikan pada tahun 2001 dengan
nama Revisi Taksonomi Bloom. Revisi hanya dilakukan pada ranah kognitif. Revisi
tersebut meliputi:
Perubahan kata kunci dari kata benda menjadi kata kerja untuk setiap level taksonomi.
Perubahan hampir terjadi pada semua level hierarkhis, namun urutan level masih sama
yaitu dari urutan terendah hingga tertinggi. Perubahan mendasar terletak pada level 5
dan 6. Perubahan- perubahan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pada level 1, knowledge diubah menjadi remembering (mengingat).
Pada level 2, comprehension dipertegas menjadi understanding (memahami).
Pada level 3, application diubah menjadi applying (menerapkan).
Pada level 4, analysis menjadi analyzing (menganalisis).
Pada level 5, synthesis dinaikkan levelnya menjadi level 6 tetapi dengan perubahan
mendasar, yaitu creating (mencipta).
Pada level 6, Evaluation turun posisisinya menjadi level 5, dengan sebutan evaluating
(menilai).
Perubahan istilah dan pola level taksonomi bloom dapat digambarkan sebagai berikut:
Sama dengan sebelum revisi, tiga level pertama (terbawah) merupakan Lower Order
Thinking Skills, sedangkan tiga level berikutnya Higher Order Thinking Skill. Jadi, dalam
menginterpretasikan piramida di atas, secara logika adalah sebagai berikut:
- Sebelum kita memahami sebuah konsep maka kita harus mengingatnya terlebih
dahulu
- Sebelum kita menerapkan maka kita harus memahaminya terlebih dahulu
- Sebelum kita menganalisa maka kita harus menerapkannya dulu
- Sebelum kita mengevaluasi maka kita harus menganalisa dulu
- Sebelum kita berkreasi atau menciptakan sesuatu, maka kita harus mengingat,
memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi.
2. Taksonomi SOLO (Structure of the Observed Learning Outcome)
John Biggs dan Kevin Collis pada tahun 1982 di New York, Amerika Serikat
mengembangkan model taksonomi tujuan pembelajaran yang kemudian dikenal dengan
taksonomi SOLO (The Structure of the Observed Learning Outcome). Taksonomi ini
dikembangkan dengan alasan menyediakan cara yang sederhana dan kuat
menggambarkan bagaimana hasil belajar tumbuh dalam kompleksitas dari permukaan
ke dalam untuk konseptual pemahaman' (Biggs dan Collis 1982). Taksonomi SOLO ini
terdiri dari lima tahap yang dapat menggambarkan perkembangan kemampuan berpikir
kompleks pada siswa dan dapat diterapkan di berbagai bidang.
Berikut adalah tahapan respon berpikir berdasar taksonomi SOLO;
1. Tahap Pre-Structural.
Pada tahap ini siswa hanya memiliki sangat sedikit sekali informasi yang bahkan
tidak saling berhubungan, sehingga tidak membentuk sebuah kesatuan konsep
sama sekali dan tidak mempunyai makna apapun.
2. Tahap Uni-Structural.
Pada tahap ini terlihat adanya hubungan yang jelas dan sederhana antara satu
konsep dengan konsep lainnya tetapi inti konsep tersebut secara luas belum
dipahami. Beberapa kata kerja yang dapat mengindikasi aktivitas pada tahap ini
adalah; mengindentifikasikan, mengingat dan melakukan prosedur sederhana.
3. Tahap Multi-Structural.
Pada tahap ini siswa sudah memahami beberapa komponen namun hal ini masih
bersifat terpisah satu sama lain sehingga belum membentuk pemahaman secara
komprehensif. Beberapa koneksi sederhana sudah terbentuk namun demikian
kemampuan meta-kognisi belum tampak pada tahap ini. Adapun beberapa kata
kerja yang mendeskripsikan kemampuan siswa pada tahap ini antara lain;
membilang atau mencacah, mengurutkan, mengklasifikasikan, menjelaskan,
membuat daftar, menggabungkan dan melakukan algoritma.
4. Tahap relational.
Pada tahap ini siswa dapat menghubungkan antara fakta dengan teori serta
tindakan dan tujuan. Pada tahap ini siswa dapat menunjukan pemahaman
beberapa komponen dari satu kesatuan konsep, memahami peran bagian-bagian
bagi keseluruhan serta telah dapat mengaplikasikan sebuah konsep pada
keadaan-keadaan yang serupa. Adapun kata kerja yang mengidikasikan
kemampuan pada tahap ini antara lain; membandingkan, membedakan,
menjelaskan hubungan sebab akibat, menggabungkan, menganalisis,
mengaplikasikan, menghubungkan.
5. Tahap Extended Abstract
Pada tahap ini siswa melakukan koneksi tidak hanya sebatas pada konsep-
konsep yang sudah diberikan saja melainkan dengan konsep-konsep diluar itu.
