You are on page 1of 11

28

C. Asuhan keperawatan pada penyakit hepatoma


1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan hepatoma menurut (Suratun
& Lusianah 2010) sebagai berikut:
a. Kaji adanya keluhan kelemahan, kelelahan, dan malaise.
b. Kaji riwayat mengkonsumsi alkohol, jika ya tanyakan berapa banyak dalam
sehari dan sudah berapa lama.
c. Kaji riwayat penggunaan obat-obatan yang kemungkinan dapat
mempengaruhi fungsi hati.
d. Kaji riwayat penyakit hepatitis, penyakit empedu, trauma hati, perdarahan
sistem pencernaan.
e. Kaji adanya ketidaknyamanan, nyeri tekan abdomen pada kuadran kanan
atas dan menyebar ke skapula.
f. Kaji status nutrisi klien, anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan,
edema, ikterik.
g. Kaji kebutuhan cairan, klien mengalami muntah, kulit kering, turgor kulit
buruk, diare, dan terjadi asite.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Suratun (2010), diagnosa keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem pencernaan kanker hati (hepatoma) adalah sebagai berikut :
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan diet tidak adekuat, ketidakmampuan untuk
memproses/mencerna makanan, anoreksia, mual/muntah, asites sehingga
mudah kenyang.
1) Tujuan dan kriteria hasil
Menunjukan peningkatan berat badan progresif:
a) Berat badan tidak turun atau esophagus meningkat.
b) Tidak mengalami malnutrisi lebih lanjut.
c) Makan habis satu porsi.
29

2) Intervensi keperawatan
a) Ukuran masukan makanan dengan jumlah kalori, untuk memberikan
informasi tentang kebutuhan pemasukan atau defisiensi.
b) Timbang berat badan sesuai program, untuk mengetahui penurunan
berat badan.
c) Bantu dan anjurkan klien untuk makan, diet yang tepat penting untuk
penyembuhan.
d) Anjurkan klien untuk makan sesuai jadwal atau mengkonsumsi
makanan tambahan yang telah diprogramkan, klien hanya mungkin
makan sedikit, karena kehilangan minat untuk makan.
e) Berikan makanan sedikit tapi sering, buruknya toleransi terhadap
makan, mungkin berhubungan dengan asites.
f) Batasi makanan yang menghasilkan gas, berbumbu, terlalu panas
atau dingin, membantu dalam menurunkan iritasi gaster atau diare.
g) Berikan makanan yang halus, hindari makanan yang kasar sesuai
program, karena perdarahan dari varises esophagus dapat terjadi pada
penderita kanker hati.
h) Berikan perawatan mulut sesudah dan sebelum makan, klien
cendrung mengalami luka atau pendarahan gusi dan rasa tidak enak
pada mulut akan menambah anoreksia.
i) Obervasi hasil pemeriksaan laboratorium: glukosa serum, albumim,
total protein, glukosa menurun karena gangguan glikogenesis atau
masuka takadekuat, protein menurun karena gangguan metabolisme.
j) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pengaturan diet, makanan tinggi
kalori dibutuhkan pada kebanyakan klien yng pemasukannya
dibatasi.
k) Berikan makan dengan slang, hiperalimentasi, lipid sesuai program,
untuk memberikan nutrient bila klien terlalu mual atau anoreksia.
30

l) Berikan obat vitamin sesuai program, klien biasaya kekurangan


vitamin karena diet yang buruk.
m) Berika obat antiemetic sesuai program, menurunkan mual muntah
dan meningkatkan masukan oral.
n) Berikan obat enzim pencernaan sesuai program, meningkatkan
pencernaan lemak dan dapat menurunkan diare.
b. Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat adanya
massa pada hati.
1) Tujuan dan kriteria hasil
Kenyamanan klien terpenuhi:
a) Nyeri hilang atau terkontrol.
b) Ekspresi wajah klien rileks.
c) Klien dapat istirahat.
2) Intervesi keperawatan
a) Kaji riwayat nyeri: lokasi, frekuensi, durasi dan intensitas (skala 1-
10), dan tindakan penghilang yang digunakan, Identifikasi data dasar
untuk mengevaluasi kebutuhan atau ke efektifan intervensi.
b) Jelaskan pada klien atau orang terdekat apa yang diharapkan, dari
program terapi yang diberikan: pembedahan, radiasi, kemotrapi,
Ketidaknyamanan rentang luas adalah umum, (nyeri insisi, kulit
terbakar, nyeri punggung bawah, sakit kepala), tergantung dari
prosedur atau agen yang digunakan.
c) Berikan tindakan kenyamanan dasar, misalnya reposisi, gosok
punggung dan aktivitas hiburan misalnya dengar musik, nonton
televisi, meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan
kembali perhatian klien.
d) Anjurkan klien menggunakan keterampilan manajemen nyeri, (teknik
relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi), tertawa dan sentuhan
31

