Professional Documents
Culture Documents
2) Intervensi keperawatan
a) Ukuran masukan makanan dengan jumlah kalori, untuk memberikan
informasi tentang kebutuhan pemasukan atau defisiensi.
b) Timbang berat badan sesuai program, untuk mengetahui penurunan
berat badan.
c) Bantu dan anjurkan klien untuk makan, diet yang tepat penting untuk
penyembuhan.
d) Anjurkan klien untuk makan sesuai jadwal atau mengkonsumsi
makanan tambahan yang telah diprogramkan, klien hanya mungkin
makan sedikit, karena kehilangan minat untuk makan.
e) Berikan makanan sedikit tapi sering, buruknya toleransi terhadap
makan, mungkin berhubungan dengan asites.
f) Batasi makanan yang menghasilkan gas, berbumbu, terlalu panas
atau dingin, membantu dalam menurunkan iritasi gaster atau diare.
g) Berikan makanan yang halus, hindari makanan yang kasar sesuai
program, karena perdarahan dari varises esophagus dapat terjadi pada
penderita kanker hati.
h) Berikan perawatan mulut sesudah dan sebelum makan, klien
cendrung mengalami luka atau pendarahan gusi dan rasa tidak enak
pada mulut akan menambah anoreksia.
i) Obervasi hasil pemeriksaan laboratorium: glukosa serum, albumim,
total protein, glukosa menurun karena gangguan glikogenesis atau
masuka takadekuat, protein menurun karena gangguan metabolisme.
j) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pengaturan diet, makanan tinggi
kalori dibutuhkan pada kebanyakan klien yng pemasukannya
dibatasi.
k) Berikan makan dengan slang, hiperalimentasi, lipid sesuai program,
untuk memberikan nutrient bila klien terlalu mual atau anoreksia.
30
2) Intervensi keperawatan
a) Monitor masukan dan pengeluaran cairan, catat keseimbangan positif
(pemasukan lebih banyak dari pengeluaran), keseimbangan cairan
positif sering menunjukan retensi cairan lanjut.
b) Timbang berat badan (BB) setiap hari dan catat peningkatan lebih dari
0,5 kg/hari, Meningkatkan berat badan sering menunjukan retensi
cairan.
c) Monitor tanda-tanda vital dan central venous pressure (CVP), untuk
meningkatkan tekanan darah berhubungan dengan kelebihan volume
cairan.
d) Awasi disritmia jantung, catat terjadinya irama gallop S3/S4, mungkin
disebabkan oleh gagal jantung kongesif (GJK), penurunan perfusi
arteri koronari ketidakseimbangan elektrolit.
e) Auskultasi paru, catat penurunan atau tidak adanya bunyi napas,
meningkatkan kongesti pulmonal dapat mengakibatkan konsolidasi,
gangguan pertukaran gas.
f) Kaji derajat edema perifer atau edema dependen, perpindahan cairan
pada jaringan sebagai akibat retensi natrium dan air, penurunan
albumin dan penurunan antidiuretik hormone (ADH).
g) Ukur lingkar abdomen, menunjukan akumulasi cairan (asites)
diakibatkan oleh kehilangan protein plasma atau cairan kedalam area
peritoneal.
h) Anjurkan klien untuk tirah baring jika asites telah ada, dapat
meningkatkan posisi rekumben untuk dieresis.
i) Berikan perawatan mulut dapat juga diberikan es batu (jika klien
puasa), untuk menurunkan rasa haus.
j) Monitor albumin serum dan elektrolit, penurunan albumin serum
mempengaruhi tekanan osmotik koloid plasma, mengakibatkan
33
D. Konsep Nyeri
1. Pengertian nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat
sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal
skala atau tingkatnya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. (Hidayat, 2012).
34
3). Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit
organ/struktur tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh didaerah yang
berbeda, bukan daerah asal nyeri.
4). Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada sistem
saraf pusat, spinal cord, batang otak, thalamus, dan lain-lain.
b. Nyeri berdasarkan sifatnya
1) Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.
2) Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam
waktu yang lama.
3) Paroxysmal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat
sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap 10-15 menit, lalu menghilang,
kemudian timbul lagi.
c. Nyeri berdasarkan berat ringannya
1) Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas rendah.
2) Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi.
3) Nyeri berat, yaitu nyeri yang berintensitas yang tinggi.
d. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan
1) Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan
berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri yang diketahui
dengan jelas. Rasa nyeri mungkin sebagai akibat dari luka, seperti luka
operasi, ataupun pada suatu penyakit arteriosclerosis pada arteri koroner.
2)Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri
kronis ini polanya beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun, ragam pola tersebut ada yang nyeri timbul dengan periode
yang diselingi interval bebas dari nyeri lalu timbul kembali lagi nyeri, dan
begitu seterusnya. Ada pula pola nyeri kronis yang konstan, artinya rasa
nyeri tersebut terus menenrus terasa makin lama semakin meningkat
intensitasnya walaupun telah diberikan pengobatan. Misalnya, pada nyeri
karena neoplasma.
36
lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti usia, jenis
kelamin, latar belakang sosial budaya, lingkungan,dan pengalaman.
b) Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif tempatnya pada
korteks (pada fungsi evaluative kognitif). Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor
yang dapat memicu stimulasi nociceptor.
c) Toleransi nyeri ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat
memengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alkohol, obat-obatan,
hipnotis, gesekan atau garukan, pengalihan perhatian,kepercayaan yang kuat,
dan sebagainya. Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi antara lain
kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang dan
sakit.
d) Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respon seseorang terhadap nyeri,
sepeti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini
merupakan bentuk respon nyeri yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya,
harapan social, kesehatan fisik dan mintal, rasa takut, cemas, usia, dan lain-
lain.
5. Pengkajian keperawatan nyeri
Pengkajian pada masalah nyeri yang dapat dilakukan adalah adanya
riwayat nyeri, keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas dan
waktu serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PGRST:
a) P (paliatif), yaitu faktor yang memengaruhi gawat atau ringannya nyeri.
b) Q (quality), yaitu nyeri seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau tersayat.
c) R (region), yaitu daerah perjalan nyeri.
d) S (severity), adalah keparahan atau intensitas nyeri.
e) T (time), yaitu lamanya/waktu serangan atau frekuensi nyeri.
Intensitas nyeri dapat diketahui dengan bertanya kepada pasien melalui skala
neri berikut:
38
SKALA NYERI
Tidak nyeri sedikit nyeri sedang parah/berat