Dapat membuat generalisasi serta dapat melakukan sebuah perumpamaan-
perumpamaan pada situasi-situasi spesifik. Kata-kerja yang merefleksikan
kemampuan pada tahap ini antara lain, membuat suatu teori, membuat hipotesis,
membuat generalisasi, melakukan refleksi serta membangun suatu konsep.
3. Taksonomi Fink
Berbeda dengan taxonomy bloom dan SOLO, L. Dee Fink berasal dari Oklahoma,
Amerika Serikat pada tahun 2003 menyajikan sebuah taxonomy yang tidak hirarkis.
Fink mengembangkan Taksonomi ini dengan alasan untuk mengembangkan
bahasa dan kerangka kerja konseptual untuk mengidentifikasi beberapa cara di mana
pembelajaran bisa menjadi signifikan, sehingga guru dapat memutuskan mana dari
berbagai macam signifikan belajar yang mendukung dan mempromosikan di
pembelajaran tertentu atau pengalaman belajar. Dalam tambahannya,Taksonomi Fink
meliputi bagian-bagian lintas domain dan luas kecuali pada domain Psikomotor. Ini
mirip dengan taxonomy Anderson yang menekankan pada metakognitif ( belajar
untuk belajar) dan juga termasuk aspek-aspek yang lebih efektif seperti dimensi
kemanusiaan dan cinta kasih: mengidenfikasi/perubahan perasaan seseorang.
Dalam Taksonomi Fink terdapat 6 dimensi, yaitu : (1) Dimensi Pengetahuan Dasar:
yang meliputi memahami dan mengingat. Kata kerjanya adalah daftar, nama dan
penjelasan; (2) Dimensi Penerapan: Berpikir kritis, kreatif dan praktis; memecahkan
masalah. Kata kerjanya adalah menganalisis, menginterpretasikan dan menerapkan; (3)
Dimensi Penyatuan: menghubungkan antar ide, gagasan, subyek dan orang. Kata
kerjanya adalah menjelaskan, menyatukan; (4) Dimensi Kemanusiaan: belajar tentang
dan perubahan diri seseorang, memahami dan berinteraksi dengan yang lainnya, Kata
kerjanya adalah merefleksi dan menilai; (5) Dimensi Kasih sayang:
mengidentifikasi/perubahan perasaan, kepentingan dan nilai-nilai seseorang. Kata
kerjanya adalah: refleksi dan interpretasi; (6) Dimensi Belajar untuk belajar: belajar
bagaimana menjawab dan bertanya, menjadi pebelajar yang memiliki self-directed.
Kata kerjanya adalah mengkritisi dan menganalisis.
4. Taksonomi Marzano
Robert J. Marzano (2000), seorang peneliti pendidikan terkemuka berasal dari
Colorado, Amerika Serikat telah mengusulkan apa yang disebutnya Sebuah
Taksonomi Baru dari Tujuan Pendidikan. Dikembangkan untuk menjawab
keterbatasan dari taksonomi Bloom yang telah digunakan secara luas serta situasi
terkini, model kecakapan berpikir yang dikembangkan Marzano memadukan berbagai
faktor yang berjangkauan luas, yang mempengaruhi bagaimana siswa berpikir, dan
menghadirkan teori yang berbasis riset untuk membantu para guru memperbaiki
kecakapan berpikir para siswanya.
Robert Marzano (2001) menstruktur dan mengkonsep kembali hirarki Bloom
menjadi 6 kategori yang berbeda. Taksonomi Bloom dikembangkan sebagai hirarki dari
dasar pemikiran atau dasar proses akademik, sedangkan Marzano menggabungkan
dasar-dasar itu dari tingkat berfikir pada proses kognitif dan proses metakognitif,
sebagaimana konsep-konsep tadi berhubungan dengan manfaatnya, motivasinya, serta
emosi sebagai pendukung. Berikut enam level yang dikemukakan oleh Robert
Marzano.
Sistem Level Deskripsi
Kognitif 1. Retrieval Proses dari prosedur pengetahuan,
mengingat kembali atau melakukan, tanpa
pemahaman.
2. Comprehension Proses dari urutan atau struktur
pengetahuan, sintesis/lamgkah-langkah dan
gambarannya secara mendasar untuk
pemahaman dasar atau pemahaman awal.
3. Analisis Proses mengakses dan menguji pengetahuan
mengenai persamaan dan perbedaan,
hubungan pangkat atas dan pangkat bawah,
mendiagnosa kesalahan, atau logika yang
konsekuen, atau prinsip yang dapat diduga.
4. Utilization Proses dalam penggunaan pengetahuan
darimana masalah bisa disikapi atau
dipecahkan, investigasi dapat direncanakan,
keputusan dan aplikasi dapat diperoleh.
Metakognitif 5. Metakognisi Proses untuk memonitor apa dan bagaimana
pengetahuan yang baik bisa dimengerti,
pengujian yang secara sadar terhadap
proses-proses kognitif untuk melihat apakah
proses-proses tersebut mempengaruhi
tujuan-tujuan yang akan dicapai.
Self-system 6. Self Proses mengidentifikasi respon/ rangsangan
emosi, melatih persepsi, motivasi, dan