terapeutik, memungkinkan klien untuk berpartisipasi secara aktif dan


meningkatkan rasa mengontrol rasa nyeri.
e) Jelaskan pada klien agar menghindari minuman terlalu panas atau
dingin dan makanan pedas, karena merangsang spasme esophagus
dan meningkatkan sekresi asam hidroksida.
f) Jelaskan agar klien menghindari aktivitas yang meregangkan area
torakal, karena dapat meningkatka nyeri.
g) Anjurkan klien duduk tegak selama 1-4 jam setiap selesai makan,
untuk mencegah terjadinya refluk.
h) Atur posisi tidur semifowler atau bagian kepala tempat tidur lebih
tinggi 10-20cm, penggunaan obat antasida yang berlebihan akan
menyebabkan peningkatan asam lambung dan iritasi esophagus.
i) Jelaskan agar klien tidak menggunakan antasida yang berlebihan atau
tanpa resep dokter, untuk menetralisasi dan menurunkan asam
lambung, sehingga mencegah iritasi esophagus dan lambug.
j) Berikan antasida dan antagonis histamine sesuai program
pengobatan, Dapat menurunkan atau menghilangkan nyeri, nyeri
merupakan komplikasi yang sering terjadi dari kanker.
k) Berikan analgetik sesuai program pengobatan, untuk
mengurangi/menghilangkan rasa nyeri.
c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi misalnya penurunan protein plasma, malnutrisi, kelebihan
natrium/masukan cairan.
1) Tujuan dan kriteria hasil
Menunjukan volume stabil:
a) Keseimbangan pemasukan dan pengeluaran cairan.
b) Berat badan stabil.
c) Tanta-tanda vital dalam rentang normal.
d) Tidak ada edema.
32

2) Intervensi keperawatan
a) Monitor masukan dan pengeluaran cairan, catat keseimbangan positif
(pemasukan lebih banyak dari pengeluaran), keseimbangan cairan
positif sering menunjukan retensi cairan lanjut.
b) Timbang berat badan (BB) setiap hari dan catat peningkatan lebih dari
0,5 kg/hari, Meningkatkan berat badan sering menunjukan retensi
cairan.
c) Monitor tanda-tanda vital dan central venous pressure (CVP), untuk
meningkatkan tekanan darah berhubungan dengan kelebihan volume
cairan.
d) Awasi disritmia jantung, catat terjadinya irama gallop S3/S4, mungkin
disebabkan oleh gagal jantung kongesif (GJK), penurunan perfusi
arteri koronari ketidakseimbangan elektrolit.
e) Auskultasi paru, catat penurunan atau tidak adanya bunyi napas,
meningkatkan kongesti pulmonal dapat mengakibatkan konsolidasi,
gangguan pertukaran gas.
f) Kaji derajat edema perifer atau edema dependen, perpindahan cairan
pada jaringan sebagai akibat retensi natrium dan air, penurunan
albumin dan penurunan antidiuretik hormone (ADH).
g) Ukur lingkar abdomen, menunjukan akumulasi cairan (asites)
diakibatkan oleh kehilangan protein plasma atau cairan kedalam area
peritoneal.
h) Anjurkan klien untuk tirah baring jika asites telah ada, dapat
meningkatkan posisi rekumben untuk dieresis.
i) Berikan perawatan mulut dapat juga diberikan es batu (jika klien
puasa), untuk menurunkan rasa haus.
j) Monitor albumin serum dan elektrolit, penurunan albumin serum
mempengaruhi tekanan osmotik koloid plasma, mengakibatkan
33

pembentukan edema, memenuhi kebutuhan cairan dan menurunkan


risiko komplikasi.
k) Batasi natrium dan cairan sesuai program, dibatasi untuk
meminimalkan retensi cairan dalam area ekstravaskuler.
l) Berikan albumin bebas garam atau plasma ekander sesuai program,
Albumin mungkin diperlukan untuk meningkatkan tekanan osmotic
koloid dalam kompartemen vaskuler dan menurunkan terjadinya asites
a) Berikan terapi diuretik: lasix sesuai program, untuk mengontrol edema
dan asites.
m) Berikan kalium sesuai progam, kalium serum dan seluler biasanya
menurun karena penyakit hati sesuai dengan kehilangan urin.
2. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan, mencangkup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan
mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisa dan kesimpulan
perawat, dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain. Tindakan kolaborasi
adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama
dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
3. Evaluasi
Merupakan hasil perkembangan klien dengan berpedoman kepada hasil dan
tujuan yang hendak dicapai.

D. Konsep Nyeri
1. Pengertian nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat
sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal
skala atau tingkatnya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. (Hidayat, 2012).
34

Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat


individual. Dikatakan bersifat individual karena respons individu terhadap
sensasi nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu dengan yang lainnya.
(Asmadi, 2008).
2. Penyebab nyeri
Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu
penyebab yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis.
Secara fisik misalnnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik,
termis, kimiawi, maupun elektrik), neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi
darah, dan lain-lain. Secara psikis, penyebab nyeri dapat terjadi oleh karena
adanya trauma psikologis.
Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung-ujung saraf bebas
mengalami kerusakan akibat benturan, gesekan, ataupun luka. Trauma termis
menimbulkan nyeri karena ujung saraf reseptor mendapatkan rangsangan akibat
panas, dingin. Trauma kimiawi terjadi karena tersentuh zat asam atau basa yang
kuat. Trauma elektrik dapat menimbulkan nyeri karena pengaruh aliran listrik
yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri.
Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadi tekanan atau kerusakan
jaringan yang mengandung reseptor nyeri dan juga karena tarikan, jepitan, atau
metastase. Nyeri pada peradangan terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf
reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan.
3. Klafikasi nyeri
Nyeri dapat diklafikasikan kedalam beberapa golongan berdasarkan pada
tempat, sifat, berat ringannya nyeri, dan waktu lamanya serangan.
a. Nyeri berdasarkan tempatnya
1). Pheripel pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya
pada kulit, mukosa.
2). Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih
dalam atau pada organ-organ tubuh visceral.
35

3). Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit
organ/struktur tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh didaerah yang
berbeda, bukan daerah asal nyeri.
4). Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada sistem
saraf pusat, spinal cord, batang otak, thalamus, dan lain-lain.
b. Nyeri berdasarkan sifatnya
1) Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.
2) Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam
waktu yang lama.
3) Paroxysmal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat
sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap 10-15 menit, lalu menghilang,
kemudian timbul lagi.
c. Nyeri berdasarkan berat ringannya
1) Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas rendah.
2) Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi.
3) Nyeri berat, yaitu nyeri yang berintensitas yang tinggi.
d. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan
1) Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan
berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri yang diketahui
dengan jelas. Rasa nyeri mungkin sebagai akibat dari luka, seperti luka
operasi, ataupun pada suatu penyakit arteriosclerosis pada arteri koroner.
2)Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri
kronis ini polanya beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun, ragam pola tersebut ada yang nyeri timbul dengan periode
yang diselingi interval bebas dari nyeri lalu timbul kembali lagi nyeri, dan
begitu seterusnya. Ada pula pola nyeri kronis yang konstan, artinya rasa
nyeri tersebut terus menenrus terasa makin lama semakin meningkat
intensitasnya walaupun telah diberikan pengobatan. Misalnya, pada nyeri
karena neoplasma.
36

Karakteristik Nyeri akut Nyeri kronis


Pengalaman Satu kejadian Satu situasi, status
eksistensi
Sumber Sebab eksternal atau Tidak diketahui atau
penyakit dari dalam pengobatan yang terlalu
lama
Serangan Mendadak Bisa mendadak,
berkembang, dan
terselubung
Waktu Sampai 6 bulan Lebih dari enam bulan
sampai bertahun-tahun
Pernyataan Daerah nyeri tidak Daerah nyeri sulit
nyeri diketahui dengan pasti dibedakan intensitasnya,
sehingga sulit dievaluasi
(perubahan perasaan)
Gejala-gejala Pola respon yang khas Pola respon yang
klinis dengan gejala yang lebih bervariasi dengan sedikit
jelas gejala (adaptasi)
Pola Terbatas Berlangsung terus, dapat
bervariasi
Perjalanan Biasanya berkurang Penderitaan meningkat
setelah beberapa saat setelah beberapa saat
Tablel:2.1 perbedaan nyeri akut dan kronis
4. Faktor- faktor yang mempengaruhi nyeri
Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, antara
lain:
a) Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian
arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak, dan
37

lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti usia, jenis
kelamin, latar belakang sosial budaya, lingkungan,dan pengalaman.
b) Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif tempatnya pada
korteks (pada fungsi evaluative kognitif). Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor
yang dapat memicu stimulasi nociceptor.
c) Toleransi nyeri ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat
memengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alkohol, obat-obatan,
hipnotis, gesekan atau garukan, pengalihan perhatian,kepercayaan yang kuat,
dan sebagainya. Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi antara lain
kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang dan
sakit.
d) Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respon seseorang terhadap nyeri,
sepeti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini
merupakan bentuk respon nyeri yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya,
harapan social, kesehatan fisik dan mintal, rasa takut, cemas, usia, dan lain-
lain.
5. Pengkajian keperawatan nyeri
Pengkajian pada masalah nyeri yang dapat dilakukan adalah adanya
riwayat nyeri, keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas dan
waktu serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PGRST:
a) P (paliatif), yaitu faktor yang memengaruhi gawat atau ringannya nyeri.
b) Q (quality), yaitu nyeri seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau tersayat.
c) R (region), yaitu daerah perjalan nyeri.
d) S (severity), adalah keparahan atau intensitas nyeri.
e) T (time), yaitu lamanya/waktu serangan atau frekuensi nyeri.
Intensitas nyeri dapat diketahui dengan bertanya kepada pasien melalui skala
neri berikut:
38

SKALA NYERI
Tidak nyeri sedikit nyeri sedang parah/berat

Tidak nyeri ringan sedang parah separah-parahnya

0: tidak nyeri 0: tidak nyeri 0: tidak nyeri


1: nyeri ringan 1: nyeri ringan 1: sedikit nyeri
2: tidak nyaman 2: nyeri sedang 2: nyeri sedang
3: mengganggu 3: nyeri parah 3: nyeri parah
4: sangat mengganggu 4: nyeri sangat parah

You might also like