manfaatnya pada kepercayaan terhadap
pengetahuan awal.
Secara nyata, taksonomi ini bergerak (a) dari cara yang sederhana ke proses yang
lebih komplit baik informasi atau prosedur-prosedurnya, (b) dari kesadaran yang kurang ke
kesadaran yang lebih tentang pengontrolan yang lebih terhadap proses pengetahuan dan
bagaimana menyusun atau menggunakannya, dan (c) dari kurangnya keterlibatan personal
atau komitmen terhadap kepercayaan yang besar secara terpusat dan refleksi dari identitas
seseorang.
Enam tingkatan/level tersebut juga berinteraksi dengan apa yang disebut Marzano tiga
pengetahuan awal, yaitu:
Informasi, mencakup: kosakata, isi secara lengkap atau prinsip.
Prosedur mental, mencakup: recalling, mengklasifikasikan secara umum, memonitor
metakognitif, dan sebagainya.
Presedur psikomotor, mencakup: keahlian dan kecakapan/penampilan.
5. Kerangka Kerja Quellmalz
Quellmalz (1987) memberikan kita visi lain yang sangat baik dari proses penalaran.
Proses berfikir yang dikemukan oleh Quellmalz relatif sederhana, gamblang, sangat
mudah untuk dianalisa dan dipakai oleh guru dan siswa. Setelah mengkaji kerangka
kerja pendidikan, psikologi dan kerangka filsafat yang disajikan dalam literatur
profesional selama beberapa dekade, Quellmalz menemukan bahwa hal tersebut
memiliki elemen-elemen dasar: ingatan, analisa, perbandingan, kesimpulan, dan
penilaian.
Dari semua uraian yang dipelajari, dilaporkan bahwa pengoperasian prinsip dalam
belajar tidak ada yang isinya bebas berfikir, semua penalaran dan pemecahan masalah
bersumber dari dasar ilmu pengetahuan. Tanpa pengetahuan prasyarat, tidak ada
masalah yang dapat diselesaikan. Sehingga dimulai dengan mengingat recall sebagai
masukan pertama dalam kerangka kerja Quellmalz.
Quellmalz menemukan banyak mahasiswa menggunakan definisi:
Pemikiran analitis (analytical thinking), yaitu pemikiran yang berkenaan dengan isi
dan komponen suatu benda
Pemikiran perbandingan (comparative thinking), yaitu pemikiran yang berkenaan
dangan persamaan dan perbedaan diantara benda-benda
Pemikiran inferensial (inferential thinking), yaitu suatu pengertian yang berkenaan
dengan pemikiran induktif dan deduktif
Pemikiran penilaian (evaluative thinking), yaitu pengungkapan dan mempertahankan
pendapat atau pandangan.
Empat jenis penalaran diluar mengingat memerlukan penerapan pengetahuan, semua
penalaran dan pemecahan masalah timbul dari dasar pengetahuan tersebut. Dan perlu
diingat, dasar pengetahuan yang sesuai dapat diambil melalui memori atau melalui
penggunaan bahan-bahan referensi.
Analisis, sebagaimana didefinisikan dalam kerangka ini, lebih dari sekadar membaca
hafalan dari daftar hafal komponen. Melibatkan reflektif restrukturisasi pengetahuan
dalam cara-cara baru.
Perbandingan dapat berupa perbandingan antara persamaan atau perbedaan.
Perbandingan kompleks membutuhkan analisis dari hal-hal yang akan dibandingkan
untuk mengetahui unsur-unsur yang sama.
Pertanyaan inferensi mempunyai satu atau lebih jawaban yang benar. Penanya dapat
mengantisipasi kesimpulan atau serangkaian kesimpulan di awal. Mungkin ada lebih dari
satu kesimpulan yang dipertahankan, tetapi kemungkinan susunannya terbatas. Penanya
harus mengetahui susunannya sebelum mengajukan pertanyaan. Dalam hal ini, dikatakan
bahwa kita harus selalu tetap terbuka terhadap kemungkinan siswa yang keluar. Mungkin
mereka datang dengan kesimpulan yang dipertahankan dengan kuat dan kita tidak
mempertimbangkannya. Ketika hal ini terjadi, mereka harus diberi penghargaan untuk
wawasan mereka.
Pemeriksaan penilaian selalu meminta siswa untuk mengekspresikan dan
mempertahankan pendapat. Fokus penilaian bukanlah apakah siswa memegang pendapat
yang benar, tetapi apakah mereka bisa mempertahankan pendapat yang mereka pegang.
Singkatnya, penilai harus bertanya apakah mengajar dan belajar di kelas telah memiliki
kriteria yang dapat diterapkan secara logis dalam menanggapi hal ini.
Tabel 2. Kerangka Kerja Quellmalz
Macam bentuk Proses Kognitif Contoh Kata-kata Contoh Masalah
penalaran
Mengingat Pengetahuan dasar Defenisi, daftar, Dapatkah kamu
(Recall) utama label, nama, identitas mengemukakan
kembali atau
menguraikan dengan
kata-kata sendiri
ilmu pengetahuan
yang utama

Analisis Sebab-sebab yang Laporan, dibagi lagi, Unsur-unsur


(Analysis) berkenaan dengan isi kategori, perbedaan komponen atau
bagian bahan-bahan elemen-elemen apa
atau komponen yang penting?
Bagaimana setiap
bagian saling
berhubungan secara
keseluruhan

Perbandingan Sebab-sebab yang Membandingkan, Bagaimana semua


(Comparison) berkenaan dengan memperlihatkan hal itu sama atau
persamaan dan atau perbedaan yang beda
perbedaan kontras,
menghubungkan,
membedakan

Kesimpulan Sebab-sebab induktif Antisipasi, meramal, Berikan apa yang


(Inference) atau deduktif menduga, menarik anda ketahui, apa
kesimpulan, yang akan terjadi
menyebabkan jika kita
mengikutinya?

Penilaian Mengungkapkan dan Menilai, Berdasarkan


(evaluation) mempertahankan menghakimi, pendapatmu, mana
pendapat atau menafsir dan yang merupakan
pandangan mempertahankan jalan terbaik?
Mengapa?

6. Taksonomi Guilford
Guilford telah menggambarkan pola yang merupakan struktur intelek dalam bentuk
kubus.

Selanjutnya Guilford juga telah berbicara lebih luas tentang implikasi model ini di
bidang pendidikan. Dikatakan bahwa untuk melatih kemampuan intelektual tertentu,
dibutuhkan latihan tertentu pula.
7. Taksonomi Ki Hajar Dewantara (Cipta-Rasa-Karsa)
Bagi Ki Hajar Dewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu
dalam kepribadian dan kerohanian, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadi
pahlawan dan juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan
bangsa.Pendidikan yang humanis menekankan pentingnya pelestarian eksistensi
manusia, dalam arti membantu manusia lebih manusiawi, lebih berbudaya, sebagai
manusia yang utuh dan berkembang (menurut Ki Hajar Dewantara menyangkut daya
cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (psikomotorik).
Dalam kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari 3 hal yaitu Cipta, Rasa dan Karsa.
Cipta adalah kesadaran manusia untuk menyadari adanya hidup itu sendiri. Daya cipta
merupaka anugrah besar yang diberikan kepada Manusia. Dengan adanya unsur Cipta,
manusia bisa menyadari adanya Sang Pencipta. Adanya kita karena adanya Sang
Pencipta yang Abadi dialah Allah AR-Rahman AR-Rahim. Dengan Keberadaan-Nya
lah, kita diberi Anugrah untuk bisa merasakan, dan merasakan semua yang ada. Rasa
adalah mediator atau sarana kita mengenal Sang Maha Kekal atau yang selalu ada tidak
berawal dan berakhir. Dan semua Manusia tidak pernah lepas dari Rasa. Karena adanya
Rasa, timbulah keinginan apa yang disebut dalam bahasa jawa yaitu Karsa. Maksud
Karsa adalah dalam bentuk keinginan yang diaplikasikan. Banyak orang tua jawa
mengatakan ketika kita bisa menyelaraskan 3 komponen diatas, kita akan bisa
merasakan nikmatnya kehidupan. Kita bisa merasakan Kebesaran Tuhan. Secara Fisik,
kita bisa menempatkan unsur-unsur tersebut dalam tubuh manusia. Untuk Cipta berada
di Kepala manusia, Rasa di Dada Manusia, dan Karsa terletak di perut manusia.
Makanya tidak heran Hati biasa dikatakan di dada, karena Rasa merupakan manifestasi
dari Hati.
8. Taksonomi Gagne
Robert Gagne lahir tahun 1916 di North Andover, MA. Beliau mendapatkan gelar
A.B. di Yale tahun 1937 dan pada tahun 1940 mendapat gelar Ph.D. Psychology dari
Universitas Brown. Mengajar di Connecticut College for Women dari 1940-49 dan
kemudian di Penn State University dari 1945-1946. Antara 1949-1958, Gagne menjadi
direktur perceptual and motor skills laborartory di U.S. Air force. Pada saat itu dia
mulai mengembangkan beberapa idenya yaitu teori belajar yang disebut"The
Conditions of Learning". Pada 25 tahun terakhir beliau adalah professor di Department
of Education Research at Florida State University di Tallahassee.
Gagne melihat proses belajar mengajar dibagi menjadi beberapa komponen
penting yaitu :
1. Fase fase pembelajaran
2. Kategori utama kapabilitas/kemampuan manusia/outcomes
3. Kondisi atau tipe pembelajaran
4. Kejadian-kejadian instruksional
Robert Gagne seorang ahli psikologi pendidikan mengembangkan teori belajar yang
mencapai kulminasinya (titik uncak) pada The Condition of Learning. Banyak
gagasan Gagne tentang teori belajar, seperti belajar konsep dan model pemrosesan
informasi, pada bukunya The Condition of Learning mengemukakan bahwa:Learning
is change in human disposition or capacity, wich persists over a period time, and which
is not simply ascribable to process a groeth. Belajar adalah perubahan yang terjadi
dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya
disebabkan karena proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan bahwa belajar
dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalm diri dan keduanya saling
berinteraksi.
1. Fase-Fase Dalam Belajar
Gagne membagi proses belajar berlangsung dalam empat fase utama, yaitu:
Fase Receiving The Stimulus Situation
Fase Stage Of Acquition
Fase Storage
Fase Retrieval/Recall
Fase Motivasi
Fase Generalisasi
Fase Penampilan
Fase Umpan Balik,
2. Kategori Utama Kapabilitas
Setelah selesai belajar, penampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan (capabilities). Kemampuan-kemampuan tersebut
dibedakan berdasarkan atas kondisi mencapai kemampuan tersebut berbeda-
beda. Ada lima kemampuan (kapabilitas) sebagai hasil belajar yang diberikan Gagne
yaitu :
Verbal Information
Intellectual Skills
Cognitive Strategies
Attitudes
Motor Skills
3. Kondisi Atau Tipe Pembelajaran
Signal Learning
Stimulus-Response
Chaining
Verbal Association
Discrimination Learning
Concept Learning
Rule Learning
Problem Solving
4. Kejadian-Kejadian Instruksional
Apakah yang terjadi dalam mengajar? Mengajar dapat kita pandang sebagai usaha
mengontrol kondisi ekstern. Kondisi ekstern merupakan satu bagian dari proses
belajar, namun termasuk tugas guru yang utama dalam mengajar.
Mengajar terdiri dari sejumlah kejadian-kejadian tertentu yang menurut Gagne
terkenal dengan Nine instructional events yang dapat diuraikan sebagai berikut :
Gain Attention
Inform Learners Of Objectives
Stimulate Recall Of Prior Learning
Present The Content
Elicit Performance /Practice
Provide Feedback
Assess Performance
Enhance Retention And Transfer To The Job
9. Taksonomi Anderson
Pada tahun 1990 seorang murid Benjamin Bloom yang bernama Lorin W.
Anderson melakukan penelitian dan mengasilkan perbaikan terhadap taksonomi
Bloom, revisinya diterbitkan tahun 2001. Perbaikan yang dilakukan adalah mengubah
taksonomi Bloom dari kata benda (noun) menjadi kata kerja (verb). Ini penting
dilakukan karena taksonomi Bloom sesungguhnya adalah penggambaran proses
berfikir. Selain itu juga dilakukan pergeseran urutan taksonomi yang menggambarkan
dari proses berfikir tingkat rendah (low order thinking) ke proses berfikir tingkat
tinggi (high order thinking).
Dimensi Taksonomi Anderson
Deskripsi dan kata kunci setiap kategori dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
KATEGORI KATA KUNCI
Remembering (ingatan): can the Menyebutkan definisi, menirukan ucapan,
student recall or remember the menyatakan susunan, mengucapkan, mengulang,
information? Dapatkah peserta didik menyatakan
mengucapkan atau mengingat informasi?
Understanding (pemahaman): Mengelompokkan, menggambarkan,
Dapatkah peserta didik menjelaskan menjelaskan identifikasi, menempatkan,
konsep, prinsip, hukum atau prosedur? melaporkan, menjelaskan, menerjemahkan,
pharaprase.
Applying (penerapan): Dapatkah Memilih, mendemonstrasikan, memerankan,
peserta didik menerapkan menggunakan, mengilustrasikan,
pemahamannya dalam situasi baru? menginterpretasi, menyusun jadwal, membuat
sketsa, memecahkan masalah, menulis
Analyzing (analisis): Dapatkah peserta Mengkaji, membandingkan, mengkontraskan,
didik memilah bagian-bagian membedakan, melakukan deskriminasi,
berdasarkan perbedaan dan memisahkan, menguji, melakukan eksperimen,
kesamaannya? mempertanyakan.
Evaluating (evaluasi): Dapatkah peserta Memberi argumentasi, mempertahankan,
didik menyatakan baik atau buruk menyatakan, memilih, memberi dukungan,
terhadap sebuah fenomena atau objek memberi penilaian, melakukan evaluasi
tertentu?
Creating (penciptaan): Dapatkah Merakit, mengubah, membangun, mencipta,
peserta didik menciptakan sebuah benda merancang, mendirikan, merumuskan, menulis.
atau pandangan?

10. Taksonomi Harrow


Taksonomi untuk ranah psikomotorik antara lain dikemukakan oleh Anita Harrow
(1972). Menurut Harrow kebanyakan para guru tidak dapat menuntut pencapaikan 100
dari tujuan yang dirumuskan kecuali hanya berharap bahwa keterampilan yang dicapai
siswa-siswanya akan sangat mendukung mempelajari keterampilan lanjutan atau
gerakan-gerakan yang lebih kompleks sifatnya. Selain yang telah dikemukakan
tersebut, Harrow juga memberikan saran mengenai bagaimana melakukan pengukuran
terhadap ranah psikomotorik ini. Menurutnya, penentuan kriteria untuk mengukur
keterampilan siswa harus dilakukan dalam jangka waktu sekurang-kurangnya 30
menit. Kurang dari waktu tersebut diperkirakan para penilai belum dapat menangkap
gambaran tentang pola ketereampilan yang mencerminkan kemampuan siswa.
Garis besar taksonomi yan dikemukakan oleh Harrow adalah sebagai berikut:
REFERENSI
Wibowo, Dwi Cahyadi. 2013. Taksonomi Anderson. Sintang : Wijaya Bhakti

Bahriah, E. S. Taksonomi Bloom Dan Kerangka Kerja Quellmalz.


http://www.evisapinatulbahriah.wordpress.com. Diakses pada tanggal 29 Oktober 2016.

Sugianto, A. Taksonomi Gagne & Bloom. http://www.akhmad-sugianto.blogspot.com. Diakses


pada tanggal 29 Oktober 2016

Sahayu, W. TAKSONOMI. http://www.staff.uny.ac.id. Diakses pada tanggal 29 Oktober 2016

Anonim. Taksonomi-taksonomi Pembelajaran. http://trigurumetri.blogspot.co.id. Diakses pada


tanggal 29 Oktober 2016

Anonim. Taksonomi dalam Pembelajaran. https://bungsunda88.wordpress.com. Diakses pada


tanggal 29 Oktober 2016

Utari, R. Taksonomi Bloom. http://www.bppk.depkeu.go.id. Diakses pada tanggal 29 Oktober


2016

You might also like